Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

TUMOR TONSIL

DI RUANGAN THT
RUMAH SAKIT Dr. ACHMAD MOCHTAR (RSAM) BUKITTINNGI

Oleh :

AULIANI ANNISA FEBRI


1614901120

PRECEPTOR CLINIC PRECEPTOR ACADEMIC

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
TAHUN 2016/2017
LAPORAN PENDAHULUAN
TUMOR TONSIL

Kepala dan leher karsinoma sel skuamosa (HNSCC) adalah keganasan keenam yang
paling umum di seluruh dunia, dengan lebih dari 40.000 kasus baru per tahun di Amerika
Serikat. Dari semua HNSCCs primer, karsinoma orofaringeal adalah yang ketiga paling
umum, dengan amandel menjadi yang paling umum dari keganasan di dalam orofaring
tersebut.
Secara historis, pengobatan standar kanker amandel ini terdiri dari operasi dengan
atau tanpa radioterapi adjuvan. Mengingat peran penting oropharynx memainkan dalam
bicara dan menelan, terapi non - bedah dengan organ melestarikan kemoradiasi telah
mendapatkan peran dalam pengobatan karsinoma amandel dalam upaya untuk menghindari
morbiditas operasi. Namun, organ melestarikan kemoradiasi tidak tanpa morbiditas sendiri.
Selain itu, teknik bedah minimal invasif transoral telah menjadi lebih luas dalam pengobatan
kanker tonsil dan dapat menurunkan morbiditas terkait dengan terapi bedah. Dengan
demikian, perlakuan optimal karsinoma tonsil yang diperdebatkan di antara ahli kanker
kepala dan leher.

A. Pengertian
Tumor Tonsil adalah kanker yang terjadi pada salah satu dari tiga jenis tonsil
tenggorokan. Hal ini paling sering terjadi pada tonsil palatina, yang terletak di kedua sisi
tenggorokan, meskipun dapat juga terjadi pada tonsil faring (juga disebut kelenjar gondok),
yang berada di balik rongga hidung, atau dalam bahasa tonsil, yang berada di bagian
belakang lidah.
Tumor tonsil kebanyakan karsinoma sel skuamosa, yang timbul dalam jaringan
lapisan mulut, meskipun ada kemungkinan untuk limfoma (jenis kanker sistem kekebalan)
untuk berkembang di amandel. Merokok adalah faktor risiko yang paling umum untuk
karsinoma sel skuamosa amandel. Alkohol juga merupakan faktor risiko, kombinasi
penggunaan rokok dan alkohol menghasilkan resiko yang lebih besar daripada menggunakan
zat baik sendiri.
B. Anatomi dan Fisiologi

Tonsil terdiri dari jaringan limfoid yang dilapisi oleh epitel respiratori. Cincin
Waldeyer merupakan jaringan limfoid yang membentuk lingkaran di faring yang terdiri dari
tonsil palatina, tonsil faringeal (adenoid), tonsil lingual, dan tonsil tubal (Ruiz JW, 2009).
1. Tonsil Palatina
Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam
fosa tonsil pada kedua sudut orofaring, dan dibatasi oleh pilar anterior (otot
palatoglosus) dan pilar posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan
panjang 2-5 cm, masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas ke
dalam jaringan tonsil. Tonsil tidak selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris, daerah yang
kosong diatasnya dikenal Universitas Sumatera Utara sebagai fosa supratonsilar.
Tonsil terletak di lateral orofaring.
Dibatasi oleh:
Lateral – muskulus konstriktor faring superior
Anterior – muskulus palatoglosus
Posterior – muskulus palatofaringeus
Superior – palatum mole
Inferior – tonsil lingual (Wanri A, 2007)
Permukaan tonsil palatina ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi
invaginasi atau kripti tonsila. Banyak limfanodulus terletak di bawah jaringan ikat dan
tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam di dalam stroma jaringan ikat
retikular dan jaringan limfatik difus. Limfonoduli merupakan bagian penting
mekanisme pertahanan tubuh yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang jalur pembuluh
limfatik. Noduli sering saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal
(Anggraini D, 2001).
Fosa Tonsil
Fosa tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior adalah otot
palatoglosus, batas posterior adalah otot palatofaringeus dan batas lateral atau dinding
luarnya adalah otot konstriktor faring superior (Shnayder, Y, 2008).
Berlawanan dengan dinding otot yang tipis ini, pada bagian luar dinding
faring terdapat nervus ke IX yaitu nervus glosofaringeal (Wiatrak BJ, 2005).
Pendarahan
Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang arteri karotis eksterna, yaitu
1) arteri maksilaris eksterna (arteri fasialis) dengan cabangnya arteri tonsilaris dan
arteri palatina asenden;
2) arteri maksilaris interna dengan cabangnya arteri palatina desenden;
3) arteri lingualis dengan cabangnya arteri lingualis dorsal;
4) arteri faringeal asenden.
Kutub bawah tonsil bagian anterior diperdarahi oleh arteri lingualis dorsal
dan bagian posterior oleh arteri palatina asenden, diantara kedua daerah tersebut
diperdarahi oleh arteri tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh arteri faringeal
asenden dan arteri palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang
bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar
kapsul tonsil, vena lidah dan pleksus faringeal (Wiatrak BJ, 2005).
Aliran getah bening
Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening
servikal profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah muskulus
sternokleidomastoideus, selanjutnya ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus
torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh getah bening eferan sedangkan
pembuluh getah bening aferen tidak ada (Wanri A, 2007).
Persarafan Tonsil
Tonsil bagian bawah mendapat sensasi dari cabang serabut saraf ke IX
(nervus glosofaringeal) dan juga dari cabang desenden lesser palatine nerves.
Imunologi Tonsil
Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit. Limfosit
B membentuk kira-kira 50-60% dari limfosit tonsilar. Sedangkan limfosit T pada
tonsil adalah 40% dan 3% lagi adalah sel plasma yang matang (Wiatrak BJ, 2005).
Limfosit B berproliferasi di pusat germinal. Immunoglobulin (IgG, IgA, IgM,
IgD), komponen komplemen, interferon, lisozim dan sitokin berakumulasi di jaringan
tonsilar (Eibling DE, 2003). Sel limfoid yang immunoreaktif pada tonsil dijumpai
pada 4 area yaitu epitel sel retikular, area ekstrafolikular, mantle zone pada folikel
limfoid dan pusat germinal pada folikel ilmfoid (Wiatrak BJ, 2005).
Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk
diferensiasi dan proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2
fungsi utama yaitu 1) menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2)
sebagai organ utama produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen
spesifik (Hermani B, 2004).
2. Tonsil Faringeal (Adenoid)
Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan
limfoid yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. Lobus atau segmen tersebut
tersusun teratur seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau
kantong diantaranya. Lobus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di
bagian tengah, dikenal sebagai bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus.
Adenoid terletak di dinding belakang nasofaring. Jaringan adenoid di nasofaring
terutama ditemukan pada dinding atas dan posterior, walaupun dapat meluas ke fosa
Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. Ukuran adenoid bervariasi pada masing-
masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran maksimal antara usia 3-
7 tahun kemudian akan mengalami regresi (Hermani B, 2004).
3. Tonsil Lingual
Tonsil lingual terletak di dasar lidah dan dibagi menjadi dua oleh ligamentum
glosoepiglotika. Di garis tengah, di sebelah anterior massa ini terdapat foramen sekum
pada apeks, yaitu sudut yang terbentuk oleh papilla sirkumvalata (Kartosoediro S,
2007).

C. Tanda dan Gejala


Gejala tumor tonsil termasuk sakit di bagian belakang tenggorokan yang tidak
sembuh - sembuh, atau satu amandel yang lebih besar dari yang lain. Ini mungkin
menyakitkan atau bisa juga tidak. Kanker amandel diketahui menyebabkan perdarahan, bau
mulut, atau rasa / pengecapan berubah. kanker yang lebih besar dapat mengganggu makan,
berbicara atau bernapas, dan dapat membuat sulit untuk membuka mulut.
Gejala umum kanker amandel meliputi:
1. Indera pengecapan berubah
2. Napas bau
3. Perdarahan
4. Ukuran amandel berubah
5. Kesulitan makan, menelan atau berbicara
6. Sakit telinga
7. Benjolan atau sakit yang tidak hilang
8. Sakit tenggorokan
9. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher
10. Tenggorokan sakit
11. Berat badan mengalami penurunan

Dalam beberapa kasus, tumor tonsil dapat mengancam kehidupan termasuk jika Anda,
atau seseorang yang bersama Anda, memiliki kehidupan yang mengancam gejala - gejala ini :
1. Pernafasan atau masalah pernapasan seperti sesak napas, kesulitan bernapas, mengi, tidak
bernapas, atau tersedak.
2. Muntah darah seperti warna hitam bubuk kopi
Tumor Tonsil Kanan Tumor Jinak Tonsil Kiri
D. Penyebab
Meskipun penyebab spesifik dari tumor tonsil tidak diketahui, beberapa faktor risiko
telah diidentifikasi, termasuk penggunaan tembakau, yang merupakan faktor risiko terkuat
tunggal untuk mengembangkan kanker amandel, dan penggunaan alkohol.
Menurut National Cancer Institute, diterima faktor risiko karsinoma sel skuamosa
termasuk merokok dan penyalahgunaan etanol. Baru - baru ini, namun, beberapa indikasi
menunjukkan bahwa etiologi virus juga harus dipertimbangkan. Walaupun virus Epstein-Barr
(EBV) adalah pertimbangan utama dalam karsinoma nasofaring, papilloma virus (HPV) telah
ditunjukkan sebagai lebih dari ancaman di wilayah ini. Beberapa studi telah mengidentifikasi
indikasi kehadiran HPV pada sekitar 60% dari karsinoma tonsil. Bila amandel termasuk
dalam studi kawasan orofaringeal seluruh faktor - faktor risiko meliputi:
1. Diet kekurangan buah - buahan dan sayuran
2. Konsumsi minuman belahan Amerika Selatan
3. Mengunyah sirih pound
4. Infeksi HPV
5. Tembakau, merokok
6. Penggunaan Etanol

E. Patofisiologi
Tonsil SCC mungkin terbatas pada fosa tonsil, tetapi ekstensi untuk struktur
berdekatan adalah umum. Karsinoma umumnya menyebar di sepanjang glossotonsillar sulkus
untuk melibatkan dasar lidah ke tingkat variabel. Selain itu, penyebaran sering terjadi pada
langit - langit lunak atau nasofaring. Fosa tonsil dibatasi lateral oleh otot pembatas unggul,
yang mungkin berisi penyebaran karsinoma.
Namun, ketika otot pembatas adalah melanggar, tumor memperoleh akses ke ruang
parapharyngeal. Ini mungkin melibatkan otot - otot pterygoid atau mandibula. Superior
ekstensi di ruang parapharyngeal dapat menyebabkan keterlibatan dasar tengkorak, dan
perpanjangan inferior dapat menyebabkan keterlibatan leher lateral. Akhirnya, keterlibatan
luas dalam ruang parapharyngeal mungkin melibatkan arteri karotis.
Metastasis ke daerah limfatik umum. metastasis leher hadir pada sekitar 65% dari
pasien. Pada pasien dengan leher klinis negatif, sekitar 30% dari pasien ini akan memiliki
penyakit leher gaib. metastasis kelenjar getah kebanyakan untuk tingkat II dan III sejauh
tingkat yang lebih rendah. Nodal metastasis ke tingkat I atau level IV terjadi pada sekitar
10%, dan melewatkan lesi di kedua lokasi tersebut telah ditemukan.
SCC tonsil juga dapat bermetastasis ke retropharyngeal kelenjar getah bening. Hal
ini bukan hal yang utama, tapi metastasis ke lokasi ini dapat terjadi ketika limfatik terganggu
dalam kasus penyakit positif node dalam node jugulodigastric atau dalam hal perawatan
sebelumnya lebih baik dilakukan pembedahan atau radiasi. Metastasis jauh dari tonsil SCC
terjadi pada sekitar 15 -30% pasien. Yang paling sering terjadi umumnya adalah paru - paru,
diikuti oleh hati, dan kemudian tulang.
Pathways
1. Diet kekurangan buah - buahan dan sayuran
2. Konsumsi minuman
3. Infeksi HPV
4. Tembakau, merokok
5. Penggunaan Etanol

Penekanan sel pada


Tumor tonsil saraf Sensasi tidak
nyaman

Nyeri
Obstruksi jalan Gangguan
Psikologis nafas menelan Pengobatan Gangguan
pola tidur
Mengiritasi sel
laring Eksternal radiasi

infeksi
Kurang pengetahuan
Kulit merah, Depresi Mulut
kering sumsum kering
stomatitis
Akumulasi tulang
Cemas/Takut sekret
Resti Hb 
kerusakan
integritas
Bersihan
kulit Anemia
jalan nafas
tidak efektif
Sel-sel kurang O2

Gastrointestin kurang O2

Mual, muntah

Resiko injury Kelemahan/kelelahan

Adam, George, L. (1997)


F. Faktor Resiko
Sejumlah faktor yang meningkatkan risiko tumor tonsil. Tidak semua orang dengan
faktor risiko akan mendapatkan kanker amandel. Faktor risiko untuk kanker amandel
meliputi:
1. Umur diatas 50 tahun
2. Penyalahgunaan alkohol
3. Mengunyah sirih pound (paan), sebuah stimulan yang populer di Asia Tenggara
4. Dikompromikan sistem kekebalan tubuh karena kondisi seperti HIV / AIDS, mengambil
kortikosteroid, atau mengambil obat untuk transplantasi organ
5. Diet rendah di sayuran dan buah-buahan
6. Minum pasangan, stimulan teh seperti yang populer di Amerika Selatan
7. Human papilloma virus ( HPV ) infeksi
8. Male gender
9. Merokok atau penggunaan produk tembakau lainnya

G. Pencegahan
Anda mungkin dapat menurunkan resiko Anda terkena tumor tonsil oleh :
1. Menghindari sirih pound
2. Menghindari pasangan
3. Makan banyak sayuran dan buah - buahan
4. Berhenti penggunaan produk tembakau, termasuk rokok dan tembakau tanpa asap
5. Mengurangi konsumsi alkohol

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium Studi
a. Tes fungsi hati : Pengetahuan tentang fungsi hati diperlukan karena
1) Diet pasien dan sejarah etanol sering menyebabkan fungsi miskin.
2) Hepatically dimetabolisme agen kemoterapi atau obat lainnya (misalnya, obat
nyeri) dapat digunakan.
3) Metastasis hati yang selalu mungkin.
b. Tes fungsi paru :
1) Setiap pembedahan kepala dan leher membawa risiko komplikasi pernapasan
tambahan perioperatif dan pasca operasi.
2) Cadangan pernapasan adalah sedikit diperlukan pengetahuan sebelum operasi
tersebut dilakukan.
c. Tes fungsi ginjal : Bila agen kemoterapi tertentu dianggap, tes fungsi ginjal yang
diperlukan untuk memastikan apakah pasien dapat menghilangkan agen yang
ditangani oleh ginjal.
d. Pembekuan dan koagulasi studi (termasuk jumlah trombosit, mengetik, cross -
matching)
1) Kepala dan leher adalah salah satu daerah terkaya vaskularisasi dalam tubuh
manusia.
2) Perdarahan adalah salah satu masalah terbesar di operasi tonsil.
3) Setelah bahan tersedia transfusi baik dilaksanakan.
2. Studi Imaging
a. CT scan leher, dengan dan tanpa kontras, diperlukan untuk mengevaluasi
metastase dan untuk menilai sejauh mana tumor. Selain itu, jika diperpanjang ke
atas untuk mencakup daerah tulang, invasi tulang adalah bagian dari basis
pengetahuan baru. Hal ini penting dalam pementasan tumor tonsil.
b. MRI juga sangat berguna untuk menilai ukuran tumor dan invasi jaringan lunak.
c. CT scan dada adalah studi pencitraan yang paling sensitif digunakan untuk
mengungkap metastasis paru-paru dan, karenanya, harus menjadi modalitas
pilihan, setidaknya pada pasien berisiko tinggi (stadium 4 penyakit, tumor T4, N2
atau penyakit nodal N3, tumor yang timbul dari orofaring, laring, hipofaring, atau
supraglottis).
3. Biopsi adalah satu - satunya alat untuk memperoleh jaringan diagnostik.
a. Keganasan tonsil mungkin limfoma, karena itu, ahli patologi dan tim harus segera
siap untuk menangani jaringan dengan benar.
b. Fiksatif khusus harus disiapkan. Beberapa jaringan mungkin diperlukan untuk
studi segar, yang tergantung waktu dan memerlukan penanganan segera. Beberapa
jaringan harus dibekukan dalam nitrogen cair. Mengingat sifat dari bagian beku
dan jenis kejadian tak terduga dalam sehari patolog's, memperingatkan ahli
patologi 24 jam di muka dari kemungkinan limfoma biopsi adalah bijaksana.
c. Lain pertimbangan yang sangat penting adalah fakta bahwa karsinoma sel
skuamosa biasanya timbul jauh di dalam kriptus. Ini membutuhkan ahli bedah
mengambil biopsi mendalam sehingga neoplasma sejati tidak terjawab. Mengingat
kecenderungan untuk lesi ini berdarah, ini adalah prosedur rumit, dan ahli bedah
harus siap untuk yang tak terduga.
4. Panendoscopy
a. Operative endoskopi memungkinkan ahli bedah untuk menilai tingkat penuh
tumor. Ini bisa sangat membantu ketika memilih antara pendekatan bedah terbuka
dan endoskopi. Hal ini juga memungkinkan untuk biopsi jika tidak dapat
dilakukan di kantor.
b. Bronkoskopi dan esophagoscopy dimanfaatkan untuk menilai untuk tumor primer
kedua yang dapat hadir pada saat diagnosis.
5. HPV pengujian
a. Pedoman NCCN merekomendasikan pengujian HPV untuk faktor prognostik.
b. Kuantitatif reverse transcriptase PCR (QRT - PCR) memungkinkan perhitungan
jumlah relatif yang hadir mRNA dalam sampel.
1) Mampu menghitung jumlah salinan
2) Rentan terhadap positif palsu
c. Jenis spesifik HPV DNA hibridisasi in situ
1) HPV - 16 yang paling umum digunakan untuk memeriksa carcinomas
orofaringeal.
2) Hal ini baik sensitif dan spesifik.
d. P16 dapat diuji sebagai biomarker untuk HPV E7.
6. Temuan histologis
a. Squamous cell carcinoma
Kebanyakan palatine amandel karsinoma sel skuamosa yang cukup untuk
diferensiasi buruk.
Varian berikut, meskipun pada dasarnya karsinoma sel skuamosa, di daerah ini
telah dijelaskan dengan frekuensi beberapa:
1) Basosquamous Nonkeratinizing karsinoma karsinoma (sel transisional atau
tipe sinonasal)
2) Dibeda - bedakan atau jenis lymphoepithelioma
b. Limfoma
Penentuan jenis Limfoma sangat penting dan dapat dicapai hanya dengan
bantuan studi khusus yang diperoleh oleh ahli patologi. Penanda sel dan jaringan
yang digunakan untuk limfoma jenis cukup sensitif. Ini memerlukan jaringan beku
segar dan fiksatif biasa, selain noda imunohistokimia.
Semua studi ini membantu dalam penentuan jenis limfoma penting. Banyak
memerlukan jaringan segar atau beku untuk studi imunohistokimia.
Karsinoma tonsil kebanyakan menyebar non - Hodgkin besar B sel
limfoma.
jaringan limfoid mukosa terkait (MALT) low - grade B sel limfoma terdiri
dari sel - sel kecil jarang terjadi di amandel tersebut. Hal ini mengejutkan karena
amandel terdiri dari pengaturan bercampur yang sangat intim epitel dan limfosit,
yang, dalam teori, akan membuat lingkungan yang ideal untuk pengembangan
limfoma MALT. Pada kenyataannya, mereka sangat jarang di wilayah ini bahwa
mereka adalah kasus yang dilaporkan.
c. Minor keganasan kelenjar ludah
Minor keganasan kelenjar ludah adalah lesi ketiga yang paling umum dari
amandel tersebut. Lesi ini termasuk karsinoma mucoepidermoid, karsinoma
adenoid kistik, karsinoma sel acinic, dan adenokarsinoma.
d. Lesi metastasis untuk amandel yang
Walaupun tonsil palatina merupakan sumber yang kaya limfatik dan jaringan
limfoid, metastasis ke tonsil palatina jarang. Kasus laporan telah menggambarkan
sebuah spektrum yang sangat luas keganasan metastasis ke daerah ini. Payudara,
paru-paru primer berbagai, karsinoma ginjal, dan keganasan pankreas dan
kolorektal telah dilaporkan. terdokumentasi kasus tumor Wilms dan
koriokarsinoma metastasizing ke situs ini jauh juga ada.

I. Pengobatan
1. Terapi Medis
Terapi Non-bedah dari karsinoma amandel terdiri dari terapi radiasi ke situs utama
dan leher untuk tumor tahap awal T1-2N0. Untuk tumor stadium lanjut T3-4n +,
terapi non-bedah terdiri dari organ-pelestarian kemoradiasi bersamaan.
2. Preoperative
Ketika mengevaluasi pasien dengan karsinoma amandel untuk operasi,
seseorang harus menentukan pendekatan bedah yang optimal. Bagi sebagian besar
tumor tahap awal dan pilih stadium akhir tumor, pendekatan transoral mungkin tepat.
pendekatan Transoral termasuk menggunakan lelucon mulut standar dan lampu
sebagai melakukan tonsilektomi standar, laser transoral mikro (TLM), atau teknik
bedah transoral robot baru (DIREKSI).
Namun, untuk tumor tahap lanjut, pendekatan standar terbuka biasanya tepat.
Buka pendekatan mungkin termasuk mandibulotomy bibir-pecah atau pharyngotomy
lateral untuk mencapai akses ke tumor. Biasanya dalam pendekatan terbuka,
rekonstruksi dengan baik flap jaringan lokal, regional, atau bebas diperlukan untuk
menutup cacat bedah. Ketika memutuskan pada sebuah pendekatan, ahli bedah harus
berhati-hati menilai sejauh mana tumor, dan ketika mempertimbangkan pendekatan
transoral, ahli bedah harus menentukan jika akses transoral mungkin.
Faktor-faktor yang mencegah akses transoral termasuk trismus, gigi besar,
kecil dimensi mandibula melintang, tori mandibula, lidah besar, ekstensi atlanto-
oksipital miskin, dan radiasi sebelumnya yang mungkin mengaburkan pesawat
jaringan atau penentuan margin reseksi. Selanjutnya, jika tumor telah ekstensi lateral
yang signifikan, reseksi transoral dapat menempatkan arteri karotid berisiko,
membuat pendekatan ini tidak aman.
Selain itu, jika reseksi transoral dapat meninggalkan margin positif (seperti
dengan ekstensi dasar tengkorak), maka pendekatan yang terbuka harus dipilih.
Akhirnya, pengalaman ahli bedah harus dipertimbangkan. Transoral reseksi
karsinoma amandel anatomi pendekatan dari dalam ke luar dengan cara yang
mungkin tidak familiar bagi banyak ahli bedah. Hal ini dapat membuat operasi
transoral sulit dan kompromi margin reseksi.
Bila tumor telah keterlibatan signifikan dari lokasi yang berdekatan seperti
langit - langit lunak, pangkal lidah, atau nasofaring, sebuah reseksi transoral mungkin
bukan karena sesuai dengan kebutuhan untuk rekonstruksi. Bila lebih dari setengah
langit - langit lunak atau dasar lidah adalah resected, pasien-pasien ini mungkin
mendapat manfaat dari rekonstruksi dengan flap, dan pendekatan bedah terbuka
mungkin lebih tepat. Sebagian besar dari faktor-faktor ini dapat secara akurat dinilai
sebelum mengambil pasien ke ruang operasi untuk pengobatan definitif. Pemeriksaan
fisik di kantor atau selama operasi endoskopi akurat dapat memetakan tingkat tumor.
Mencermati pemeriksaan pencitraan pra operasi dapat menentukan kedekatan dari
arteri karotid untuk tumor.
3. Intraoperatif
Jika pasien dianggap kandidat untuk reseksi transoral, ahli bedah kemudian
harus memutuskan bagaimana direseksi tumor. Pilihan termasuk mouthgags standar
menggunakan dan lampu yang, TLM, atau DIREKSI. Pendekatan ini melibatkan
mengiris otot pembatas unggul di raphe pterygomandibular, dan kemudian
mencerminkan otot pembatas dari lateral ke medial. Pendekatan ini mengambil otot
pembatas unggul sebagai lateral margin reseksi.
Teknik laser mikro Transoral telah diuraikan secara rinci oleh Steiner dan
Ambrosch. Pendekatan standar adalah untuk mendapatkan eksposur melalui
mouthgags standar atau oropharyngoscopes distending. Mikroskop operasi dan laser
CO2 ini kemudian digunakan untuk menghilangkan tumor sedikit demi sedikit.
Menggunakan visualisasi mikroskop yang disempurnakan dan diferensial pemotongan
laser melalui jaringan normal versus tumor memungkinkan ahli bedah untuk
mengikuti tumor dan melestarikan nilai maksimal jaringan normal. Karena tumor
dihapus sedikit demi sedikit, sangat penting bahwa ahli bedah berkomunikasi secara
efektif dengan ahli patologi untuk memastikan margin negatif yang benar.
Transoral Bedah Robotik adalah teknik baru yang dipelopori oleh Weinstein et
al. DIREKSI mencapai paparan dari tumor menggunakan mouthgags standar. The
robot endoskopi dan operasi instrumen tersebut kemudian dimasukkan ke dalam
mulut dan digunakan untuk direseksi tumor dalam mode diubah dijelaskan oleh
Holsinger et al. Keuntungan DIREKSI termasuk visualisasi 3-D ditingkatkan dan
penggunaan instrumen wristed dan endoskopi siku yang memungkinkan ahli bedah
untuk mencapai akses ke tumor yang dinyatakan sulit dengan pendekatan transoral
standar atau TLM.
Dalam semua kasus reseksi transoral, ahli bedah harus mampu mengontrol
pendarahan dari cabang-cabang dari sistem arteri karotid. Hal ini dicapai baik oleh
elektrokauter atau melalui penggunaan hemoclips bedah. Biasanya, tempat tidur
bedah dibiarkan sembuh dengan intensi sekunder. Hal ini membuat melindungi arteri
karotid kritis, untuk mencegah erosi dinding kapal oleh paparan air liur.
Dalam kasus di mana pendekatan terbuka diperlukan, paparan tumor mungkin
melalui mandibulotomy bibir membelah, sebuah pharyngotomy lateral, atau
kombinasi dari paparan transoral dan pharyngotomy lateral. Hal ini meninggalkan
pasien dengan komunikasi terbuka antara leher dan tekak, mengharuskan rekonstruksi
dengan flap jaringan lunak. Opsi umum untuk rekonstruksi termasuk flap
myocutaneous pectoralis major, radial lengan bawah flap bebas fasciocutaneous, atau
paha anterolateral flap bebas fasciocutaneous atau myocutaneous. Keuntungan dari
pendekatan terbuka termasuk akses langsung ke tumor sambil memberikan kontrol
maksimal kapal besar. Namun, pasien dikenakan kali operasi lagi, kebutuhan untuk
rekonstruksi, dan waktu lebih lama untuk pemulihan menelan.
Pengobatan karsinoma tonsil mengharuskan manajemen dari limfatik regional.
diseksi leher selektif untuk memasukkan tingkat I-IV adalah operasi standar. Dalam
pendekatan terbuka, diseksi leher dilakukan dengan reseksi dari tumor primer. Dalam
pendekatan transoral, diseksi leher dapat dilakukan bersamaan, atau mungkin
dipentaskan untuk menghindari risiko fistula saliva. Selain itu, node retropharyngeal
mungkin berisiko. Ini dapat dihapus pada saat reseksi tumor primer.
4. Pascaoperasi
Pasien menjalani operasi untuk karsinoma tonsil harus dipantau secara hati -
hati dalam periode pasca operasi. Isu yang sangat penting untuk dipertimbangkan
termasuk manajemen jalan nafas, potensi untuk perdarahan, dan diet. manajemen
jalan nafas tergantung pada pendekatan yang digunakan dan sejauh mana reseksi.
Ketika pendekatan transoral digunakan, pasien mungkin tetap intubated operasi
berikut, tergantung pada sejauh mana reseksi, potensi resiko untuk pendarahan, atau
preferensi ahli bedah. Dalam kebanyakan kasus, pasien yang menjalani reseksi
transoral tidak perlu trakeostomi, seperti pembengkakan umumnya kurang daripada di
reseksi terbuka.
Dalam kasus reseksi terbuka, edema biasanya signifikan, terutama dengan
rekonstruksi flap, dan sebagian besar pasien akan memerlukan trakeostomi.
trakeostomi ini sementara dalam banyak kasus. Pendarahan reseksi berikut karsinoma
tonsil dapat signifikan dan mengancam nyawa. Sebagian besar kasus reseksi transoral
memungkinkan luka untuk sembuh dengan intensi sekunder. Akibatnya, cabang arteri
karotid eksternal yang telah diligasi selama operasi berada pada risiko untuk
perdarahan. Pendarahan bisa cepat, dan karena kedekatannya dengan jalan napas,
aspirasi darah bisa menjadi masalah yang signifikan. Kaya dkk melaporkan tingkat%
3,6 pendarahan dalam serangkaian besar karsinoma orofaringeal diobati dengan TLM.
Kembalinya diet lisan juga merupakan pertimbangan penting berikut
pengobatan bedah karsinoma tonsil. Hampir semua pasien akan memiliki beberapa
tingkat disfagia yang dapat mengganggu dengan dimulainya kembali diet normal.
reseksi Transoral biasanya memiliki disfagia kurang, meskipun banyak pasien akan
membutuhkan tabung pengisi sementara. Waktu pemberian pakan penghapusan
tabung dapat ditentukan oleh pemeriksaan klinis, dengan atau tanpa modifikasi
menelan barium. Jangka panjang gastrostomy (PEG) kebutuhan tabung perkutan
jarang dengan reseksi transoral. Weinstein dkk melaporkan sebuah tabung tingkat
3,7% PEG dalam studi awal mereka radikal tonsilektomi DIREKSI. Hal ini mirip
dengan tingkat (4%) dilaporkan oleh Moore et al dalam studi mereka reseksi transoral
dari karsinoma amandel.
Pengobatan ajuvan dengan terapi radiasi atau kemoradiasi sering ditunjukkan
operasi berikut, dan ditentukan oleh patologi akhir. Indikasi untuk radioterapi pasca
operasi termasuk invasi perineural atau lymphovascular, beberapa node positif,
margin dekat, dan T4 penyakit. Indikasi untuk kemoradiasi pascaoperasi mencakup
margin positif dan menyebar ekstrakapsular dalam kelenjar getah bening.

J. Tindak lanjut
Follow-up rutin perawatan pasien dengan kanker amandel adalah penting, terutama
karena risiko mengembangkan tumor primer kedua tertinggi di grup ini. Pasien dengan
kanker kepala dan leher memiliki risiko keseluruhan 20% dari mengembangkan tumor primer
kedua, sedangkan pasien dengan kanker amandel memiliki tinggi sebagai risiko 30%.

K. Komplikasi
Komplikasi dari berbagai bentuk terapi saat ini antara lain sebagai berikut:
1. Sakit
2. Xerostomia
3. Infeksi
4. Miskin penyembuhan luka
5. Disfagia
6. Pembentukan fistula
7. Trismus
8. Velopharyngeal insufisiensi
9. Potensi pengrusakan
10. Kelelahan
Keluarga dan pasien harus memahami semua ini terlebih dahulu sebelum melakukan
terapi apapun.

L. Hasil dan Prognosis


Prognosis ditentukan oleh ketahanan hidup 5 tahun dari karsinoma sel skuamosa
diperlakukan wilayah tonsil adalah sebagai berikut :
1. Tahap I - 80%
2. Tahap II - 70%
3. Tahap III - 40%
4. Tahap IV - 30%
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Keluhan Utama
Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll
2. Riwayat Penyakit Sekarang : serangan, karakteristik, insiden, perkembangan, efek
terapi dll
3. Riwayat Kesehatan Lalu
• Riwayat Kelahiran
• Riwayat Imunisasi
• Penyakit yang Pernah diderita ( Faringitis Berulang, Ispa, Otitis Media )
• Riwayat Hospitalisasi
4. Pengkajian Umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
5. Pernafasan
Kesulitan bernafas, batuk
Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
• T0 : Bila Sudah Dioperasi
• T1 : Ukuran yang Normal Ada
• T2 : Pembesaran Tonsil Tidak Sampai Garis Tengah
• T3 : Pembesaran Mencapai Garis Tengah
• T4 : Pembesaran Melewati Garis Tengah
6. Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum,
turgor kurang
7. Aktifitas / Istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
8. Keamanan / Kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
2. Mual
3. Gangguan Menelan
4. Defisiensi Pengetahuan
5. Anxietas
6. Nyeri Akut/Kronis
7. Gangguan Pola Tidur
8. Keletihan

C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Hasil & NOC Intervensi NIC
Napas NOC: Pengkajian
 Pencegahan aspirasi; tindkaan  Kaji dan dokumentasikan hal-hal berikut:
Factor yang berubungan personal untuk mencegah  Keefektifan pemberian oksigen dan terapi lain
 Lingkungan; merokok, masuknya cairan atau partikel  Keefektifan obat resep
menghisap asap rokok, perokok padat kedalam paru  Kecenderungan pada gas darah arteri jika tersedia
pasif  Status pernapasan: ventilasi;  Frekuensi, kedalaman dan upaya pernapasan
 Obstruksi jalan napas; terdapat pergerakan udara yang masuk  Factor yang berhubungan seperti nyeri, batuk tidak
benda asing dijalan napas, spasme dan keluar ke dan dari paru efektif, mucus kental, dan keletihan
jalan napas  Status pernapasan: kepatenan  Auskultasi bagian dada anterior dan posterior untuk
 Fisiologis; kelainan dan jalan napas; jalur napas mengetahui penurunan atau ketiadaan ventilasi dan
penyakit trakeobronkial bersih dan terbuka adanya suara napas tambahan
Batasan karakteristik untuk pertukaran gas  Pengisapan jalan napas (nic):
Subjektif Tujuan atau criteria evaluasi  Tentukan pkebutuhan pengisapan oral atau trakeal
 Dispnea  Menunjukkan bersihan jalan  Pantau status oksigen pasien dan status
Objektif napas yang efektif yang hemodinamik dan irama jantung sebelum, selama dan
 Suara napas tambahan dibuktikan oleh, pencegahan setelah pengisapan
 Perubahan pada irama dan aspirasi, status pernapasan:  Catat jenis dan jumlah sekrat yang dikumpulkan
frekuensi pernapasan ventilasi tidak terganggu dan
Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
 Batuk tidak ada atau tidak status pernapasan: kepatenan
 Jelaskan penggunaan yang benar peralatan
efektif jalan napas
pendukung
 Sianosis  Menunjukkan status
 Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang
 Kesulitan untuk berbicara pernapasan: kepatenan jalan
larangan merokok didalam ruangan perawatan
napas, yang dibuktikan oleh
 Penurunan suara napas  Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan
indicator sebagai berikut:
 Ortopnea teknik napas dalam
1. Gangguan eksterm
 Gelisah 2. Berat  Ajarkan pasien untuk mengganjal luka insisi saat
 Sputum berlebihan 3. Sedang batuk, kalau ada
 Mata terbelalak 4. Ringan  Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna
5. Tidak ada gangguan perubahan sputum
Pasien akan:  Pengisapan jalan napas (nic): instruksikan kepada
 Batuk efektif pasien dan keluarga tentang cara melakukan
 Mengeluarkan secret secara pengisapan, jika perlu
efektif Aktivitas kolaboratif
 Mempunyai jalan napas yang  Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika
paten perlu
 Pada pemeriksaan auskultasi,  Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan
memiliki suara napas yang jernih untuk perkusi atau peralatan pendukung
 Mempunyai irama dan  Berikan oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai
frekuensi pernapasan dalam dengan instruksi
rentang normal  Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol, nebulizer,
 Mempunyai fungsi paru dan perawatan paru lainnya sesuai protocol
dalam batas normal  Beri tahu dokter tentang hasil gas darah yang
 Mampu mendeskripsikan abnormal
rencana untuk perawatan dirumah Aktivitas lain
 Anjurkan aktivitas fisik untuk memfasilitasi
pengeluaran secret
 Anjurkan penggunaan spirometer insentif
 Jika pasien tidak mampu ambulasi, pindahkan
pasien dari satu sisi tempat tidur kesisi yang lainnya
setiap dua jam
 Informasikan kepada pasien sebelum memulai
prosedur untuk menurunkan kecemasan dan control
diri
 Berikan pasien dukungan emosi
 Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk
pengembangan maksimal rongga dada
 Pengisapan nasoparing atau oroparing setiap….
 Lakukan pengisapan endotrakea atau nasotrakea
jika perlu
 Pertahankan keadekuatan hidrasi untuk
mengencerkan secret
 Singkirkan atau tangani factor penyebab, seperti
nyeri, keletihan dan secret yang kental
Perawatan dirumah
 Instruksikan pasien dan keluarga terlibat dalam
perencanaan untuk perawatan dirumah
 Kaji kondisi rumah untuk keberadaan factor
allergen
 Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi
cara menghindari allergen
2. Mual Hasil & NOC Intervensi NIC
NOC: Pengkajian
Factor yang berubungan  Selera makan; keinginan  Pantau gejala subjektif mual pada pasien
Terkait pengobatan untuk makan ketika dalam  Pantau warna, berat jenis dan jumlah urin
 Iritasi lambung (aspirin, obat keadaan sakit atau sedang  Kaji penyebab mual
antiinflamasi nonstedoid, steroid, menjalani pengubatan  Pemantauan nutrisi (NIC):
antibiotic)  Tingkat kenyamanan; derajat  Pantau kecenderungan peningkatan atau penurunan
 Distensi lambung persepsi yang posistif tentang berat badan
 Agen farmakologis kenyamanan fisik dan psikologis  Pantau adanya kulit kering dan pecah-pecah yang
 Toksin  Hidrasi; keadekuatan cairan disertai depigmentasi
Biofisik yang adekuat dalam  Pantau turgorkulit jika diperlukan
 Gangguan biokimia kompartemen intrasel dan  Pantau adanya pembengkakan atau pelunakan,
 Penyakit esophagus atau ekstrasel tubuh penyusutan dan peningkatan perdarahan pada gusi
pancreas  Pengendalian mual-muntah;  Pantau tingkat energy, malaise, keletihan dan
 Distensi lambung tindakan individu untuk kelemahan
 Iritasi lambung mengendalikan mual dan muntah  Pantau asupan kalori dan makanan
 Tumor intra abdomen  Mual dan muntah: efek  Manajemen cairan (NIC):
gangguan; keparahan efek
 Peregangan kapsula hati atai  Pertahankan keakuratan pencatatan asupan dan
gangguan yang teramati atau
limfa haluaran urin
dilaporkan akibat mual, rasa ingin
 Tumor setempat seperti  Pantau TTV jika perlu
muntah, dan muntah pada fungsi
neuroma abdomen , tumor otak  Pantau makanan dan cairan yang dikonsumsi dan
sehari-hari
primer atau sekunder hitung asupan kalori setiap hari, jika perlu
 Keparahan mual dan muntah;
 Mabuk gerak, penyakit  Pantau status hidrasi, jika perlu
keparahan mual, rasa ingin
mneiere atau labirinitis Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
muntah dan muntah
 Nyeri  Jelaskan penyebab mual
 Status nutrisi: asupan
 Factor fisik seperti penekanan makanan dan cairan; jumlah  Apaila memungkinkan, beritahu pasien seberapa
intracranial dan meningitis makanan dan cairan yang masuk lama kemungkinan mua akan terjadi
 Toksin kedalam tubuh dalam 24 jam  Ajarkan pasien menelan untuk secara sadar atau
Situasional Tujuan dan criteria evaluasi napas dalam untuk menekan reflek muntah
 Factor psikologis seperti nyeri,  Mual akan berkurang yang  Ajarkan untuk makan secara perlahan
rasa takut, ansietas, dll dibuktikan oleh Selera makan,  Ajarkan untuk membatasi minum 1 jam sebelum, 1
Batasan karakteristik Tingkat kenyamanan, Hidrasi, jam setelah, dan selama makan
Subjektif Pengendalian mual-muntah, Mual Aktivitas kolaboratif
 Menghindari makanan dan muntah: efek gangguan,  Berikan obat antiemetic sesuai anjuran
 Sensasi ingin muntah Keparahan mual dan muntah,  Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan
 Peningkatan produksi saliva Status nutrisi yang adekuat obat pengendali nyeri yang adekuat dan tidak
 Peningkatan menelan  Memperlihatkan efek menyebabkan mua pada pasien
 Melaporkan mual gangguan mual dan muntah yang  Manajemen cairan (NIC): berikan terapi IV, sesuai
 Rasa asam didalam mulut dapat diterima, yang dibuktikan dengan anjuran
Objektif (Non nanda) oleh indicator sebagai berikut: Aktivitas lain
 Kulit pucat 1. Sangat berat  Tinggikan bagian kepala tempat tidur atau ubah
 Dingin, basah 2. Berat posisi pasien lateral untuk mencegah aspirasi
 Takikardi 3. Sedang  Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat
 Statis gastristik 4. Ringan terjadi muntah
 Muntah
5. Tidak mengalami  Pindahkan segera benda-benda yang menimbulkan
 Memperlihatkan hidrasi, yang bau
dibuktikan oleh indicator sebagai  Jangan menjadwakan tindakan yang menyebabkan
berikut: nyeri atau mual sebelum atau sesudah makan
1. Gangguan eksterm  Berikan perawatan mulut setelah terjadi muntah
2. Berat  Berikan kain basah yang dingin dipergelangan
3. Sedang tangan, leher dan dahi pasien
4. Ringan
 Tawarkan makanan dingin dan makanan lainnya
5. Tidak ada gangguan dengan aroma minimal
Pasien akan:
 Pemantauan nutrisi (NIC): perhatikan perubahan
 melaporkan terbebas dari
ststus nutrisi yang signifikan dan sesegera lakukan
mual
penanganan, jika perlu
 mengidentifikasi dan Perawatan dirumah
melakukan tindakan yang dapat
 Instruksikan kepada klien untuk menghindari bau
menurunkan mual
dari makanan yang disiapkan dirumah
 Semua intervensi diatas dapat dilakukan untuk
perawatan dirumah
3. Gangguan Menelan Hasil & NOC Intervensi NIC
NOC: Pengakajian Keperawatan
Factor yang berhubungan  Pencegahan aspirasi: tindakan Kewaspadaan aspirasi
pribadi untuk mencegah  Pantau tingkat kesadaran, refleks batuk, refleks
 Defisit kongenital pengeluaran cairan dan muntah dan kemampuan menelan.
 Masalah neurologis partikel padat ke dalam paru  Terapi menelan
Batasan Karakteristik  Status menelan: penyaluran  Pantau gerakan lidah pasien saat menelan
 Gangguan Fase Faring cairan atau partikel padat dari  Pantau tanda dan gejala aspirasi
 Gangguan Fase Esofagus mulut ke lambung  Pantau adanya penutupan bibir saat makaan,
 Gangguan Fase Mulut  Status menelan: fase minum, dan menelan
esofagus: penyaluran cairan  Kaji mulut dari adanya makanan setelah makan
atau partikel padat dari faring  Pantau hidrasi tubuh (misalnya, asupan, haluaran,
ke lambung turgor kulit, dan membrane mukosa)
 Status menelan: fase oral: Penyuluhan terhadap pasien
persiapan, penahanan, dan Terapi menelan
pergerakan cairan atau  Ajarkan pasien untuk mengapai partikel makanan
partikel padat ke arah dibibir atau di pipi menggunakan lidah
posterior di mulut  Ajarkan pasien dan pemberi asuhan tentang
 Status menelan: fase faring: tindakan kegawatan terhadap tersedak
penyaluran cairan atau Aktifitas Kolaboratif
partikel padat dari mulut ke Kewaspadaan aspirasi
esofagus  Minta obat-obatan dalam bentuk eliksir
Tujuan atau criteria evaluasi  Terapi menelan
 Menunjukkan Status  Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya
Menelan, yang dibuktikan misalnya ahli okupasi, ahli patologi wicara, dan ahli
oleh indikator berikut gizi)untuk memberikan kontinuitas perencanaan
(sebutkan 1-5: gangguan rehabilitasi pasien
ekstrem tinggi, sedang,
 Kolaborasi dengan ahli terapi wicara untuk
rendah, dan tidak ada
mengajarkan keluarga pasien tentang program
gangguan):
latihan menelan
Mempertahankan makanan Aktivitas lain
didalam mulut
Kewaspadaan aspirasi
Kemampuan menelan
 Posisikan pasien tegak lurus 90* atau setegak
Pengiriman bolus ke
mungkin
hipofaring selaras dengan
refleks menelan  Pertahankan daun trakea inflasi
Kemmapuan umtuk  Pertahankan ketersediaan alat pengisap
mengosongkan rongga mulut  Makan dengan porsi sedikit hindari cairan atau
 Menunjukkan Status gunakan agens pengental
Menelan, yang dibuktikan  Potong makana kecil-kecil
oleh indikator berikut (  Pecahkan atau haluskan pil sebelum diberikan
sebutkan 1-5: gangguan diberikan
ekstrem, tinggi, sedang,  Terapi menelan
rendah, dan tidak ada  Berikan perawatan mulut, jika diperlukan
gangguan):  Berikan atau guakan alat bantu, jika diperlukan
Tersedak, batuk, atau muntah
 Hindari minuman menggunakan sedotan
Ketidaknyamanan dengan
 Bantu pasien untuk mengatur posisi kepala fleksi ke
menelan
depan untuk menyiapkan menelan (“melipat dagu”)
Peningkatan upaya menelan
Contoh Lain:  Bantu pasien untuk menempatkan makanan di
belakang mulut dan bagian yang tidak sakit
 Mengidentifikasi faktor emosi
atau psikologis yang
menghambat menelan
 Menoleransi ingesti makanan
tanpa tersedak atau aspirasi
 Tidak ada kerusakan otot
wajah dan tenggorok,
menelan, menggerakka lidah,
atau refleks muntah

4. Defisiensi Pengetahuan Hasil & NOC Intervensi keperawatan NIC


NOC: Catatan: Karena defisiensi pengetahuan merupakan
Factor yang berubungan Pengetahuan (sebutkan) diagnosis yang luas, disini hanya akan dijelaskan
 Keterbatasan kognitif Tujuan / criteria hasil secara secara umum. Lihat manual NIC untuk aktifitas
 Kesalahan dalam memahami Contoh diagnosis defisiensi keperawatan untuk intervensi tertentu.
informasi yang ada pengetahuan diet. Pengkajian
 Kurang pengalaman Memperlihatkan  Periksa keakuratan umpan balik untuk memastikan
 Kurang perhatian didalam pengetahuan:diet; yang bahwa pasien memahami program terapi dan informasi
belajar dibuktikan oleh indicator sebagai lainnya yang relevan
 Kurang kemampuan
sebagai berikut:  Penyuluhan individual (NIC):
mengingat kembali
1. Tidak ada  Tentukan kebutuhan belajar pasien
 Kurang familier dengan
2. Terbatas  Lakukan penilaian pasien terhadap materi
3. Cukup  Tentukan tingkat kemampuan pasien untuk
sumber-sumber informasi
4. Banyak mempelajari informasi khusus
Batasan karakteristik 5. Luas
Subjektif:  Tentukan motivasi pasien untuk mempelajari
 Mengungkapkan masalah informasi tertentu
secara verbal  Kaji gaya belajar pasien
Objektif Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Tidak mengikuti instruksi yang  Berikan penyuluhan sesuai tingkat pemahaman
diberikan secara akurat pasien. Ulangi informasi jika perlu
 Performa uji tidak akurat  Gunakan pendekatan berbagai cara, redemonstrasi
 Perilaku yang tidak sesuai atau dan berikan umpan balik verbal dan tulisan
terlalu berlebihan (histeris,  Penyuluhan individu (NIC):
bermusuhan, agitasi atau apatis)  BHSP
 Bangun kredibilitas sebagai guru, jika perlu
 Terapkan tujuan pembelajaran bersama yang
realistis dengan pasien
 Ciptakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
 Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai
 Pilih materi pengajaran yang sesuai
 Beri penguatan terhadap perilaku yang sesuai
 Anjurkan pasien untuk bertanya dan diskusi
 Dokumentasikan penyuluhan
 Ikutsertakan keluarga atau orang terdekat, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
 Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas
yang dapat menolong pasien dalam mempertahankan
program terapi
 Buat rencana pengajaran multidisipliner yang
terkoordinasi, sebutkan perencanaannya
 Rencanakan penyesuaian dalam terapi bersama
pasien dan dokter untuk memfasilitasi kemampuan
pasien mengikuti program terapi
Aktivitas lain
 Berinteraksi dengan pasien dengan cara yang tidak
menghakimi untuk memfasilitasi pembelajaran
Perawatan dirumah
 Penyuluhan penting dilakukan, baik ditataran
perawatan dirumah maupun ditatanan rumah sakit.
Semua intervensi diatas dapat diadaptasi untuk
perawatan dirumah
 Cari ruang yang sesuai didalam rumah untuk proses
belajar mengajar
 Kaji tingkat melek huruf, sesuaikan materi dan
strategi yang diberikan
 Pertimbangkan penggunaan videoconference atau
teleconference dalam program computer
5. Anxietas Hasil & NOC Intervensi keperawatan NIC
NOC: Pengkajian
Factor yang berubungan  Tingkat ansietas; keparahan  Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan
Terpajan toksin manifestasi kekhawatiran, pasien, termasuk reaksi fisik setiap……..
 Hubungan keluarga/hereditas ketegangan atau perasaan tidak  Kaji untuk factor budaya yang menjadi penyebab
 Transmisi dan penularan tenang yang muncul dari sumber ansietas
interpersonal yang tidak dapat diidentifikasi  Gali bersama pasien tenteng tehnik yang berhasil
 Krisis situasi dan maturasi  Pengendalian diri terhadap dan tidak berhasil menurunkan ansietas dimasa lalu
 Stress ansietas ; tindakan personal untuk  Reduksi ansietas (nic); menentukan kemampuan
 Penyalahgunaan zat menghilangkan atau mengurangi pengambilan keputusan pasien
 Ancaman kematian perasaan khawatir, tegang atau Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
 Ancaman atau perubahan pada
perasaan tidak tenang akibat  Buat rencana penyuluhan dengan tujuan ang
sumber yang tidak dapat realistis, termasuk kebutuhan untuk pengulangan,
status peran, fungsi peran,
diidentifikasi dukungan dan pujian terhadap tugas-tugas yang telah
lingkungan, status kesehatan,
status ekonomi, atau pola interaksi  Konsentrasi; kemampuan dipelajari
 Ancaman terhadap konsep diri
untuk fokus pada stimulasi  Berikan informasi mengenai sumber komunitas
tertentu yang tersedia, seperti teman, tetangga, kelompok
 Konflik yang tidak disadari
 Koping; tindakan personal swabantu, tempat ibadah, lembaga sukarelawan dan
tentang nilai dan tujuan hidup
untuk mengatasi stressor yang pusat rekreasi
yang esensial
 Kebutuhan yang tidak
membebani sumber-sumber  Informasikan tentang gejala ansietas
terpenuhi
individu  Ajarkan anggota keluarga bagaimana membedakan
Tujuan/criteria hasil antara serangan panic dan gejala penyakit fisik
Batasan Karakteristik
 Ansietas berkurang,  Penurunan ansietas (nic);
Perilaku
dibuktikan oleh tingkat ansietas  Sediakan informasi factual menyangkut diagnosis,
 Penurunan produktivitas
hanya ringan sampai sedang dan terapi dan prognosis
 Mengekspresikan selau menunjukkan pengendalian
kekhawatiran akibat perubahan  Instruksikan pasien tentang penggunaan teknik
diri terhadap ansietas, diri, relaksasi
dalam peristiwa hidup koping.
 Gerakan yang tidak relevan  Jelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang
 Menunjukkan pengendalian biasanya dialami selama prosedur
 Gelisah diri terhadap ansietas; yang
 Memandang sekilas Aktivitas kolaboratif
dibuktikan oleh indicator sibagai
 Insomnia  Penurunan ansietas (nic); berikan obat untuk
berikut:
 Kontak mata buruk menurunkan ansietas jika perlu
1. Tidak pernah
Aktivitas lain
 Resah 2. Jarang
 Pada saat ansietas berat, dampingi pasien, bicara
 Menyelidik dan tidak waspada 3. Kadang-kadang
dengan tenang, dan berikan ketenangan serta rasa
Afektif 4. Sering
nyaman
 Gelisah 5. Selalu  Beri dorngan kepada pasien untuk mengungkapkan
 Kesedihan yang mendalam secara verbal pikiran dan perasaan untuk
 Distress mengeksternalisasikan ansietas
 Ketakutan  Bantu pasien untuk memfokuskan pada situasi saat
 Perasaan tidak adekuat ini, sebagai cara untuk mengidentifikasi mekanisme
 Fokus pada diri sendiri koping yang dibutuhkan untuk mengurangi ansietas
 Peningkatan kekhawatiran  Sediakan pengalihan melaui televise, radio,
 Iritabilitas permainan serta terapi okupasi untuk menurunkan
 Gugup ansietas dan memperluas fokus
 Gembira berlebihan  Coba teknik seperti imajinasi bombing dan
relaksasi progresif
 Nyeri dan peningkatan
ketidakberdayaan yang persisten  Dorong pasien untuk mengekspresikan kemarahan
dan iritasi, serta izinkan pasien untuk menangis
 Marah
 Yakinkan kembali pasien melalui sentuhan, dan
 Menyesal
sikap empatik secara verbal dan nonverbal secara
 Perasaan takut
bergantian
 Ketidakpastian’
 Sediakan lingkungan yang tenang dan batasi kontak
 Khawatir
dengan orang lain
Fisiologis
 Sarankan terapi alternative untuk mengurangi
 Wajah tegang
ansietas yang dapat diterima oleh pasien
 Peningkatan keringat
 Singkirkan sumber-sumber ansietas jika
 Peningkatan keteganbgan memungkinkan
 Terguncang  Penurunan ansietas (nic);
 Gemetar/tremor  Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
 Suara bergetar  Nyatakan dengan jelas tentang harapan terhadap
Parasimpatis perilaku pasien
 Nyeri abdomen  Damping pasien untuk meningkatkan keamanan
 Penurunan TD, nadi dan mengurangi rasa takut
 Diare  Berikan pijatan punggung, pijatan leher jika perlu
 Pingsan  Jaga peralatan perawatan jauh dari pandangan
 Keletihan  Bantu pasien untuk mengidentifikasi situasi yang
 Mual mencetuskan ansietas
 Gangguan tidur
 Kesemutan pada ekstremitas
 Sering berkemih
Simpatis
 Anoreksia
 Mulut kering
 Wajah kemerahan
 Jantung berdebar-debar
 Peningkatan TD, nadi, reflek,
pernapasan
 Dilatasi pupil
 Kesulitan bernapas
 Kedutan otot
 Kelemahan
Kognitif
 Kesadaran terhadap gejala-
gejala fisiologis
 Bloking fikiran
 Konfusi
 Penurunan lapang pandang
 Kesulitan untuk berkonsentrasi
 Keterbatasan kemampuan
untuk menyelesaikan masalah
 Keterbatasan kemampuan
untuk belajar
 Takut terhadap konsekuensi
yang tidak spesifik
 Mudah lupa
 Gangguan perhatian
 Melamun
 Kecenderungan untuk
menyalahkan orang lain
6. Nyeri Akut/Kronis Hasil & NOC Intervensi NIC
NOC: Pengkajian
Factor yang berhubungan  Tingkat kenyamanan: tingkat  Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan
Akut: persepsi positif terhadap pertama untuk mengumpulkan informasi
 Agen-agen penyebab cedera ; kemudahan fisik psikologis pengkajian
biologis, kimia, fisik dan  Pengendalian nyeri: tindakan  Minta pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-
psikologis individu untuk mengendaikan 10.
Kronis: nyeri  Gunakan bagan alir nyeri untuk mementau
 Ketunadayaan fisik atau  Tingkat nyeri: keparahan peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan
psikososial kronis (mis. nyeri yang dapat diamati atau efek sampingnya
Kanker metastasis, cedera dilaporkan  Kaji dampak agama, budaya dan kepercayaan, dan
neurologis, arthritis) Tujuan/criteria hasil lingkungan terhadap nyeri dan respon pasien
Batasan karakteristik  Memperlihatkan pengendaian  Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata-kata
Akut: nyeri, yang dibuktikan oleh yang sesuai usia dan tingkat perkembangan pasien
Subjektif: indicator sebagai berikut:  Manajemen nyeri:
 Mengungkapkan secara verbal 1. Tidak pernah  lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
atau melaporkan nyeri dengan 2. Jarang meliputi lokasi, karakteristik, awitan dan durasi,
isyarat 3. Kadang-kadang frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri
Objektif: 4. Sering dan factor presipitasinya
 Posisi untuk mengindari nyeri 5. Selalu  Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan,
 Perubahan tonus otot dengan  Menunjukan tingkat nyeri, khususnya pada mereka yang tidak mampu
rentang lemas sampai tidak yang dibuktikan oleh berkomunikasi efektif
bertenaga indicator sebagai berikut: Penyuluhan untuk pasien/keluarga
 Respon autonomic misalnya 1. Sangat berat  Sertakan dalam instruksi pemulangan pasien obat
diaphoresis, perubahan 2. Berat khusus yang harus diminum, frekuensi, frekuensi
tekanan darah, pernapasan atau 3. Sedang pemberian, kemungkinan efek samping,
nadi, dilatasi pupil 4. Ringan kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus
 Perubaan selera makan 5. Tidak ada saat mengkonsumsi obat tersebut dan nama orang
 Perilaku distraksi missal,  memperlihatkan teknik yang harus dihubungi bila mengalami nyeri
mondar-mandir, mencari orang relaksasi secara individual membandel.
atau aktifitas lain, aktivitas yang efektif untuk mencapai  Instruksikan pasien untuk menginformasikan pada
berulang kenyamanan perawat jika peredaan nyeri tidak dapat dicapai
 Perilaku ekspresif missal;  mempertahankan nyeri pada  Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang
gelisah, merintih, menangis, ….atau kurang (dengan skala dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi
kewaspadaan berlebihan, peka 0-10) koping yang ditawarkan
terhadap rangsang, dan  melaporkan kesejahteraan  Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesic
menghela napas panjang fisik dan psikologis narkotik atau oploid (resiko ketergantungan atau
 Wajah topeng; nyeri  mengenali factor penyebab overdosis)
 Perilaku menjaga atau sikap dan menggunakan tindakan  Manajemen nyeri:
melindungi untuk memodifikasi factor  Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab
 Fokus menyempit, missal; tersebut nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisipasi
gangguan persepsi waktu,  melaporkan nyeri kepada ketidaknyamanan akibat prosedur
gangguan proses piker, pelayan kesehatan  Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi
interaksi menurun.  melaporkan pola tidur yang (relaksasi, distraksi, terapi)
 Bukti nyeri yang dapat diamati baik Aktivitas kolaboratif
 Berfokus pada diri sendiri  Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian
 Gangguan tidur, missal; mata opiate yang terjadwal (missal, setiap 4 jam selama
terlihat layu, gerakan tidak 36 jam) atau PCA
teratur atau tidak menentu dan  Manajemen nyeri:
tidak menyeringai  Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum
Kronis: nyeri menjadi lebih berat
Subjektif:  Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil
 Depresi atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan
 Keletihan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien
 Takut Kembali Cidera dimasa lalu
 Nyeri Perawatan dirumah
Objektif:  Intervensi di atas dapat disesuaikan untuk
 Perubahan kemampuan untuk perawatan dirumah
meneruskan aktivitas  Ajarkan klien dan keluarga untuk memanfaatkan
sebelumnya teknologi yang diperlukan dalam pemberian obat
 Anoreksia Untuk bayi dan anak-anak
 Atrofi kelompok otot yang  Waspadai bahwa sama halnya dengan orang
terlibat dewasa, bayi pun sensitive terhadap nyeri, gunakan
 Perubahan pola tidur anastetik topical sebelum melakukan pungsi vena,
 Wajah topeng untuk bayi baru lahir gunakan sukrosa oral
 Perilaku melindungi  Untuk mengkaji nyeri pada anak yang masih kecil,
 Iritabilitas gunakan skala nyeri wajah atau skala nyeri
bergambar lainnya
 Perilaku protektif
 Penurunan interaksi
 Gelisah
 Berfokus pada diri sendiri
 Respons yang dimediasi oleh
saraf simpatis (mis. Suhu,
dingin, perubahan posisi
tubuh, dan hipersensitivitas)
 Perubahan BB

7. Gangguan Pola Tidur Hasil & NOC: Intervensi NIC:


NOC: Pengkajian:
Factor yang berhubungan Tidur: Pemutusan kesadaran  Kaji adanya gejala deprivasi tidur dan insomnia
 Kelembapan lingkungan periodik yang alami ketika tubuh  Indentifikasi faktor lingkungan
 Suhu lingkungan dipulihkan  Peningkatan tidur:
 Tanggungjawab pemberi Tujuan/ Kriteria Evaluasi - Tentukan efek medikasi pasien pada pola tidur
asuhan  Menunjukkan Tiduryang - Tentukan pola tidur/ aktivitas pasien
 Perubahan pajanan di siang dibuktikan oleh indikator - Pantau/ catat pola tidur pasien dan jumlah
dan malam hari berikut: (sebutkan 1-5: waktu tidur
 Gangguan (mis: untuk gangguan ekstrem, berat, Penyuluhan
terapeutik, pemnatauan, sedang, ringan atau tidak  Peningkatan tidur (NIC)
pemeriksaan lab) mengalami gangguan) Instruksikan pasien dan orang terdekat tentang
 Kurang kendali tidur Contoh lain faktoryang berkontribusi terhadap gangguan tidur
 Kurang privasi tidur Pasien akan: Instruksikan pasien cara melakukan relaksasi otot
 Lampu  Mengidentifikasi tindakan autogenik atau bentuk nonfarmakologis lainnya
yang akan meningkatkan agar merangsang tidur
 Bising
istirahat atau tidur Jelaskan pentingnya tidur yang cukup
 Bau menyengat rstrain fisik
 Menunjukkan kesejahteraan Instruksikan pasien untuk menghindari
 Pasangan tidur
fisik dan psikologis mengonsumsi makann atau minuman ketika
 Furnitur tidur yang tidak
 Melaporkan tidur yang cukup mendekati tidur yang mengganggu tidur (kafein)
familiar
di malam hari Aktivitas kolaboratif
Batasan Karakterisitik:
 Diskusikan dengan dokter tentang program revisi
Subjektif
obat jika obat menimbulkan gangguan tidur
 Ketidakpuasan dengan tidur
 Diskusikan dengan dokter tentang penggunaan obat
 Menyatakan terbangun
tidur
 Menyatakan tidak ada
 Lakukan perujukan jika diperlukan penganganan
kesulitan untuk tidur
gejala deprivasi tidur (mis: konfusi akut, agitasi,
 Menyatkan tidak istirahat yang
atau ansietas)
cukup
Aktivitas Lain
Objektif
 Tangani gejala
 Perubahan pola tidur normal
 Hindari kebisingan dan penggunaan pajanan lampu,
 Kemungkinan batasan
ciptakan lingkungan yang tenangdan damai, dan
karakteristik lain
minimalkan gangguan
 Lingkar hitam di bawah mata
 Atur pasien dirawat dengan pasien lain yang cocok
 Penurunan rentang perhatian
 Sering tidur siang (jika mungkin)
 Sering mnguap  Bantu psien identifikadsi kemungkinan penyebab
 Lesu yang mendasari krang tidur
 Yakinkan pasien bahwa iritabilitas dan perubahan
alam perasaan merupakan dampak yang umum
pada gangguan tidur
 Peningkatan Tidur (NIC)
- Fasilitasi memelihara rutinitas umum yang biasa
dilakukanmenjelang tidur, tanda/barang-barang
sebelum tidur, dan benda yang familier
- Bantu untuk menghilangkan situasi yang
menimbulkan stres sebelum tidur
- Mulai/lakukan tindakan menimbulkan
kenyamann, seperti masase, pemberian posisi,
dan sentuhan afeksi
- Bolehkan tidur siang, jika diindikasikan untuk
memenuhi kebutuhan tidur
- Atur stimulus lingkungan untuk
mempertahankan siklus siang-malam normal.

8. Keletihan Hasil & NOC Intervensi NIC


NOC: Pengkajian
Factor yang berhubungan:  Ketahanan: Kapasitas untuk
 Psikologis mempertahankan aktivitas Kaji dampak keletihan pada kualitas hidup
- Ansietas  Penghematan energi: Manajemen energy (NIC):
- Gaya hidup yang Tindakan personal dalam  Pantau bukti adanya keletihan fisik dan emosi yang
membosankan menatalaksana energi untuk berlebihan pada pasien
- Depresi memulai dan  Pantau respon kardiorespirasi terhadap aktivitas
- Stres mempertahankan aktivitas missal takikardi, disritmia, dyspnea pucat dan sesak
 Lingkungan  Tingkat Kelelahan: napas)
- Kelembapan Keparahan kelelahan umum  Pantau dan catat pola tidur pasien dan jumlah jam
- Cahaya berkepanjangan yang tidurnya
- Kebisingan diobservasi atau dilaporkan  Pantau lokasi dan sifat ketidaknyamanannya atau
- Suhu  Status Nutrisi: Energi: nyeri selama bergerak dan beraktivitas
 Situasional Tingkat penyediaan energi di  Tentukan persepsi pasien pada orang terdekat
- Peristiwa hidup yang tingkat sel oleh zat gizi dan pasien tentang penyebab keletihan
negatif oksigen  Pantau asupan nutrisi untuk menjamin keadekuatan
- Pekerjaan  Energi Psikomotor: Dorongan sumber energy
 Fisiologis dan energi individu untuk  Pantau pemberian dan efek stimulant dan depresan
- Anemia mempertahankan aktivitas
- Keadaan penyakit kehidupan sehari-hari, nutrisi, Penyuluhan untuk pasien dan keluarga
- Penggunaan fisik yang dan keamanan individu  Jelaskan hubungan antara keletihan dan proses
meningkat Tujuan/Kriteria Evaluasi penyakit
- Malnutrisi  Pasien akan berdaptasi Manajemen energy:
- Konsisi fisik yang buruk dengan keletihan, yang  Ajarkan pasien dan orang terdekatnya untuk
- Kehamilan dibuktikan oleh: Ketahanan, mengenali tanda dan gejala keletihan yang memerlukan
- Deprivasi tidur penghematan energi, Status pengurangan aktivitas
 Perubahan kimia tubuh (mis: Nutrisi: Energi, dn Energi  Ajarkan pengaturan aktivitas dan teknik manajemen
obat, putus obat, dan Psikomotor waktu untuk mencegah keletihan
kemoterapi)  Pasien akan menunjukkan Aktivitas kolabiratif
 Tuntutan sosial dan peran yang Penghematan Energi,
 Ingatkan praktisi lain untuk menyadari dampak
berlebihan dibuktikan oleh indikator
keletihan
 Tuntutan psikologis atau beriku: (sebutkan 1-5: tidak
 Lakukan perujukan ke terapi keluarga jika keletihan
emosional yang berlebihan afda, jarang, kadang-kadang,
telah mengganggu fungsi keluarga
Batasan Karakteristik: sering, atau selalu
Subjektif menunjukkan)  Lakukan perujukan ke perawatan psikiatrik jika
keletihan sangat mengganggu hubungan klien
 Penurunan konsentrasi - Mengadaptasi gaya
 Manajemen energy (NIC): konsultasikan dengan
 Penurunan libido hidup dengan tingkat
ahli gizi tentang cara untuk meningkatkan asupan
 Ketidaktertarikan dengan energi
makanan yang berenergi tinggi
lingkungan - Keseimbangan antara Aktivitas lain
 Mengantuk aktivitas dan istirahat  Dukung pasien dan keluarga untuk mengungkapkan
 Perasaan bersalah karena tidak - Mempertahankan nutrisi perasaan sehubungan dengan perubahan hidup yang
melaksanakan tanggung yang adekuat disebabkan oleh keletihan
jawabnya - Melaporkan ketahanan
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi tindakan yang
 Meningkatnya keluhan fisik yang adekuat untuk
dapat meningkatkan konsentrasi
 Instropeksi aktivitas
 Dukung pembatasan iteraksi social pada saat
 Persepsi membutuhkan energi - Menggunakan teknik
interaksi tinggi
tambahan untuk penghematan energi
Contoh lain  Dukung pasien untuk melaporkan aktivitas serta
menyelesaikan tugas rutin awitan nyeri yang meningkatkan dan menimbulkan
 Keletihan Pasien akan:
keletihan
 Menyatakan secara verbal  Mempertahankan interaksi
sosial yang biasanya  Rencanakan aktivitas yang mengurangi keletihan
kekurangan energi yang tidak yang meliputi:
pernah berhenti dan berlebihan  Mengidentifikasi faktor
psikologis dan fisiologis yang  Bantu aktivitas ADLs sesuai dengan kebutuhan
Objektif  Kurangi aktivitas yang prioritasnya rendah
 Menuurnnya kinerja dapat menyebabkan keletihan
 Ketidakmampuan untuk  Mempertahankan kemampuan Manajemen energi:
mempertahankan tingkat untuk berkonsentrasi  Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dapat
aktivitas fisik yang biasa  Memberikan perhatian dan mengganggu fungsi kognitif dan pemantauan atau
 Ketidakmampuan untuk respons yang sesuai terhadapo pengaturan aktivitas diri
mempertahankan rutinitas isyarat penglihatan,  Bantu pasien dan orang terdekatnya untuk membuat
biasa penfdengaran, ucapan, tujuan kegiatan yang realistis
 Ketidakmampuan untuk
sentuhan, dan penciuman,  Berikan aktivitas hiburan yang menenangkan
megembalikan energi  Melaporkan bahwa energi  Tingkatkan tirah baring dan pembatasan aktivitas
meskipun setelah tidur terpulihkan steelah rehat  Cegah aktivitas perawatan selama periode istirahat
 Meningkatnya kebutuhan terjadwal
istirahat  Batasi stimulus lingkungan
 Kurang energi  Batasi jumlah pengunjung jika perlu
 Lesu atau tidak bergairah Perawatan dirumah
 Diskusikan bersama pasien dan keluarga tentang
cara memodifiksi lingkungan rumah untuk
mempertahankan aktifitas dan meminimalkan keletihan
 Kaji lingkungan rumah untuk adanya factor yang
dapat meningkatkan keletihan
 Jika nyeri kronik merupakan etiologi keletihan
rujuk ke program manajemen nyeri di komunitas
 Bekerja sama dengan klien dan keliarga untuk
emnetukan prioritas aktivitas berdasarkan harapan
realitas kemampuan klien
 Dorong keluarga untuk mempertahankan klien
terlibat didalam rutinitas keluarga seoptimal mungkin
 Bantu klien menjadi asertif dalam menetapkan
batasan pada tuntutan orang lain
 Rujuk pada layanan bantuan rumah tangga dan
layanan bantuan kesehatan keluarga

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry,
2010).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan
dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Jika hasil evaluasi menunjukkan
tercapainya tujuan dan kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan.
Jika sebaliknya, klien akan masuk kembali ke dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang (reassessment). Secara umum, evaluasi ditujukan untuk:
1. Melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
2. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum.
3. Mengkaji penyebab jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai (Potter & Perry,
2010).
a. S = subjektif
b. O = objektif
c. A = analisa
d. P = planning
DAFTAR PUSTAKA

Adam, George, L. (1997). Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta : EGC

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.wrongdiagnosis.com/medi
cal/tonsil_tumor.htm&ei=30zjTdzwCMjOrQf0odibBg&sa=X&oi=translate&ct=resu
lt&resnum=1&ved=0CB8Q7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dtumor%2Btonsil%26
hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DsBy%26rls%3Dorg.mozilla:en-
US:official%26prmd%3Divns

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.wrongdiagnosis.com/medi
cal/tonsil_tumor.htm&ei=30zjTdzwCMjOrQf0odibBg&sa=X&oi=translate&ct=resu
lt&resnum=1&ved=0CB8Q7gEwAA&prev=/search%3Fq%3Dtumor%2Btonsil%26
hl%3Did%26client%3Dfirefox-a%26hs%3DsBy%26rls%3Dorg.mozilla:en-
US:official%26prmd%3Divns

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://emedicine.medscape.com/article
/848034-
overview&ei=30zjTdzwCMjOrQf0odibBg&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum
=2&ved=0CCgQ7gEwAQ&prev=/search%3Fq%3Dtumor%2Btonsil%26hl%3Did%
26client%3Dfirefox-a%26hs%3DsBy%26rls%3Dorg.mozilla:en-
US:official%26prmd%3Divns

Judith M. Wilkinson dan Nancy R. Ahern. 2016. Buku Saku DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 10. Alih Bahasa Ns.
Esti Wahuningsih, S.Kep dan Ns. Dwi Widiarti, S,Kep. EGC: Jakarta.

Mansjoer, Arif. (2002). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Areus

Anda mungkin juga menyukai