Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA BLOK

GASTROINTESTINAL

Kelompok Lab: A1

Disusun oleh :

Ravania Rahadian Putri 1710211096

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN


NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.,

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan izin-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah Praktikum Biokimia
Blok GIS dengan tepat waktu. Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan kepada saya. Selain itu, makalah ini juga dibuat agar pembaca dapat
memahami bagaimana cara kerja dan kandungan dari air liur (saliva) dan juga
empedu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu, saya sangat menerima saran dan kritik dari pembaca
sekalian demi perbaikan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Demikian makalah ini saya buat, semoga makalah ini dapat menjadi
bahan pembelajaran kita semua yang membacanya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 31 Mei 2019


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LANDASAN TEORI


1.1. 1 SALIVA

Merupakan cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, elektrolit (sodium,
potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat) dan terdiri dari
protein yang berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba,
glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan
dalam kesehatan rongga mulut.

Komposisi Saliva

Terdiri dari 99,5% air dan 0,5% subtansi yang larut. Komposisi saliva
antara lain :

1. Protein
Beberapa jenis protein yang terdapat didalam saliva adalah :
a) Mucoid
Merupakan sekelompok protein yang sering disebut dengan mucin
dan memberikan konsistensi mukus pada saliva. Mucin juga
berperan sebagai glikoprotein karena terdiri dari rangkaian protein
yang panjang dengan ikatan rantai karbohidrat yang lebih pendek.

b) Enzim
Enzim yang ada pada saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva dan
beberapa diantaranya merupakan produk dari bakteri dan leukosit
yang ada pada rongga mulut.
Beberapa enzim yang terdapat dalam saliva adalah amylase dan
lysozyme yang berperan dalam mengontrol pertumbuhan bakteri
di rongga mulut.
c) Protein Serum
Saliva dibentuk dari serum maka sejumlah serum protein yang
kecil ditemukan didalam saliva. Albumin dan globulin termasuk
kedalam serum saliva

d) Waste Products
Pada saliva juga ditemukan sebagian kecil dari waste product
pada serum, urea dan uric acid.

2. Ion-ion Inorganik
Ion-ion utama yang ditemukan dalam saliva adalah kalsium dan fosfat yang
berperan penting dalam pembentukan kalkulus. Ion-ion lain yang memiliki
jumlah yang lebih kecil terdiri dari sodium, potasium, klorida, sulfat dan ion-
ion lainnya.

3. Gas
Pada saat pertama sekali saliva dibentuk, saliva mengandung gas oksigen
yang larut, nitrogen dan karbon dioksida dengan jumlah yang sama dengan
serum. Ini memperlihatkan bahwa konsentrasi karbon dioksida cukup tinggi
dan hanya dapat dipertahankan pada larutan yang memiliki tekanan didalam
kelenjar duktus, tetapi pada saat saliva mencapai rongga mulut banyak
karbon dioksida yang lepas.

4. Zat-zat Aditif di Rongga Mulut


Merupakan berbagai substansi yang tidak ada didalam saliva pada saat saliva
mengalir dari dalam duktus, akan tetapi menjadi bercampur dengan saliva
didalam rongga mulut. Yang termasuk kedalam zat-zat aditif yaitu
mikroorganisme, leukosit dan dietary substance.
Volume rata-rata saliva yang dihasilkan perhari berkisar 1-1,5 liter. Pada
orang dewasa laju aliran saliva normal yang distimulasi mencapai 1-3
ml/menit, rata-rata terendah mencapai 0,7-1 ml/menit dimana pada keadaan
hiposalivasi ditandai dengan laju aliran saliva yang lebih rendah dari 0,7
ml/menit. Laju aliran saliva normal tanpa adanya stimulasi berkisar 0,25-
0,35 ml/menit, dengan rata- rata terendah 0,1-0,25 ml/menit dan pada
keadaan hiposalivasi laju aliran saliva kurang dari 0,1 ml/menit.

Nilai pH saliva normal berkisar 6 – 7. Konsumsi karbohidrat padat maupun


cair dapat menyebabkan terjadinya perubahan pH saliva dimana karbohidrat
akan difermentasi oleh bakteri dan akan melekat ke permukaan gigi.
Dengan adanya sistem buffer pada saliva, pH akan kembali netral
setelah 20 menit terpapar karbohidrat yang berkonsistensi cair dan 40-
60 menit pada karbohidrat yang berkonsistensi padat.

Fungsi Saliva

a) Sensasi Rasa
Aliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonik, saliva
mengalir melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik.
Kandungan hipotonik saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida,
urea dan memiliki kapasitas untuk memberikan kelarutan substansi yang
memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang berbeda.

b) Perlindungan Mukosa dan Lubrikasi


Saliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai pelumas dan
melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi.
Mucinsebagai protein dalam saliva memiliki peranan sebagai pelumas,
perlindungan terhadap
dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan viskoelastisitas saliva.

c) Kapasitas Buffering
Buffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk
mempertahankan agar pH tetap netral. Buffer dapat menetralisasikan
asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk mengatur
keseimbangan buffer pada rongga mulut.

d) Integritas Enamel Gigi


Saliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas
kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi
dan demineralisasi. Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel
adalah hidroksiapatit sebagai Universitas Sumatera Utarakonsentrasi
aktif yang dapat membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor didalam larutan
dan didalam pH saliva.

e) Menjaga Oral Hygiene


Saliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana
produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim lysozyme yang
berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga
mulut.

f) Membantu Proses Pencernaan


Saliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal
dalam proses pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim α-amylase
atau enzim ptyalin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang
berfungsi untuk memecah karbohidrat menjadi maltose, maltotriose dan
dekstrin.
g) Perbaikan Jaringan
Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada
jaringan rongga mulut, dimana dapat dilihat secara klinis waktu
pendarahan menjadi lebih singkat dengan adanya bantuan saliva.

h) Membantu Proses Bicara


Lidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa adanya
saliva maka proses bicara akan menjadi lebih sulit.

i) Menjaga Keseimbangan Cairan


Penurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi
haus yang dapat meningkatkan intake cairan tubuh.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pH Saliva

Derajat keasaman (pH) dan kapasitas buffer saliva dipengaruhi oleh


perubahan-perubahan yang disebabkan oleh irama cyrcadian, diet dan
rangsangan terhadap kecepatan sekresi saliva.

a) Irama cyrcadian
Irama cyrcadian mempengaruhi pH dan kapasitas buffer saliva. Pada
keadaan istirahat atau segera setelah bangun, pH saliva meningkat dan
kemudian turun kembali dengan cepat. Pada seperempat jam setelah
makan (stimulasi mekanik), pH saliva juga tinggi dan turun kembali
dalam waktu 30-60 menit kemudian. pH saliva agak meningkat sampai
malam, dan setelah itu turun kembali.

b) Diet
Diet juga mempengaruhi kapasitas buffer saliva. Diet kaya karbohidrat
dapat menurunkan kapasitas buffer saliva,
sedangkan diet kaya serat dan diet kaya protein mempunyai efek
meningkatkan buffer saliva. Diet kaya karbohidrat meningkatkan
metabolisme produksi asam oleh bakteri-bakteri mulut, sedangkan
protein sebagai sumber makanan bakteri, meningkatkan sekresi zat-zat
basa seperti amonia.

1.1.2 EMPEDU

Secara fisiologi, empedu dihasilkan oleh hepatosit dan sel-sel duktus


sebanyak 500-1500 mL/ hari. Sekresi aktif garam empedu ke dalam

canaliculus bilier dipengaruhi oleh volume empedu. Na + dan air mengalir


secara pasif untuk meningkatkan isoosmolaritas. Lechitin dan kolesterol
memasuki canaliculus pada laju tertentu yang berhubungan dengan
output garam empedu. Bilirubin dan
sejumlah anion organik lainnya (esterogen, sulfobromopthalen, dll) secara
aktif disekresikan oleh hepatosit melalui sistem transport yang berbeda
dengan garam empedu. Diantara makan, empedu
disimpan di vesica biliaris, dimana empedu terkonsentrasi pada
hingga 20%/ jam. Na+ dan HCO - 3 atau Cl- secara aktif ditransport
dari lumennya selama absorpsi.

Ada tiga faktor yang meregulasi aliran empedu yaitu : sekresi hepatik,
kontraksi vesica biliaris, dan tahanan spincter choledochal. Dalam keadaan
puasa, tekanan di ductus choledocus adalah 5-10 cm H2O dan empedu yang
dihasilkan di hati disimpan di dalam vesica biliaris. Setelah makan, vesica
biliaris berkontraksi, spincter relaksasi dan empedu di alirkan ke dalam
duodenum dengan adanya tekanan di dalam duktus yang terjadi secara
intermiten yang melebihi tahanan spincter. Saat berkontraksi, tekanan di
dalam vesica biliaris mencapai 25 cm H2O dan di dalam ductus choledocus
mencapai 15-20 cm H2O. Cholecystokonin (CCK)
adalah stimulus utama untuk berkontraksinya vesica biliaris dan relaksasi
spincter. CCK dilepaskan ke dalam aliran darah dari mukosa usus halus.

Gambar 3. Fisiologi Pengeluaran Empedu


Komposisi Empedu

Tabel 1. Komposisi empedu2

Dari Kandung
Komponen Dari Hati
Empedu

Air 97,5 gm % 95 gm %

Garam Empedu 1,1 gm % 6 gm %

Bilirubin 0,04 gm % 0,3 gm %

Kolesterol 0,1 gm % 0,3 – 0,9 gm %

Asam Lemak 0,12 gm % 0,3 – 1,2 gm %

Lecithin 0,04 gm % 0,3 gm %

Elektrolit - -

1. Garam Empedu
Asam empedu berasal dari kolesterol. Asam empedu dari hati ada
dua macam yaitu : Asam Deoxycholat dan Asam Cholat.

Fungsi garam empedu adalah

a. Menurunkan tegangan permukaan dari partikel lemak yang terdapat


dalam makanan, sehingga partikel lemak yang besar dapat dipecah
menjadi partikel-partikel kecil untuk dapat dicerna lebih lanjut.
b. Membantu absorbsi asam lemak, monoglycerid, kolesterol dan
vitamin yang larut dalam lemak.

Garam empedu yang masuk ke dalam lumen usus oleh kerja kuman-kuman
usus dirubah menjadi deoxycholat dan lithocholat. Sebagian besar (90 %)
garam empedu dalam lumen usus akan
diabsorbsi kembali oleh mukosa usus sedangkan sisanya akan dikeluarkan
bersama feses dalam bentuk lithocholat. Absorbsi garam empedu tersebut
terjadi disegmen distal dari ilium. Sehingga bila ada gangguan pada daerah
tersebut misalnya oleh karena radang atau reseksi maka absorbsi garam
empedu akan terganggu.

2. Bilirubin
Hemoglobin yang terlepas dari eritrosit akan pecah menjadi heme
dan globin. Heme bersatu membentuk rantai dengan empat inti pyrole
menjadi bilverdin yang segera berubah menjadi bilirubin bebas. Zat ini di
dalam plasma terikat erat oleh albumin. Sebagian bilirubin bebas diikat
oleh zat lain (konjugasi) yaitu 80
% oleh glukuronide. Bila terjadi pemecahan sel darah merah
berlebihan misalnya pada malaria maka bilirubin yang terbentuk sangat
banyak.

Metabolisme bilirubin:
1.2 TUJUAN PRAKTIKUM

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui kadar pH dan ion ion yang terkandung dalam saliva ( air liur
) dan kandungan cairan empedu dengan menggunakan reaksi biokima

1.2.2 Tujuan Khusus

- Mengetahui pH saliva ( air liur )

- Mengetahui adanya sulfat dalam saliva (air liur)

- Mengetahui adanya fosfat dalam saliva (air liur)

- Mengetahui ada tidaknya klorida dalam saliva (air liur)

- Mengetahui adanya pigmen empedu

- Mengetahui adanya asam empedu


BAB II

HASIL PERCOBAAN
&
KESIMPULAN

2.1 LIUR
2.1.1 Penetapan Liur
Tujuan :
Untuk mengetahui pH liur
Dasar :
Pada kisaran pH tertentu suatu indikator akan memberikan perubahan warna sesuai

dengan H+ dalam larutan yg diperiksa.


Bahan :
 Air liur
 pH indicator
Cara kerja :
Siapkan 3 ml air liur dalam tabung reaksi. Kemudian ambil satu pH test dan
masukan ke dalam tabung reaksi yang berisi liur. Tunggu sampai ada perubahan
warna. Setelah itu bandingkan perubahan warna yang muncul dengan indikator pH.

pH liur : 7
Kesimpulan : Air liur bersifat netral

2.1.2 Uji Sulfat


Tujuan :
Untuk mengetahui adanya sulfat dalam liur.
Dasar :
Ion sulfat dalam suasana asam dapat diendapkan oleh barium.
Ba2+ + SO42-  BaSO4 (endapan putih)  (+)
Bahan :
 Air liur
 HCl encer/ HCl 10%
 BaCl2 10%
Cara Kerja
Bahan Tabung
Liur 1 mL
HCl 3-5 tetes
BaCl2 5-10 tetes
Hasil pengamatan Terbentuk
endapan
putih

Kesimpulan :
Pengujian ion SO42 sampel saliva atau air liur. Pengujian ini dilakukan karena air liur
atau saliva biasanya terdiri dari 0,5% bahan padat yang merupakan ion-ion anorganik
seperti SO42-. Pengujian dilakukan terhadap air liur yang telah disaring sebelumnya.
Pengujian sulfat ini dilakukan dengan mengunakan pereaksi BaCl2 yang akan bereaksi
membentuk BaSO4 dengan kelarutan rendah sehingga akan mengakibatkan
terbentuknya endapan dalam larutan yang diasamkan oleh HCl 10%. Apabila terdapat
endapan yang terbentuk pada sampel, hal itu menandakan bahwa sampel mengandung
SO42-. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil positif pada
pengujian ini. Hal ini berarti keberadaan air liur atau saliva memiliki komposisi
senyawa organik sekitar 0,5% . Hal tersebut akan bergantung pada makanan yang di
konsumsi sebelumnya.
2.1.3 Uji Fosfat
Tujuan :
Mengetahui ada tidaknya klorida dalam liur.
Dasar :
Ion klorida dalam suasana asam dapat diendapkan oleh Ag (perak). Endapan AgCl
(endapan putih) menunjukan adanya klorida.

Bahan :
 Air liur
 Larutan urea 10%
 Pereaksi molibdat special
 Larutan FeSO4 spesial
Cara kerja :
Bahan Tabung

Liur 0,5 mL

Urea 10% 0,5 mL

Molibdat special 5 mL

FeSO4 spesial 0,5 mL

Hasil Terbentuk endapan biru

KESIMPULAN
Tes fosfat pada air liur yaitu dengan menambahkan urea 10% sehingga larutan
berwarna jernih kemudian ditambah dengan reagen molibdat dan didapat larutan
menjadi kuning keruh. Langkah selanjutnya menambah FeSO4. Penambahan FeSO4
ini bertujuan untuk membentuk kompleks. Warna larutan yang biru tua tersebut
menunjukkan bahwa air liur mengandung fosfat dalam bentuk ortofosfat. Hal ini
membuktikan air liur mengandung mineral fosfat. Saliva terdiri atas air sebesar 99.5%
dan benda padat sebesar 0.5%. Benda padat yang terdapat di dalam saliva berupa
bahan organik dan ion anorganik, yaitu SO42-, PO43-, HCO32-, Cl-, Ca2+, Mg2+, Na+,
dan K+ .
Uji fosfat terhadap saliva apabila menunjukkan reaksi negatif ditandai dengan
terbentuknya endapan berwarna putih kekuningan dan larutan berwarna kuning.

2.1.4 Uji Sulfat

Tujuan : Mengetahui ada tidaknya klorida dalam liur

Dasar : Ion klorida dalam suasana asam dapat diendapkan oleh Ag


(perak). Endapan AgCl (endapan putih) menunjukan adanya klorida

Bahan :

 Liur
 Asam nitrat 10%
 Perak nitrat 1 %

Cara kerja :

Bahan Tabung

Liur 1 mL

Asam nitrat 3-5 tetes

Perak nitrat 5-10 tetes

Hasil Terdapat endapan putih

Hasil : Terdapat endapan putih pada tabung

Kesimpulan : Endapan putih (AgCl) yang terbentuk pada tabung


menunjukkan bahwa klorida (Cl) yang terdapat dalam air liur dalam
2.2 PANKREAS
2.2.1 TES GMELLIN
Tujuan : Untuk mengetahui adanya pigmen empedu
Dasar : Penambahan asam nitrat pada pigmen empedu akan menghasilkan
senyawa oksidasi yang berwarna.
Bahan :
1. Larutan asam empedu encer (1:5)
2. Larutan asam nitrat pekat

Tabung Tabung
Bahan
1 2
Cairan empedu encer 1 mL
Aquades 1 mL

Asam nitrat pekat (dinding


1 mL 1 mL
tabung)

Hasil pengamatan :
Pada tabung 1, cairan empedu yang berwarna hijau setelah diteteskan asam nitrat
pekat berubah menjadi warna ungu tua. Pertama-tama hanya pada bagian dasar, lama
kelamaan warna ungu naik yang menyebabkan warna hijaunya semakin memudar.
Lalu warna ungu yg didasar memudar, menjadi warna ungu muda. Dan terakhir
warna ungu tersebut akan hilang dan menyisakan warna putih.Dan pada tabung 2,
aquades yang telah diteteskan asam nitrat pekat tidak menunjukkan adanya perubahan
warna, melainkan tetap bening dan jernih.

2.2.2 TES PETTENKOFER


Tujuan : Untuk mengetahui adanya asam empedu.
Dasar : Asam-asam empedu yang terdapat dalam empedu terutama sebagai
garam empedu yang merupakan senyawa aromatik kompleks. Asam empedu bereaksi
dengan furfural (yang terbentuk pada penambahan asam pekat dan karbohidrat)
membentuk turunan yang berwarna.
Bahan Tabung 1 Tabung 2
Cairan empedu encer 1 mL
Aquades 1 mL
Larutan sukrosa 5% 1 mL 1 mL
H2SO4 pekat (melalui dinding
1 mL 1 mL
tabung)

Bahan :
1. Larutan asam empedu encer (1:5) dan akuades
2. Larutan sukrosa 5%
3. Asam sulfat pekat

Hasil pengamatan :
Pada tabung 1, cairan empedu yang berwarna hijau yang telah di teteskan dengan
larutan sukrosa dan H2SO4 pekat menunjukkan perubahan warna menjadi warna ungu
yang membentuk cincin. Sedangkan pada tabung 2, aquades yang telak diteteskan
dengan larutan sukrosa dan H2SO4 pekat menunjukkan tidak ada perubahan warna,
melainkan tetap bening dan jernih.
LAMPIRAN

1.

Penetapan Liur

2.

Uji Sulfat

3.

Uji Fosfat

4.
Uji Klorida

5.

Uji Gmellin

6.

Uji Pettenkofer
DAFTAR PUSTAKA

- Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Edisi 11. Jakarta: EGC
- http://repository.usu.ac.id
- Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
Jakarta;EGC

Anda mungkin juga menyukai