Kelompok : 9 Siang
PASTA
Oleh :
Moh. Adis Mawaddah P S B04100113
Saras Nindya Murti B04100117
LABORATORIUM FARMASI
DEPARTEMEN KLINIK, REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
Pendahuluan
Tujuan
Mempelajari cara pembuatan pasta sebagai obat topikal untuk terapi antifungi
dan antiiritansia.
Tinjauan Pustaka
Pasta ialah campuran salep dan bedak sehingga komponen pasta terdiri dari
bahan untuk salep misalnya vaselin dan bahan bedak seperti talcum, oxydum
zincicum. Pasta merupakan salep padat, kaku yang tidak meleleh pada suhu tubuh dan
berfungsi sebagai lapisan pelindung pada bagian yang diolesi. Pasta adalah sediaan
berupa massa lunak yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Biasanya dibuat
dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk dalam jumlah besar
dengan vaselin atau parafin cair atau dengan bahan dasar tidak berlemak yang dibuat
dengan gliserol, mucilago atau sabun. Digunakan sebagai antiseptik atau pelindung
kulit. Biasanya dibuat dengan mencampurkan bahan obat yang berbentuk serbuk
dalam jumlah besar dengan vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar tidak
berlemak yang dibuat dengan gliserol, mucilago, atau sabun. Terdapat beberapa
jacam basis pasta, diantaranya : basis hidrokarbon, basis absorpsi, dan basis larut air
(Yanhendri dan Yenny SW 2012).
Acid Salycil
Asam salisilat (asam ortohidroksibenzoat) merupakan asam yang bersifat
iritan lokal, yang dapat digunakan secara topikal. Terdapat berbagai turunan yang
digunakan sebagai obat luar, yang terbagi atas 2 kelas, ester dari asam salisilat dan
ester salisilat dari asam organik. Di samping itu digunakan pula garam salisilat.
Turunannya yang paling dikenal asalah asam asetilsalisilat.
Asam salisilat mendapatkan namanya dari spesies dedalu (bahasa Latin:
salix), yang memiliki kandungan asam tersebut secara alamiah, dan dari situlah
manusia mengisolasinya. Penggunaan dedalu dalam pengobatan tradisional telah
dilakukan oleh bangsa Sumeria, Asyur dan sejumlah suku Indian seperti Cherokee.
Pada saat ini, asam salisilat banyak diaplikasikan dalam pembuatan obat aspirin.
Salisilat umumnya bekerja melalui kandungan asamnya. Hal tersebut dikembangkan
secara menetap ke dalam salisilat baru. Selain sebagai obat, asam salisilat juga
merupakan hormon tumbuhan.
Asam salisilat(C7H6O3) mengandung tidak kurang dari 99,5% , BM 138,12,
pemerian hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak
berbau; rasa agak manis dan tajam. Kelarutan larut dalam 550 bagian air dan dalam 4
bagian etanol (95%); mudah larut dalam kloroform dan dalam eter; larut dalam
larutan ammonium asetat, dinatrium hidrogenfosfat, kalium sitrat dan natrium sitrat.
Khasiat dan penggunaan keratolitikum, anti fungi.
Zinci Oxydi
Seng oksida atau zinci oxydi atau zinc oxide merupakan sediaan yang baik
baik untuk memperbaiki kondisi kulit dan merupakan bahan umum berbagai krim
kulit. Efektivitas krim seng oksida terletak pada fakta bahwa ia memiliki sifat
antiseptik yang sangat baik yang menghancurkan kuman pada permukaan kulit.
Selain itu, ia menekan efek antihistamin dirilis oleh sistem kekebalan tubuh dan
dengan demikian membantu dalam mengurangi peradangan kulit (Anonim 2012).
Amylum (Pati)
Starch (pati) atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam
air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang. Sumber pati utama di Indonesia adalah beras
disamping itu dijumpai beberapa sumber pati lainnya yaitu : jagung, kentang, tapioka,
sagu, gandum, dan lain-lain. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai
sumber energi yang penting.
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam
komposisi yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras sedangkan
amilopektin menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada
tes iodin sedangkan amilopektin tidak bereaksi. Pati digunakan sebagai bahan yang
digunakan untuk memekatkan makanan cair dan sebagai zat tambahan atau basis
untuk pembuatan sediaan semisolid. Dalam industri, pati juga dipakai sebagai
komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika. Dalam
bentuk aslinya secara alami pati merupakan butiran-butiran kecil yang sering disebut
granula (Hill dan Kelley 1942).
Vaselin Flavum
Vaselin Flavum adalah campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon setengah
padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung zat penstabil yang sesuai.
Pemerian Massa seperti lemak, kekuningan hingga amber lemah; berfluoresensi
sangat lemah walaupun setelah melebur. Dalam lapisan tipis transparan. Tidak atau
hampi tidak berbau dan berasa.
Vaselin flavum tidak larut dalam air; mudah larut dalam benzena, dalam
karbon disulfida, dalamkloroform dan dalam minyak terpentin; larut dalam eter,
dalam heksana, dan umumnya dalam minyak lemak dan minyak atsiri; praktis tidak
larut dalam aseton, dalam gliserin, dan dalam etanol dingin dan etanol panas dan
dalam etanol mutlak dingin.
Vaselin flavum tidak boleh dipanaskan dalam waktu yang lebih lama di atas
suhu yang diperlukan untuk memperoleh aliran yang baik (kira-kira 70°C). Vaselin
flavum dapat disterilisasi dengan pemanasan kering. Walaupun Vaselin flavum bisa
disterilisasi dengan iradiasi γ, tetapi peoses ini mempengaruhi sifat fisik dari Vaselin
flavum seperti pembesaran, perubahan warna, bau dan sifat rheologi.
Bahan yang digunakan adalah acid salycil, zinc oxydi, amylum, vaselin
flavum, dan spiritus fortier. Alat yang digunakan adalah kertas perkamen, sendok
kecil, sendok tanduk, cawan porselen, kaca arloji, pengaduk gelas, pengayak100,
penangas air, sudip, pot plastic, etiket dan label.
METODE
Timbangan ditera dan dialasi kertas perkamen, lalu semua bahan ditimbang
acid salycil 0,8 g yang telah diambil dengan kertas perkamen-sendok kecil, zinc
oxydi 5 g diambil dengan kertas perkamen-sendok tanduk, amylum 5 g diambil
dengan cawan porselin-dituangkan langsung, vaselin flavum 10 g kaca arloji-
pengaduk gelas/sendok gelas kecil.
Zinci oxidy diayak dengan pengayak 100, kemudian acid salycil dan
diteteskan dengan spirit fort lalu digerus hingga homogen (1). Vaselin flavum
dimasukkan ke dalam cawan porselin, kemudian cawan diletakkan di atas penangas
air sampai lumer sambil diaduk-aduk, lalu diangkat dan diaduk kembali sampai
dingin (2). Campuran (1) dan (2) diaduk perlahan hingga homogen (3). Serbuk zincy
oxydi yang telah diayak dimasukkan ke dalam campuran (3) sedikit demi sedikit
hingga homogen (4). Serbuk amylum dimasukkan sedikit demi sedikit dan diaduk
hingga homogen. Pasta dimasukkan ke dalam pot plastik dan diberi etiket warna biru
serta label bertuliskan “obat luar”.
HASIL
PEMBAHASAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah dibahas dapat disimpulkan bahwa pembuatan
sediaan pasta berkhasiat sebagai antifungi dan antiiritansia. Bahan-bahan yang
digunakan harus diaduk sampai homogeny agar dihasilkan pasta yang baik. Salah
satu cara untuk mendapatkan hasil yang baik dalam pembuatan pasta adalah dengan
melakukan pengayakan bahan-bahan, seperti dalam praktikum kali ini yaitu
mengayak zinci oxidy. Pasta yang bermutu dapat mengoptimalkan penyembuhan
terhadap penyakit kulit, terutama sebagai antifungi
Daftar Pustaka
Aini SR, Dyah T, Sari IHA, Supriyanto A, Nurhidayati, Amalia E. 2009. Bahan Ajar
Keterampilan Medik VI. Farmasi Kedokteran. Mataram (ID): Laboratorium
Keterampilan Medik Fakultas Kedokteran Universitas Mataram
Anief M. 2008. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Pr.
Anonim. 2012. Karakteristik Bahan Obat Calamine, ZNO dan Champora [Internet].
[diunduh 2014 Mei 11]. Tersedia pada: http//blogkesehatan.net/karakteristik-
bahan-obat-calamine-zno-camphora
Hill dan Kelley, 1942, Organic Chemistry. Toronto (US): The Blakistan Co.
Pane YS dan Lelo Aznan. 2010. Bahan Ajar: Peresepan Obat yang Rasional.
Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara Pr.
Tjay H. T. dan Rahardja K 2003. Obat-Obat Penting. Edisi ke-4. Jakarta (ID): Elex
Media Komputindo
Yanhendri dan Yenny SW. 2012. Berbagai Bentuk Sediaan Tropikal dalam
Dermatologi. Cermin Dunia Kedokteran-194. 39(6): 423-430