Disusun Oleh :
( 411423016 )
Kelas C
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur selalu tercurah limpah kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada seluruh makhluk-Nya, sehingga pada saat ini kami dapat menyelesaikan
tugas dengan lancar.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi akhir zaman yaitu
Nabi Muhammad saw. Kepada keluarganya, para sahabatnya dan sampai kepada kita selaku
umatya yang senantiasa mengikuti ajarannya serta taat dan patuh kepadanya.
Hasil Tugas Makalah ini dimaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pendidikan
Agama Islam” yang berjudul “Hakikat Penciptaan dan tujuan hidupnya di dunia”. Dalam
penulisan kali ini, saya tidak luput dari berbagai kesulitan. Namun, berkat pertolongan dan
rahmat Allah swt. Serta bimbingan dari semua pihak yang pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan Tugas ini dengan tepat waktu.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang 4
B. Tujuan Makalah 4
C. Manfaat Makalah 4
BAB II PEMBAHASAN 6
1. Tujuan Penciptaan Manusia 8
2. Fungsi dan Peranan Manusia dalam Islam 9
3. Tanggung Jawab Manusia sebagai Hamba Allah 10
4. Tanggung Jawab Manusia sebagai Khalifah Allah 12
BAB III KESIMPULAN 14
DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN
3
A. Latar Belakang
Manusia diciptakan Allah SWT berasal dari saripati tanah, lalu menjadi nuftah,
alaqah dan mudqah sehingga menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki
berbagai kemampuan. Oleh karena itu, menusia wajib bersyukur atas karunia yang
telah diberikan Allah SWT.
Al-Quran menerangkan bahwa manusia berasal dari tanah dengan
mempergunakan bermacam-macam unsur kimiawi yang terdapat dari tanah. Ayat-ayat
yang menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari tanah umumnya dipahami secara
lahiriah. Hal ini menimbulkan pendapat bahwa manusia benar-benar dari tanah,
dengan asumsi karena Tuhan berkuasa, maka segala sesuatu dapat terjadi.
Ayat-ayat yang menerangkan bahwa manusia diciptakan dari tanah, tidak
berarti bahwa semua unsur kimia yang ada dalam tanah ikut mengalami reaksi kimia.
Oleh karena itu, bahan-bahan pembuat manusia disebut dalam Al-Qur’an hanya
merupakan petunjuk manusia dimana sebenarnya bahan-bahan pembentuk manusia
yaitu ammonia, humus dan air yang terdapat pada tanah, untuk kemudian bereaksi
kimiawi.
Tentunya Allah SWT menciptakan manusia dan seluruh ciptaannya dengan
tujuan dan fungsi tertentu. Maka dari itu penulis akan membahas tentang tujuan
penciptaan manusi di muka bumi dengan merujuk dari ayat-ayat Al-Qur’an
B. Tujuan Makalah
C. Manfaat Makalah
4
3. Mengerti tanggung jawab manusia sebagai hamba Allah dan khalifah Allah
5
BAB II
PEMBAHASAN
Setiap penciptaan pasti memiliki tujuan. Robot diprogram untuk mematuhi setiap
perintah pembuatnya, begitu juga manusia yang diciptakan untuk beribadah mematuhi
setiap perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya.
Seperti firman Allah dalam Al-Quran surat Adz Dzaariat ayat 56.
ََل
َو مَـﺎَﺨ ْقـُت ُﺍْلِج َّن َو ٱِْﻹ ﻨَﺲ ِﺇَﻵ ِﻟڍَـْﻌ ﺐۥدۥوِِن
“Dan tidak Ku-ciptakan jin dan manusia melainkan untuk menyembah kepada-Ku.”
Misi penciptaan manusia adalah untuk penyembahan kepada sang pencipta, Allah
SWT. Pengertian penghambaan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit dengan
hanya membayangkan aspek ritual yang tercermin dalam sholat saja.Penyembahan berarti
ketundukan manusia kepada hukum-hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka
bumi ini, baik yang menyangkut hubungan vertikal maupun horizontal.
Penyembahan manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap
terwujudnya sebuah kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Oleh karena itu
penyembahan tersebut harus dilakukan secara sukarela tanpa paksaan, hanya karena Allah
(penyembahan yang sempurna dari seorang manusia akan menjadikan dirinya sebagai
khalifah di muka bumi). Keseimbangan alam dapat terjaga dengan hukum-hukum alam
yang kokoh.Keseimbangan pada kehidupan manusia dapat terjaga dengan tegaknya
hukum.Hukum kemanusiaan yang telah Allah tekankan. Kekacauan kehidupan manusia
tidak sekedar akan menghancurkan tatanan kehidupan kemanusiaan mereka sendiri, tetapi
juga dapat menghancurkan bagian-bagian alam semesta yang lain.
6
memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang kita lakukan di dunia menjadi
rujukan dimana kelak Allah SWT akan menempatkan kita, surga atau neraka. Para
seniman, budayawan muslim, serta para ulama yang dimotori oleh Djamaludin Malik
menyatakan, bahwa yang disebut dengan kebudayaan, kesenian Islam ialah manivestasi
dari rasa, cipta dan karsa manusia muslim dalam mengabdi kepada Allah untuk kehidupan
umat manusia.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat “Sesungguhnya Aku
hendak menciptakan khalifah di muka bumi ini”. Mengapa engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi ini itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan
Engkau?. Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui” (Al-Baqoroh 130). Manusia diciptakan akan Allah untuk menjadi khalifah di
muka bumi ini. Manusia bertugas menyuburkan bumi dengan menjalankan syariat.Untuk
menjalankan tugasnya, manusia dilengkapi dengan perangakat yang sempurna.Perangkat
itu dianugerahkan Allah secara bertahap, agar menusia dapat memiliki waktu untuk
mengembangaka potensi itu.
Pada saat lahir manusia, belum bisa melihat dan juga berbahasa seperti sekarang.
Mereka baru bisa mendengar. Setelah itu diberikanlah penglihatan, kemudian ia
mengembangkan organ-organ geraknya agar dapat berdiri dan berjalan, ia mendapatkan
informasi berupa suara, warna, rasa, bau dan tekstur, mulailah memiliki kemampuan
berbahasa. Dia mulai dapat mempelajari hidup. Akalnya semakin berkembang. Saat
akalnya berkembang inilah seharusnya manusia diajarkan tentang Allah dan syariat yang
dibebankan padanya.Sebab pada masa ini, nafsu dan emosi manusia belum sempurna,
sehingga akal masih mendominasi fikiranya.Akal adalah elemen hati yang patuh kepada
Allah.Emosi dan keinginannya belum sempurna. Dia baru memiliki keinginan makan,
minum, perasaan sayang yang tulus, perasaan marah, sedih, senang, dsb. Jika pada masa
ini manusia diberi informasi dan pelatihan yang cukup tentang Allah, syariat, akhlak
mulia, tugas manusia, insya Allah manusia tersebut akan mudah menjalankan tugas-
tugasnya sebagai khalifah di muka bumi ini. Maka sangat penting nuntuk mengembangkan
akal secara maksimal pada tahap-tahap awal.
Setelah kedewasaan akal dan emosi berkembang, mulailah nafsu dan tubuhnya mulai
menjadi sempurna.Ia mulai memahami dan mengalami apa yang disebut syahwat terhadap
lawan jenis. Mulai saat itulah ia harus berdiri menjalankan tugasnya sebagai khalifah.
Tetapi ada satu hal yang mungkin dilupakan manusia, yaitu kedewasaan ruh. Dan ternyata
7
tidak semua manusia berkembang dengan pesat diwaktu dini dalam hal ini. Mungkin
hanya ruh pada nabi dan rosul saja yang berkembang pesat disaat masih bayi. Sedangkan
yang lain berumur tujuh tahun barulah berkembang pesat dan ada pula yang ruhnya malah
makin kedil tidak berkembang. Ruh inilah yang didalamnya terdapat potensi pengenalan
kepada Allah yang telah menciptakan segalanya. Ruh inilah yang akan mencintai Allah.
Dan itulah tujuan manusia diciptakan agar mengenal Allah. Dengan mengenal Allah,
ibadah dan perjalanan kita tidak salah alamat, dengan syariat Allah, ibadah dan perjalanan
kita tidak salah cara.
Allah mengajarkan manusia untuk menyembahNya agar manusia tidak menyembah
selain-Nya. Sebab nenyembah dan mencintai yang selain Dia akan menyebabkan manusia
menjadi resah gelisah dan gundah gulana.
Seharusnya kita sadar bahwa kita hanyalah kta hanya suatu ciptaan.Allah
menciptakan kita bukan sekedar iseng. Allah menciptakan kita untuk suatu yang
besar,untuk menjadi khalifah di bumi. Tetapi kita sering melupakan Allah disebabkan kta
terlalu asyik dengan pekerjaan kita.Dan tidaklah kita ciptakan langit dan bumi dan
segalanya yang ada diantara keduanya dengan bermain-main (QS. Al-Anbiya’: 16). Maka
biarlah mereka tenggelam (dalam kesesatan) dan bermain-main sampai mereka menemui
hari yang dijanjikan kepada mereka (Az-Zukhruf: 83). Sesunggunya kami telah
mengemukakan amanat pada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan
untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah
amanat itu oleh manusia. Sesunguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh (QS. Al-
Ahzab: 72).
1. Tujuan Penciptaan Manusia
8
sedikitpun pada manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya. Dalam hal ini Allah
berfirman:
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyambah-Ku.
Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan aku tidak menghendaki supaya
mereka member aku makan. Sesungguhnya Allah, Dialah maha pemberi Rezeki yang
mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh. (Adz-Dzaariyaat, 51:56-58).
Dan mereka telah di perintahkan kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya
mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan dengan dekimikian itulah agama
yang lurus. (Bayyinah, 98:5)
1) Belajar (An Naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat
pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.
2) Mengajarkan ilmu (Al Baqarah : 31-39) ; Khalifah yang telah diajarkan ilmu Allah
maka wajib untuk mengajarkannya kepada manusia lain.Yang dimaksud dengan ilmu
Allah adalah Al Quran dan juga Al Bayyan.
9
3) Membudayakan ilmu (Al Mukmin : 35 ) ; Ilmu yang telah diketahui bukan hanya
untuk disampaikan kepada orang lain melainkan dipergunakan untuk dirinya sendiri
dahulu agar membudaya. Seperti apa yang telah dicontohkan oleh Nabi SAW.
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada
manusia.
Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia
mengabdi kepada Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah
termasuk tidak mengabdi kepada nafsu dan syahwat.Yang dimaksud dengan
abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun perintah Allah meski
terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan pernah
membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat :
56“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahKu”.
Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada
Allah bahwa hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka
tidak ingkar di hari akhir nanti.Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah
beriman kepada Allah tapi orang tuanya yang menjadikan manusia sebagai
Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum dalam QS Al A’raf :
172.
“Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah
Aku ini Tuhanmu? ”. Mereka menjawab, ”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami
menjadi saksi” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu
tidak mengatakan, ”Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang
yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.
Khalifah Allah sebenarnya adalah perwakilan Allah untuk berbuat sesuai
dengan misi yang telah ditentukan Allah sebelum manusia dilahirkan yaitu
untuk memakmurkan bumi. Khalifah yang dimaksud Allah bukanlah suatu
jabatan sebagai Raja atau Presiden tetapi yang dimaksud sebagai kholifah di
sini adalah seorang pemimpin Islam yang mampu memakmurkan alam
dengan syariah-syariah yang telah diajarkan Rosulullah kepada umat
manusia.Dan manusia yang beriman sejatilah yang mampu memikul
10
tanggung jawab ini.Karena kholifah adalah wali Allah yang mempusakai
dunia ini.
Kewajiban manusia kepada khaliknya adalah bagian dari rangkaian hak dan
kewajiban manusia dalam hidupnya sebagai suatu wujud dan yang maujud.Didalam
hidupnya manusia tidak lepas dari adanya hubungan dan ketergantungan.Adanya
hubungan ini menyebabkan adanya hak dan kewajiban. Hubungan manusia dengan allah
adalah hubungan makhluk dengan khaliknya. Dalam masalah ketergantungan, hidup
manusia selalu mempunyai ketergantungan kepada yang lain. Dan tumpuan serta
ketergantungan adalah ketergantungan kepada yang maha kuasa, yang maha perkasa, yang
maha bijaksana, yang maha sempurna, ialah allah rabbul’alamin, Allah Tuhan yang Maha
Esa.
Kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, tergantung kepada izin dan ridho Allah.
Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan-ketentuan agar manusia dapat mencapainya.
Maka untuk mencapainya kebahagian dunia dan akhirat itu dengan sendirinya kita harus
mengikuti ketentuan-ketentuan dari allah SWT. Apa yang telah kita terima dari allah
SWT. Sungguh ak dapat dihitung dan tak dapat dinilai dengan materi banyaknya. Dan
kalau kita mau menghitung-hitung nikmat dari Allah, kita tidak dapat menghitungnya,
karena terlalu amat sangat banyaknya.Secara moral manusiawi manusia mempunyai
kewajiban Allah sebagai khaliknya, yang telah memberi kenikmatan yang tak terhitung
jumlahnya.
Jadi berdasarkan hadits AL-Lu’lu uwal kewajiban manusia kepada Allah pada garis besar
besarnya ada 2 :
Orang yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan
akan diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat sampai
11
tujuh ratus kali lipat bahkan dengan ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia.
Dalam al-quran kewajiban ini diformulasikan dengan Iman dan Amal Saleh.
Beriman dan beramal saleh itu dalam istilah lain disebut takwa. Dalam ayat (Q.S Al-
Baqarah ayat 177) iman dan amal saleh, yang disebut takwa dengan perincian :
1) Iman kepada Allah : kepada hari akhir, kepada malaikat-malaikat, kepada kitab-kitab,
dan kepada nabi-nabi.
2) Amal saleh :
a) Kepada sesama manusia : dengan memberikan harta yang juga senang terhadap
harta itu, kepada kerabatnya kepada anak-anak yatim kepada orang-orang miskin
kepada musafir yang membutuhkan pertolongan (ibnu sabil)
b) Kepada Allah : menegakan / mendirikan shalat, menunaikan zakat.
c) Kepada diri sendiri : menempati janji apabila ia berjanji, sabar delam kesempitan,
penderitaan dan peperangan.
Kesemuanya itu adalah dalam rangka ibadah kepada allah memenuhi manusia terhadap
khalik.
12
hukum yang terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia bisa menyusun konsep-konsep serta
melakukan rekayasa membentuk wujud baru dalam alam kebudayaan.
Dua peran yang di pegang manusia di muka bumi. Sebagai khalifah dan ‘abd
merupakan perpaduan tugas dan tanggung jawab yang melahirkan dinamika hidup, yang
sarat dengan kreatifitas dan amaliah yang selalu berpihak pada nilai-nilai kebenaran. Oleh
karena itu hidup seorang muslim akan di penuhi dengan amaliah, kerja keras yang tiada
henti, sebab bekerja bagi seorang muslim adalah membentuk satu amal shaleh. Kedudukan
manusia di muka bumi sebagai khalifah dan sebagai makhluk Allah, bukanlah dula hal
yang bertentangan melainkan suatu kesatuan yang padu dan tidak terpisahkan.
Kekhalifahan adalah realisasi dari pengabdiannya kepada Allah yang menciptakannya.
Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa.
Apabila terjadi ketidakseimbangan, maka akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebabkan
derajat manusia jatuh ke tingkat yang paling rendah.
Dengan demikian, manusia sebagai khalifah Allah merupakan satu kesatuan yang
menyampurnakan nilai kemanusiaan yang memiliki kebebasan berkreasi dan sekaligus
menghadapkannya pada tuntutan kodrat yang menempatkan posisinya pada ketrbatasan.
13
BAB III
KESIMPULAN
14
Dari dua ayat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan diciptakannya manusia (dari
sisi manusia) adalah untuk mengabdi kepada Allah dan emnjadi khalifah di muka bumi.
DAFTAR PUSTAKA
Azra, Azyumrdi, dkk. 2002. Pendidikan agama islam untuk perguruan tinggi umum.
Jakarta: depag.
15