Laki-laki tersebut pun pergi ke Masjid Al Haram, di mana beberapa orang Quraisy hadir, dan berteriak
dengan lantang, “Hai orang-orang Quraisy! Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak
disembah kecuali Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya.” Dan
bisa ditebak, hampir saja beliau babak belur dihajar massa.
Dia adalah Abu Dzar Al Ghifari, yang begitu bahagia hatinya ketika baru memeluk Islam. Sahabat yang
menjadi orang keenam masuk Islam itu ternyata lebih berani dibanding saudara-saudara se-Islamnya
yang lain. Siapapun yang memeluk Islam akan ditindas dan disiksa. Oleh karena itulah, Rasulullah
menyuruh para sahabat pada saat itu untuk menyembunyikan keislamannya. Tak terkecuali Abu Dzar.
“Kembalilah kepada kaummu sampai ada perintahku nanti,” pinta Rasulullah kepada pria bernama asli
Jundub bin Junadah itu.
Ia pun menuju Masjid Al Haram dan menyerukan syahadat dengan suara lantang. Spontan saja,
masyarakat jahiliyah Makkah ketika itu langsung mengepung “si pencari gara-gara” tersebut. Hal
terburuk sudah bisa ditebak. Ia babak belur dihajar massa dan nyaris tewas.
Begitulah kebanggaan seorang Abu Dzar dengan Islamnya. Jangankan cemoohan atau hinaan,
kemungkinan terburuk yang akan merenggut nyawanya tak ia perhitungkan lagi. Baginya, menjadi
seorang Muslim merupakan suatu kebanggaan.
Kemana kita wahai pemuda pemudi Islam? Sungguh susah menemukan para pemuda yang bangga
menyandang predikat sebagai seorang Muslim. Mereka malu mengenakan aksesori Islam. Katakanlah
hanya sekadar mengenakan pakaian Muslim, berbaju koko, memakai peci atau kopiah, atau sekadar
mengucapkan salam. Hal tersebut mereka nilai kampungan dan tabu. Terlebih lagi, jika mereka
melakukan semua itu, mereka benci bila disebut orang alim.
Demikian juga dengan para pemudi Muslimah. Mereka malu memakai jilbab lantaran takut mendapat
cemoohan orang, apalagi jilbab yang lebar. Takut tidak terlihat cantik, takut tidak dilirik lawan jenis, atau
takut tidak mendapatkan teman. Jilbab yang menjadi identitas seorang muslimah dianggap menjadi
penghalang kesusksesan, menutupi kecantikan, menunjukkan kekolotan, subhanallah! Adakah yang
lebih bermanfaat bagi seorang manusia dibandingkan melaksanakan perintah Pencipta-Nya?
Nikmat Terbesar
Ada satu nikmat yang Allah berikan kepada manusia dan merupakan nikmat terbesar dari-Nya. Nikmat
yang tidak bisa digantikan dengan apapun yang ada di dunia ini. Satu nikmat yang akan menjadi penentu
keselamatan seseorang di akhirat kelak. Siapa saja yang mendapatkannya dialah orang yang beruntung
di dunia dan akhirat. Nikmat tersebut adalah menjadi seorang muslim. Imam Ibnu Kastir rahmatullah
‘alaih mengatakan saat menafsirkan ayat,
ْ ُ يت لَمُك
اإلسال َم ِدينًا ُ الْ َي ْو َم َأمْك َلْ ُت لَمُك ْ ِدينَمُك ْ َوَأتْ َم ْم ُت عَلَ ْيمُك ْ ِن ْع َميِت َو َر ِض
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Kucukupkan kepada kalian
nikmat-Ku. dan telah Kuridai Islam itu jadi agama bagi kalian. (Al-Maidah; 3)
Ini merupakan nikmat Allah yang paling besar kepada umat ini, karena Allah telah menyempurnakan
bagi mereka agama mereka; mereka tidak memerlukan lagi agama yang lain, tidak pula memerlukan
nabi lain selain nabi mereka; semoga salawat dan salam terlimpahkan kepadanya. (Tafsir Ibnu Katsir)
َ قُ ْل ِبفَضْ ِل اهَّلل ِ َو ِب َرمْح َ ِت ِه فَب َِذكِل َ فَلْ َي ْف َر ُحوا ه َُو َخرْي ٌ ِم َّما جَي ْ َم ُع
ون
Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia
Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”. (QS Yunus: 57, 58)
Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahmatullah ‘alaih mengatakan,”Berdasarkan ayat ini, maka nikmat Islam
dan Al Qur’an merupakan nikmat paling besar. Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan
bergembira dengan karunia dan rahmat-Nya karena yang demikian dapat melegakan jiwa,
menyemangatkannya dan membantu untuk bersyukur, serta membuat senang dengan ilmu dan
keimanan yang mendorong seseorang untuk terus menambahnya.
Hal ini adalah gembira yang terpuji, berbeda dengan bergembira dengan syahwat dunia dan
kesenangannya atau bergembira dengan kebatilan, maka yang demikian merupakan gembira yang
tercela.” (Taisir Karimir Rahman)
Semua lini kehidupan sudah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Bisa dilihat dari
kisah seorang Yahudi ketika ia berkata kepada sahabat Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu,
“Benar, Sungguh kami dilarang menghadap kiblat saat buang air besar atau kecil, (kami juga dilarang)
cebok dengan menggunakan tangan kanan atau cebok kurang dari 3 batu, atau cebok dengan
kotoran hewan atau tulang”. (HR. Muslim)
Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia,
baik mu’min maupun kafir. Rahmat bagi orang mu’min, yaitu Allah memberinya petunjuk dengan
sebab diutusnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala memasukkan orang-orang yang
beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka dengan mengikuti beliau shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak disegerakannya bencana yang menimpa
umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah. (Tafsir At Thabari)
هللا ِب َما آاَت ُه ِ َأ َّن َر ُسو َل,هللا ْب ِن مَع ْ ِرو ا ْبن الْ َع ِاص
ُ َوقَن َّ َع ُه، َو ُر ِز َق َك َفافًا، َ ”قَدْ َأفْلَ َح َم ْن َأ ْسمَل: هللا قَا َل ِ َع ْن َع ْب ِد
Dari Abdullah bin Amr bin Ash radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah bersabda: ”Sungguh telah
beruntung orang yang masuk Islam dan diberi rizki yang cukup. Dan Allah memberikan kepadanya
sifat Qona’ah (selalu merasa cukup n puas) atas rizki yang ia terima.” (HR. Muslim)
Umar bin Khathab radhiyallahu anhu berkata: ”Kami adalah suatu kaum yang telah dimuliakan oleh
Allah dengan (memeluk) agama Islam. Maka, apabila kami mencari kemuliaan dengan selain cara-
cara Islam, niscaya Allah akan menghinakan kami.” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak)