Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN AMELOBLASTOMA MANDIBULA DI

RUANGAN LONTARA 2 ATAS BELAKANG RSUP DR.WAHIDIN


SUDIROHUSODO MAKASSAR

OLEH :
NAJEMIA
19-04-018

(CI LAHAN) (CI INSTITUSI)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG
MAKASSAR
2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
AMELOBLASTOMA MANDIBULA

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. PENDAHULUAN
Ameloblastoma (amel, yang berarti enamel dan blastos, yang berarti
kuman) adalah tumor, jarang jinak epitel odontogenik (ameloblasts, atau
bagian luar, pada gigi selama pengembangan) jauh lebih sering muncul di
rahang bawah dari rahang atas. Ini diakui pada tahun 1827 oleh Cusack. Jenis
neoplasma odontogenik ditunjuk sebagai adamantinoma pada 1885 (Suddarth,
2011).
Tumor ini jarang ganas atau metastasis (yaitu, mereka jarang
menyebar ke bagian lain dari tubuh), dan kemajuan perlahan, lesi yang
dihasilkan dapat menyebabkan kelainan yang parah dari wajah dan rahang.
Selain itu, karena pertumbuhan sel yang abnormal mudah infiltrat dan
menghancurkan jaringan sekitar tulang, bedah eksisi luas diperlukan untuk
mengobati gangguan ini (Suddarth, 2011).
Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel
yang tidak menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan
sangat tepat oleh Robinson bahwa tumor ini biasanya unisentrik,
nonfungsional, pertumbuhannya bersifat intermiten, secara anatomis jinak dan
secara klinis bersifat persisten.
2. ANATOMI FISIOLOGI
Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi
sebagai tempat menempelnya gigi geligi rahang bawah. Mandibula
berhubungan dengan basis kranii dengan adanya temporo-mandibular joint
dan disangga oleh otot – otot mengunyah (Guyton, 2014).
Mandibula dipersarafi oleh saraf mandibular, alveolar inferior, pleksus
dental inferior dan nervus mentalis. Sistem vaskularisasi pada mandibula
dilakukan oleh arteri maksilari interna, arteri alveolar inferior, dan arteri
mentalis (Guyton, 2014).
Mandibula merupakan tulang yang besar dan paling kuat pada daerah
muka, terdapat barisan gigi. Mandibula dibentuk oleh dua bagian simetris,
yang mengadakan fusi dalam tahun pertama kehidupan. Tulang ini terdiri dari
korpus yaitu suatu lengkungan tapal kuda dan sepasang ramus yang pipih dan
lebar, yang mengarah keatas pada bagian belakang dari korpus. Pada ujung
dari masing-masing ramus didapatkan dua buah penonjolan disebut prosesus
kondiloideus dan prosesus koronoideus. Prosesus kondiloideus terdiri dari
kaput dan kolum. Permukaan luar dari korpus mandibula pada garis median,
didapatkan tonjolan tulang halus yang disebut simfisis mentum, yang
merupakan tempat pertemuan embriologis dari dua buah tulang (Guyton,
2014).
Bagian atas korpus mandibula membentuk tonjolan disebut prosesus
alveolaris, yang mempunyai 16 buah lubang untuk tempat gigi. Bagian bawah
korpus mandibula mempunyai tepi yang lengkung dan halus. Pada
pertengahan korpus mandibula, kurang lebih 1 inci dari simfisis, didapatkan
foramen mentalis yang dilalui oleh vasa dan nervus mentalis. Permukaan
dalam dari korpus mandibula cekung dan didapatkan linea milohiodea yang
merupakan pertemuan antara tepi belakang ramus mandibula. Angulus
mandibula terletak subkutan dan mudah diraba pada 2-3 jari di bawah lobulus
aurikulris (Guyton, 2014).
Prosesus koronoideus yang tipis dan tajam merupakan tempat insersio
temporalis. Prosesus kondiloideus membentuk persendian dengan fossa
artikularis permukaan infratemporalis dari skuama os temporalis. Kartilago
artikuler melapisi bagian superior dan anterior dari prosesus kondiloideus,
sedangkan bagian posterior tidak. Permukaan lateral dari prosesus
kondiloideus ditutupi oleh kelenjar parotis dan terletak di depan tragus. Antara
prosesus koronoideus dan prosesus kondiloideus membentuk sulkus
mandibula dimana lewat vasa dan nervus. Kira-kira di tengah dari permukaan
medial ramus mandibula didpatkan foramen mandibula. Melalui foramen ini
masuk kedalam kanal yang mengarah ke bawah depan di dalam jaringan
tulang, dimana dilalui oleh vasa pembuluh darah dan saluran limfe (Guyton,
2014).
Mandibula mendapat nutrisi dari a.alveolaris inferior cabang pertama
dari a.maksillaris yang masuk melalui foramen mandibularis, bersama vena
dan n.alveolaris. A.alveolaris inferior memberi cabang-cabang ke gigi-gigi
bawah serta gusi sekitarnya, kemudian di foramen mentalis keluar sebagai
a.mentalis. Sebelum keluar dari foramen mentalis bercabang insisivus yang
berjalan ke depan di dalam tulang. A.mentalis beranastomosis dengan
a.fasialis, a.submentalis, a.labii inferior. A.submentalis dan a.labii inferior
merupakan cabang dari a.facialis. a.mentalis memberi nutrisi ke dagu.
Sedangkan aliran balik dari mandibula melalui v.alveolaris inferior ke
v.fasialis posterior. V.mentalis mengalirkan darah ke v.submentalis yang
selanjutnya mengalirkan darah ke v.fasialis anterior. V. fasialis posterior dan
v.fasialis comunis mengalirkan darah ke v.jugularis interna (Guyton, 2014).
Aliran limfe ,mandibula menuju ke limfe node submandibularis yang
selanjutnya menuju ke rantai jugularis interna. N.alveolaris inferior cabang
dari n.mandibularis berjalan bersama arteri dan vena alveolaris inferior masuk
melalui foramen mandibularis berjalan di kanalis mandibularis memberi
cabang sensoris ke gigi bawah, dan keluar di foramen sebagai n.mentalis,
merupakan araf sensoris daerah dagu dan bibir bawah (Guyton, 2014).
Ada 4 pasang otot yang disebut sebagai otot pengunyah, yaitu
m.masseter, m. temporalis, m.pterigoideus lateralis dan m.pterigoideus
medialis. Sedangkan m.digastrikus, walaupun tidak termasuk otot-otot
pengunyah, namun mempunyai fungsi yang penting pada mandibula. Bila otot
digastrikus kanan dan kiri berkontraksi mandibula bergerak ke bawah dan
tertarik ke belakang dan gigi-gigi terbuka. Saat mandibula terstabilisasi
m.digastrikus dan m.suprahyoid mengangkat os hyoid, keadaan ini penting
untuk proses menelan (Guyton, 2014).
Menurut Guyton (2014) gerakan mandibula pada waktu mengunyah
mempunyai 2 arah, yaitu:
a. Rotasi melalui sumbu horisontalyang melalui senteral dari kondilus
b. Sliding atau gerakan ke arah lateral dari mandibula pada persendian
temporomandibuler.
Mengunyah merupakan suatu proses terdiri dari 3 siklus, yaitu :
a. Fase membuka.
b. Fase memotong, menghancurkan, menggiling. Otot-otot mengalami
kontraksi isotonic atau relaksasi. Kontraksi isometric dari elevator hanya
terjadi bila gigi atas dan bawah rapat atau bila terdapat bahan yang keras
diantaranya akhir fase menutup.
c. Fase menutup
Pada akhir fase menutup dan fase oklusi didapatkan kenaikan
tonus pada otot elevator
Setelah makanan menjadi lembut berupa suatu bolus dilanjutkan
dengan proses menelan. Untuk fungsi buka, katub mulut, mengunyah dan
menelan yang baik dibutuhkan:
a. Tulang mandibula yang utuh dan rigid
b. Oklusi yang ideal
c. Otot-otot pengunyah beserta persarafan serta
d. Persendian temporomandibular (TMJ) yang utuh (Guyton, 2014).
3. DEFINISI
Ameloblastoma merupakan tumor yang berasal dari epithelial,
gingival mucosa atau gengivomaxillary yang muncul pada gigi (Price,2016).
Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering
terjadi di mandibula dan maksila. Tumor ini berasal dari epitelium yang
terlibat dalam proses pembentukan gigi, akan tetapi pemicu transformasi
neoplastik pada epitel tersebut belum diketahui dengan pasti. Secara
mikroskopis, ameloblastoma tersusun atas pulau-pulau epitelium di dalam
stroma jaringan ikat kolagen. Ameloblastoma juga mempunyai beberapa
variasi dari tampilan histopatologis, akan tetapi tipe yang paling sering terlihat
yaitu tipe folikular dan pleksiform. Pada sebagian besar kasus, ameloblastoma
biasanya asimptomatik, tumbuh lambat, dan dapat mengekspansi rahang (Arif,
2011).
Ameloblastoma adalah tumor yang berasal dari epitelial odontogenik.
Ameloblastoma biasanya pertumbuhannnya lambat, secara lokal invasif dan
sebagian besar tumor ini bersifat jinak (Syamsuhidayat, 2011).
Jadi Ameloblastoma adalah suatu tumor berasal dari sel – sel
embrional dan terbentuk dari sel – sel berpontesial bagi pembentukan enamel.
Tumor ini biasanya tumbuh dengan lambat, secara histologis jinak tetapi
secara klinis merupakan neoplasma malignan, terjadi lebih sering pada badan
atau ramus mandibula dibanding pada maksila dan dapat berkapsul atau tidak
berkapsul.
4. KLASIFIKASI
Menurut Arif (2011) ada tiga tipe subtipe secara klinis untuk tujuan
perawatan antara lain, tipe solid/multikistik, tipe unikistik, dan tipe
ekstraosseus/periferal.
a. Konvensional solid/multikstik (86%)
Tumor ini akan menyerang pasien pada seluruh lapisan umur.
Tumor ini jarang terjadi pada anak yang usianya lebih kecil dari 10 tahun
dan relatif jarang terjadi pada usia 10 sampai 19 tahun. Tumor ini
menunjukkan angka prevalensi yang sama pada usia dekade ketiga sampai
dekade ketujuh. Tidak ada prediksi jenis kelamin yag signifikan. Sekitar
85% tumor ini terjadi pada mandibula, paling sering terjadi pada daerah
molar di sekitar ramus asendens. Sekitar 15% tumor ini terjadi pada
maksila biasanya pada regio posterior (Arif, 2011).
Tumor ini biasanya asimptomatik dan lesi yang kecil ditemukan
pada saat pemeriksaan radiografis. Gambaran klinis yang sering muncul
adalah pembengkakan atau ekspansi rahang yang tidak terasa sakit. Jika
tidak dirawat, lesi akan tumbuh lambat membentuk massa yang masif.
Rasa sakit dan parastesis jarang terjadi bahkan pada tumor besar (Arif,
2011).
Tumor ini muncul dengan berbagai macam gambaran histologis
antara lain variasi dalam bentuk folikular, pleksiform dan sel granular.
Walaupun terdapat bermacam tipe histologis tapi hal ini tidak
mempengaruhi perawatan maupun prognosis (Arif, 2011).
Tipe silod atau multikistik tumbuh vasif secara lokal memiliki
angka kajadian rekuransi yang tinggi bila tidak diangkat secara tepat tapi
dari sisi lain tumor ini memiliki kecenderungan yang rendah untuk
bermetastasis (Arif, 2011).
Ameloblastoma tipe solid/multikistik ini ditandai dengan agka
terjadi rekurensi sampai 50% selama 5 tahun pasca perawatan. Oleh
karena itu, ameloblastoma tipe solid atau multikistik harus dirawat secara
radikal (reseksi dengan margin jaringan normal disekeliling tumor).
Pemeriksaan rutin jangka panjang bahkan seumur hidup diindikasikan
untuk tipe ini (Arif, 2011).
b. Unikistik (13%)
Ameloblastoma unikistik sering terjadi pada pasien muda, 50%
dari tumor ini ditemukan pada pasien yang berada pada dekade kedua.
Lebih dari 90% ameloblastoma unikisik ditemukan pada mandibula pada
regio posterior (Arif, 2011).
Ameloblastoma tipe unikistik umumnya membentuk kista
dentigerous secara klinis maupun secara radiografis walaupun beberapa
diantaranya tidak berhubungan dengan gigi yang erupsi (Arif, 2011).
Tipe ini sulit didiagnosa karena kebanyakan ameloblastoma
memiliki komponen kista. Tipe ini umumnya menyerang bagian posterior
mandibula diikuti dengan regio parasimfisis dan anterior maksila. Sebuah
variasi yang disebut sebagai ameloblastoma unikistik pertama kali disebut
pada tahun 1977 oleh Robinson dan Martinez. Mereka melaporkan bahwa
tipe unikistik ini kurang agresif dan menyerang enukleasi simple pada
ameloblastoma tipe unikistik sebenarnya menunjukkan angka rekurensi
yang tinggi yaitu sekitar 60% dengan demikian enukleasi simple
merupakan  perawatan yang tidak sesuai untuk lesi ini dan perawatan yang
lebih radikal dengan osteotomi periferal atau terapi kiro dengan cairan
atau dengan cairan nitrogen atau keduanya lebih sesuai untuk tumor ini
(Arif, 2011).
c. Periferal/Ekstraosseous (1%)
Periferal ameloblastoma juga dikenal dengan nama ekstraosseus
ameloblastoma atau ameloblastoma jaringan lunak. Biasanya terjadi pada
gingiva atau mukosa alveolar. Tipe ini menginfiltrasi jaringan di
sekelilingnya yaitu jaringan ikat gingiva dan tidak ada keterlibatan tulang
dibawahnya. Periferal ameloblastoma ini umumnya tidak sakit, sessile,
kaku, pertumbuhan eksofitik yang biasanya halus atau granular (Arif,
2011).
Tumor ini diyakini mewakili 2% sampai 10% dari seluruh kasus
ameloblastoma yang didiagnosa. Tumor ini pernah dilaporkan terjadi pada
semua rentang umur dari 9 sampai 92 tahun. Kasus-kasus melaporkan
bahwa tumor ini terjadi kebanyakan pada pria daripada wanita dengan
perbandingan 1,9 dengan 1 (Arif, 2011).
70% dari emeloblastoma tipe periferal ini terjadi pada mandibula,
dari bagian ramus. Dari anterior mandibula sampai foramen mandibula
paling sering terkena. Perawatan yang direkomendasikan untuk tumor ini
berbeda dengan perawatan tumor tipe lainnya karena tumor ini biasanya
kecil dan bersifat lokal pada jaringan lunak superfisial. Kebanyakan lesi
berhasil dirawat dengan eksisi lokal dengan mengikutsertakan sebagian
kecil dari margin jaringan yang normal. Margin inferior harus diikutkan
periosteoum untuk meyakinkan penetrasi sel tumor ke tulang tidak terjadi
(Arif, 2011).

5. ETIOLOGI
Etiologi ameloblastoma sampai saat ini belum diketahui dengan jelas,
tetapi beberapa ahli mengatakan bahwa ameloblastoma dapat terjadi setelah
pencabutan gigi, pengangkatan kista dan atau iritasi lokal dalam rongga
mulut. Ameloblastoma dapat terjadi pada segala usia, namun paling banyak
dijumpai pada usia dekade 4 dan 5. Tidak ada perbedaan jenis kelamin, tetapi
prediksi pada golongan penderita kulit berwarna. Ameloblastoma dapat
mengenai mandibula maupun maksila, paling sering pada mandibula sekitar
81%-98%, predileksi di daerah mandibula; 60% terjaDi di regio molar dan
ramus, 15% regiopremolar dan 10% regio simpisis (Smeltzer, 2012).
Tumor ini tumbuh dari berbagai asal, walaupun rangsangan awal dari
proses pembentukan tumor ini belum diketahui. Tumor ini dapat berasal dari:
a. Sisa sel dari enamel organ atau sisa-sisa dental lamina. Struktur
mikroskopis dari beberapa spesimen dijumpai pada area epitelial sel yang
terlihat pada perifer berbentuk kolumnar dan berhubungan dengan
ameloblast yang pada bagian tengah mengalami degenerasi serta
menyerupai retikulum stelata (Smeltzer, 2012).
b. Sisa-sisa dari epitel Malassez. Terlihat sisa-sisa epitel yang biasanya
terdapat pada membran periodontal dan kadang-kadang dapat terlihat pada
tulang spongiosa yang mungkin menyebabkan pergeseran gigi dan
menstimulasi terbentuknya kista odontogenic (Smeltzer, 2012).
c. Epitelium dari kista odontogenik, terutama kista dentigerous dan
odontoma. Pada kasus yang dilaporkan oleh Cahn (1933), Ivy (1958),
Hodson (1957) mengenai ameloblastoma yang berkembang dari kista
periodontal atau kista dentigerous tapi hal ini sangat jarang terjadi. Setelah
perawatan dari kista odontogenik, terjadi perkembangan dan rekurensi
menjadi ameloblastoma (Smeltzer, 2012).
d. Basal sel dari epitelium permukaan dari tulang rahang. Siegmund dan
Weber (1926) pada beberapa kasus ameloblastoma menemukan adanya
hubungan dengan epiteluim oral (Smeltzer, 2012).
6. PATOFISIOLOGI
Tumor ini bersifat infiltratif, tumbuh lambat, tidak berkapsul,
berdiferensiasi baik. Lebih dari 75% terjadi di rahang bawah, khususnya regio
molar dan sisanya terjadi akibat adanya kista folikular. Tumor ini muncul
setelah terjadi mutasi-mutasi pada sel normal yang disebabkan oleh zat-zat
karsinogen tadi (Price, 2016).
Menurut Price (2016) arsinogenesisnya terbagi menjadi 3 tahap :
a. Tahap pertama merupakan inisiaasi yaitu kontak pertama sel normal
dengan zat Karsinogen yang memancing sel normal tersebut menjadi
ganas.
b. Tahap kedua yaitu Promosi, sel yang terpancing tersebut membentuk klon
melalui pembelahan(poliferasi).
c. Tahap terakhir yaitu Progresi, sel yang telah mengalami poliferasi
mendapatkan satu atau lebih karakteristik neoplasma ganas.
PATHWAY AMELOBLASTOMA
7. MANIFESTASI KLINIK AMELOBLASTOMA
Manifestasi klinik, dalam tahap awal jarang menunjukkan keluhan,
oleh karena itu tumor ini jarang terdiagnosa secara dini, umumnya diketahui
setelah 4 sampai dengan 6 tahun.
Gambaran Klinik menurut Arif (2011) sebagai berikut:
a. Pembengkakan dengan berbagai ukuran yang bervariasi sehingga dapat
meyebabkan deformitas wajah.
b. Konsestensi bervariasi ada yang keras dan kadang ada bagian yang lunak
c. Terjadi ekspansi tulang ke arah bukal dan lingual
d. Tumor ini meluas ke segalah arah mendesak dan merusak tulak sekitarnya
e. Terdapat tanda egg shell cracking atau pingpong ball phonemona bila
massa tumor telah mendesak korteks tulang dan tulangnya menipis
f. Tidak terdapat nyeri dan parasestesi, hanya pada beberapa penderita
dengan benjolan disertai rasa nyeri.
g. Berkurangnya sensilibitas daerah distribusi n.mentalis kadang-kadang
terdapat ulserasi oleh karena penekanan gigi apabilah tumor sudah
mencapai ukuran besar.
h. Biasanya berisi cairan berwarna merah kecoklatan
i. Gigi geligi pada daerah tumor berubah letak dan goyang.
Pada tahap yang sangat awal , riwayat pasien asimtomatis (tanpa
gejala). Ameloblastoma tumbuh secara perlahan selam bertahun-tahun, dan
tidak ditemui sampai dilakukan pemeriksaan radiografi oral secara rutin. Pada
tahap awal , tulang keras dan mukosa diatasnya berwarna normal. Pada tahap
berikutnya, tulang menipis dan ketika teresobsi seluruhnya tumor yang
menonjol terasa lunak pada penekanan dan dapat memiliki gambaran berlobul
pada radiografi. Dengan pembesarannya, maka tumor tersebut dapat
mengekspansi tulang kortikal yang luas dan memutuskan batasan tulang serta
menginvasi jaringan lunak. Pasien jadi menyadari adanya pembengkakan
yang progresif, biasanya pada bagian bukal mandibula, juga dapat mengalami
perluasan kepermukaan lingual, suatu gambaran yang tidak umum pada kista
odontogenik. Ketika menembus mukosa, permukaan tumor dapat menjadi
memar dan mengalami ulserasi akibat penguyahan. Pada tahap lebih
lanjut,kemungkinan ada rasa sakit didalam atau sekitar gigi dan gigi tetangga
dapat goyang bahkan tanggal (Arif, 2011).
Pembengkakan wajah dan asimetris wajah adalah penemuan ekstra
oral yang penting. Sisi asimetris tergantung pada tulang utama atau tulang-
tulang yang terlibat. Perkembangan tumor tidak menimbulkan rasa sakit
kecuali ada penekanan saraf atau terjadi komplikasi infeksi sekunder.
Terkadang pasien membiarkan ameloblastoma bertahan selama beberapa
tahun tanpa perawatan dan pada kasus-kasus tersebut ekspansi dapat
menimbulkan ulkus namun tipe ulseratif dari pertumbuhan karsinoma yang
tidak terjadi. Pada tahap lanjut, ukurannya bertambah besar dapat
menyebabkan gangguan penguyahan dan penelanan (Arif, 2011).
Perlu menjadi perhatian, bahwa trauma seringkali dihubungkan
dengan perkembangan ameloblastoma. Beberapa penelitian menyatakan
bahwa tumor ini sering kali diawali oleh pencabutan gigi, kistektomi atau
beberapa peristiwa traumatik lainnya. Seperti kasus-kasus tumor lainnya
pencabutan gigi sering mempengaruhi tumor (tumor yang menyebabkan
hilangnya gigi) selain dari penyebabnya sendiri (Arif, 2011).
Tumor ini pada saat pertama kali adalah padat tetapi kemudian
menjadi kista pada pengeluaran sel-sel stelatenya. Ameloblastoma merupakan
tumor jinak tetapi karena sifat invasinya dan sering kambuh maka tumor ini
menjadi tumor yang lebih serius dan ditakutkan akan potensial komplikasinya
jika tidak disingkirkan secara lengkap. Tetapi sudah dinyatakan bahwa sangat
sedikit kasus metastasenya yang telah dilaporkan (Arif, 2011).

8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan radiologis
Tampak radiolusen unilokular atau multilokular dengan tepi
berbatas tegas. Tumor ini juga dapat memperlihatkan tepi kortikal yang
berlekuk, suatu gambaran multilokular dan resobsi akar gigi yang
berkontak dengan lesi tanpa pergeseran gigi yang parah dibanding pada
kista. Tulang yang terlibat digantikan oleh berbagai daerah radiolusen
yang berbatas jelas dan lesi memberi suatu bentuk seperti sarang lebah
atau gelembung sabun. Kemungkinan juga ada radiolusen berbatas jelas
yang menunjukkan suatu ruang tunggal (Suddarth, 2011).
1) Radiografi:
Dental foto: periapikal dan oklusal foto, Panoramik, PA, lateral
dan submento vertex (Suddarth, 2011).
2) CT Scan:
Penampilan pada tomografi pada dasarnya adalah gambaran
seperti lapisan-lapisan tipis, kecuali pada batas luar dan hubungannya
dengan struktur-struktur disekelilingnya tampak lebih jelas dan
akurat .Gambaran CT dapat mendeteksi perforasi kortex luar dan
perluasan ke jaringan lunak sekitarnya. Pada gambaran resonansi
magnet (MRI), tampak resolusi lebih baik, tentang sifat dan tingkat
invasi tersebut, sehingga menjadi sangat penting dalam penilaian
evaluasi setelah operasi ameloblastoma (Suddarth, 2011).
3) Pemeriksaan patologi anatomi
Kandungan tumor ini dapat keras atau lunak, tetapi biasanya
ada suatu cairan mucoid berwarna kopi atau kekuning-kuningan.
Kolesterin jarang dijumpai. Secara makroskopis ada dua tipe yaitu tipe
solid (padat) dan tipe kistik. Tipe yang padat terdiri dari massa lunak
jaringan yang berwarna putih keabu-abuan atau abu-abu kekuning-
kuningan. Tipe kistik memiliki lapisan yang lebih tebal seperti
jaringan ikat dibanding kista sederhana. Daerah-daerah kistik biasanya
dipisahkan oleh stroma jaringan fibrous tetapi terkadang septum tulang
juga dapat dijumpai. Mikroskopis terdiri atas jaringan tumor dengan
sel-sel epitel tersusun seperti pagar mengelilingi jaringan stroma yang
mengandung sel-sel stelate retikulum, sebagian menunjukkan
degenerasi kistik (Suddarth, 2011).
4) Insisi Biopsi
Insisi Biopsi meliputi pengambilan sebagian lesi yang relative
ekstensif untuk pemeriksaan histopatologis dan penegakan diagnosis.
Insisi biopsi diindikasikan pada lesi yang lebih besar dari 1-2 cm dan
untuk lesi besar yang berkapsul atau neoplasma yang berpotensi
keganasan. Dengan insisi biopsi karakteristik dari suatu neoplasma
dapat ditentukan dengan baik, seperti diferensasi dan kemampuan
invasi. Teknik insisi biopsi meliputi anestesi lokal terlebih dahulu,
kemudian bagian wedge-shaped dari bagian yang paling reprentatif
dari lesi diambil, umumnya dari perifer lesi yang meluas ke jaringan
normal (Suddarth, 2011).
5) Fine-Needle Aspiration Biopsi (FNAB)
Merupakan metode untuk mengevaluasi lesi subkutan atau
yang terletak lebih dalam lagi. Prosedur ini paling banyak dipakai
dalam menentukan sifat massa pada kelenjar saliva dan leher
(Suddarth, 2011).
9. PENATALAKSANAAN
Ameloblastoma mempunyai reputasi untuk mengalami kekambuhan
kembali setelah dsingkirkan. Hal ini disebabkan sifat lesi tersebut menginvasi
secara lokal pada penyingkiran yang tidak adekuat
a. Enukleasi
Enukleasi merupakan penyingkiran tumor dengan mengikisnya
dari jaringan normal yang ada disekelilingnya.Lesi unikistik, khususnya
yang lebih kecil hanya memerlukan enukleasi dan seharusnya tidak
dirawat secara berlebihan (Suddarth, 2011).
b. Eksisi Blok
Kebanyakan ameloblastoma seharusnya dieksisi daripada
enukleasi.eksisi dalam suatu blok tulang didalam kontunuitas rahang
dianjurkan jika ameloblastoma tersebut kecil.Apabila perlu dikorbankan
mandibula yang cukup besar yang terlibat ameloblastoma dan bila tidak
menimbulkan perforasi mukosa oral, maka suatu eksisi blok kemungkinan
dengan cangkok tulang segera (Suddarth, 2011).
c. Osteotomi Periperal
Osteotomi peripheral merupakan suatu prosedur yang mengeksisi
tumor yang komplit tetapi pada waktu yang sama suatu jarak tulang
dipertahankan untuk memelihara kontuinuitas rahang sehingga kelainan
bentuk, kecacatan dan kebutuhan untuk pembedahan kosmetik sekundser
dan resorasi prostetik dapat dihindari. Prosedur tersebut didasari pada
observasi yang mana batas inferior kortikal dari badan horizontal, batas
posterior dari ramus asenden dan kondilus tidak secara keseluruhan di
invasi oleh proses tumor. Daerah ini tahan dan kuat karena terdiri dari
tulang kortikal yang padat. Regenerasi tulang akan dimulai dari daerah
tersebut meskipun hanya suatu rim tipis dan tulang yang tersisa (Suddarth,
2011).
d. Reseksi Tumor
Reseksi tumor sendiri dari reseksi total dan reseksi segmental
termasuk bemimaksilektomi dan bemimandibulektomi. Apabila
ameloblastoma ditemukan pada pemeriksaan, serta dapat dijumpai adanya
perubahan kembali serta aktifitas lesi yang baru setelah operasi maka pada
kasus tersebut harus direseksi (Suddarth, 2011).

e. Kauterisasi
Kauterisasi merupakan pengeringan atau elektrokoagulasi lesi,
termasuk sejumlah jaringan normal disekelilingnya.Kauterisasi tidak
umum digunakan sebagai bentuk terapi primer, namun meru[pakan terapi
yang lebih efektif dibandind kuretase (Suddarth, 2011).
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
b. Riwayat kesehatan sekarang
c. Riwayat kesehatan masa lalu
d. Pemeriksaan fisik
Dasar pemeriksaan fisik ‘head to toe’ harus dilakukan dengan
singkat tetapi menyeluruh dari bagian kepala ke ujung kaki. Pengkajian
data dasar menurut Doenges (2000), adalah:

1) Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan
cedera (trauma).
2) Sirkulasi
Data Obyektif: kecepatan (bradipneu, takhipneu), pola napas
(hipoventilasi, hiperventilasi, dll).
3) Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
4) Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
5) Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahanSelera
makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
6) Neurosensori.
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo.
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan
status mental, Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
7) Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas danlokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
8) Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
Data Objektif: Pernapasan menggunakan otot bantu pernapasan/ otot
aksesoris.
9) Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru akibat gelisah.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri berhubungan dengan adanya proses peradangan, luka insisi
pembedahan.
b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d ketidak mampuan menelan
makanan, nyeri area rahang.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri luka operasi.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak
adekuatnya pertahanan tubuh.
e. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan adanya massa di area
mulut
3. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
Definisi : Sensori dan keperawatan selama ….x 24 Definisi : perubahan atau
pengalaman emosional jam, klien dapat: pengurangan nyeri ke
yang tidak 1. Mengontol nyeri tingkat kenyamanan yang
menyenangkan yang Definisi : tindakan dapat diterima pasien
timbul dari kerusakan seseorang untuk Intervensi:
jaringan aktual atau mengontrol nyeri -  Kaji secara menyeluruh
potensial, muncul tiba-     ndikator: tentang nyeri, meliputi:
tiba atau lambat dengan  Mengenal faktor-faktor lokasi, karakteristik,
intensitas ringan sampai penyebab waktu kejadian, lama,
berat dengan akhir yang  Mengenal onset/waktu frekuensi, kualitas,
bisa diantisipasi atau kejadian nyeri intensitas/beratnya
diduga dan berlangsung  tindakan pertolongan nyeri, dan faktor-faktor
kurang dari 6 bulan. non-analgetik pencetus
 Menggunakan analgetik -  Observasi isyarat-
Faktor yang  melaporkan gejala-gejala isyarat non verbal dari
berhubungan : Agen kepada tim kesehatan ketidaknyamanan,
injuri (biologi, kimia, (dokter, perawat) khususnya dalam
fisik, psikologis)  nyeri terkontrol ketidakmampuan untuk
komunikasi secara
Batasan karakteristik : efektif
-   Laporan secara verbal  2.  Menunjukkan tingkat -  Berikan analgetik
atau non verbal adanya nyeri sesuai dengan anjuran
nyeri Definisi : tingkat keparahan -  Gunakan komunkasi
-   Fakta dari observasi dari nyeri yang dilaporkan terapeutik agar klien
-   Posisi untuk atau ditunjukan dapat mengekspresikan
menghindari nyeri nyeri
-   Gerakan melindungi Indikator: -  Kaji latar belakang
-   Tingkah laku berhati- budaya klien
  Melaporkan nyeri
hati -  Tentukan dampak dari
 Frekuensi nyeri
-  Muka topeng ekspresi nyeri terhadap
-  Gangguan tidur (mata   Lamanya episode nyeri kualitas hidup: pola
sayu, tampak capek,   Ekspresi nyeri: wajah tidur, nafsu makan,
sulit atau gerakan kacau,   Posisi melindungi tubuh aktifitas mood,
menyeringai)  Kegelisahan hubungan, pekerjaan,
-  Terfokus pada diri   Perubahan Respirasirate tanggungjawab peran
sendiri   Perubahan Heart Rate -  Kaji pengalaman
-  Fokus menyempit   Perubahan tekanan individu terhadap nyeri, 
(penurunan persepsi Darah keluarga dengan nyeri
waktu, kerusakan proses   Perubahan ukuran Pupil kronis
berpikir, penurunan  Perspirasi -  Evaluasi  tentang
interaksi dengan orang   Kehilangan nafsu makan keefektifan dari tindakan
dan lingkungan) mengontrol nyeri yang
- Tingkah laku distraksi, telah digunakan
contoh : jalan-jalan, -  Berikan dukungan
menemui orang lain terhadap klien dan
dan/atau aktivitas, keluarga
aktivitas berulang-ulang) -  Berikan informasi
- Respon autonom tentang nyeri, seperti:
(seperti diaphoresis, penyebab, berapa lama
perubahan tekanan terjadi, dan tindakan
darah, perubahan nafas, pencegahan
nadi dan dilatasi pupil) -  Kontrol faktor-faktor
-  Perubahan autonomic lingkungan yang dapat
dalam tonus otot mempengaruhi respon
(mungkin dalam rentang klien terhadap
dari lemah ke kaku) ketidaknyamanan 
- Tingkah laku ekspresif (contoh : temperatur
(contoh : gelisah, ruangan, penyinaran,
merintih, menangis, dll)
waspada, iritabel, nafas -  Anjurkan klien untuk
panjang/berkeluh kesah) memonitor sendiri nyeri
- Perubahan dalam nafsu -  Ajarkan penggunaan
makan dan minum teknik non-farmakologi
(ex: relaksasi, guided
imagery, terapi musik,
distraksi, aplikasi panas-
dingin, massase)
-  Evaluasi keefektifan
dari tindakan
mengontrol nyeri
-  Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri
berdasarkan respon klien
-  Tingkatkan
tidur/istirahat yang
cukup
-  Anjurkan klien untuk
berdiskusi tentang
pengalaman nyeri secara
tepat
-  Beritahu dokter jika
tindakan tidak berhasil
atau terjadi keluhan
-  Informasikan kepada
tim kesehatan
lainnya/anggota
keluarga saat tindakan
nonfarmakologi
dilakukan, untuk
pendekatan preventif
-  monitor kenyamanan
klien terhadap
manajemen nyeri

1. Pemberian Analgetik
 Definisi : penggunaan
agen farmakologi  untuk  
mengurangi atau
menghilangkan nyeri
Intervensi:
-  Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik,
kualitas,dan keparahan
sebelum pengobatan
-  Berikan obat dengan
prinsip 5 benar
-  Cek riwayat alergi obat
-  Libatkan klien dalam
pemilhan analgetik yang
akan digunakan
-  Pilih analgetik secara
tepat /kombinasi lebih
dari satu analgetik jika
telah diresepkan
-  Tentukan pilihan
analgetik (narkotik, non
narkotik, NSAID)
berdasarkan tipe dan
keparahan nyeri
-  Monitor tanda-tanda
vital, sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik
-  Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
-  Dokumentasikan respon
dari analgetik dan efek-
efek yang tidak
diinginkan
-  Lakukan tindakan-
tindakan untuk
menurunkan efek
analgetik
(konstipasi/iritasi
lambung)
3. Manajemen lingkungan :
kenyamanan
Definisi : memanipulasi
lingkungan untuk
kepentingan terapeutik
Intervensi :
- Pilihlah ruangan dengan
lingkungan yang tepat
- Batasi pengunjung
- Tentukan hal-hal yang
menyebabkan
ketidaknyamanan seperti
pakaian lembab
- Sediakan tempat tidur
yang nyaman dan bersih
- Tentukan temperatur
ruangan yang paling
nyaman
- Sediakan lingkungan yang
tenang
- Perhatikan hygiene pasien
untuk menjaga kenyamanan
-  Atur posisi pasien yang
membuat nyaman.
2. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nutrisi
nutrisi: kurang dari keperawatan selama …. X 24 Definisi : membantu
kebutuhan tubuh jam klien dapat menunjukkan dengan atau menyediakan
Definisi : Intake nutrisi 1. status nutrisi yang  baik, masukan diet seimbang dari
tidak cukup untuk Definisi : Nutrisi cukup untuk makanan dan cairan
keperluan metabolisme memenuhi kebutuhan Intervensi :
tubuh metabolisme tubuh -          Catat jika klien
Batasan karakteristik :     Indikator : memiliki alergi makanan
-          Berat badan ³ 20 -          Masukan nutrisi -          Catat makanan
% di bawah ideal -          Masukan makanan kesukaan klien
-          Dilaporkan dan cairan -          Tentukan jumlah
adanya intake makanan -          Tingkat energi cukup kalori dan tipe nutrien yang
yang kurang dari RDA -          Berat badan stabil dibutuhkan
(Recomended Daily -          Nilai laboratorium -          Dorong asupan
Allowance) kalori sesuai tipe tubuh dan
-          Membran gaya hidup
mukosa dan konjungtiva -          Dorong asupan zat
pucat besi
-          Kelemahan otot -          Tawarkan makanan
yang digunakan untuk ringan
menelan/mengunyah -          Berikan gula
-          Luka, peradangan tambahan k/p
pada rongga mulut -          Tawarkan bumbu
-          Mudah merasa sebagai pengganti garam
kenyang, sesaat setelah -          Berikan makanan
mengunyah makanan tinggi kalori, protein dan
-          Dilaporkan atau minuman yang mudah
fakta adanya kekurangan dikonsumsi
makanan -          Berikan pilihan
-          Dilaporkan makanan
adanya perubahan -          Sesuaikan diet
sensasi rasa dengan gaya hidup klien
-          Perasaan -          Ajarkan klien cara
ketidakmampuan untuk membuat catatan makanan
mengunyah makanan -          Monitor asupan
-          Miskonsepsi nutrisi dan kalori
-          Kehilangan BB -          Timbang berat badan
dengan makanan cukup secara teratur
-          Keengganan -          Berikan informasi
untuk makan tentang kebutuhan nutrisi
-          Kram pada dan bagaimana
abdomen memenuhinya
-          Tonus otot jelek -          Ajarkan teknik
-          Nyeri abdominal penyiapan dan
dengan atau tanpa penyimpanan makanan
patologi -          Tentukan
-          Kurang berminat kemampuan klien untuk
terhadap makanan memenuhi kebutuhan
-          Pembuluh darah nutrisinya
kapiler mulai rapuh
-          Diare dan atau 2.    Monitor nutrisi
steatorrhea Definisi : mengumpulkan
-          Kehilangan dan menganalisa data dari
rambut yang cukup pasien untuk mencegahatau
banyak (rontok) meminimalkan malnutrisi.
-          Suara usus Intervensi :
hiperaktif -          BB klien dalam
-          Kurangnya interval spesifik
informasi, misinformasi -          Monitor adanya
penurunan BB
Faktor yang -          Monitor tipe dan
berhubungan : jumlah nutrisi untuk
Ketidakmampuan aktivitas biasa
pemasukan atau -          Monitor  respon
mencerna makanan atau emosi klien saat berada
mengabsorpsi zat-zat dalam situasi yang
gizi berhubungan mengharuskan makan.
dengan faktor biologis, -          Monitor interaksi
psikologis atau ekonomi. anak dengan orang tua
selama makan.
-          Monitor lingkungan
selama makan.
-          Jadwalkan
pengobatan dan tindakan,
tidak selama jam makan.
-          Monitor kulit kering
dan perubahan pigmentasi
-          Monitor turgor kulit
-          Monitor kekeringan,
rambut kusam dan mudah
patah.
-          Monitor adanya
bengkak pada alat
pengunyah, peningkatan
perdarahan, dll.
-          Monitor mual dan
muntah
-          Monitor kadar
albumin, total protein, Hb,
kadar Ht.
-          Monitor kadar
limfosit dan elektrolit.
-          Monitor makanan
kesukaan.
-          Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan.
-          Monitor kadar
energi, kelelahan,
kelemahan.
-          Monitor pucat,
kemerahan, dan kekeringan
pada jaringan konjungtiva.
-          Monitor kalori dan
intake nutrisi.
-          Catat adanya edema,
hiperemia, hipertropik
papila lidah dan cavitas
oral.
-          Catat jika lidah
berwarna merah keunguan.
Gangguan pola tidur NOC NIC
3. Definisi : Gangguan         Anxiety reduction Sleep Enhancement
kualitas dan kuantitas         Comfort level         - Determinasi efek-efek
waktu tidur akibat faktor         Pain level medikasi terhadap pola
eksternal         Rest : Extent and Pattern tidur
        Sleep : Extent an Pattern         - Jelaskan pentingnya tidur

Batasan yang adekuat


Karakteristik : Kriteria Hasil :        -  Fasilitas untuk

        Perubahan pola tidur         - Jumlah jam tidur dalam mempertahankan aktivitas
normal batas normal 6-8 jam/hari sebelum tidur (membaca)
        Penurunan kemampuan         - Pola tidur, kualitas dalam         - Ciptakan lingkungan yang

berfungsi batas normal nyaman


        Ketidakpuasan tidur        -  Perasaan segar sesudah         - Kolaborasikan pemberian

        Menyatakan sering tidur atau istirahat obat tidur


terjaga        -  Mampu         - Diskusikan dengan pasien

        Meyatakan tidak mengidentifikasikan hal-hal dan keluarga tentang teknik


mengalami kesulitan yang meningkatkan tidur tidur pasien
tidur         Instruksikan untuk

        Menyatakan tidak memonitor tidur pasien


merasa cukup istirahat         - Monitor waktu makan dan
minum dengan waktu tidur
Faktor Yang         - Monitor/catat kebutuhan

Berhubungan tidur pasien setiap hari dan


        Kelembaban jam
lingkungan sekitar
        Suhu lingkungan sekitar
        Tanggung jawab
memberi asuhan
        Perubahan pejanan
terhadap cahaya gelap
        Gangguan(mis.,untuk
tujuan terapeutik,
pemantauan,
pemeriksaan
laboratorium)
        Kurang kontrol tidur
        Kurang privasi,
Pencahayaan
        Bising, Bau gas
        Restrain fisik, Teman
tidur
        Tidak familier dengan
prabot tidur
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1.    Kontrol Infeksi
Definisi : Peningkatan keperawatan selama … x 24 Definisi : Meminimalkan
resiko masuknya jam, klien menunjukan mendapatkan infeksi dan
organisme patogen 1. Pengetahuan klien tentang trasmisi agen infeksi
kontrol infeksi meningkat Itervensi :
Faktor-faktor resiko : Definisi : Tindakan untuk -    Bersikan lingkungan
-          Prosedur Invasif mengurangi ancaman secara tepat setelah
-          Ketidakcukupan kesehatan secara aktual dan digunakan oleh klien
pengetahuan untuk potensial -    Ganti peralatan klien
menghindari paparan Indikator: setiap selesai tindakan
patogen § Menerangkan cara-cara -    Batasi jumlah
-          Trauma penyebaran pengunjung
-          Kerusakan § Menerangkan factor-faktor -    Ajarkan cuci tangan
jaringan dan yang berkontribusi dengan untuk menjaga kesehatan
peningkatan paparan penyebaran individu
lingkungan § Menjelaskan tanda-tanda -    Anjurkan klien untuk
-          Ruptur membran dan gejala cuci tangan dengan tepat
amnion § Menjelaskan aktivitas yang -    Gunakan sabun
-          Agen farmasi dapat meningkatkan antimikrobial untuk cuci
(imunosupresan) resistensi terhadap infeksi tangan
-          Malnutrisi -    Anjurkan pengunjung
-          Peningkatan untuk mencuci tangan
paparan lingkungan 2. pengetahuan tentang sebelum dan setelah
patogen deteksi resiko meningkat meninggalkan ruangan
-          Imonusupresi Definisi : Tindakan untuk klien
-          Ketidakadekuata mengidentifikasi ancaman -    Cuci tangan sebelum
n imum buatan kesehatan dan sesudah kontak dengan
-          Tidak adekuat Indikator : klien
pertahanan sekunder -    Mengenali tanda dan -    Lakukan universal
(penurunan Hb, gejala yang mengindikasikan precautions
Leukopenia, penekanan resiko -    Gunakan sarung tangan
respon inflamasi) -    Mengidentifikasi resiko steril
-          Tidak adekuat kesehatan potensial -    Lakukan perawatan
pertahanan tubuh primer -    Mencari pembenaran aseptic pada semua jalur IV
(kulit tidak utuh, trauma resiko yang dirasakan -    Lakukan teknik
jaringan, penurunan -    Memeriksakan diri pada perawatan luka yang tepat
kerja silia, cairan tubuh interval waktu yang -    Tingkatkan asupan
statis, perubahan sekresi ditentukan nutrisi
pH, perubahan -    Berpartisipasi dalam -    Anjurkan asupan cairan
peristaltik) screening pada interval waktu -    Anjurkan istirahat
-          Penyakit kronik yang ditentukan -    Berikan terapi antibiotik
-    Mengetahui keadaan -    Ajarkan klien dan
kesehatan keluarga saat ini keluarga tentang tanda-
-    Selalu mengetahui / tanda dan gejala dari infeksi
memonitor keadaan -    Ajarkan klien dan
kesehatan keluarga anggota keluarga
-    Selalu mengetahui / bagaimana mencegah
memonitor kesehatan diri infeksi
-    Menggunakan sumber-
sumber informasi untuk  tetap 2.    Proteksi infeksi
mendapatkan informasi Definisi : Meminimalkan
tentang resiko potensial mendapatkan infeksi dan
-    Menggunakan sarana trasmisi agen infeksi
pelayanan kesehatan sesuai Intervensi :
kebutuhan -          Bersihkan
lingkungan setelah dipakai
3.  Status nutrisi yang  baik, pasien lain
Definisi : Nutrisi cukup untuk -          Pertahankan teknik
memenuhi kebutuhan isolasi
metabolisme tubuh -          Batasi pengunjung
    Indikator : bila perlu
-    Masukan nutrisi -          Instruksikan pada
-    Masukan makanan dan pengunjung untuk mencuci
cairan tangan saat berkunjung dan
-    Tingkat energi cukup setelah berkunjung
-    Berat badan stabil meninggalkan pasien
-    Nilai laboratorium -          Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci
tangan
4.  Luka sembuh, dengan -          Cuci tangan setiap
indikator: sebelum dan sesudah
§ Kulit utuh tindakan kperawtan
§ Berkurangnya drainase -          Gunakan baju,
purulen sarung tangan sebagai alat
§ Drainase serousa pada luka pelindung
berkurang -          Pertahankan
§ Drainase sanguinis pada lingkungan aseptik selama
luka berkurang pemasangan alat
§ Drainase serosa sangunis -          Ganti letak IV
pada luka berkurang perifer dan line central dan
§ Drainase sangunis pada dressing sesuai dengan
drain berkurang petunjuk umum
§ Drainase serosasanguinis -          Gunakan kateter
pada drain berkurang intermiten untuk
§ Eritema disekitar kulit menurunkan infeksi
berkurang kandung kencing
§ Edema sekitar luka -          Tingktkan intake
berkurang nutrisi
§ Suhu kulit tidak meningkat -          Berikan terapi
§ Luka tidak berbau antibiotik bila perlu
3.    Manajemen Nutrisi
Definisi : membantu
dengan memberikan diet
makanan dan cairan yang
seimbang.
Tindakan :
- Tanyakan pada klien
tentang alergi terhadap
makanan
- Tanyakan makanan
kesukaan klien
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
- Anjurkan masukan kalori
yang tepat yang sesuai
dengan gaya hidup
- Anjurkan peningkatan
masukan zat besi yang
sesuai
- Anjurkan peningkatan
masukan protein dan
vitamin C
- Anjurkan untuk banyak
makan buah dan minum
- Pastikan diit  tidak
menyebabkan konstipasi
- Berikan klien diit tinggi
protein, tinggi kalori

5. Hambatan komunikasi NOC NIC


verbal         Anxiety self control Communication
Definisi : penurunan,         Coping Enhancement : Speech
kelambatan, atau         Sensory function: hearing & Deficit
ketiadaan kemampuan vision         Gunakan penerjemah , jika
untuk menerima,         Fear sef control diperlukan
memproses, mengirim,         Beri satu kalimat simple
dan/atau menggunakan Kriteria Hasil : setiap bertemu, jika
sistem simbol         Komunikasi: penerimaan, diperlukan
intrepretasi dan ekspresi         Konsultasikan dengan

Batasan pesan lisan, tulisan, dan non dokter kebutuhan terapi


Karakteristik : verbal meningkat bicara
        Tidak ada kontak mata         Komunikasi ekspresif         Dorong pasien untuk

        Tidak dapat bicara (kesulitan berbicara) : berkomunikasi secara


        Kesulitan ekspresi pesan verbal dan perlahan dan untuk
mengekspresikan pikiran atau non verbal yang mengulangi permintaan
secera verbal (mis, bermakna         Dengarkan dengan penuh

afasia, disfasia, apraksia,         Komunikasi reseptif perhatian


disleksia) (kesutitan mendengar) :         Berdiri didepan pasien

        Kesulitan menyusun penerimaan komunikasi dan ketika berbicara


kalimat intrepretasi pesan verbal         Gunakan kartu baca,

        Kesulitan menyusun dan/atau non verbal kertas, pensil, bahasa tubuh,


kata-kata (mis : afonia,         Gerakan Terkoordinasi : gambar, daftar kosakata
dislalia, disartria) mampu mengkoordinasi bahasa asing, computer, dan
        Kesulitan memahami gerakan dalam menggunakan lain-lain untuk
pola komunikasi yang isyarat memfasilitasi komunikasi
biasa         Pengolahan informasi : klien dua arah yang optimal
        Kesulitan dalam mampu untuk memperoleh,         Ajarkan bicara dari
kehadiran tertentu mengatur, dan menggunakan esophagus, jika diperlukan
        Kesulitan menggunakan informasi         Beri anjuran kepada pasien
ekspresi wajah         Mampu mengontrol respon dan keluarga tentang
        Disorientasi orang ketakutan dan kecemasan penggunaan alat bantu
        Disorientasi ruang terhadap ketidakmampuan bicara (misalnya, prostesi
        Disorientasi waktu berbicara trakeoesofagus dan laring
        Tidak bicara         Mampu memanajemen buatan
        Dispnea kemampuan fisik yang di         Berikan pujian positive
        Ketidakmampuan miliki jika diperlukan
bicara dalam bahasa         Mampu         Anjurkan pada pertemuan
pemberi asuhan mengkomunikasikan kelompok
        Ketidakmampuan kebutuhan dengan         Anjurkan kunjungan
menggunakan ekspresi lingkungan sosial keluarga  secara teratur
tubuh untuk memberi stimulus
        Ketidakmampuan komunikasi
menggunakan ekspresi         Anjurkan ekspresi diri
wajah dengan cara lain dalam
        Ketidaktepatan menyampaikan informasi
verbalisasi (bahasa isyarat)
        Defisit visual parsiaI Communication
        Pelo Enhancement : Hearing
        Sulit bicara Deficit
        Gagap Communication
        Defisit penglihatan total Enhancement : Visual
        Bicara dengan kesulitan Deficit
        Menolak bicara Anxiety Reduction
Active Listening
Faktor Yang
Berhubungan:
        Ketiadaan orang
terdekat
        Perubahan konsep diri
        Perubahan sistem saraf
pusat
        Defek anatomis (mis :
celah palatum,
perubahan
neuromuskular pada
sistem penglihatan,
pendengaran, dan
aparatus fonatori)
        Tumor otak
        Harga diri rendah
kronik
        Perubahan harga diri
        Perbedaan budaya
        Penurunan sirkulasi ke
otak
        Perbedaan yang
berhubungan dengan
usia perkembangan
        Gangguan emosi
        Kendala lingkungan
        Kurang informasi
        Hambatan fisik (mis :
trakeostomi, intubasi)
        Kondisi psikologi (mis :
psikosis, kurang
stimulus)
        Harga diri rendah
situasional
        Stress
        Efek samping obat (mis
: agens farmaseutikal)
        Pelemahan sistem
muskuloskeletal

DAFTAR PUSTAKA
Bruner & Suddarth. (2011). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 2.
EGC: Jakarta.

Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan


Pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC. 

Mansjoer, Arif. (2011). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1.UI: Media.

Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:  MediAction.

Price, Sylvia A. (2016). Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2012). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta:
EGC.

Syamsuhidayat. (2011). Buku Ajar Bedah. Jakarta EGC

Anda mungkin juga menyukai