Anda di halaman 1dari 19

“MENELAAH KERANGKA DASAR KURIKULUM MERDEKA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Telaah Kurikulum Biologi

Dosen pengampu: Aryami Dwi Kusumawardani,M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 2:

Nama: NPM:
Rizky Kurniawan : 2111060074
Salsabila Azzahra : 2111060077
Syahnaz Aulia Saqinah : 2111060088
Tika Kumala Dewi : 2111060092
Umi Nurul Hidayah : 2111060156

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad
SAW,yang telah menjadi suritauladan bagi umat manusia,sehingga sampai detik ini kami
masih merasakan indahnya iman dan islam.

Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu Ibu Aryani Dwi
Kusumawardaani,M.Pd. yang telah memberikan tugas makalah ini dalam rangka melengkapi
tugas dari mata kuliah Telaah Kurikulum Biologi Program Studi Pendidikan Biologi dengan
materi “Menelaah Kerangka Dasar Kurikulum Merdeka”.

Mungkin makalah ini kurang dari sempurna,penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya
serta kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya,
sehingga dapat menambah wawasan serta pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang di
tekuni.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bandar Lampung,04 Oktober 2022

Penyusun

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………………………….. i

Daftar Isi………………………………………………………………………………. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 2
C. Tujuan ………………………………………………………………………… 2
D. Manfaat……………………………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Kerangka Dasar Kurikulum Merdeka.............................................. 3


B. Landasan Kurikulum Merdeka....................................................................... 4
C. Prinsip Kurikulum Merdeka........................................................................... 12
D. Struktur Kurikulum Merdeka.......................................................................... 14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................... 15
B. Saran................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu tindakan dan perilaku siswa yang sangat kompleks dalam
mencari dan menerima suatu ilmu pengetahuan. Dalam belajar terdapat interaksi
antara guru (pendidik) dengan siswa (peserta didik) untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan tercapai jika penerapan pembelajaran sesuai
dengan kondisi peserta didik yang beragam Selama ini proses belajar hanya bertumpu
kepada pendidik sebagai sumber utama, sehingga peserta didik kurang terlibat dalam
pembelajaran, karena peserta didik dikatakan belajar apabila mereka. mampu
mengingat dan menghafal informasi atau pelajaran yang telah disampaikan
Pembelajaran seperti ini tidak akan membuat peserta didik menjadi aktif, mandiri dan
mengembangkan pengetahuannya berdasarkan pengalaman belajar yang telah mereka
lakukan Seiring kemajuan zaman dan teknologi, tentunya dibutuhkan SDM (Sumber
Daya Manusia) yang berkualitas Langkah strategis bagi perwujudan tujuan di atas
adalah adanya layanan ahli kependidikan yang berhasil guna dan berdaya guna tinggi
seperti student active learning.
Istilah kemerdekaan sering dimaknai dengan kebebasan dalam arti yang
sesunguhnya. Yang menjadi permasalahannya adalah masih banyak kita melihat
upaya pengekangan dimana-mana, khususnya dalam pendidikan. Guru dan murid
belum merasakan otonomi yang cukup untuk menentukan arah kebijaksanaan belajar
dan mengajarnya karena masih diatur dengan regulasi yang membuat rencana, proses
pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan terkesan dibatasi dan mengikat. Tidak
jarang, kita melihat dengan aturan jam pelajaran yang harus penuhi, membuat guru
dan siswa tidak bisa fokus dalam pembelajaran. Dalam makalah ini akan dijelaskan
lebih rinci terkait rumusan masalah baik dari pengertian, pengelolaan, konsep, dan
implementasi dari Merdeka Belajar agar tercipta proses belajar yang membantu
mewujudkan sistem pendidikan yang lebih baik lagi dan tertatanya dalam kegiatan
belajar dan mengajar.

1
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat kita ambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa Hakikat Kurikulum Merdeka?
2. Apa Landasan Kurikulum Merdeka?
3. Apa Prinsip Dasar Kurikulum Merdeka?
4. Apa Struktur Kurikulum Merdeka?

C. Tujuan
Ditinjau dari rumusan masalah diatas ,maka tujuan dalam makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui Hakikat Kurikulum Merdeka.
2. Mengetahui Landasan Kurikulum Merdeka.
3. Mengetahui Prinsip Dasar Kurikulum Merdeka.
4. Mengetahui Struktur Kurikulum Merdeka.

D. Manfaat
Berdasarkan tujuan diatas,maka manfaat yang diharapkan dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
Secara teoritis makalah ini diharapkan dapat berguna untuk memberikan ilmu dan
wawasan serta menjadi sumber referensi dan informasi bagi orang yang membacanya
agar mengetahui dan lebih mendalami pemahaman materi dalam mata kuliah Telaah
Kurikulum Biologi dengan materi tentang “Menelaah Kerangka Dasar Kurikulum
Merdeka”.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Kurikulum Merdeka


Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “merdeka” dapat diartikan sebagai
bebas dari penghambaan, penjajaharatau dapat dimaknai dengan berdiri sendiri. dalam
bahasa arab kata merdeka lazim dengan penyebutan hurriyah yang artinya bebas dari
segala bentuk pengikatan diri terhadap apapun atau istiqla. dalam kontek ini merdeka
sama saja dengen keleluasaan untuk berfikir secara bebas dan menentukan nasibnya
sendiri. sedangkan belajar merupakan perubahan perilaku yang relatif permanen
didalam berperilaku, berkehidupan yang didapatkan sebagai hasil dari pengamatan
atau latihan. Menurut Moh. Surya belajar merupakan sebuah usaha yang di upayakan
untuk perubahan setiap individu untuk memperoleh perubahan secara keseluruhan
yang didapatkan dari proses pengalaman serta respon dari interaksi terhadap
lingkungan kepada setiap individu. Sedangkan kata belajar memiliki makna harfiah
yang mengedepankan perubahan proses mental yang di akibatkan dari rangsangan
interaksi lingkungan. Secara umum telah di kemukakan bahwa belajar sebagai
perubahan pada individu yang terjadi melalui pengalaman dan bukan karena
pertumbuhan atau perkembangan tubuhnya atau karaktensuk seseorang sepak lahir.
maka dari itu merdeka belajar merupakan kebebasan didalam menentukan cara
berperilaku, berprose, berfikir. berlaku kreatif guna pengembangan din setiap individu
dengan menentukan nasib dirinya sendiri.1
Merdeka belajar dapat dimaknai pemberian ruang yang lebih terhadap siswa
dengan adanya kesempatan belajar secara nyaman tenang dan bebas tampa adanya
tekanan, dengan memperhitungkan bakat alamaiah yang dimiliki setiap siswa. Dalam
pidatonya pada hari guru nasional mentri pendidikan dan kebudayaan nadiem
makarim memaparkan suatu kebijakan mengenai merdeka belajar yang didalamnya
terdidi dari empat poin yang di gadang-gadang akan membawa perubahan dan
dampak besar dalam dunia pendidikan. Secara lugas nadiem makarim menjelaskan
tentang merdeka belajar deng empat pokok bahasan, yang pertama: USBN, UN, RPP,
dan PPDB.

1
Sanjaya, Wina 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Jakarta: Prenada
Media Group.Hal 9.

3
B. Landasan Kurikulum Merdeka
Adapun landasan kurikulum merdeka antara lain:2
1. Landasan Filosofis
Pancasila sebagai idiologi Negara Indonesia merupakan pedoman
dasar dalam pelaksanaan system pendidikan termasuk di dalamnya tujuan
penerapan Kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka untuk mencapai
pembangunan manusia yang berbasis pada nilai-nilai huhur, milai-nilai
akademik, kebutuhan Peserta didik dan masyarakat. Dari hasil penelitian
secara kualitatif didapat bahwa kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus
Merdeka secara filosofis paling tidak berlandaskan pada 4 (empat) aliran
filsafat, yaitu:
a. Aliran Progresivisme, memandang Proses pembelajaran ditekankan
pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana
yang alamiah (natural) dengan memperhatikan pengalaman peserta
didik, sehingga diharapkan dapat tercipta perubahan pada diri peserta
didik dengan indikator adanya perkembangan tingkat kemajuan baik
dalam bentuk pemikiran maupun sikap.
b. Aliran Konstruktivisme melihat pengalaman langsung peserta didik
(direct experiences) sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran
ini pengetahuan adalah hasil konstruksi atau bentukan manusia. Aliran
ini memiliki kesamaan dengan aliran Empirisisme yang mengatakan
bahwa sumber pengetahuan adalah pengalaman (Apposteriory) panca
indera. Pengetahuan terbentuk karena pemanfaatan panca indera
melalui mata untuk melihat, hidung untuk mencium, telinga untuk
mendengar, lidah untuk merasa dan kulit untuk meraba, Dari
pengalaman pengalaman indera itulah kemudian manusia belajar
sehingga menghasilkan suatu pengetahuan dan pengalaman.
c. Aliran Humanisme melihat peserta didik dari segi
keunikan/karakteristik. Potensi dan motivasi yang dimilikinya. Suatu
pembelajaran akan berhasil jika dapat menciptakan perubahan pada
diri peserta didik. baik kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan
mempertimbangkan kondisi peserta.karakteristik yang berbeda-beda.

2
Muslikh.2020.Landasan Filosofis Dan Analisis Terhadap Kebijakan Merdeka Belajar Dan Kampus Merdeka. Vol
I, Jurnal Syntax Transform, No. 3, hal 41-44

4
d. Filsafat antropologis, memandang didik yang memiliki potensi dan
bahwa manusia adalah makhluk individu, makhluk sosial, makhluk
religi individu susila dan makhluk (Poedjawijatna, 2005);
1) Manusia sebagai makhluk
Dalam pandangan Filsafat Antropologi bahwa setiap manusia
tidak sama dengan orang lain sekalipun identik. Dengan
demikian kegiatan pembelajaran sebagai bagian dari system
pendidikan harus menghargai atau melihat keunikan setiap
manusia. Wujud konkrit dari penghargaan ini adalah
penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang
disesuaikan dengan bakat dan minat positif dalam diri setiap
peserta didik.Dalam konteks pendidikan sekolah, hakikat
manusia sebagai makhluk individu berimplikasi pada penataan
semua unsur pendidikan, mulai dari guru/dosen, peserta
didik,tujuan pendidikan, strategi pendidikan. maupun evaluasi
pendidikan, termasuk kurikulum. Hakikat manusia sebagai
makhluk individu berimplikasi pada penyelenggaraan
pendidikan sebagai berikut:
a) guru/dosen diharapkan sebagai subjek yang benar-benar
berbakat dan berminat menjadi guru/dosen, serta
mengajar pelajaran sesuai dengan bakat dan minatnya;
b) Tujuan dan isi pendidikan berupa aneka mata pelajaran
mata kuliah, sehingga dapat mengakomodir
keanekaragaman bakut dan minat peserta didik. Dalam
hal ini satuan pendidikan menyusun kurikulum dengan
mengalokasikan sejumlah mata pelajaran/mata kuliah
pilihan yang memberikan kebebasan kepada peserta
didik untuk memilih mata kuliah sesuai dengan
keinginannya tapi dalam batas-batas tertentu;
c) Strategi pembelajaran diharapkan guru/dosen dapat
menggunakan aneka metode dan media pembelajaran,

5
sehingga dapat mengakomodir keanekaragaman cara
berlajar siswa/mahasiswa;
d) Penilaian dan evaluasi pembelajaran diharapkan
gura/dosen dapat menilai dan mengevaluasi kemajuan
belajar peserta didik/mahasiswa sesuai kapasitas potensi
akademik yang dimilikinya.

2) Manusia sebagai makhluk sosial Pandangan tentang hakikat


manusia sebagai makhluk sosial dalam konteks pembelajaran
akan berimplikasi terhadap semua unsur pendidikan, yaitu:
a) Dosen memerlukan sarana atau wadah untuk
mengembangkan profesinya dalam suatu organisasi,
seperti Asosiasi Dosen Repbulik Indoneisa (ADRI),
Ikatan Dosen Republik Indonesia (IDRI) atau organisasi
sejenis lainnya;
b) Mahasiswa memerlukan wadah bagi pengembangan
potensinya secara bersama, seperti melalui Badan
Eksekutif Mahasiswa.(BEM). Dewan Permusyawaratan
Mahasiswa (DPM). Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM),
Himpunan Mahasiswa Jurusan/Program Studi dan
berbagai kelompok pengembangan bakat dan minat di
kampus.
c) Tujuan dan isi pembelajaran diharapkan pada kurikulum
perguruan tinggi tersedia tujuan dan isi pembelajaran
yang memadai untuk mendorong berkembangnya
kesadaran dan keterampilan sosial mahasiswa.
d) Strategi pembelajaran, diperlukan untuk memupuk
kemampuan bekerjasama, seperti kerja kelompok dan
diskusi.

3) Manusia sebagai makhluk susila Dalam pandangan hakikat


manusia sebagai makhluk susila mempunyai implikasi terhadap
semua unsur pendidikan. diantaranya:

6
a) Dosen disyaratkan telah mampu mengembangkan
potensi dirinya. sehingga dalam berinteraksi ia lebih
banyak menonjolkan tingkah laku baiknya daripada
tingkah laku buruknya.
b) Mahasiswa dengan perkembangan potensinya
diharapkan mampu berinteraksi antar mahasiswa atau
antara orang tua dengan kampus agar tercipta
kesepakatan-kesepakatan untuk mengikuti aturan
kampus sebagai wujud pengembangan potensi dalam
diri mahasiswa;
c) Tujuan dan isi pembelajaran diharapkan pada kurikulum
perguruan tinggi tersedia tujuan dan berisi dikaitkan
dengan nilai nilai pendidikan moral, etika dan estetika
yang terintegrasi pada setiap mata kuliah.
d) Strategi pembelajaran. cara-cara pendidikan moral.
etika dan estetika seperti sikap teladan, indoktrinasi,
hadiah (reward). hukuman (punishment) dan penalaran
diterapkan secara proporsional, sinergis dan konsisten.
e) Evaluasi terhadap aspek kognitif dengan acuan norma
dilakukan juga terhadap perkembangan kebaikan dalam
diri mahasiswa dengan menggunakan norma sebagai
alat ukur atau patokan.

4) Manusia sebagai makhluk beragama


Pandangan tentang hakikat manusia sebagai makhluk beragama
mempunyai implikasi terhadap semua unsur pendidikan
diantaranya:
a) Dosen disyaratkan sebagai orang yang percaya akan
adanya Tuhan (Theis) atau hidup beragama, sekalipun
berbeda agama atau beda dalam penyebutan nama
Tuhannya;

7
b) Mahasiswa telah disyaratkan diarahkan untuk
menentukan pilihan agama yang diyakininya:
c) Tujuan dan isi pendidikan diharapkan pada kurikulum
perguruan tinggi tersedia tujuan dan isi pendidikan
ketuhanan atau mengenai agama sesuai ajaran agama
yang dianut mahasiswa/masyarakat tempat satuan
pendidikan berada.
d) Strategi pendidikan, cara-cara pendidikan ketuhanan
seperti teladan, penalaran, perintah. hadiah, nasihat,
larangan, dan hukuman digunakan secara proporsionnal,
sinergis dan konsisten.
e) Evaluasi pendidikan dilakukan terhadap perkembangan
keber-agama-an dalam diri mahasiswa secara
proporsional.Secara konseptual kebijakan Merdeka
Belajar disusun dengan mendasari dan orientasi pada:
a. Relevansi pendidikan dengan dunia kerja (link
and match):
b. Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter,

2. Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis dalam pembelajaran berdiferensiasi pada
kurikulum fleksibel sebagai wujud merdeka belajar dikembangkan atas dasar
adanya perbedaan kebutuhan, karakteristik, lingkungan sosial, dan budaya
peserta didik. Heterogenitas peserta didik ini masih merupakan permasalahan
yang kurang mendapatkan perhatian sehingga dapat berdampak pada
rendahnya hasil belajar peserta didik. Untuk dapat memahami heterogenitas
peserta didik, pendidik sebaiknya melakukan pengambilan data dan berbagai
pendekatan sebelum merancang strategi pembelajaran yang berdiferensiasi.3

3
Purba, Mariati dkk 2021. Naskah Akademik Prinsip Pengembangan Pembelajaran Berdiferensiasi
(Differentiated Instruction) Pada Kurikulum Fleksibel Sebagai Wujud Merdeka Belajar, Pusat Kurikulum dan
Pembelajaran, Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia. Jakarta.Hal15-18.

8
Pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) sesungguhnya
sudah ada sejak zaman dahulu. Ki Hajar Dewantara, Menteri Pendidikan
pertama Indonesia, memiliki sebuah gagasan yakni pendidikan yang
menghargai perbedaan karakteristik setiap anak. Dalam bukunya Pusara
(1940), Ki Hajar Dewantara menyatakan tidak baik menyeragamkan hal-hal
yang tidak perlu atau tidak bisa diseragamkan harusnya difasilitasi dengan
bijak (Yunazwardi, 2018). Namun, referensi Ki Hajar Dewantara mengenai
pembelajaran ini terbatas.
Berawal dari keberagaman tersebut, guru hendaknya mengakomodasi
dan melakukan diferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi memiliki pandangan
bahwa setiap peserta didik seharusnya diberikan kesempatan untuk belajar
sesuai dengan dirinya. Dalam pembelajaran, guru hendaknya melakukan
diferensiasi berupa modifikasi terhadap lima unsur kegiatan belajar, yaitu
materi pelajaran, proses, produk, lingkungan, dan evaluasi (Amir, 2009).
Kreativitas guru sangat diperlukan untuk dapat mengakomodir hal ini agar
dapat memberikan pembelajaran yang bermakna bagi setiap peserta didik
untuk mencapai kompetensi yang ingin disasar.
Selain itu, peserta didik sebaiknya diberi kesempatan untuk bekerja di
dalam kelompok yang fleksibel. Pengelompokan peserta didik dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti, bekerja secara individu, secara berpasangan,
bekerja dalam satu kelas, merangkul perbedaan yang dimiliki tiap peserta
didik, melihat kesamaan yang dimiliki, atau berdasarkan minat mereka. Selain
itu, seharusnya juga ada penilaian yang berlangsung secara berlanjut (ongoing
assessment) dan pemberian umpan balik kepada tiap peserta didik untuk
membantu perencanaan pembelajaran yang efektif.
Hal ini diperkuat oleh konsep konstruktivis sosial mengenai Zona
Perkembangan Proksimal (ZPD) yang dikembangkan oleh Lev Vygotsky pada
akhir tahun 1920-an dan dielaborasi secara progresif hingga tahun 1934.
Vygotsky mendefinisikan ZPD sebagai jarak antara tingkat perkembangan
aktual yang datanya dilihat dari kemampuan individu untuk dapat
memecahkan masalah secara mandiri, dengan tingkat perkembangan potensial
yang dapat dilihat dari kemampuan memecahkan masalah dibawah bimbingan
orang dewasa atau rekan yang lebih mampu. Idenya adalah bahwa peserta
didik belajar dengan lebih optimal ketika bekerja sama dengan orang lain

9
melalui sebuah proses kolaborasi bersama. Di sini ia dapat belajar dari orang-
orang yang lebih terampil, sehingga mampu menginternalisasi konsepkonsep
dan keterampilan baru. Untuk itu, guru perlu menciptakan lingkungan belajar
yang kondusif, yang menekankan pada kegiatan kolaborasi agar tiap peserta
didik merasa aman dan terinspirasi untuk dapat berkontribusi aktif di dalam
proses belajar di kelas sesuai dengan keunikan dan keunggulannya masing-
masing. Dengan mengenali kelebihan dan kekurangan masing-masing, peserta
didik dapat saling berkolaborasi agar kelebihan tiap individu dapat menjadi
aset pembelajaran, dan menutupi kekurangan yang dimiliki individu lainnya.
Sehingga, guru dapat menginspirasi peserta didik untuk melihat perbedaan
sebagai sebuah peluang belajar dan dalam mendukung serta menghargai
proses belajar setiap orang.

3. Landasan Hukum
Berikut adalah peraturan perundang-undangan terkait dengan
pengembangan pembelajaran berdiferensiasi (differentiated instruction) pada
kurikulum fleksibel sebagai wujud merdeka belajar.
1. Undang-undang No 20 tahun 2003
Di dalam ketentuan umum Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang
Sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) disebutkan bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Pasal 12 ayat 1 huruf (b) disebutkan bahwa:
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Selanjutnya pada Pasal 36 ayat (2) disebutkan bahwa: Kurikulum pada
semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta

10
didik. Dalam penjelasan pasal tersebut disebutkan bahwa pengembangan
kurikulum secara berdiversifikasi dimaksudkan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan pada satuan pendidikan dengan kondisi
dan kekhasan potensi yang ada di daerah untuk mengakomodasi berbagai
keragaman yang ada.
2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 57 tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP).Pasal 12 ayat (1) poin (f) disebutkan bahwa: Pelaksanaan
pembelajaran diselenggarakan dalam suasana belajar yang memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik. Pasal 38 ayat
(2) disebutkan bahwa Pengembangan kurikulum Satuan Pendidikan dilakukan
dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan Satuan Pendidikan, potensi daerah,
dan peserta didik.
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 tahun 2021 tentang
Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024
dalam kebijakan merdeka belajar.
1) Memerdekakan pembelajaran sebagai beban pembelajaran
menjadi sebagai pengalaman menyenangkan.
2) Memerdekakan pendekatan pedagogi yang bersifat pukul rata
(onesize fits all) menjadi berpusat pada peserta didik dan
personalisasi.
3) Memerdekakan pendidikan yang dibebani oleh perangkat
administrasi menjadi bebas untuk berinovasi.
4) Dalam hal pedagogi kebijakan merdeka belajar akan
meninggalkan pendekatan standarisasi menuju pendekatan
heterogen yang lebih paripurna memampukan guru dan peserta
didik menjelajahi khasanah pengetahuan yang terus
berkembang.
5) Kebijakan merdeka belajar meliputi kategori ekosistem
pendidikan, guru, pedagogi, kurikulum, dan sistem
penilaian.Kebijakan Merdeka Belajar akan meninggalkan
pendekatan standardisasi menuju pendekatan heterogen dengan
menekankan sentralitas pemelajaran siswa, kurikulum yang
akan berkarakteristik fleksibel berdasarkan

11
kompetensi.Lampiran Peraturan Mendikbud No 61 Tahun 2014
tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada
Pendidikan Dasar dan Menengah, pada Prinsip pengembangan
KTSP disebutkan berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
pada masa kini dan yang akan datang. Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan
dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta tuntutan lingkungan pada masa kini dan
yang akan datang. Memiliki posisi sentral berarti bahwa
kegiatan pembelajaran harus berpusat pada peserta didik.

C. Prinsip Kurikulum Merdeka


Prinsip pembelajaran kurikulum merdeka merupakan salah satu kerangka
dasar yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Sehingga Satuan pendidikan
melaksanakan pembelajaran sesuai kurikulum merdeka diharapkan mengacu pada
prinsip tersebut.
Prinsip perancangan (design principles) kurikulum perlu ditetapkan sebagai
pegangan dalam proses perancangan kurikulum. Prinsip ini digunakan untuk
mengambil keputusan terkait dua hal, yaitu rancangan/desain kurikulum yang akan
dipilih dan proses kerja atau metode perancangan kurikulum. Dengan demikian, baik
hasil (rancangan kurikulum) maupun prosesnya perlu memenuhi prinsip- prinsip
perancangan Kurikulum Merdeka. Prinsip-prinsip ini dikembangkan berdasarkan visi
pendidikan Indonesia, teori dan hasil penelitian terkait perancangan kurikulum, serta
berbagai praktik baik yang diperoleh melalui kajian literatur dan diskusi terpumpun
bersama pakar kurikulum.OECD membagi prinsip-prinsip tersebut ke dalam empat
kelompok sesuai ruang lingkup dimana prinsip-prinsip tersebut perlu diaplikasikan:

12
1. Terkait dengan perancangan kurikulum atau standar capaian dalam setiap
disiplin ilmu, ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan yaitu: fokus, keajegan,
dan koherens.
2. Dalam merancang kurikulum yang berlaku untuk seluruh disiplin ilmu,
prinsip yang perlu dipenuhi adalah kemampuan untuk transfer kompetensi,
interdisipliner, dan pilihan.
3. Dalam merancang kebijakan kurikulum di level yang lebih makro prinsip yang
dipegang adalah keaslian atau otentisitas, fleksibilitas, dan keselarasan.
4. Terkait dengan proses kerja perancangan kurikulum, prinsip yang perlu
dipegang adalah pelibatan (engagement), keberdayaan atau kemerdekaan
siswa, dan keberdayaan atau kemerdekaan guru.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan salah satu rujukan dalam menentukan prinsip-
prinsip yang digunakan sepanjang perancangan Kurikulum Merdeka. Namun demikian,
landasan utama perancangan Kurikulum Merdeka adalah filosofi Merdeka Belajar yang
juga melandasi kebijakan-kebijakan pendidikan lainnya, sebagaimana yang dinyatakan
dalam Rencana Strategis Kementerian pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020-2024
(Permendikbud Nomor 22 Tahun 2020).
Filosofi Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Ki Hajar
Dewantara juga menjadi landasan penting dalam merumuskan prinsip perancangan
kurikulum.Tujuan tersebut memadukan kemampuan kognitif (pikiran), kecerdasan
sosial-emosional (perasaan), kemauan untuk belajar, bersikap, dan mengambil tindakan
(disposisi atau afektif) untuk melakukan perubahan.Untuk menghasilkan kurikulum yang
sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional dan visi pendidikan para pendiri bangsa,
maka prinsip yang menjadi pegangan dalam proses perancangan kurikulum adalah
sebagai berikut:
1. Sederhana, mudah dipahami dan diimplementasikan
2. Fokus pada kompetensi dan karakter semua peserta didik
3. Fleksibel
4. Selaras
5. Bergotong royong
6. Memperhatikan hasil kajian dan umpan balik

13
D. Struktur Kurikulum Merdeka
Struktur kurikulum di Kurikulum Merdeka didasari tiga hal, yaitu berbasis
kompetensi, pembelajaran yang fleksibel, dan karakter Pancasila. Berikut adalah
beberapa prinsip pengembangan struktur Kurikulum Merdeka:
1. Struktur Minimum
Struktur kurikulum minimum ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Namun, satuan pendidikan bisa mengembangkan program dan kegiatan
tambahan sesuai dengan visi, misi, dan sumber daya yang tersedia.

2. Otonomi
Kurikulum memberi kemerdekaan pada satuan pendidikan dan guru untuk
merancang proses dan materi pembelajaran yang relevan dan kontekstual.

3. Sederhana
Perubahan dari kurikulum sebelumnya dibuat seminimal mungkin, namun
tetap signifikan. Tujuan, arah perubahan, dan rancangannya dibuat jelas
sehingga mudah dipahami sekolah dan pemangku kepentingan.

4. Gotong Royong
Pengembangan kurikulum dan perangkat ajar adalah hasil kolaborasi puluhan
institusi, di antaranya Kementerian Agama, universitas, sekolah, dan lembaga
pendidikan lainnya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini antaralain sebagai berikut:
1. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata “merdeka” dapat diartikan sebagai
bebas dari penghambaan, penjajaharatau dapat dimaknai dengan berdiri
sendiri. dalam bahasa arab kata merdeka lazim dengan penyebutan hurriyah
yang artinya bebas dari segala bentuk pengikatan diri terhadap apapun atau
istiqla. dalam kontek ini merdeka sama saja dengen keleluasaan untuk berfikir
secara bebas dan menentukan nasibnya sendiri. sedangkan belajar merupakan
perubahan perilaku yang relatif permanen didalam berperilaku, berkehidupan
yang didapatkan sebagai hasil dari pengamatan atau latihan.
2. Landasan kurikulum merdeka meliputi: Landasan fisiologis,Landasan
Sosiologis dan Landasan hukum.
3. Prinsip pembelajaran kurikulum merdeka merupakan salah satu kerangka
dasar yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Sehingga Satuan pendidikan
melaksanakan pembelajaran sesuai kurikulum merdeka diharapkan mengacu
pada prinsip tersebut.
4. Struktur kurikulum merdeka antara lain:
1) Struktur Minimum
2) Otonomi
3) Sederhana
4) Gotong Royong

B. Saran

Makalah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam menambah pengetahuan


dan pemahaman dan dapat dijadikan sebagai sumber referensi tambahan yang dapat
memperluas wawasan terkait materi yang dibahas yaitu “Menelaah Kerangka Dasar
Kurikulum Merdeka”.

15
DAFTAR PUSTAKA

Iwinsah, R. 2020. Menakar Konsep "MERDEKA BELAJAR, Intens.News. Available


at: https://intens.news/menakar-konsep-merdeka-belajar.

di akses tanggal 4 oktober 2022

Iwan, S. 2020.WEBINER APSPBI: IMPLIKASI SEMANGAT MERDEKA BELAJAR -


KAMPUS MERDEKA. Indonesia: HUMAS USD. Available at:
https://youtu.be/kKfr0C17Zj0 di akses tanggal 4 oktober 2022

KEMENDIKBUD.2020.Buku Panduan Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Edisi ke-


3. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemdikbud RI.

Muslikh.2020.Landasan Filosofis Dan Analisis Terhadap Kebijakan Merdeka Belajar


Dan Kampus Merdeka. Vol I, Jurnal Syntax Transform, No. 3.

Purba, Mariati dkk 2021. Naskah Akademik Prinsip Pengembangan Pembelajaran


Berdiferensiasi (Differentiated Instruction) Pada Kurikulum Fleksibel Sebagai
Wujud Merdeka Belajar, Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Badan Standar,
Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,
Riset, dan Teknologi, Republik Indonesia. Jakarta.

Rosyidi. U. 2020. Merdeka Belajar, Aplikasinya dalam Manajemen Pendidikan


&Pembelajaran di Sekolah Jakarta Universitas Negeri Jakarta. Ketua Umum
Pengurus Besar PGRI

Sanjaya, Wina 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan.Jakarta: Prenada Media Group.

16

Anda mungkin juga menyukai