Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TRAUMA


TELINGA
OLEH KELOMPOK II
ANATOMI-FISIOLOGI TELINGA DAN
PENDENGARAN
ANATOMI TELINGA:
1. Telinga Luar, terdiri dari
Pinna/Aurikel/Daun Telinga
Liang Telinga/Kanalis Autikus Externus (KAE)
Kanalis Auditorius Exsternus
2. Telinga Tengah, terdiri dari
Membran Timpani/Gendang Telinga membatasi
telinga luar dan tengah.
Kavum Timpani (terdapat 3 buah tulang pendengaran
Malleus, Inkus dan Stapes)
Antrum Timpani
Tuba Auditiva Eustakhius
3. Telinga Tengah, terdiri dari
Telinga dalam terdapat jauh didalam bagian petrous tulang temporal, didalamnya terdapat organ
untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis) dan saraf cranial VII (nervus
fasialis) dan nervus VIII (nervus kokleovestibularis).
next... FISIOLOGI PENDENGARAN:
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh pinna
dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang
koklea. Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani, diteruskan
ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan
mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan lurus membran timpani dan tingkap lonjong.
Energi getaran tersebut akan diteruskan ke stapes yang menggerakan
tingkap lonjong sehingga perilimfe pada skala vestibula bergerak.
Getaran diteruskan melalui membran Reissner yang mendorong
endolimfe sehingga akan menimbulkan gerakan relative antara membran
basalis dan membrantektoria.
Proses ini merupakan rangsangan mekanik yang menyebabkan
terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka
dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
meimbulkan proses depolarisasi sel rambut sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinaps yang akan menimbulkan potensial aksi
pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius sampai ke
korteks pendengaran di lobus temporalis.
PENGERTIAN TRAUMA TELINGA

Trauma telinga adalah kompleks, sebagai agen berbahaya yang berbeda dapat
mempengaruhi berbagai bagian telinga. Para agen penyebab trauma telinga termasuk
faktor mekanik dan termal, cedera kimia, dan perubahan tekanan. Tergantung pada
jenis trauma, baik eksternal, tengah, dan / atau telinga bagian dalam bisa terluka.
Trauma liang telinga umumnya disebabkan oleh kesalahan sewaktu membersihkan
telinga dengan cotton bud atau alat pembersih telinga lainnya. Akibatnya terjadi luka
atau hematoma pada kulit liang telinga.
Trauma pada membran timpani disebabkan oleh tamparan, ledakan (barotrauma),
menyelam yang terlalu dalam, luka bakar ataupun tertusuk. Akibatnya timbul
gangguan pendengaran berupa tuli konduktif karena robeknya membran timpani atau
terganggunya rangkaian tulang pendengaran, yang terkadang disertai tinitus.
ETIOLOGI TRAUMA TELINGA
Menurut Soepardi (2000: 30), penyebab utama dari trauma telinga
antara lain:
1) Kecelakaan lalu lintas
2) Perkelahian
3) Kecelakaan dalam bidang olahraga
4) Luka tembak
5) Kebiasaan mengorek kuping
PATOFISIOLOGI TRAUMA TELINGA
a) Trauma liang telinga umumnya disebabkan oleh kesalahan sewaktu
membersihkan telinga dengancotton budatau alat pembersih telinga lainnya.
Akibatnya terjadi luka atau hematoma pada kulit liang telinga.
b) Benda asing yang masuk ke telinga biasanya disebabkan oleh beberapa factor
antara lain pada anak anak yaitu factor kesengajaan dari anak tersebut, factor
kecerobohan misalnya menggunakan alat-alat pembersih telinga pada orang
dewasa seperti kapas, korek api ataupun lidi.
c) Masuknya benda asing ke dalam telinga yaitu ke bagian kanalis audiotorius
eksternus akan menimbulkan perasaaan tersumbat pada telinga, sehingga klien
akan berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Namun, tindakan yang klien
lakukan untuk mengeluarkan benda asing tersebut sering kali berakibat semakin
terdorongnya benda tersebut ke bagian tulang kanalis eksternus sehingga
menyebabkan laserasi kulit dan melukai membrane timpani. Akibat dari laserasi
kulit dan lukanya membrane timpanai, akan menyebabkan gangguan
pendengaran, rasa nyeri telinga atau otalgia dan kemungkinan adanya risiko
terjadinya infeksi.
MANIFESTASI TRAUMA TELINGA
Menurut Soepardi (2000: 30), manifestasi klinik trauma telinga antara
lain:
1. Edema
2. Laserasi
3. Luka robek
4. Hilangnya sebagian/seluruh daun telinga
5. Perdarahan
6. Hematom
7. Nyeri kepala
8. Nyeri tekan pada kulit kepala
9. Fraktur tulang temporal
PEMERIKSAAN PENUNJANG TRAUMA TELINGA
1. Pemeriksaan dengan 2. Pemeriksaan Ketajaman 3. Uji Ketajaman Dengan
Otoskopik Garpu Tala
Test Penyaringan Sederhana:
Mekanisme: Uji Weber
1) Lepaskan semua alat bantu 1) Menguji hantaran tulang
Bersihkan serumen.
dengar. (tuli konduksi).
Lihat kanalis dan
2) Uji satu telinga secara 2) Pegang tangkai garpu tala,
membran timpani.
bergiliran dengan cara tutup pukulkan pada telapak
Interpretasi: salah satu telinga. tangan.
Warna kemerahan, bau 3) Letakan tangkai garpu tala
busuk dan bengkak 3) Berdirilah dengan jarak 30 cm. pada puncak kepala pasien.
menandakan adanya 4) Tarik nafas dan bisikan angka 4) Tanyakan pada pasien, letak
infeksi. secara acak (tutup mulut). suara dan sisi yang paling
Warna kebiruan dan keras.
5) Untuk nada frekuensi tinggi:
kerucut menandakan
adanya tumpukan lakukan dgn suara jam.
darah dibelakang
gendang..
Kemungkinan gendang
mengalami robekan.
PENCEGAHAN TRAUMA TELINGA
Higienisitas yang baik seperti mencuci tangan secara teratur, dapat mencegah
terjadinya infeksi aurikula (Daun Telinga), pasien dilarang menyentuh telinganya
dan kuku harus dipotong pendek. (Helmi Sosialisman dkk,2004)
PENATALAKSANAAN TRAUMA TELINGA
1. Pasien diistirahatkan duduk atau berbaring.

2. Atasi keadaan kritis (tranfusi, oksigen, dan sebagainya).

3. Bersihkan luka dari kotoran dan dilakukan debridement, lalu hentikan perdarahan.

4. Pasang tampon steril yang dibasahi antiseptik atau salep antibiotik.

5. Periksa tanda-tanda vital,

6. Pemeriksaan otoskopi secara steril dan dengan penerangan yang baik, bila
mungkin dengan bantuan mikroskop bedah atau loop untuk mengetahui lokasi
lesi.

7. Pemeriksaan radiology bila ada tanda fraktur tulang temporal. Bila mungkin
langsung dengan pemeriksaan CT scan.
KOMPLIKASI dari TRAUMA TELINGA
Akibat Trauma telinga yaitu akan terjadi komplikasi, yaitu tulang rawan
hancur dan menciut serta keriput, sehingga terjadi telinga lisut (cauliflower ear).
(Helmi Sosialisman dkk, 2004)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TRAUMA TELINGA
1.PENGKAJIAN
a. Keluhan tama
Biasanya klien mengeluh adanya nyeri, apalagi jika daun telinga disentuh. Didalam telinga terasa penuh
karena adanya penumpukan serumen atau disertai pembengkakan.Terjadi gangguan pendengaran dan
kadang-kadang disertai demam.Telinga juga terasa gatal.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang: Waktu kejadian, penyebab trauma, posisi saat kejadian, status kesadaran
saat kejadian, pertolongan segera yang diberikan setelah kejadian
Riwayat Kesehatan Masa Lalu. Tanyakan pada klien dan keluarganya:
1) Apakah klien dahulu pernah menderita sakit seperti ini?
2) Apakah sebelumnya pernah menderita penyakit lain, seperti panas tinggi,kejang?
3) Apakah klien sering mengorek-ngorek telinga dengan benda asing yangdapat mengakibatkan lesi
(luka)?
4) Bagaima klien mengobati luka tersebut pada telinga?
5) Apakah pernah menggunakan obat tetes telinga atau salep?
6) Apakah pernah keluar cairan dari dalam telinga?
7) Bagaimana karakteristik dari cairannya (warna, bentuk, dan bau)?
next...
c. Biodata
1) Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, alamat, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, dandiagnosa medis.
2) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, usia,
pendidikan,pekerjaan/sumber penghasilan, agama, dan alamat.
3) Identitas saudara kandung meliputi nama, usia, jenis kelamin, hubungandengan klien,
dan status kesehatan.
d. Pemeriksaan Fisik
4) Inspeksi
Inspeksi keadaan umum telinga, pembengkakan pada MAE (meatusauditorius
eksterna) perhatikan adanya cairan atau bau, warna kulit telinga,penumpukan
serumen, tonjolan yang nyeri dan berbentuk halus, serta adanya peradangan.
2) Palpasi
Lakukan penekanan ringan pada daun telinga, jika terjadi respon nyeridari klien,
maka dapat dipastikan klien menderita otitis eksternasirkumskripta (furunkel).
next...
e. Data Subjektif dan Data Objektif
1) Data Subjektif
Klien mengeluh telinganya sakit atau nyeri atau terasa gatal
Klien mengeluh pendengarannya berkurang.
Klien mengatakan sering mengorek telinganya dengan benda asing sehingga menyebabkan lesi.
Klien mengatakan kepala terasa pusing.
2) Data Objektif
Klien berespons kesakitan saat daun telinganya disentuh.
P: saat disentuh, Q: menusuk, R: daerah sekitar telinga, S: 5, dan T: intermitten (saat
disentuh)
Klien tampak meringis kesakitan
Klien sering mendekatkan telinganya kepada perawat saat perawatberbicara.
Adanya benjolan atau furunkel pada telinga atau filamen jamur yangberwarna keputih-putihan.
Liang telinga tampak sempit, hyperemesis dan edema tanpa batas yang jelas.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TRAUMA TELINGA
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri b/d trauma dan proses inflamasi
b. Gangguan persepsi sensori: pendengaran b/d adanya benjolan atau
furunkel
c. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan kesukaran
memahami orang lain (kurangnya pendengaran).
d. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang penyakit, penyebab infeksi
dan tindakan pencegahannya.
e. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan terjadinya ketulian,
sekunder terhadap tanda-tanda infeksi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TRAUMA TELINGA
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Nyeri b/d trauma dan proses inflamasi
1) Kaji tingkat nyeri klien
2) Lakukan pembersihan telinga secara teratur dan hati-
hati.
3) Beri penyuluhan kepada klien tentang penyebab nyeri
dan penyakit yang dideritanya.
4) Berikan kompres hangat pada daerah nyeri
5) Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan antibiotik.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TRAUMA TELINGA
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
b. Gangguan persepsi sensori: pendengaran b/d
adanya benjolan atau furunkel
1)Masukkan tampon yang mengandung antibiotik ke
dalam liang telinga.
2)Berikan kompres rivanol 1/1000 selama 2 hari.
3)Lakukan irigasi telinga dan keluarkan serumen atau
secret.
4)Lakukan aspirasi secara steril (bila terjadi abses) untuk
mengeluarkan nanahnya.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TRAUMA TELINGA
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
c. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan
dengan kesukaran memahami orang lain
(kurangnya pendengaran)
1) Kaji kemampuan mendengar klien.
2) Identifikasi metode alternatif dan efektif untuk berkomunikasi
3) Usahakan saat berbicara selalu berhadapan dengan klien.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TRAUMA TELINGA
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
d. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang
penyakit, penyebab infeksi dan tindakan
pencegahannya.
1) Kaji status psikologis dan emosional
2) Anjurkan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
3) Gunakan terminologi positif, hindari penggunaan istilah yang
menandakan abnormalitas prosedur atau proses.
4) Berikan kesempatan pada klien untuk memberi masukan pada
proses pengambilan keputusan.
5) Anjurkan penggunaan/kontinuitas teknik pernapasan dan latihan
relaksasi.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
TRAUMA TELINGA
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
e. Resiko gangguan konsep diri berhubungan dengan
terjadinya ketulian, sekunder terhadap tanda-
tanda infeksi.
1) Dorong individu atau keluarga untuk mengekspresikan perasaan,
khususnya mengenai pandangan, pemikiran, dan perasaan
seseorang.
2) Dorong individu atau keluarga untuk bertanya mengenai
masalah, penanganan, perkembangan dan prognosa kesehatan.
3) Berikan informasi yang akurat kepada klien dan keluarga dan
perkuat informasi yang sudah ada.
4) Perjelas berbagai kesalahan konsep individu mengenai diri,
perawatan, atau pemberi perawatan.
THANK
S

Anda mungkin juga menyukai