Anda di halaman 1dari 20

Syok Anafilaksis

Ravania Rahadian Putri


 Reaksi anafilaktik merupakan keadaan gawat darurat medik yang mengancam
jiwa. Gejala klinis timbul segera setelah penderita terpajan oleh allergen atau
factor pencetus lainnya
 Disebut anafilaksis jika gejala yg timbul disebabkan oleh reaksi imunologis
melalui IgE. Reaksi anafilaktoid bila gejala yang timbul disebabkan factor
pencetus lain yang bukan reaksi alergi type I
Etiologi

Dua factor pencetus penting yang sering menimbulkan reaksi berat:


- Gigitan serangga
- Obat-obatan:
Penisilin –> penyebab utama terutama yg diberikan secara suntikan
- Makanan  factor pencetus utama pada anak namun reaksi tidak berat
Faktor risiko

 Alergi makanan
 Asma
 Anamnesa adanya rx anafilaktik sebelumnya
 Pengguna beta-adregenic blocker
 Alergi pada beberapa antibiotic
 Riwayat atopi
Gejala klinis

Menurut World Allergy Organization Guidelines for the Assessment and Management of
Anaphylaxis tahun 2012 yang dimuat dalam Current Opinion Allergy Clinical Immunology
edisi Agustus 2012, disebutkan bahwa anafilaksis dapat ditegakkan bila ditemukan salah
satu dari tiga kriteria berikut ini:
 Gejala awitan terjadi secara tiba-tiba (biasanya <30 menit) dan berkembang secara cepat
menjadi buruk.
 Terjadi gangguan jalan napas (pembengkakkan, suara serak, stridor) dan/atau
pernapasan (napas cepat, mengi, kelelahan, sianosis, SpO2 < 92%) dan/atau sirkulasi
(pucat, berkeringat, tekanan darah rendah, pingsan, mengantuk/ koma) yang
mengancam jiwa.
 Terjadi perubahan pada pada kulit dan/atau mukosa (flushing, urtikaria, angioedema)
The Brighton Collaboration Anaphylaxis
Pemeriksaan Lab

 Pemeriksaan darah
 Uji Coomb untuk penderita anemia
 Antibodi IgE total serum
 Antibodi IgE spesifik dalam RAST (Radioallergosorbent test)
 Antibodi IgM dan IgG spesifik
 Antibodi antinuklear (ANA) pada SLE yang diduga diinduksi oleh obat-obatan
 Uji kulit
 Uji tusuk (Prick test/Scratch test)
 Uji tempel (Patch test)
 Uji provokasi
Penatalaksanaan

Terapi segera terhadap reaksi yang berat


 Hentikan pemberian bahan penyebab dan minta pertolongan
 Lakukan resusitasi ABC
 Adrenalin sangat bermanfaat dalam mengobati anafilaksis, juga efektif pada
bronkospasme dan kolaps kardiovaskuler
 Antihistamine
 Kortikosteroid
A
A – Saluran Napas dan Adrenalin
 Menjaga saluran napas dan pemberian
oksigen 100%
 Adrenalin. Jika akses IV tersedia, diberikan
adrenalin 1 : 10.0000, 0.5 – 1 ml, dapat
diulang jika perlu. Alternatif lain dapat
diberikan 0,5 – 1 mg (0,5 10 – 1 ml dalam
larutan 1 : 1000) secara IM diulang setiap
10 menit jika dibutuhkan.
B
 Jamin pernapasan yang adekuat. Intubasi dan
ventilasi mungkin diperlukan
 Adrenalin akan mengatasi bronkospasme dan
edema saluran napas atas.
 Bronkodilator semprot (misalnya salbutamol 5
mg) atau aminofilin IV mungkin dibutuhkan jika
bronkospasme refrakter (dosis muat 5 mg/kg
diikuti dengan 0,5 mg/kg/jam)
C
 C - Sirkulasi
 Akses sirkulasi. Mulai CPR jika terjadi henti jantung.
 Adrenalin merupakan terapi yang paling efektif untuk hipotensi berat.
 Pasang 1 atau dua kanula IV berukuran besar dan secepatnya
memberikan infus saline normal. Koloid dapat digunakan (kecuali jika
diperkirakan sebagai sumber reaksi anafilaksis).
 Aliran balik vena dapat dibantu dengan mengangkat kaki pasien atau
memiringkan posisi pasien sehingga kepala lebih rendah.
 Jika hemodinamik pasien tetap tidak stabil setelah pemberian cairan
dan adrenalin, beri dosis adrenalin atau infus intravena lanjutan (5
mg dalam 50 ml saline atau dekstrose 5% melalui syringe pump, atau
5 mg dalam 500 ml saline atau dekstrose 5% yang diberikan dengan
infus lambat). Bolus adrenalin intravena yang tidak terkontrol dapat
membahayakan, yaitu kenaikan tekanan yang tiba-tiba dan aritmia.
Berikan obat tersebut secara berhati-hati, amati respon dan ulangi
jika diperlukan. Coba lakukan monitor EKG, tekanan darah dan pulse
oximtry.
Add a Slide Title - 2
Add a Slide Title - 3
DIAGNOSIS BANDING

 Reaksi vasovagal, biasanya setelah pasien mandapat suntikan. Pasien tampak


pingsan, pucat dan berkeringat.Meskipun tekanan darahnya turun tetapi masih
mudah diukur dan biasanya tidak terlalu rendah seperti anafilaktik
 Asma bronkiale, gejala-gejalanya dapat berupa sesak napas, batuk berdahak, dan
suara napas mengi (wheezing).
KOMPLIKASI

 Syok anafilaktik dapat mengakibatkan komplikasi berupa gagal ginjal, aritmia,


serangan jantung, kerusakan otak.
PENCEGAHAN

 Melakukan prick test atau skin test terlebih dahulu agar mengetahui apakah ada
riwayat allergi, untuk menjauhi faktor pencetus seperti makanan, konsumsi obat,
inhalan, serangga, penggunaan bahan latex.
PROGNOSIS

 Bila pemberian penyuntikan saat ‘syok’ terlambat akan menyebabkan kematian.


referensi

Hot topic in Pediatric II FK UI


2002
https://e-
meso.pom.go.id/web/useruplo
ads/images/5626fd2094d84_Bu
letin%20MESO%202014%20No
vember%20%202014%20edit%
2021%20Nov%2014.pdf
https://med.unhas.ac.id/kedokt
eran/wp-
content/uploads/2016/10/SYOK
-ANAFILAKSIS-2.pdf

Anda mungkin juga menyukai