R IN IT IS
CLAUDIA EVELINA S. D / 01073180085
J O C E LY N V A L E N C I A / 0 1 0 7 3 1 8 0 1 0 5
M E LV I TA M E N TA R I / 0 1 0 7 3 1 8 0 0 4 0
ANATOMI
HIDUNG
ANATOMI HIDUNG
Hidung luar berbentuk pyramid,
bagian dari atas ke bawah:
Ø Pangkal hidung (bridge)
Ø Ala nasi
Ø Hidung luar
ANATOMI HIDUNG
• Vena di vestibulum dan struktur luar hidung bermuara: ke v. oftalmika (berhubungan dengan
sinus kavernosus.)
• Vena-vena di hidung tidak memiliki katup à faktor predisposisi untuk penyebaran infeksi
sampai ke intrakrania
PERSARAFAN
• Bagian depan dan atas rongga hidung : persarafan sensoris dari n. Etmoidalis anterior (cabang
dari n. Nasosiliaris dari n. Oftalmikus (N.V- 1)
• Sebagian besar rongga hidung : persarafan sensoris dan persarafan vasomotor atau otonom
untuk mukosa hidung
• Ganglion : serabut saraf simpatis dari m. Petrosus superfisialis mayor profundus
– Ganglion sfenopalatina : di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media
• Fungsi penghidupan : n. Olfaktorius
PERSARAFAN
MUKOSA HIDUNG
• Rongga hidung dilapisi mukosa, secara histologik dan fungsional dibagi mukosa pernapasan
(mukosa olfaktorius).
• Mukosa pernapasan terdapat di sebagian besar rongga hidung
– Permukaan : dilapisi epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia ( ciliated pseudostratified
collumnar epithelium )
– Diantaranya terdapat sel-sel goblet
• Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan seperti berlapis semu
tidak bersilia (pseudostratified collumnar non ciliated epithelium)
– epitel dibentuk tiga macam sel, yaitu : sel, penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu
• Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan
• Pada bagian lebih terkena aliran udara: mukosanya lebih tebal à kadang-kadang terjadi
metaplasia, menjadi sel epitel skuamosa
• Dalam keadaan normal : mukosa respiratori berwarna merah muda dan selalu basah karena
diliputi oleh palut lendir (mucous blanket) pada permukaannya
• Di bawah epitel : tunika propria banyak mengandung pembuluh darah, kelenjar mukosa dan
jaringan limfoid
• Arteriol : bagian lebih dalam dari tunika propria, tersusun secara paralel dan longitudinal
– pembuluh eferen dari anyaman kapiler ini membuka ke rongga sinusoid vena yang besar à
dinding dilapisi oleh jaringan elastik dan otot polos
– bagian ujungnya sinusoid mempunyai sfingter oto
– selanjutnya sinusoid akan mengalirkan darahnya ke pleksus vena yang lebih dalam lalu ke
venula
• Menyerupai jaringan kavernosa yang erektil à mengembangkan dan mengerut.Vasodilatasi dan
vasokonstriksi pembuluh darah ini dipengaruhi oleh saraf otonom
MUKOSA HIDUNG
SISTEM TRANSPORT MUKOSILIER
• Merupakan sistem pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus, bakteri, jamur atau partikel
berbahaya lain
• Efektivitas sistem transpor mukosilier dipengaruhi : kualitas silia dan palut lendir
– Palut lendir ini dihasilkan oleh sel-sel goblet pada pada epitel dan kelenjar seromusinosa submucosa
– Bagian bawah palut lender terdiri dari cairan serosa
– Bagian permukaan banyak mengandung protein plasma : albumin, IgG, IgM dan faktor komplemen
– Cairan serosa mengandung : laktoferin, lisozim, inhibitor leukoprotease sekretorik, dan IgA sekretori
(s-IgA
• Glikoprotein yang dihasilkan oleh sel mukus à untuk pertahanan lokal yang bersifat anti-
microbial
• IgA : untuk mengeluarkan mikroorganisme dari jaringan dengan mengikat antigen tersebut pada
lumen saluran napas
• IgG : beraksi dalam mukosa dengan memicu reaksi inflamasi jika terpajang dengan antigen
bakteri
• Pada sinus maksila : sistem transpor mukosilier à menggerakkan sekret sepanjang dinding
anterior, medial, posterior dan lateral serta atap rongga sinus membentuk gambaran serta atap
rongga sinus membentuk gambaran halo atau bintang yang mengarah ke ostium alamiah
• Gerakan sistem transpor mukosiliar pada sinus frontal mengikuti gerakan spiral
– Sekret akan berjalan menuju septum interfrontal à ke atap, dinding lateral dan bagian inferior dari
dinding anterior dan posterior menuju area frontal
– Gerakan spiral menuju ke ostiumnya terjadi pada sinus sphenoid
– Pada sinus etmoid terjadi gerakan rectilinear à jika ostiumnya terletak di dasar sinus atau gerakan
spiral jika ostium terdapat pada salah dindingnya
SINUS FRONTAL
• Gerakan sistem transpor mukosiliar pada sinus frontal mengikuti gerakan spiral
• Sekret akan berjalan menuju septum interfrontal à ke atap, dinding lateral dan bagian inferior dari dinding
anterior dan posterior menuju area frontal
SINUS SPHENOID
• Gerakan spiral menuju ke ostiumnya
SINUS ETMOID
• gerakan rectilinear à jika ostiumnya terletak di dasar sinus
• gerakan spiral à jika ostium terdapat pada salah dindingnya
Pada dinding lateral terdapat 2 rute besar transport mukosilier
Rute pertama
gabungan sekresi sinus frontal, maksila dan etmoid anterior
• Sekret ini bergabung di dekat infundibulum etmoid à berjalan menuju tepi bebas prosesus
unsinatus, dan sepanjang dinding medial konka inferior à nasofaring melewati bagian antero
inferior orifisium tuba eustachius.
• Transpor aktif berlanjut ke batas epitel bersilia dan epitel skuamosa pada nasofaring àjatuh ke
bawah dibantu dengan gaya gravitasi dan proses menelan
Rute kedua
Gabungan sekresi sinus etmoid posterior dan sphenoid yang bertemu di resesus sfeno-etmoid
dan menuju nasofaring pada bagian posterosuperior orifisium tuba eustachius
• Sekret berasal dari meatus superior dan septum akan bergabung dengan sekret rute pertama,
yaitu di inferior dari tuba eustachius
• Sekret pada septum akan berjalan vertikal ke arah bawah terlebih dahulu à ke belakang dan
menyatu di bagian inferior tuba eustachius
FISIOLOGI
HIDUNG
RINITIS
RINITIS
1. Rinitis Alergi
2. Rinitis Non-alergi
3. Rinitis Infeksi
1. RINITIS ALERGI
DEFINISI
• Prevalensi 5-22%
• Saat serangan
– Dilatasi pembuluh darah dengan pembesaran sel goblet
dan sel pembentuk mukus
• Di luar serangan
– Mukosa kembali normal
1. Alergen 2. Alergen
4. Alergen
Inhalan Ingestan 3. Alergen
Kontaktan
Masuk bersama Masuk ke saluran Injektan
Masuk mealalui
udara pernapasan cerna Masuk melalui
kontak kulit atau
Contoh: tungau debu Contoh: makanan, kontak kuit atau
jaringan mukosa
rumah, kecoa, susu, sapi, telur, jaringan mukosa
Contoh: bahan
serpihan epitel kulit coklat, ikan laut, Contoh: penisilin dan
kostemik dan
binatang, rerumputan udang, kepiting dan sengatan lebah
perhiasan
dan jamur kacang-kacangan
RESPON TUBUH TERHADAP ALERGEN
– Generasi 2 (non-sedative)
• Sifat lipofobik, tidak menembus BBB
• Dibagi menjadi 2 kelompok
– Kelompok 1à terfenadine dan astemisol (kardiotoksik)
– Kelompok 2 à loratadine, setirisin, fexofenadine, desloratadine,
levosetirisin
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA
Dekongestan
– Dekongestan sistemik
• Dosis obat: 2-5 tahun (15 mg), 6-12 tahun (30 mg), dewasa (60 mg)
• Preparat:
– antikolinergik topical: ipratropium bromide
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA
Kortikosteroid
– Anti IgE
– DNA rekombinan
TATALAKSANA OPERATIF
Kauterisasi AgNO3 25% /
Konkoplasti
triklor asetat
Konkotomi Parsial
Pemotongan sebagian
konka inferior Inferior Tubinoplasti
TATALAKSANA IMUNOTERAPI
• Dilakukan pada kondisi:
– Alergi inhalan
– Gejala yang berat
– Gejala berlangsung lama
– Pengobatan cara lain tidak memuaskan
Epidemiologi
• 30 – 60 % kasus rinitis sepanjang tahun à kasus rinitis vasomotor
• Lebih banyak pada usia dewasa terutama wanita.
• Biasanya timbul pada dekade ke 3 – 4.
Etiologi
• Pasti belum diketahui
• Diduga akibat gangguan keseimbangan fungsi vasomotor (sistem saraf parasimpatis relatif lebih
dominan)
• Keseimbangan vasomotor dipengaruhi berbagai faktor :
– Obat : menekan dan menghambat kerja saraf simpatis àergotamin, chlorpromazin, obat anti
hipertensi
– Faktor fisik : iritasi asap rokok, udara dingin, kelembaban udara yang tinggi dan bau yang merangsang
– Faktor endokrin : kehamilan, pubertas, pemakaian pil anti hamil dan hipotiroidisme
– Faktor psikis : stres, ansietas dan fatigue
Patofisiologi
• Sistem saraf otonom mengontrol aliran darah ke mukosa hidung dan sekresi dari kelenjar
• Diameter resistensi pembuluh darah di hidung diatur oleh sistem saraf simpatis dan
parasimpatis mengontrol sekresi kelenjar
• Disfungsi sistem saraf otonom à peningkatan kerja parasimpatis dan penurunan kerja saraf
simpatis à menimbulkan dilatasi arteriol dan kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler à
menyebabkan transudasi cairan, edema dan kongesti.
• Peningkatan peptide (histamin, leukotrien, prostaglandin, polipeptida intestinal vasoaktif dan
kinin) vasoaktif dari sel-sel seperti sel mast. à elemen ini mengontrol diameter pembuluh
darah (sebabkan kongesti) à meningkatkan efek asetilkolin dari sistem saraf parasimpatis
terhadap sekresi hidung à rinore
Gejala klinis
• Sulit dibedakan dengan rhinitis alergi
• Rinore hebat (bersifat mukus atau serous)
• Post nasal drip
• Hidung tersumbat bervariasi ,dapat bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain à terutama
sewaktu perubahan posisi
• Keluhan bersin-bersin tidak begitu nyata dan tidak terdapat rasa gatal di hidung dan mata.
• Gejala dapat memburuk pada pagi hari waktu bangun tidur karena perubahan suhu yang
ekstrim, udara lembab, dan asap rokok
Diagnosis
ANAMNESIS
• Faktor yang pengaruhi keseimbangan vasomotor
• Riwayat alergi dalam keluarga
• Onset keluhan (sewaktu dewasa)
PEMERIKSAAN RINOSKOPI
• Rinoskopi anterior
– mukosa hidung : edema
– konka : hipertrofi dan berwarna merah gelap atau merah tua (karakteristik), bisa berwarna pucat,
permukaan konka dapat licin atau berbenjol (tidak rata)
– rongga hidung : sekret mukoid (sedikit), sekret serosa (banyak)
• Rinoskopi posterior àpost nasal drip
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
• Untuk singkirkan kemungkinan rinitis alergi
• Tes kulit (skin test) biasanya negatif, demikian pula test RAST
• Kadar IgE total dalam batas normal
• Dapat ditemukan juga eosinofil pada sekret hidung (sedikit)
• Infeksi ditandai dengan : sel neutrofil dalam secret
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
• mukosa edema
• tampak gambaran cairan dalam sinus apabila sinus telah terlibat
Rinitis Alergi Rinitis Vasomotor
FARMAKOTERAPI
• Dekongestan atau obat simpatomimetik
– Mengurangi keluhan hidung tersumbat
– Contohnya: oral à Pseudoephedrine 60 mg tiap 4-6 jam, dan semprot hidung à Phenylephrine 0.25-
1% 2-3 spray pada tiap nostril
• Antihistamin baik untuk rinore, kurang untuk gejala obstruksi
– Contoh : Azelastine spray 140 mcg tiap nostril 2x sehari. Olopatadine, Fluticasone
• Kortikosteroid topikal
– keluhan hidung tersumbat, rinore dan bersin-bersin
– menekan respon inflamasi lokal yang disebabkan oleh mediator vasoaktif
– Digunakan selama 1 atau 2 minggu sebelum dicapai hasil yang memuaskan
– Contoh steroid topikal: Budesonide 64 mcg/dosis 2x .Fluticasone, Flunisolide atau Beclomethasone
• Antikolinergik
– efektif pada pasien dengan rinore (keluhan utama)
– Contoh : Ipratropium bromide ( nasal spray ) 42 mcg ke masing nostril sebanyak 2-3x dalam sehari
84 mcg ke masing nostril sebanyak 3-4x dalam sehari untuk 4 hari.
TERAPI OPERATIF
(dilakukan bila pengobatan konservatif gagal) :
– Kauterisasi konka yang hipertrofi dengan larutan AgNO3 25% atau triklorasetat pekat ( chemical
cautery ) maupun secara elektrik (electrical cautery).
– Diatermi submukosa konka inferior (submucosal diathermy of the inferior turbinate )
– Bedah beku konka inferior (cryosurgery)
– Reseksi konka parsial atau total (partial or total turbinate resection)
– Turbinektomi dengan laser (laser turbinectomy)
– Neurektomi n. vidianus (vidian neurectomy)
Komplikasi
• Sinusitis
• Eritema pada hidung sebelah luar
• Pembengkakkan pada wajah
2. NON-ALLERGIC
RHINITIS WITH
EOSINOPHILIA
SYNDROME (NARES)
Definisi
• Sindroma klinis konsisten meliputi gejala rinitis alergi dengan tidak adanya atopi melalui hasil tes
alergen pada kulit, dan analisa sitologi hidung yang menunjukkan adanya eosinofil lebih dari 20%
• Pasien memiliki riwayat alergi : hasil negatif pada tes alergi sistemik à tes smear hidung dan tes
provocation challenge (untuk dapat melihat bukti daripada reaksi hidung local)
• Pada pemeriksaan smear hidung : peningkatan pada eosinophil setidaknya lebih daripada 20
Tatalaksana
• Kortikosteroid intranasal : avamys
• Antihistamin
• Apabila tes provocation challenge hidung hasil positif à imunoterapi dan konseling untuk
menghindari zat yang provokatif.
3. RINITIS
TERK AIT
PEKERJA AN
DEFINISI
Menurut European Academy of Allergy and Clinical Immunology
(EAACI)
• Common disease
Studi di Swedia à paparan serbuk kayu, serbuk tekstil, asap api (petugas
pemadam kebakaran), lem, pengeras cat, dan serbuk kertas
ETIOLOGI
Alergen
• High molecular weight compunds (HMWCs)
Iritatif
• Asap tembakau
• Parfum
• Pengharum ruangan
MANIFESTASI KLINIS
Gejala lain
• Iritasi pada mata
• Batuk
Tanda dan gejala rinitis
DIAGNOSIS
• Gejala lain seperti mata yang berair dapat menimbulkan gejala yang
• Riwayat atopi/alergi
DIAGNOSIS
2. PEMERIKSAAN FISIK&PENUNJANG
• Rinoskopi anterior • Hasil pemeriksaan : Konsisten dengan iritasi dan inflamasi
hidung yang bersifat non-spesifik.
• Endoskopi nasal
• Pemeriksaan alergi
– Skin-prick test
• Obat-obatan
MANIFESTASI KLINIS
• Sekret hidung kental
• Crusting
• Post-nasal drip (Banyak)
• Hidung Tersumbat
• Dahak banyak
• Kemampuan penciuman dan perasa
menurun
TATALAKSANA
Tujuan : Menjaga kelembaban + Meningkatkan mucociliary clearance.
• Nasal spray
• Irigasi Hidung
• Mukolitik
• Vaskonstriktor topikal
• Obat sistemik : anti-hipertensi dan psiko-sedatif
• Penyebab lain : Aspirin, derivat ergot, pil kontrasepsi
ETIOLOGI
ETIOLOGI
PATOFISIOLOGI
• Mukosa hidung : organ yang sangat peka terhadap rangsangan atau iritan
• Pemakaian topikal vasokonstriktor yang berulang dan dalam waktu lama à
fase dilatasi berulang (rebound dilatation) setelah vasokonstriktor, sehingga
timbul gejala obstruksi.
• Gejala obstruksi menyebabkan à pasien lebih sering dan lebih banyak lagi
memakai obat tersebut.
• Akan terjadi dilatasi dan kongesti jaringan mukosa hidung. Keadaan ini disebut
juga sebagai rebound congestion.
Kerusakan pada mukosa hidung berupa:
1.Kerusakan silia
2.Perubahan ukuran dari sel goblet
3.Penebalan membran basal
4.Pelebaran pembuluh darah
5.Hipersekresi kelenjar mukus
6.Penebalan lapisan submukosa dan peri-ostium
7.Stroma tampak edema
• Obat vasokonstriktor topikal sebaiknya bersifat isotonik
dengan sekret hidung yang normal, dengan pH antara 5,5 - 6,3
serta pemakaiannya tidak lebih dari satu minggu
MANIFESTASI KLINIS
GEJALA
• Hidung tersumbat terus menerus tanpa mengeluarkan sekret.
• Gejala lain yang dapat muncul adalah pasien mendengkur, bernafas lewat mulut,
insomnia, dan nyeri tenggorokan.
TANDA
• Pada pemeriksaan : Tampak edema/hipertrofi konka dengan sekret
hidung yang berlebihan.
• Dengan tampon adrenalin à edema konka tidak berkurang.
• Mukosa hidung yang kemerahan (beefy-red) dengan area bercak perdarahan
dan sekret yang minimal/edema.
• Mukosa à pucat + edema à menjadi atrofi + berkrusta
KRITERIA DIAGNOSIS
1.Riwayat pemakaian vasokonstriktor topikal seperti obat tetes hidung atau
• Berhubungan
– Penurunan kadar estrogen dan progesteron setelah kelahiran à hilangnya gejala rinitis dengan cepat
• Irigasi saline merupakan sangat efektif untuk rinitis pada kehamilan à lini pertama
ORAL
• Antihistamin generasi pertama dan kedua yang termasuk dalam kategori B, à lini pertama pengecualian untuk
fenofexadine dan desloratadine yang merupakan kategori C.
• Ipratropium bromide merupakan kategori B yang memiliki efektivitas lebih untuk rinore, (kurang untuk
kongesti)
INTRANASAL
• Steroid nasal semua obat kategori C kecuali budesonide aqua.
• Antihistamin intranasal, dekongestan oral dan dekongestan intranasal masuk dalam kategori C à lini kedua
• Penghambat leukotriene merupakan kategori B : ditoleransi dengan baik dalam kehamilan tanpa menimbulkan
malformasi mayor kepada perkembangan fetus.
Kelas Kehamilan kelas B Kehamilan kelas C
Antihistamin sistemik, Chlorpheniramine Pheniramine (Avil)
generasi pertama (Chlortrimeton) Promethazine
Clemastine (Tavist) (Phenergan)
Dimenhydrinate
(Dramamine)
Dimenhydrinate
(Dramamine)
Diphenhydramine
(Benadryl)
Hydroxyzine (Vistaril)
Antihistamin sistemik, Cetirizine (Zyrtec) Desloratadine
generasi kedua Levocetirizine (Xyzal) (Clarinex)
Loratadine (Claritin) Fenofexidine (Allegra)
• Secara klinis mukosa hidung menghasilkan sekret yang kental dan cepat
mengering sehingga terbentuk krusta yang berbau busuk.
ETIOLOGI
• Infeksi mikroorganisme
• Defisiensi Fe
• Defisiensi vitamin A
• Sinusitis kronis
• Kelainan hormonal
• Penyakit kolagen
MANIFESTASI KLINIS
• Ditandai dengan atrofi progresif mukosa dan tulang hidung.
• Mukosa hidung menghasilkan sekret kental dan cepat mengering, sehingga
terbentuk krusta yang berbau busuk.
• Keluhan
• Nafas berbau
• Ingus kental berwarna hijau disertai rusta hijau
• Gangguan penghidu,
• Sakit kepala
• Hidung tersumbat
TATALAKSANA
à Pengobatan dapat diberikan secara konservatif dengan
memberikan antibiotik berspektrum luas, obat cuci hidung,
vitamin A, dan preparat Fe.
8 . R I N I T I S YA N G
BERHUBUNGAN
D E N G A N KO N D I S I
SISTEMIK
DEFINISI
– Kondisi imunologi
– Kelainan struktural
– Lain-lain
ETIOLOGI
Kondisi Inflamasi dan Imunologi
· Wegener Granulomatosis
· Sarkoidosis
· Systemic Lupus Erythematous
· Churg-Strauss
· Relapsing Polychondritis
· Amyloidosis
· Immunodeficiency (contoh: Selective IgA deficiency)
· NK/T-cell lymphoma
· Chronic Lymphocytic Leukemia
Kondisi Struktural
· Atresia koana
· Deviasi septum
· Hipertrofi adenoid
· Benda asing
· Polip nasal
· Tumor nasal
· Diskinesia silia
· CSF leak
Lain-lain
· Refluks esofageal
· Parkinson disease
MANIFESTASI KLINIS
• Refluks esophageal:
– Sering pada anak, menyebabkan
rhinosinusitis pada orang dewasa
– Gejala: produksi lendir berlebihan, iritasi
tenggorokan, batuk, ada gejala refluks
lambung
TATALAKSANA
Etiologi
• Adenovirus
• Picovirus
• Rhinovirus
• Coxsakie virus
• ECHO
1. RINITIS SIMPLEKS
Manifestasi Klinis
• Tirah baring
• Minum air lebih banyak
• Antihistamin
• Dekongestan
• Analgesik
1. RINITIS SIMPLEKS
Komplikasi
3. RINITIS EKSANTEMATOUS
• Penyebab: morbili, varisela, variola dan
pertussis
• Gejala: eksantema 2-3 hari sebelum
1 . R IN IT IS
BAKTER I
RINITIS DIFTERI
• CARA PENYEBARAN : droplet kontak dengan pasien /karier dan terkena cairan dari lesi
terinfeksi
• Demam
• Toksemia
• Limfadenitis
• Paralisis
• Sekret hidung yang bercampur darah
• Pseudomembran putih yang mudah berdarah
• Krusta coklat di nares dan kavum nasi
TATALAKSANA
PROFILAKSIS ANTIBIOTIK
• Benzyl penisilin IM
– 600.000 unit dosis tunggal untuk anak dibawah 6 tahun
– 1.2 M unit dosis tunggal untuk 6 tahun atau lebih.
• Eritromisin oral selama 7 hari
– 125 mg tiap 6 jam untuk anak dibawah usia 2 tahun
– 250 mg tiap 6 jam untuk anak usia 2-8 tahun
– 250 - 500 mg tiap 6 jam untuk anak diatas 8 tahun
• Pasien dengan pemeriksaan swab yang positif àpemeriksaan swab lanjut setelah pengobatan
Apabila hasil positif à terapi lanjut selama 10 hari
3. R IN IT IS
F UN G AL
Definisi
Etiologi
• Aspergilllus à (Aspergilosis)
• Rhizopus oryzae à (Mukormikosis)
• Candida à (Kandidiasis)
MANIFESTASI KLINIS
Aspergilosis Mukormikosis