Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS

Penanganan Peritonsilitis Abses

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas


Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT
Rumah Sakit Umum Daerah Temanggung

Dokter Pembimbing :
dr. Pramono, Sp. THT-KL

Disusun oleh:
Ica Trianjani S.
20100310010

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT RSUD TEMANGGUNG


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
I. Pengalaman
Seorang lakiSeorang pasien perempuan berusia 68 tahun datang dengan keluhan
pendengaran telinga kanan berkurang 1 bulan ini. 2 minggu sebelum datang ke poli,
pasien merasakan telinga kanan terasa sakit. Kemudian pasien berobat ke RSK ,dilakukan
foto rontgen dan dilakukan suction di telinga kanan( terdapat nanah). Dan sudah diberi
obat keluhan sakit telinga sudah tidak ada, tetapi pasien masih merasakan penurunan
pendengaran pada telinga kanan. Riwayat telinga dikorek korek 3 bulan sebelum datang
ke poli.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum pasien baik dengan kesadaran
compos mentis. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 88 x/menit (isi dan tegangan cukup, regular), suhu 36,5oC, respirasi 20
x/menit (regular). Pada status lokalis THT memperlihatkan adanya perforasi di membran
timpani telinga kanan.

II. Masalah yang dikaji


Apa sajakah indikasi dan kontraindikasi dari mastoidektomi? Bagaimana dengan pasien
ini?

III. Pembahasan
Mastoidektomi merupakan salah satu prosedur pembedahan yang mengangkat
bagian tulang mastoid yang terinfeksi saat terapi obat tidak lagi efektif.
JENIS TINDAKAN MASTOIDEKTOMI
Mastoidektomi dilakukan dengan kondisi pasien di bawah pengaruh anestesi
sepenuhnya (anestesi umum). Terdapat beberapa jenis tipe prosedur mastoidektomi,
berdasarkan jumlah infeksi yang diderita.
1. Mastoidektomi sederhana (tertutup). Operasi ini dilakukan melalui telinga atau
dengan pemotongan (insisi) di belakang telinga. Operator membuka tulang mastoid
dan mengangkat rongga udara yang terinfeksi. Membran timpani diinsisi untuk
membersihkan dan mengeringkan telinga tengah. Antibiotik topikal kemudian
dioleskan pada area telinga tersebut.
2. Mastoidektomi radikal. Prosedur ini mengangkat hampir seluruh tulang mastoid dan
biasanya dilakukan pada kolesteotoma dengan penyebaran yang luas. Membran
timpani dan struktur telinga tengah mungkin diangkat seluruhnya. Biasanya, jika
memungkinkan, tulang stapes dipertahankan untuk membantu mempertahankan
fungsi pendengaran.
3. Mastoidektomi radikal modifikasi. Pada prosedur ini, sebagian tulang telinga tengah
dipertahankan dan membran timpani dibuat kembali dengan menggunakan prosedur
timpanoplasti.

INDIKASI MASTOIDEKTOMI
Otitis media kronis merupakan salah satu indikasi yang biasanya ditemukan pada
prosedur mastoidektomi. Pasien dengan otitis media kronis sering kali datang dengan
otorea dan penurunan pendengaran massif. Mastoidektomi akan mengangkat matriks
kolesteatoma atau rongga udara yang sakit.
Mastoidektomi merupakan salah satu langkah utama untuk menempatkan implant
koklear untuk merehabilitasi hilangnya pendengaran kongenital atau didapat.
Mastoidektomi memungkinkan operator untuk mengakses telinga tengah melalui
terowongan fasialis. Rangkaian elektroda implant ditempatkan di sepanjang terowongan
fasialis hingga ke kokleostomi, yang dibor di inferior dan sedikit anterior dari lubang.6
Sebuah prosedur mastoidektomi juga sering dilakukan sebagai langkah awal untuk
mengangkat neoplasma pada dasar tengkorak lateral, termasuk schwanoma vestibuler,
meningioma, paraganglioma tulang temporal dan epidermoid.
Komplikasi otitis media, termasuk supurasi intratemporal atau intrakranial dan
thrombosis sinus venus lateral, sering membutuhkan tindakan mastoidektomi.

KONTRAINDIKASI MASTOIDEKTOMI
Kontraindikasi dilakukannya mastoidektomi antara lain:
1. Pasien dengan kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilakukan anestesi umum.
2. Pasien dengan rongga udara mastoid yang lebih sedikit (sklerotik) yang dapat
membuat pembedahan menjadi lebih sulit, karena adanya perbedaan struktur anatomi
yang lebih sulit untuk diidentifikasi (kapsul otik, saraf fasialis).
3. Operator harus lebih berhati-hati pada pasien dengan pergeseran sinus sigmoid
anterior dan mastoid atau dinding telinga tengah yang rendah. varian anatomis ini
dapat diidentifikasi sebelum pembedahan dengan CT scan tulang temporal.

IV. Dokumentasi
1. Identitas
Nama : Ny. M
Umur : 68 tahun
Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Bulu, Temanggung
Tanggal periksa : 4 Maret 2016
2. Anamnesis
Keluhan utama: Pendengaran berkurang pada telinga kanan
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan pendengaran telinga kanan
berkurang. Keluhan nyeri telinga,keluar cairan dari telinga kanan,bengkak pada
telinga kanan disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu: 3 bulan yang lalu pasien pernah mengorek orek telinga
kananya dengan menggunakan peniti, 1 bulan setelahnya terasa nyeri pada telinga
kanan dan demam. Tidak ada nyeri tenggorokan,kesulitan menelan,gangguan
pengecapan,ataupun hidung tersumbat.
Riwayat Penyakit Keluarga: Riwayat penyakit kronis seperti gula darah tinggi dan
tekanan darah tinggi dalam keluarga disangkal
3. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign : Tekanan Darah : 130/80 mmHg
Suhu : 36,2oC
Nadi : 88 x/menit, regular
Respirasi : 24 x/menit
Mata : Conjunctiva Anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
Status Lokalis THT:
Telinga Inspeksi, Palpasi
AD/AS : Bentuk dan ukuran dalam batas normal, nyeri
tragus (-/-), nyeri mastoid (-/-) hiperemis (-/-), hematoma (-
/-)

Canalis aurikularis : Serumen (-/-), hiperemis (-/-), edema


(-/-), otorrhoe (-/-)

Membran Timpani kanan: terdapat perforasi membran


timpani pada telinga kanan.

Hidung dan Paranasal Inspeksi, Palpasi

Deviasi nasal(-), massa(-),darah (-), nyeri tekan (-),


krepitasi(-)
SPN : edema nasal (-), NT pipi/kelopak bawah (-), NT
pangkal hidung(-).

Rhinoskopi Anterior
Septum letak sentral, deformitas os nasal (-).
ND/NS: Mukosa hiperemis (-/-), mukosa pucat (-/-), edema
concha (-/-), massa (-/-), vimbrissae (+/+), discharge (-/-).

Tenggorokan dan Laring (Leher)


Inspeksi, Palpasi
Trakhea letak sentral, gld. Thyroid tak teraba, limfonodi
cervicalis anterior tak teraba, massa(-), NT (-), retraksi (-).
Cavum oris : Karies (+), mukosa mulut dalam batas normal,
lidah kotor (-), lidah mobile, uvula sentral, massa (-)
Faring : mukosa tidak hiperemis, lesi kecil di faring
lateral sinistra (-), edema (-), massa (-)
Tonsil : tidak ada pembesaran tonsil.

4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium tanggal 3 maret 2016:
Hb : 13,3 g/dl CT : 630
Leukosit : 8,7 x 103/mmk BT : 200
Hct : 38% Ureum : 15,0 mg/dL
Trombosit : 324 x 103/mmk Kreatinin : 1,05 mg/dL
GDS : 167 mmhg

Foto rontgen (tanggal 3 Maret 2016)


Apex paru tenang
Gambaran bronkitis
Besar cor normal dengan elongasi aorta
Sistema tulang baik

Laboratorium tanggal 6 Maret 2016


GDS : 108 mmHg
SGOT : 19,9 u/l
SGPT : 12,5 u/l
Pemeriksaan Audiologi :
Test rinne : +/+
Test Webber: Lateralisasi ke arah sehat
Test Swabach : Normal

DIAGNOSIS : Mastoiditis kronis AD

V. Daftar Pustaka

Adams, L. G. et al. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Ed : ke-6. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.

Soepardi E.A., Iskandar H.N., 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Ed : 6. Jakarta : FK UI

Anda mungkin juga menyukai