Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang penyakit dari parasit bagi
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
3.1 Kesimpulan...................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat mengetahui konsep parasitology dasar
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui Morfologi dan daur hidup Nemathelminthes dan
Platyhelminthes
b. Mengetahui Epidemiologi Nemathelminthes dan Platyhelminthes
c. Mengetahui Pathogenesis Nemathelminthes dan Platyhelminthes
d. Mengetahui Gejala Klinis Nemathelminthes dan Platyhelminthes
e. Mengetahui Faktor resiko Nemathelminthes dan Platyhelminthes
f. Mengetahui Pencegahan Nemathelminthes dan Platyhelminthes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Nemathelminthes)
Morfologi :
Nemathelminthes pada umumnya memiliki ukuran tubuh yang
mikroskopis, namun ada juga yang mencapai panjang 1 meter. Individu betina
memiliki ukuran lebih besar daripada individu jantannya.Permukaan tubuh
Nemathelminthes dilapisi oleh Kutikula.Kutikula itu sendiri berfungsi sebagai
pelindung Nemathelminthes dalam menghadapi enzim-enzim pencernaan di
dalam tubuh inangnya.Nemathelminthes sudah memiliki alat pencernaan yang
lengkap mulai dari mulut, faring, usus, dan anus. Mulut nemathelminthes berada
di bagian depan (anterior), sedangkan anus berada di ujung belakang (posterior).
Nemathelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah jadi sari sari makanan
diedarkan melalui cairan pada pseudoselom.Nemathelminthes tidak memiliki
sistem respirasi.Jadi dia bernafas secara difusi melalui permukaan tubuh.Organ
reproduksi jantan dan betina terpisah dalam individu yang berbeda.
1. Bentuk tubuhnya bulat (silindris) memanjang dari anterior ke posterior, tidak
bersegmen dan meruncing pada kedua ujungnya.
2. Permukaan tubuhnya dilapisi oleh kutikula yang dihasilkan langsung oleh
hipodermis yang berada dibawahnya.
3. Organ – organ internalnya berbentuk filamen dan tergantung dalam rongga
tubuh cacing yang berisi cairan.
4. Sistem pencernaannya berupa tabung lurus panjang dengan sebuah mulut
yang dikelilingi oleh 6 bibir dan anus dibagian posterior.
5. Sistem syaraf terdiri dari cincin syaraf yang mengelilingi istmus esofagus dan
tersusun dari sejumlah ganglia dan syaraf.
6. Sistem reproduksi betina terdiri dari ovarium, oviduct, dan uterus yang
berakhir pada vagina pendek dan berujung di vulva yang terletak di daerah
1/3 bagian anterior tubuh.
7. Sistem reproduksi jantan terdiri dari sebuah testis dan vas deferens yang
berakhir di duktus ejakulator di kloaka.
8. Pada cacing jantan terdapat spikula yang homolog dengan penis dan bursa
kopulatriks yang berfungsi untuk memegang betina ketika perkawinan.
2. Ciri-Ciri Nemathelminthes
3. Kelas Nematoda
Kelas nematoda terdiri dari beberapa spesies tidak hanya bersifat parasitik
terhadap manusia, namun juga terhadap binatang, tumbuhan baik yang diusahakan
maupun liar.Nematoda merupakan organisme yang mempunyai struktur
sederhana.Nematoda dewasa tersusun oleh ribuan sel-sel somatik, ratusan sel
diantaranya membentuk sistem reproduksi. Tubuh nematoda berupa tabung yang
disebut sebagai pseudocoelomate.
Nematoda merupakan anggota dari filum nemathelminthes.Mereka
mempunyai saluran usus dan rongga badan, tetapi rongga badan tersebut dilapisi
oleh selaput seluler sehingga disebut pseudosel atau pseudoseloma.Nematoda
berbentuk bulat pada potongan melintang, tidak bersegmen, dan ditutupi oleh
kutikula yang disekresi oleh lapisan sel langsung di bawahnya, hipodermis.
Nematoda adalah cacing yang umumnya berbentuk bulat (silindris)
memanjang dari anterior ke posterior dan pada anterior terdapat mulut.Tubuhnya
ditutupi oleh selapis kutikula yang tidak berwarna dan hampir transparan.Kutikula
dihasilkan oleh hipodermis yang berada dibawahnya (1)
Biasanya sistem pencernaan, ekskresi, dan reproduksi terpisah. Pada
umumnya cacing bertelur, tetapi ada juga yang vivipar dan yang berkembang biak
secara partenogenesis. Cacing dewasa tidak bertambah banyak didalam badan
manusia.Seekor cacing betina dapat mengeluarkan telur atau larva sebanyak 20
sampai 200.000 butir sehari.Telur atau larva ini dikeluarkan dari badan hospes
dengan tinja.Larva biasanya mengalami pertumbuhan dengan pergantian kulit.
Bentuk infektif dapat memasuki badan manusia dengan berbagai cara; ada yang
masuk secara aktif, ada pula yang tertelan atau dimasukkan oleh vektor melalui
gigitan. Hampir semua nematoda mempunyai daur hidup yang telah diketahui
dengan pasti.
Model pengendalian siklus infeksi toxocariasis pedet dapat dilakukan
dengan minyak atsiri rimpang temuireng (Curcuma aeruginosa RoxB).Peluang
penularan trypanosomiasis dapat terjadi jika terdapat reservoir, yaitu sapi yang
terinfeksi.Mekanisme penularan dipengaruhi oleh kemampuan terbang vektor,
kemampuan menyebar, serta daya tahan hidup T.evansi pada vektor. "Lama hidup
pada habitat probosis vektor maksimal 4 jam. Sedangkan pada habitat fore gut
maksimal 9 jam.
A. Taksonomi
Filum : Nemathelminthes
Kelas : Nematoda
Ordo : Strongylorida, rhabditorida, ascaridorida, spirurorida, camallanorida,
dorylaimorida, dioctophymatorida
Famili :Trichostrongylidae,rhabditidae, cephalobidae, strongyloididae,
ancylostomatidae, strongylidae, syngamidae, metastrongilidae,
ascarididae, filariidae
Genus : Trichostrongylus, strongyloides, ancylostoma, necator, strongylus,
haemonchus,dipetalonema, dirofilaria, dan lain-lain
4. Struktur Tubuh Nemathelminthes
2. Filiform, yaitu diameter tubuh dari anterior – posterior sama besar, jadi
bentuk tubuhnya seperti benang.
Contoh spesies dari phylum Nematoda, yaitu (a) Cacing kremi (Oxyuris
vermicularis) dan (b) cacing rambut (Wuchereria brancofti).
Selain itu, banyak pula yang hidup parasit pada saluran pencernaan kuda,
kambing, biri-biri, babi, anjing, dan ayam.Cacing Trichinella larvanya membuat
kista di otot babi, kuda, dan manusia.Cacing Wuchereria bancrofti hidup pada
pembuluh darah yang dapat menyebabkan penyakit kaki gajah.Berikut ini contoh
daur hidup cacing parasit Ascaris lumbricoides pada manusia.Ascaris
lumbricoides merupakan cacing yang menyebabkan penyakit ascariasis.Stadium
dewasanya ada pada usus halus manusia.Telur cacing yang telah membentuk
embrio, mula-mula keluar bersama feses, kemudian termakan oleh inang
(manusia) dan menetas di usus halus menjadi larva kecil.Larva kemudian
menembus dinding usus masuk ke peredaran darah dan sampai ke paru-paru. Dari
paru-paru, larva sampai ke trakea lalu ke faring. Dari sini larva tersebut dapat
tertelan kembali sampai ke usus halus dan menjadi dewasa di sana.
5. Klasifikasi
Klasifikasi:
Phylum :Nematoda
Kelas :Secernentea
Ordo :Ascaridida
Family :Ascarididae
Genus :Ascaris
Species :Ascarislumbricoides
Cacing ini hidup di dalam usus halus manusia sehingga sering kali
disebut cacing perut.Ascaris lumbricoides merupakan hewan dioseus,
yaitu hewan dengan jenis kelamin berbeda, bukan hemafrodit.Ascaris
lumbricoides hanya berkembang biak secara seksual.Ascaris
lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang
menyembul dari anus disebut spikula.Spikula berfungsi untuk membuka
pori kelamin cacing bretina dan memindahkan sperma saat
kawin.Infeksi cacing ini menyebabkan penyakit askariasis atau
cacingan, umumnya pada anak-anak.Infeksi ini terjadi pada saat
mengkonsumsi makanan atau minuman yang tercemar telur ascaris.
Klasifikasi
Phylum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo: Strongylida
Family : Oxyuridae
Genus : Oxyuris
Species :Oxyuris Vermicularis
Cacing ini disebut cacing kremi karena ukurannya yang sangat
kecil.sekitar 10 -15 mm. Cacing kremi hidup di dalam usus besar manusia.Cacing
kremi tidak menyebabkan penyakit yang berbahaya namun cukup
mengganggu.Infeksi cacing kremi tidak yangterkontaminasi telur cacing
ini.Pengulangan daur infeksi cacing kremi secara autoinfeksi, yaitu dilakukan ole
penderita sendiri.Cacing ini bertelur pada anus penderita dan menyebabkan rasa
gatal.Jika penderita sering menggaruk pada bagian anus dan tidak menjaga
kebersihan tangan, maka infeksi cacing kremi akan terjadi Kembali (1)
Klasifikasi
Phylum : Nematoda
Kelas : Adenophorea
Ordo : Trichinellida
Family : Trichinellidae
Genus : Trichinella
Species : Trichinellaspiralis
Trichinella spiralis hidup pada usus kecil manusia. Ukuran cacing
jantan 1,4-1,6 mm sedangkan cacing betina berukuran 2,8-3-2 mm.
Cacing ini menyebabkan trichinosis atau trichinelosis. Penyakit ini
banyak terdapat di daerah yang mengkonsumsi daging tidak masak yang
mengandung kistaTrichinella.
Trichinellosis diperoleh oleh menelan daging yang mengandung
kista (larva kista). Setelah paparan asam lambung dan pepsin, larva
dilepaskan dari kista dan menginvasi mukosa usus kecil di mana mereka
berkembang menjadi cacing dewasa (Betina 2,2 mm, laki-laki 1,2 mm;
umur panjang dalam usus kecil: 4 minggu). Setelah 1 minggu, larva
betina rilis.yang bermigrasi ke otot lurik di mana mereka encyst.
Encystment selesai dalam 4 sampai 5 minggu dan larva kista dapat
bertahan hidup selama beberapa tahun Menelan kista larva
melanggengkan siklus.Tikus dan binatang pengerat terutama
bertanggung jawab untuk menjaga endemisitas infeksi ini. Karnivora /
omnivora binatang, seperti babi atau beruang, pakan pada tikus yang
terinfeksi atau daging dari hewan lain.. host hewan yang berbeda terlibat
dalam siklus kehidupan dari spesies yang berbeda Trichinella.Manusia
sengaja terinfeksi ketika makan tidak benar daging olahan dari hewan
karnivora (atau makan makanan yang terkontaminasi dengan daging
tersebut).
6. Definisi Platyhelminthes
Platyhelminthes berasal dari Bahasa Yunani, dari kata Platy = pipih
dan helminthes = cacing. Jadi berarti cacing bertubuh pipih. Filum
Platyhelminthes terdiri dari sekitar 13,000 species, terbagi menjadi tiga kelas;
dua yang bersifat parasit dan satu hidup bebas. Planaria dan kerabatnya
dikelompokkan sebagai kelas Turbellaria. Cacing hati adalah parasit eksternal
atau internal dari Kelas Trematoda. Cacing pita adalah parasit internal dari
kelas Cestoda. Umumnya, golongan cacing pipih hidup di sungai, danau, laut,
atau sebagai parasit di dalam tubuh organisme lain. Platyhelminthes yang
hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembab,
sedangkan Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya
(endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.
Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, Platy = Pipih dan
Helminthes = cacing. Oleh sebab itulah Filum platyhelminthes sering disebut
Cacing Pipih. Platyhelminthes adalah filum ketiga dari kingdom animalia
setelah porifera dan coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik
yang paling sederhana. Cacing ini bisa hidup bebas dan bisa hidup parasit.
Yang merugikan adalah platyhelminthes yang hidup dengan cara parasite(2)
c. Sistem Saraf
Sistem saraf platyhelminthes disebut sistem saraf tangga tali. Pada
sistem saraf ini sendiri terdiri atas sepasang ganglion otak dan serabut-serabut
saraf. Ganglion otak akan memanjang mulai dari bagian anterior sampai
kebagian posterior. Serabut-serabut saraf yang keluar dari ganglion otak akan
saling berhubungan dan membentuk seperti anak tangga.
e. Sistem Reproduksi
Cacing pipih jika diukur memiliki panjang berkisar yang berkisar dari
sekitar 1 milimeter (0,04 inci) sampai lebih dari 20 meter (66 kaki). Cacing
pipih memiliki tubuh datar karena mereka tidak memiliki coelom atau bahkan
pseudocoelom. Cacing pipih juga tidak memiliki sistem pernapasan.
Sebaliknya, sel-sel mereka melakukan pertukaran gas melalui difusi langsung
dengan lingkungan. Cacing pipih memiliki sistem pencernaan yang tidak
lengkap.Cacing pipih mencerminkan beberapa kemajuan evolusi besar dalam
invertebrata.
8. Klasifikasi
Kelas Turbelaria
a. Sistem Pencernaan
Alat pencernaan turbellaria terdiri dari mulut yang letaknya
berada dibagian perut, dilengkapi faring yang bisa dijulurkan
keluar. Dari mulut terdapat usus yang bercabang tiga, dimana tiga
cabang dari usus itu menuju ke tubuh bagian samping dan yang
satu menuju kebagian anterior.Enteron atau usus pada sisitem
pencernaan Turbellaria terdiri dari mulut, pharynx dan rongga
gastrovaskuler. Turbellaria tidak memiliki anus, dinding usus
turbellaria hanya terdiri dari satu lapisan sel yang terdiri atas
beberapa sel phagocyte dan sel kelenjar. Pada turbellaria kecil
memiliki usus berbentuk kantung sederhana, berbeda dengan jenis
acoela yang tidak memiliki rongga usus yang tetap, tetapi sel-sel
usunya membentuk massa sinsitial. Pelebaran dan percabangan
lateral dialami pada usus jenis turbellaria yang lebih besar, dimana
kegunaannya untuk memperluas permukaan dinding usus dalam hal
pencernaan dan penyerapan makanan, juga sebagai imbalan atas
ketiadaan sistem transportasi makanan(sistem pereedaran darah) (3)
c. Sistem Eksresi
a. Planaria sp
Cacing ini dipakai sebagai contoh yang mewakili anggota kelas
Turbellaria pada umumnya. Anggota genus Dugesia, yang umumnya dikenal
sebagai Planaria, berlimpah dalam kolam dan aliran sungai yang tidak
terpolusi. Planaria mempunyai kebiasaan berlindung di tempat-tempat yang
teduh, misalnya di balik batu-batuan, di bawah daun yang jatuh ke dalam air.
Bentuk tubuh anggota ini adalah pipih dorsoventral, dengan bagian kepala
yang berbentuk seperti segitiga, sedangkan bagian ekornya berbentuk
meruncing yang panjang tubuh sekitar 5-25 mm. Planaria memangsa hewan
yang lebih kecil atau memakan hewan-hewan yang sudah mati. Planaria dan
cacing pipih lainnya tidak memiliki organ yang khusus untuk pertukaran gas
dan sirkulasi. Bentuk tubuhnya yang pipih itu menempatkan semua sel-sel
berdekatan dengan air sekitarnya, dan percabangan halus rongga
gastrovaskuler mengedarkan makanan ke seluruh hewan tersebut.
Ciri Umum :
Melakukan fragmentasi.
Contoh :
Planaria
Merupakan cacing pipih yang hidup di air tawar yang jernih , yang
belum mengalami pencemaran berat biasanya cacing ini berlindung dibawah
bebatuan. kepalanya nampak seperti segitiga. panjang tubuhnya dapat mencapai
2-3 cm, berwarna cokelat kehitaman. dibagian kepala terdapat dua bintik
mata, fungsinya untuk membedakan gelap dan terang. jadi cacing ini tidak
mampu melihat warna. Planaria bersifat fototropik negatif. Tubuh bersilia
untuk pergerakan hidup bebas,reproduksi aseksual: fragmentasi, tingkat
regenerasi sangat tinggi.Reproduksi seksual: membentuk sperma dan ovum,
Hermaprodit (fertilisasi silang), zigot tanpa periode larva (4)
Contoh :
Fasciola hepatica
Hidup sebagai parasit pada hati beberapa jenis hewan, makanya cacing
ini sering disebut cacing hati. Fasciola hepatica bentuk tubuh pipih, panjang
tubuh antara 2-5 cm, dikepala ada 2 alat isap. Fasciola hepatica bersifat
hermafrodit. Reproduksi secara seksual dengan perkawinan silang / sendiri.
Clonorchis sinensis
Cacing hati pada manusia, reproduksinya secara seksual. Fase
metaserkaria dari cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar (sebagai
hospes perantaranya). Salah satu cara untuk menghindar diri sari cacing ini
adalah tidak mengonsumsi ikan yang tidak dimasak.
Schistosoma japonicum
Disebut juga cacing darah, hidup pada pembuluh darah balik (vena)
perut. Hidup sebagai parasit pada manusia, kucing, anjing, babi, biri-biri, sapi
dan binatang pengerat.
Cacing jantan tubuhnya panjang 9-22 mm. Cacing betina ukurannya 14-26 mm,
tubuhnya melipat melindungi tubuhnya ramping.
Paragonimus westermani
Cacing ini dikenal sebagai cacing pita. Seperti cacing hati, cacing
pita bersifat sebagai parasit pada hewan dan manusia, jumlahnya sekitar
1500 species. Cacing ini membentuk koloni seperti pita sehingga
panjangnya bisa mencapai 20 m atau lebih. Tubuh kita dapat dimasuki
cacing ini apabila kita memakan ikan, daging sapi, anjing, atau babi yang
tidak matang. Jenis yang terkenal adalah Taenia saginata (inangnya
hewan sapi) dan Taenia solium (inangnya hewan babi).Bagian scolex
memiliki pangait dan pengisap yang memungkinkannya menempel pada
dinding usus inang. Di bawah skolex terdapat leher yang pendek dan tali
panjang proglottid, dimana setiap proglottid berisi satu set penuh organ
kelamin jantan dan betina dan stuktur lainnya.
Seteleh terjadi pembuahan, proglottid menjadi sekantung telur masak,
lalu putus dan keluar bersama feses. Jika telur ini tertelan oleh babi atau sapi,
larvanya menjadi sistiserkus di dalam otot inang. Jika manusia memakan
daging babi atau sapi yang terinfeksi yang tidak dimasak sempurna, maka
manusia akan terinfeksi cacing ini.
Ciri Utama:
Tidak bersilia
Hewan hermaprodite
Contoh :
- usus babi (telur menetas jadi hexacan) - aliran darah - otot/daging (sistiserkus)
- manusia - usus manusia (sistiserkus pecah - skolex menempel di dinding usus)
-sampai dewasa di manusia - keluar bersama feses.
Dyphylobothrium latum, hidup parasit pada manusia,
anjing,kucing, serigala, inang perantaranya ikan.
Echinoccus granulosus, hidup parasit pada usus anjing /
karnivora lainnya, inang perntaranya babi, biri-biri dan manusia.
d. Monogenea
Ektoparasit pada ikan laut dan ikan air tawar, amphibi, reptil, &
averterbrata lain. Satu inang monogenea.Berukuran 0,2–0,5 mm, alat
penempel posterior – opisthaptor (4)
1. Ascaris lumbricoides
Di Indonesia dikenal sebagai cacing gelang, parasit ini tersebar di
seluruh dunia terutama daerah tropik dan erat hubungannya dengan
hygiene dan sanitasi. Di Indonesia frekuensinya tinggi berkisaran
antara 20–90% yang banyak ditemukan pada anak – anak (Safar,
2010). Hospes definitifnya hanya manusia, jadi manusia pada
infeksi cacing ini sebagai hospes obligat. Cacing dewasa hidup di
rongga usus halus. Panjang cacing betina 20–40 cm dan cacing
jantan 15–31 cm. cacing betina dapat bertelur sampai 200.000 butir
sehari, yang dapat berlangsung selama hidupnya yaitu kira – kira
satu tahun. Telur ini tidak menetas dalam tubuh manusia,
melainkan dikeluarkan bersama tinja hospes. Telur yang dibuahi
ketika keluar bersama tinja manusia tidak infektif. Di tanah pada
suhu 20oC – 30oC, dalam waktu 2–3 minggu menjadi matang
yang disebut telur infektif dan di dalam telur ini sudah terdapat
larva. Telur infektif ini dapat hidup lama dan tahan terhadap
pengaruh buruk. Penularan cacing ini dapat terjadi melalui
beberapa jalan yaitu masuknya telur infektif kedalam mulut
bersama makanan atau minuman yang tercemar, atau tertelan
melalui tangan yang kotor. Telur akan menetas pada usus halus
kemudian larva akan menembus dinding usus masuk ke dalam
kapiler darah, kemudian melalui hati, jantung kanan, paru – paru,
bronkus, trakea, laring, dan tertelan ke esofagus, rongga usus halus
dan tumbuh menjadi dewasa (5)
Taksonomi A. lumbricoides
Phylum : Nemathelminthes
Ordo : Ascaridida
Family : Ascaridae
Genus : Ascaris
2. Trichuris trichiura
Trichuris trichiura termasuk nematoda usus yang biasa
dinamakan cacing cemeti atau cambuk, karena tubuhnya
menyerupai cemeti dengan bagian depan yang tipis dan bagian
belakangnya yang jauh lebih tebal. Cacing ini pada umumnya
hidup di sekum manusia, sebagai penyebab Trichuriasis dan
tersebar secara cosmopolitan. Trichuris trichiura adalah cacing
yang relatif sering ditemukan pada manusia, tapi umumnya tidak
begitu berbahaya.
Hospes definitif yaitu manusia dan menyebabkan penyakit
yang disebut trichuriasis, trichocephaliasis atau infeksi cacing
cambuk. Cacing ini pernah ditemukan pada babi dan kera. Cacing
dewasa berhabitat di usus besar seperti Colon dan Caecum (Safar,
2010). Cacing betina berukuran 3,5–5,0 cm dan jantan berukuran
3,0–4,5 cm. Seekor cacing betina dalam satu hari dapat bertelur
3000–4000 butir. Telur cacing ini berbentuk tempayan dengan
semacam tutup yang jernih dan menonjol pada kedua kutub,
besarnya 50 mikron. Telur ini ditanah dengan suhu optimum dalam
waktu 3–6 minggu menjadi matang (infektif) (6)
3. Ancylostoma duodenale dan Necator americanus
Cacing ini terdapat hampir di seluruh daerah khatulistiwa,
terutama di daerah pertambangan. Frekuensi cacing ini di
Indonesia masih tinggi kira – kira 60–70%, terutama di daerah
pertanian dan pinggir pantai. Cacing ini berhabitat di usus halus
manusia (Safar, 2010) Ancylostoma duodenale ukurannya lebih
besar dari Necator americanus.Cacing betina berukuran 10–13 mm
x 0,6 mm, cacing jantan 8–11 mm x 0,5 mm, bentuknya
menyerupai huruf C. Necator americanus berbentuk huruf S
dimana cacing betina berukuran 9–11 mm x 0,4 mm, cacing jantan
7–9 mm x 0,3 mm. Ancylostoma duodenale betina dalam satu hari
bertelur 10.000 butir sedangkan Necator americanus 9.000 butir.
Telur dari kedua spesies ini tidak dapat dibedakan, ukurannya 40–
60 mikron, bentuk lonjong dengan dinding tipis dan jernih. Telur
ini di tanah pada suhu 0oC dapat hidup dalam waktu 7 hari, pada
suhu 45oC dapat hidup dalam beberapa hari sedangkan pada suhu
optimum 23oC–30oC dalam waktu 24–48 jam telur akan menetas
dan keluar larva rhabditiform yang memakan bahan sisa organik
yang ada di sekitarnya. Karena kedua spesies cacing menghisap
darah hospes, maka infeksi berat yang menahun dapat
menimbulkan anemia. Infeksi ringan tanpa gejala, bila sudah
menahun akan menurunkan daya/presisi kerja.
4. Strongyloides strecolaris
Penyakit yang disebabkan oleh cacing ini dinamakan
strongiloidasis atau diare kokhin Cina. Strongyloides strecolaris
adalah parasite yang umumnya terdapat di daerah panas. Ciri
khusus cacing ini adalah adanya stadium yang hidup bebas untuk
kelangsungan hidupnya serta memerlukan suhu rata – rata 15oC
(Irianto, 2009). Dalam siklus hidupnya ada dua macam kehidupan
cacing, yaitu (1) hidup bebas di tanah dan (2) hidup sebagai
parasit. Hospesnya adalah manusia dan berhabitat di mukosa epitel
usus halus bagian proksimal. Telur cacing menetas pada usus,
sehingga dalam tinja ditemukan larva rhabditiform dan ditanah
tumbuh menjadi larva filariform. Gejala yang ditimbulkan seperti
rasa terbakar dan menusuk – nusuk di daerah duodenum, dimana
cacing betina bersarang. Pada infeksi berat atau kronis dapat
menimbulkan kematian (6)
2. Penularan Parasit
Penularan parasit tergantung pada sumber atau reservoir infeksi, dan cara
penularannya.
a. Sumber infeksi
1) Manusia
2) Manusia merupakan sumber atau perantara terbesar infeksi parasitik
(contohnya taeniasis, amoebiasis, dan lain-lain). Suatu kondisi
dimana infeksi ditularkan dari satu orang ke orang lain disebut
antroponisis.
3) Hewan
4) Dalam banyak penyakit parasit, hewan berperan sebagai sumber
infeksi. Suatu keadaan dimana infeksi ditularkan dari hewan ke
manusia disebut zoonosis (misalnya, hidatidiasis) (7)
b. Cara Penularan
Penularan parasit dari satu host ke host yang lain, disebabkan oleh
bentuk parasit tertentu dikenal sebagai stadium infeksi. Stadium infeksi pada
berbagai parasit ditularkan dari satu host ke host yang lain dalam beberapa
cara berikut:
1) Rute oral. Konsumsi makanan, air, sayuran atau tempat yang
terkontaminasi oleh stadium infeksi parasit. Cara penularan ini pada
beberapa parasit dikenal sebagai rute fecal oral (misalnya kista Giardia
intestinalis dan Entamoeba histolytica, telur Ascaris lumbricoides, dan
Trichuris trichura.
a) Mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang. Infeksi dapat
ditularkan secara oral bila konsumsi daging mentah atau setengah
matang yang mengandung parasit infektif (misalnya: daging babi
mengandung selulosa cysticercus, tahap larva Taenia solium).
b) Mengkonsumsi ikan dan kepiting yang kurang matang atau mentah.
Infeksi juga dapat ditularkan dengan konsumsi ikan dan kepiting
mentah atau setengah matang yang mengandung stadium infektif
parasit (misalnya: kepiting mengandung stadium parasit infektif,
kepiting atau udang air tawar mengandung metasercaria
Paragonimus westermani, ikan mengandung metaserkaria
Clonorchis sinensis, dan lain lain).
c) Mengkonsumsi air mentah atau belum matang. Infeksi dapat
ditularkan lewat makanan mentah atau air belum masak yang
menyembunyikan bentuk parasit infektif (misalnya: air kacang
dada, dll mengandung metaserkaria pada Fasciolopsis buski dan
Fasciola hepatica) (8)
4) Kontak seksual
Trichomoniais dapat ditularkan melalui kontak seksual. Entamoebiasis
dapat ditularkan melalui kontak seksual anal oral, seperti pada kalangan
homoseksual.
3. Parasitologi Medis
Dalam konsep parasitologi medis, setiap parasit penting dibahas tentang
morfologi, distribusi geografis, cara infeksi, siklus hidup, hubungan host/
parasit, patologi dan manifestasi klinis infeksi, diagnosis laboratorium,
pengobatan dan pencegahan/tindakan pengendalian parasit. Berikut ini
disajikan beberapa kriteria tersebut (8)
a. Morfologi
Morfologi meliputi ukuran, bentuk, warna dan posisi organel yang
berbeda dalam parasit pada berbagai tahap perkembangannya. Hal ini penting
dalam diagnosis laboratorium yang membantu untuk mengidentifikasi
berbagai tahap pengembangan dan membedakan antara patogen dan
organisme komensal. Contoh: Entamoeba histolytica dan Entamoeba coli.
b. Distribusi geografis
Beberapa dari parasit banyak ditemukan di daerah tropis. Distribusi
parasit tergantung
pada:
1) Spesifisitas host, misalnya: Ancylostoma duodenale membutuhkan
manusia sebagai host, sementara Ancylostoma caninum membutuhkan
anjing sebagai host.
2) Kebiasaan makan, misalnya konsumsi daging mentah atau kurang
matang atau sayuran predisposisi Taeniasis.
3) Kemudahan parasit melarikan diri dari host, parasit yang dilepaskan
dari tubuh bersama dengan feses dan urin lebih cepat terdistribusi
dibandingkan parasit memerlukan vektor atau kontak cairan tubuh
langsung untuk transmisi.
4) Kondisi lingkungan yang mendukung kelangsungan hidup di luar tubuh
host, yaitu suhu, keberadaan air, kelembaban, dan sebagainya.
5) Adanya host yang sesuai, parasit yang tidak memerlukan host perantara
(vektor) untuk penularan lebih luas didistribusikan daripada parasit
yang membutuhkan vektor.
d. Hubungan host-parasit
Infeksi parasit adalah masuknya dan perkembangan suatu parasit
dalam tubuh. Setelah parasit penyebab infeksi masuk ke dalam tubuh host,
parasit bereaksi dengan cara yang berbeda dan bisa mengakibatkan, antara
lain:
1) status carrier-hubungan host-parasit yang sempurna di mana kerusakan
jaringan oleh parasit diseimbangkan dengan perbaikan jaringan host.
Pada titik ini parasit dan host hidup harmonis, yaitu mereka pada
kesetimbangan, host sebagai pembawa parasit.
2) Keadaan penyakit-penyakit terjadi akibat resistensi host yang rendah
atau patogenisitas parasit yang tinggi.
3) Penghancuran parasit-terjadi ketika resistensi host yang tinggi.
e. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium parasitologi dilaksanakan untuk penegakan
diagnosis. Spesimen yang dipilih untuk diagnosis laboratorium antara lain
dapat berupa darah (hapusan darah), feses, urin, sputum, biopsi, cairan
urethra atau vagina tergantung pada parasit penyebab.
f. Pencegahan (preventif)
Beberapa tindakan preventif dapat diambil untuk melawan setiap
parasit penginfeksi manusia. Tindakan ini dirancang untuk memutus rantai
siklus penularan dan merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan
pemberantasan penyakit oleh parasit. Langkah- langkah tersebut meliputi:
1) pengurangan sumber infeksi. Diagnosis dan pengobatan penyakit
parasit
merupakan komponen penting dalam pencegahan terhadap penyebaran
agen penginfeksi.
2) kontrol sanitasi air minuman dan makanan.
3) pembuangan limbah yang tepat.
4) penggunaan insektisida dan bahan kimia lain yang digunakan untuk
mengendalikan populasi vektor.
5) pakaian pelindung yang mencegah vektor hinggap di permukaan
tubuh dan memasukkan patogen selama menghisap darah.
6) kebersihan pribadi yang baik.
7) menghindari praktek seksual yang tidak ama (8)
2.4 Gejala Klinis
g. Sanitasi Lingkungan
Kesehatan lingkungan merupakan salah satu disiplin ilmu
kesehatan masyarakat dan merupakan perluasan dari prinsip-prinsip
hygiene dan sanitasi. Kesehatan lingkungan adalah hubungan timbal balik
antara manusia dengan lingkungannya yang berakibat atau mempengaruhi
derajat kesehatannya, WHO mendefinikan bahwa kesehatan lingkungan
adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan
lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia, keadaan
sehat mencakup manusia seutuhnya dan tidak hanya sehat fisik saja tetapi
juga sehat mental dan hubungan sosial yang optimal di dalam
lingkungannya. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan
seseorang itu dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial,
lingkungan rekreasi, lingkungan kerja.
Lingkungan Rumah Rumah yang sehat dan layak huni tdak harus
berwujud rumah mewah dan besar namun rumah yang sederhana dapat
juga menjadi rumah yang sehat dan layak dihuni. Rumah sehat adalah
kondisi fisik, kimia, biologi didalam rumah dan perumahan sehingga
memungkinkan penghuni atau masyarakat memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Sanitasi adalah bagian dari ilmu kesehatan lingkungan yang
meliputi cara dan usaha individu atau masyarakat untuk mengontrol dan
mengendalikan lingkungan hidup eksternal yang berbahaya bagi kesehatan
serta yang dapat mengancam kelangsungan hidup manusia. Sementara itu
sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk
menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang
menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang
memengaruhi derajat kesehatan manusia. Upaya sanitasi dasar meliputi
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan
sampah (tempat sampah) dan saluran pembuangan air limbah (SPAL).
h. Lingkungan Sekolah
Disamping lingkungan rumah tempat tinggal, anak Sekolah Dasar
juga membutuhkan lingkungan sekolah tempat belajar yang sehat dan baik
untuk perkembangan fisik, mental dan spiritualnya. Sebagian besar waktu
anak sekolah dasar dihabiskan dengan bermain baik di rumah maupun di
sekolah sehingga anak sekolah dasar mempunyai potensi untuk terjangkit
penyakit infeksi kecacingan.
i. Hygiene Perorangan
Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan yang dilakukan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. Tujuan dari personal hygiene adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan seseorang, memelihara kebersihan diri,
memperbaiki personal higiene yang kurang, mencegah penyakit,
meningkatkan percaya diri dan menciptakan keindahan.
Pada prakteknya upaya hygiene antara lain meminum air yang
sudah direbus sampai mendidih dengan suhu 1000C selama 5 menit,
mandi dua kali sehari agar badan selalu bersih dan segar, mencuci tangan
dengan sabun sebelum memegang makanan, mengambil makanan dengan
memakai alat seperti sendok atau penjepit dan menjaga kebersihan kuku
serta memotongnya apabila panjang. Kuku yang terawat dan bersih juga
merupakan cerminan kepribadian seseorang, kuku yang panjang dan tidak
terawat akan menjadi tempat melekatnya berbagai kotoran yang
mengandung berbagai bahan dan mikroorganisme diantaranya bakteri dan
telur cacing. Penularan kecacingan diantaranya melalui tangan yang kotor,
kuku yang kotor yang kemungkinan terselip telur cacing akan tertelan
ketika dimakan, hal ini diperparah lagi apabila tidak terbiasa mencuci
tangan memakai sabun sebelum makan.
j. Perilaku
Perilaku dapat diukur dengan cara mengukur unsur-unsur perilaku
dimana salah satu adalah pengetahuan, dengan cara memperoleh data atau
informasi tentang indikator-indikator pengetahuan tersebut. Untuk dapat
menentukan tingkat pengetahuan terhadap sanitasi lingkungan dilakukan
melalui wawancara (9)
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Protozoologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang hewan bersel satu
yang hidup sebagai parasit pada manusia. Sedangkan protozoa adalah hewan
bersel satu yang dapat hidup secara mandiri atau berkelompok.
Helmintologi kedokteran adalah ilmu yang berisi kajian tentang parasit
yang hidup pada manusia yang berupa cacing. Berdasrkan taksonomi, parasit
cacing yang hidup pada manusia dibagi menjadi dua
yaitu nemathelmintes dan Platyhelminthes.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
11. Winerungan CC, Sorisi AMH, Wahongan GJP. Infeksi Parasit Usus pada
Penduduk di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sumompo Kota Manado. J
Biomedik Jbm. 2020;12(1):61–7.