Oleh:
Dita Mayasari
G99151024
Periode: 9 14 Januari 2017
Pembimbing :
dr. Amru Sungkar, Sp. B., Sp.BP-RE
STATUS PASIEN
I.
Anamnesa
A. Identitas pasien
Nama
: Tn. T
Umur
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
No RM
: 01361xxx
Pekerjaan
: Buruh
MRS
: 3 Januari 2017
Tanggal Periksa
: 12 Januari 2017
B. Keluhan Utama
Nyeri pada rahang bawah
C. Riwayat Penyakit Sekarang
1 bulan SMRS pasien datang ke IGD RSDM dengan keluhan nyeri
pada rahang bawah setelah jatuh terpeleset saat mengendarai sepeda
motor. Pasien saat itu menggunakan helm dengan posisi kaca helm
terbuka kemudian jatuh terpeleset dari sepeda motor dengan posisi
tengkurap, wajah membentur aspal. Pasien sebelumnya sudah dijahit luka
di RSUD Tangerang, lalu oleh keluarga dibawa ke RSDM. Pingsan (-),
muntah (+)
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Riwayat trauma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat alergi
: disangkal
Riwayat operasi
: disangkal
Anamnesa sistemik
Mata
Telinga
Mulut
Hidung
Sistem Respirasi
Pemeriksaan Fisik
A. Primary Survey
1. Airway
2. Breathing
3. Circulation
: bebas
Inspeksi
pernafasan 20x/menit
Palpasi
: krepitasi (-/-)
Perkusi
: sonor/ sonor
Auskultasi
: SDV (+/+), ST (-/-)
: tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 84 x/menit
4. Disability
5. Exposure
B. Secondary Survey
1. Kepala
reflek
cahaya
(-/-),
hematom
3. Telinga
5. Mulut
8. Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
9. Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: sonor/sonor
Auskultasi
10. Abdomen
Inspeksi
: distended (-)
4
Auskultasi
Perkusi
: timpani
Palpasi
Akral dingin
-
Oedema
-
C. Status Lokalis
Regio Midfacial (D)
Inspeksi
Palpasi
Regio Mandibula
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
IV.
Assesment I
Fraktur mandibula dextra et sinistra
V.
Plan I
-
VI.
Foto thorax PA
CT scan kepala 3D
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium (RSDM, 3 Januari 2017)
Pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
PT
APTT
INR
HbsAg
Hasil
Satuan
HEMATOLOGI RUTIN
13.6
g/dl
40
%
18.6
ribu/ul
194
ribu/ul
4.53
juta/ul
HEMOSTASIS
13.7
Detik
25.8
Detik
1.110
SEROLOGI HEPATITIS
Nonreactive
Rujukan
13.5-17.5
33-45
4.5-11.0
150-450
4.50-5.90
10-15.0
20-40.0
Nonreactive
2. CT Scan Kepala 3D
3. Foto thorax PA
VII.
Assesment II
Fraktur parasymphisis mandibulae
Fraktur angulus mandibulae dextra et sinistra
VIII.
Plan II
-
Oral hygiene
Awasi KU/VS/GCS/Lateralisasi
TINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi
tulang halus yang disebut simfisis mentum yang merupakan tempat pertemuan
embriologis dari dua buah tulang (Perumal et al., 2012).
Bagian korpus mandibula membentuk tonjolan disebut prosesus alveolaris
yang mempunyai 16 buah lubang untuk tempat gigi. Bagian bawah korpus
mandibula mempunyai tepi yang lengkung dan halus. Pada pertengahan korpus
mandibula kurang lebih 1 inchi dari simfisis didapatkan foramen mentalis yang
dilalui oleh vasa dan nervus mentalis. Permukaan dalam dari korpus mandibula
cekung dan didapatkan linea milohiodea yang merupakan origo m. milohioid.
Angulus mandibula adalah pertemuan antara tepi belakang ramus mandibula
dan tepi bawah korpus mandibula. Angulus mandibula terletak subkutan dan
mudah diraba pada 2-3 jari dibawah lobulus aurikularis (Sencimen, 2012).
10
11
syaraf dan pembuluh darah yang masuk dari foramen mandibularis dan keluar
kedepan melalui foramen mentalis (Belli et al., 2015).
Lebar kanalis mandibula tersebut sekitar 3 mm ( terbesar) dan ketebalan
korteks sisi bukal yang tertipis sekitar 2.7 mm sedang pada potongan level gigi
kaninus kanalnya berdiameter sekitar 1mm dengan ketebalan korteks sekitar
2.5-3mm. Posisis jalur kanalis mandibula ini perlu diingat dan dihindari saat
melakukan instrumentasi waktu reposisi dan memasang fiksasi interna pada
fraktur mandibula (Philippe, 2003).
12
nutrisi ke dagu. Aliran darah balik dari mandibula melalui vena alveolaris
inferior ke vena facialis posterior. Daerah dagu mengalirkan darah ke vena
submentalis, yang selanjutnya mengalirkan darah ke vena facialis anterior.
Vena facialis anterior dan vena facialis posterior bergabung menjadi vena
fascialis communis yang mengalirkan darah ke vena jugularis interna
(Reginald, 2013; Olivera et al., 2011).
II. Biomekanik Mandibula
Secara biomekanik, mandibula dapat dianggap seperti balok kantilever
yang menggantung pada 2 titik yang digambarkan dengan perlekatan sendi
temporomandibular (TMJ). Otot-otot mastikasi menghasilkan daya yang
beraksi pada balok tersebut dan gigi bertindak sebagai fulkrum (Choi et al.,
2012).
Mandibula memiliki mobilitas dan gaya yang sangat banyak, sehingga
dalam
melakukan
penanganan
fraktur
mandibula
harus
benar-benar
13
III. Insidensi
dentoalveolar
didefinisikan
sebagai
deformitas
linear
atau
terjadinya
14
dari tulang kortikal yang padat dengan sedikit substansi spongiosa sebagai
tempat lewatnya pembuluh darah dan pembuluh limfe. Daerah yang tipis pada
mandibula adalah angulus dan sub condylus sehingga bagian ini termasuk
bagian yang lemah dari mandibula. Selain itu titik lemah juga didapatkan pada
foramen mentale, angulus mandibula tempat gigi molar III terutama yang
erupsinya sedikit, kolum kondilus mandibula terutama bila trauma dari depan
langsung mengenai dagu maka gayanya akan diteruskan kearah belakang.
Mandibula
15
tulang yang sama tanpa adanya hubungan dengan satu sama lain.
Impacted : fraktur dengan salah satu fragmen fraktur di dalam fragmen
16
17
Symphisis
kelas I
kelas II
18
fraktur
tersebut
vertically
dan
horizontally
unfavorable.
19
20
21
Perawatan apa yang telah diberikan sejak trauma terjadi (bila ada)?
Dari pertanyaan ini didapatkan informasi mengenai kondisi awal
dari daerah cedera. Seperti pertanyaan, bagaimana gigi yang avulsi
disimpan sebelum diberikan kepada dokter gigi?
2. Pemeriksaan fisik
22
23
3. Pemeriksaan penunjang
Pada
fraktur
mandibula
dapat
dilakukan
pemeriksaan
24
Foto Oklusal
25
Foto Eisler
Foto ini dibuat untuk pencitraan mandibula bagian ramus
dan korpus, dibuat sisi kanan atau sisi kiri sesuai kebutuhan.
Townes view
Dibuat untuk melihat proyeksi tulang maksila, zigoma dan
mandibula
26
Panoramik
Disebut juga pantomografi atau rotational radiography
dibuat untuk mengetahui kondisi mandibula mulai dari kondilus
kanan sampai kondilus kiri beserta posisi geliginya termasuk
oklusi terhadap gigi maksila. Dibuat film didepan mulut pada alat
yang rotasi dari pipi kanan ke pipi kiri, sinar-x juga berlawanan
arah rotasi dari arah tengkuk sehingga tercapai proyeksi dari
kondulus kanan sampai kondilus kiri.
Keuntungan panoramik adalah cakupan anatomis yang luas,
dosis radiasi rendah, pemeriksaan cukup nyaman, bisa dilakukan
pada penderita trismus,. Kerugiannya tidak bisa menunjukkan
gambaran anatomis yang jelas daerah periapikal sebagaimana
yang dihasilkan foto intra oral.
27
CT Scan
Pemeriksaan ini pada kasus emergensi masih belum
merupakan pemeriksaan standar. Pusat pelayanan
yang telah
28
Gambar 26. MRI buka tutup pada suatu gangguan pada discus
artikularis akibat fraktur mandibula
C. Penatalaksanaan Fraktur Mandibula
Prinsip dasar umum dalam perawatan fraktur mandibula ialah
sebagai berikut; evaluasi klinis secara keseluruhan dengan teliti,
pemeriksaan klinis fraktur dilakukan secara benar, kerusakan gigi
dievaluasi dan dirawat bersamaan dengan perawatan fraktur mandibula,
mengembalikan oklusi merupakan tujuan dari perawatan fraktur
mandibula. Apabila terjadi fraktur mulitple di wajah, fraktur mandibula
lebih baik dilakukan perawatan terlebih dahulu dengan prinsip dari dalam
keluar, dari bawah keatas (Choi et al., 2012).
Waktu
penggunaan
fiksasi
intermaksiler
dapat
bervariasi
29
30
31
5. Teknik kazanjia ;
32
meja operasi diatur head up 20-25 derajat. Desinfeksi dengan batas atas
garis rambut pada dahi, bawah pada klavikula, lateral tragus ke bawah
menyusur tepi anterior m. trapesius kanan kiri.
Adapun insisi yang dilakukan bisa dua cara yaitu pendekatan
intraoral sedikit diatas bucoginggival fold pada mukosa bawah bibir.
Panjang sayatan sesuai kebutuhan atau pendekatan ekstraoral yaitu pada
submandibular 2 cm di kaudal dan sejajar dari margo inferior mandibula
dengan titik tengahnya adalah garis fraktur dan panjang sayatan sekitar 6
cm. Insisi diperdalam sampai memotong muskulus platisma, sambil
perdarahan dirawat. Identifikasi r. marginalis mandibula nervus facialis.
Cari arteri dan vena maksilaris eksterna pada level insisi, bebaskan ligasi
pada dua tempat dan potong diantaranya. Benang ligasi stomp distal
diklem dan dielevasi ke cranial dengan demikian r. marginalis mandibula
akan selamat oleh karena ia berjalan melintang tegak lurus superficial
terhadap vasa maksilaris eksterna. Pada bagian profundanya dibuat flap
ke atas sampai pada periosteum mandibula. Periosteum mandibula
diinsisi, selanjutnya dengan rasparatorium periosteum dibebaskan dari
tulang. Dengan alat kerok atau knabel dilakukan pembersian dari kedua
ujung fragmen tulang. Lakukan reposisi dengan memperhatikan oklusi
gigi yang baik.
33
snaar wire stainless steel diameter 0.9 mm, ikatan tranversal dan figure
of 8. Pada penggunaan plat mini linier pada fraktur mandibula bagian
mentum diantara dua foramen mentales maka digunakan 2 buah plat
masing-masing minimal 4 lubang sehingga didapatkan hasil fiksasi dan
antirotasi.
34
35
36
DAFTAR PUSTAKA
Andreas ZJ et al. Incidence, aetiology and pattern of mandibular fractures in
central Switzerland. Swiss Med Wkly 2011; 141
Belli E, Liberatore G, Elidon M, Orabona GDA, Piombino P, Maglitto F,
Catalfamo L, Riu GD. 2015. Surgical evolution in the treatment of
mandibular condyle fractures. BMC Surgery.
Choi KY et al. Current concepts in the mandibular condyle fracture management
part I: overview of condylar fracture. Archives of Plastic Surgery 2012;
39(4):291-300.
Choi K, Yang J, Chung H, Cho B. 2012. Current Concepts in the Mandibular
Condyle Fracture Management Part II: Open Reduction Versus Closed
Reduction. Archives of Plastic Surgery ;39:301-308.
37
38
39
40