Anda di halaman 1dari 9

Berdasarkan firman-firman Allah SWT dalam Al-Quran, manusia dinyatakan sebagai

makhluk yang paling mulia dibanding dengan ciptaan Allah yang lain. Banyak sekali
ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang manusia dan hakikat manusia. Diantaranya
sebagai berikut:

QS Al-Mukminum (23): 12-24

Surah al mukminun berarti orang-orang yang beriman, surah ini terdiri dari
118 ayat dan didalam Al Quran merupakansurah ke-23 yang terdapat pada juz-18.
Surah ini merupakan surah makkiyah, yang berarti surah ini turun di Mekkah
sebelum peristiwa hijrah. Dinamai al Mukminun karena awal surah oini menceritakan
bagaimana seharusnya akhlak dan sifat seorang mukmin seperti akhlak dan sifatnya
junjungan kita teladan seluruh makhluk yaitu sayiddina Muhammad SAW.

Surah Al mukminun ayat 12 – 14

َ ‫َولَ َق ْد َخلَ ْق َنا اإْل ِ ْن َس‬


ٍ ِ‫ان مِنْ ُساَل لَ ٍة مِنْ ط‬
‫ين‬

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal)
dari tanah. (12)

‫ِين‬ ٍ ‫ُث َّم َج َع ْل َناهُ ُن ْط َف ًة فِي َق َر‬


ٍ ‫ار َمك‬

Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang
kokoh (rahim). (13)

ُ‫ك هَّللا ُ أَحْ َسن‬ َ ‫ِظا َم لَحْ مًا ُث َّم أَ ْن َشأْ َناهُ َخ ْل ًقا‬
َ ‫آخ َر ۚ َف َت َب‬
َ ‫ار‬ َ ‫ُث َّم َخلَ ْق َنا ال ُّن ْط َف َة َعلَ َق ًة َف َخلَ ْق َنا ْال َعلَ َق َة مُضْ َغ ًة َف َخلَ ْق َنا ْالمُضْ َغ َة عِ َظامًا َف َك َس ْو َنا ْالع‬
َ ‫ْال َخالِق‬
‫ِين‬

Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik. (14)

Penjelasan Hakikat manusia QS Al-Mukminun 12-24 sesungguhnya Kami telah


menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang,
lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik. Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di hari
kiamat. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu tujuh buah jalan
(tujuh buah langit); dan Kami tidaklah lengah terhadap ciptaan (Kami). Dan Kami
turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di
bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya. Lalu
dengan air itu, Kami tumbuhkan untuk kamu kebun-kebun kurma dan anggur; di
dalam kebun-kebun itu kamu peroleh buah-buahan yang banyak dan sebahagian
dari buah-buahan itu kamu makan, dan pohon kayu keluar dari Thursina (pohon
zaitun), yang menghasilkan minyak, dan pemakan makanan bagi orang-orang yang
makan. Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat
pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang
ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah
yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan, dan di atas
punggung binatang-binatang ternak itu dan (juga) di atas perahu-perahu kamu
diangkut. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu ia
berkata: "Hai kaumku, sembahlah oleh kamu Allah, (karena) sekalikali tidak ada
Tuhan bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa (kepadaNya)?" Maka
pemuka-pemuka orang yang kafir di antara kaumnya menjawab: "Orang ini tidak lain
hanyalah manusia seperti kamu, yang bermaksud hendak menjadi seorang yang
lebih tinggi dari kamu. Dan kalau Allah menghendaki, tentu Dia mengutus beberapa
orang malaikat. Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti) ini pada masa
nenek moyang kami yang dahulu

QS At-Tin (95):4

َ ‫لَ َق ْد َخلَ ْق َنا ااْل ِ ْن َس‬


‫ان ف ِْٓي اَحْ َس ِن َت ْق ِوي ۖ ٍْم‬
Artinya: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya”.

Hakikat Manusia Qs At-tin (95) Surah at-Tin ialah urutan surah yang ke-95 dalam Al-
Qur’an, yang terdiri atas delapan ayat dan termasuk surah makiyah (surah yang
diturunkan di kota Mekah.
Para ulama tafsir mengatakan bahwa yang dimaksud dengan surah at-Tin ialah
tempat tinggal Nabi Nuh a.s. di Damaskus yang banyak ditumbuhi pohon tin,
sedangkan zaitun ialah tempat tinggalnya Nabi Isa a.s. di Baitulmukadas yang
banyak ditumbuhi buah zaitun. Bukit sinai ialah tempat Nabi Musa a.s. menerima
wahyu dari Allah, letaknya persis berada di luar tembok Yerusalem, sedangkan kota
Mekah yang aman ialah Mekah al-Mukaramah. Kota ini sejak zaman jahiliah sampai
sekarang tetap terjaga dan terpelihara kesuciannya. Selain itu, Mekah adalah tempat
pertama kali Nabi Muhammad saw. menerima wahyu. Allah swt. bersumpah dengan
keempat nama tersebut karena tempat itu ialah lokasi para nabi yang telah gigih
memperjuangkan agama Allah dengan penuh kesabaran, ketabahan dan
ketawakalan. Meskipun dalam berdakwah mereka mendapatkan tantangan,
hambatan dan rintangan, namun mereka tidak pantang menyerah. Ole karena itu,
mereka digelari dengan sebutan Ulul azmi, artinya mereka yang memiliki kemauan
keras. Mereka ialah Nabi Nuh a.s., Nabi Ibrahim a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Isa a.s.
dan Nabi Muhammad saw.. Manusia diciptakan oleh Allah swt. dalam bentuk yang
sempurna jika dibandingkan dengan makhluk lain, karena manusia mempunyai akal
dan nafsu. Dengan akalnya, manusia dapat mengontrol emosi sehingga mereka
akan hidup dalam ketenteraman dan kerukunan. Di samping itu. Allah mengangkat
derajat kemulian kepada manusia dengan beberapa kelebihan, diantaranya
diberikan kemampuan untuk memperoleh penghidupan, baik dari daratan maupun
dari lautan. Sebaliknya, dengan nafsunya manusia akan bertindak sewenang-
wenang tidak mempunyai aturan dalam hidupnya persis layaknya hewan. Padahal,
yang membedakan antara manusia dan hewan adalah akalnya. Dengan potensi
manusia diberi tugas oleh Allah swt., yakni untuk beribadah, tetapi jika manusia tidak
menerima potensi berarti dia telah menempatkan diri dalam potensi hewani. Jika
manusia sudah mengikuti hawa nafsunya dan tidak mau menerima tuntunan yang
telah diajarkan oleh Allah swt. melalui Rasulullah saw., ia akan menjadi makhluk
yang paling rendah, bahkan lebih rendah dari hewan. Agar kita tidak terjerumus
kepada perbuatan nafsu, sebaiknya bentengi diri kita dengan keimanan dan berbuat
baiklah kepada orang tua, guru dan teman serta iringi perbuatan itu dengan
keikhlasan karena Allah. 

QS As-Sajadah ayat 7
Hakikat Manusia QS As- Sajdah (32):7 Secara umum para Ulama – Ulama membagi
ayat – ayat al-quran yang turun itu dalam dua periode besar ada peroide sebelum
nabi hijrah ada yang turun setelah nabi hijrah, yang sebelum hijrah ayat2 itu alquran
itu dinamakan makiah yang turun nya itu di mekkah, ada yang setelah nabi hijrah
yang dinamakan madaniah. Ayat2 yang turun dimekkah itu pada dasar nya
berbicara tentang prinsip prinsip pokok ajaran islam mengenai ke Esa an Allah SWT,
Wahyu, Kenabian, dan mengenai hari kemudian. Sedangkan ayat2 suci setelah nabi
hijrah ke madinah, pada dasar nya berbicara tentang hukum – hukum, serta
berperaktek dalam kehidupan bermasyarakat dan lain sebagainya. Ayat QS As-
Sajdah merupakan ayat yang berprinsip mengenai ke Esaan Allah SWT, kekuasaan
Allah SWT, serta wahyu dan lain sebagainya. Sebagai contohnya mengenai surat
QS As- Sajdah ini adalah
‫ۡ اۡل‬ ۤ
ِ ‫الَّذ ِۡى اَ ۡح َس َن ُك َّل َش ۡى ٍء َخلَ َقهٗ‌ َو َب َداَ َخل َق ا ِ ۡن َس‬
‌‫ان م ِۡن طِ ۡي ۚ ٍن‬
“Yang memperindah segala sesuatu yang Dia ciptakan dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah”
Ayat ini menerangkan bahwa Tuhan yang menciptakan, mengatur, dan mengurus
langit dan bumi serta segala yang ada padanya itu adalah Tuhan Yang Maha
Mengetahui. Dia Maha Mengetahui segala yang gaib, yang tersembunyi dalam hati,
yang akan terjadi, dan yang telah terjadi
Q.S Asy Syam (91):8

‫َفا َ ۡل َه َم َها فُج ُۡو َر َها َو َت ۡق ٰوٮ َها‬


Fa-alhamahaa fujuurahaa wa taqwaahaa
maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya,
Surat Asy Syams terdiri atas 15 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah,
diturunkan sesudah surat Al Qadar. Dinamai Asy Syams (matahari) diambil dari
perkataan Asy Syams yang terdapat pada ayat permulaan surat ini.

Jiwa manusia laksana wadah bagi nilai-nilai yang diembannya. Jiwa bisa menjadi


baik atau buruk tergantung nilai mana yang manusia pilih dan aktualisasikan.
Setelah menciptakannya secara sempurna, Allah memasukkan
ke dalam diri manusia potensi jahat dan baik

Q.S Faathir (35):11


‫ك َعلَى هّٰللا ِ يَسِ ْي ٌر‬
َ ِ‫ب اِنَّ ٰذل‬ َ ‫ َتحْ ِم ُل مِنْ ا ُ ْن ٰثى َواَل َت‬ 
ٍ ۗ ‫ض ُع ِااَّل ِبع ِْلم ۗ ِٖه َو َما ي َُع َّم ُر مِنْ ُّم َعم ٍَّر وَّ اَل ُي ْن َقصُ مِنْ ُعم ُِر ٖ ٓه ِااَّل فِيْ ك ِٰت‬

11. Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia
menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Tidak ada seorang
perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan dengan
sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak pula
dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuzh).
Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah

Pada ayat ini, Allah menerangkan kejadian Adam yang menjadi nenek moyang
manusia. Ia dijadikan oleh Allah langsung dari tanah, kemudian keturunannya
dijadikan dari sperma yang pada hakikatnya juga berasal dari tanah karena berasal
dari makanan berupa beras, sayur-sayuran dan lain-lain, yang berasal dari tanah.
Kemudian mereka dijadikan berpasang-pasangan, terdiri dari laki-laki dan
perempuan. Tidak ada seorang perempuan yang mengandung atau melahirkan
kecuali semuanya diketahui oleh Allah, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.
Sejalan dengan ayat ini Allah berfirman:
Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan, apa yang kurang
sempurna dan apa yang bertambah dalam rahim. Dan segala sesuatu ada ukuran di
sisi-Nya. (Allah) Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nyata; Yang
Mahabesar, Mahatinggi. (ar-Ra'd/13: 8-9)

Tidak seorang pun yang berumur panjang, kecuali telah ditetapkan Allah lebih
dahulu dan tertulis di Lauh Mahfudh, tidak akan bertambah dan tidak akan
berkurang. Begitu pula orang yang telah ditetapkan berumur pendek, tidak akan
lebih panjang dan tidak lebih pendek demi untuk menjaga keseimbangan di bumi
supaya kemakmuran tertib jalannya. Hal demikian itu bagi Allah adalah mudah,
karena Dia mengetahui segala sesuatu, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya.

Q.S Adz Dzaariyaat (51):56

َ ‫ت ْال ِجنَّ َوااْل ِ ْن‬


‫س ِااَّل لِ َيعْ ُب ُد ْو ِن‬ ُ ‫َو َما َخلَ ْق‬

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku

Surat adz Dzariyat ayat 56 mengandung makna bahwa semua makhluk Allah,
termasuk jin dan manusia diciptakan oleh Allah SWT agar mereka mau
mengabdikan diri, taat, tunduk, serta menyembah hanya kepada Allah SWT. Jadi
selain fungsi manusia sebagai Khalifah di muka bumi (fungsi horizontal), manusia
juga mempunya fungsi sebagai hamba yaitu menyembah penciptanya (fungsi
vertikal), dalam hal ini adalah menyembah Allah karena sesungguhnya Allah lah
yang menciptakan semua alam semesta ini.
Manusia diciptakan oleh Allah SWT agar menyembah kepadanya. Kata menyembah
sebagai terjemahan dari lafal ‘abida-ya’budu-‘ibadatun (taat, tunduk, patuh).
Beribadah berarti menyadari dan mengaku bahwa manusia merupakan hamba Allah
yang harus tunduk mengikuti kehendaknya. Dalam hal ini dapat diklasifikasikan
bahwa ibadah ada 2 :
1.Ibadah mahdloh, yaitu ibadah yang telah ditentukan waktunya, tata caranya, dan
syarat-syarat pelaksanaannya oleh nas, baik Al Qur’an maupun hadits yang tidak
boleh diubah, ditambah atau dikurangi. Misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan
sebagainya.
2.Ibadah ghoiru mahdloh, yaitu pengabdian yang dilakuakn oleh manusia yang
diwujudkan dalam bentuk aktivitas dan kegiatan hidup yang dilaksanakan dalam
konteks mencari keridhaan Allah SWT. Hal ini tentunya bersesuan dengan kita
sebagai abdi Negara
Hubungan Antara Ayat Q.S Al-Mukminun (23): 12-24, Q.S As- Sajdah (32):7, Q.S At-
tin (95):4, Q.S Asy-Syam (91):8, Q.S, Faathir (35:11) dengan Q.S Adz-dzaariyaat
(51): 56 Sebagai berikut: Pada dasarnya setiap mahluk hidup yang diciptakan oleh
Allah SWT untuk selalu tetap bersyukur karena hakikat dari ciptaan Allah SWT
antara kehidupan manusia dan manusia dimata Allah SWT tetap sama tidak
membedakan satu sama lain, ataupun dengan mahluk lain seperti hewan, tumbuh -
tumbuhan, dan alam raya yang ada didunia ini Allah ciptakan dengan kelebihan
serta kekurangannya masing – masing untuk dapat mensyukuri kenikmatan atas
karunianya yang telah Allah SWT wahyukan pada setiap mahluk ciptaannya. Akan
tetapi dalam proses kehidupan baik mahluk manusia yang di ciptakan dari segumpal
darah diberikan suatu kelebihan bentuk yang sempurna, serta diberikan akal dan
pikir, sifat, sikap, dan prilaku agar dalam menjalakan suatu kehidupan yang sudah di
takdirkan tidak digunakan untuk keserakahan, kezaliman, apalagi menduakan
penciptanya, seperti yang telah di katakan pada ayat-ayat di atas tersebut.

Khalīfaħ di turunkan oleh Allah dalam al-Qur`Ɨn memiliki arti untuk memposisikan manusia
sebagai mahluk yang harus mengambil peran dan tanggung jawab untuk memakmurkan
bumi dan kehidupan dalam arti seluasluasnya. Sesuai dengan arti aslinya sebagai
pengganti, maka manusia dalam menjalankan tugas ini tidak melakukan berdasarkan hawa
nafsunya, tetapi diorientasikan untuk merealisasikan pesan dan ajaran yang Allah turunkan
Manusia sebagai khalīfaħ yang bertanggung jawab kepada Tuhan-Nya, disamping taggung
jawabnya terhadap sesama makhluk untuk menjaga dan memeliharanya, bahkan untuk
menjadi reformer di alam semesta dengan merubah suatu keadaan sesuai dengan yang di
butuhkan dan diinginkan, hal itu dapat tercapai melalui proses pendidikan yang kemudian
diatur rumusan-rumusan pendidikan agar tujuan yang ingin dimaksud dapat tercapai.
Tanggung jawab manusia sebagai hamba dan khalifah Allah Sebagai makhluk Allah,
manusia mendapat amanat Allah, yang harus dipertanggung jawabkan di hadapanNya.
Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas
kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara alam. Khalifah
berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi khalifah berarti
manusia memperoleh mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi.
Kekuasaan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya
mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Allah. Agar manusia dapat menjalankan
kekhaliannya dengan baik, Allah mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala
ciptaan Allah melalui pemahaman serta pengusaan terhadap hukum-hukum yang
terkandung dalam ciptaan Allah, manusia dapat menyusun konsep-konsep serta melakukan
rekayasa membentuk sesuatu yang baru dalam alam kebudayaan.

Hak-hak manusia antara lain sebagai berikut :

~ Hak Tuhan

Petama, yang penting ialah mengimani dan tidak menyekutukan-Nya.


Kedua, kita harus menerima petunjuk-Nya.

Ketiga, kita harus menaati-Nya yang dinyatakan dengan ketundukkan pada hukum-Nya.

Keempat, kita harus menyembah-Nya sebagaimana dijelaskan dalam alQuran surat Adz-
Dzaariyaat (51) : 56

َ ‫ت ْال ِج َّن َوااْل ِ ْن‬


‫س اِاَّل لِيَ ْعبُ ُدوْ ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

Yang artinya: "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembahku".

~ Hak terhadap diri sendiri

Hak terhadap diri sendiri ialah hak pribadi seseorang yang meliputi hak jasmani dan rohani.
Hak jasmani ialah suatu kebutuhan dari jasmani, seperti makan dan minum. Islam
mengajarkan, bahwa dalam makan dan minum hendaknya yang halal dan baik (halaalan
thaiba). Oleh karena itu Islam melarang kita makan dan minum yang haram, kotor serta yang
merusak kesehatan seperti minuman yang memabukkan, memakan daging babi, barang
beracun, binatang yang kotor dan bangkai, karena semua benda-benda tersebut
mempengaruhi manusia dari hal-hal yang merusak kesehatan, moral, pikiran dan rohani.

Hak rohani ialah suatu kebutuhan rohani seperti perasaan aman, dan ketenangan batin. Islam
mengajarkan untuk memperoleh ketenangan (batin) dengan cara beriman dan bertakwa serta
berserah diri kepada Allah. Pada kondisi tertentu barangkali dapat terjadi tidak seimbang
antara pemenuhan kebutuhan rohani dan jasmani. Dalam hal ini Islam melarang untuk
melakukan jalan pintas seperti mencuri, dan bunuh diri.

~ Hak orang lain

Hak orang lain adalah hak untuk memenuhi kebutuhan pribadi tanpa mengganggu hak orang
lain. Hak terhadap orang lain dapat terlihat dalam bentuk adanya larangan mencuri,
merampas, menyogok, menipu, khianat, mengijon dan riba, karena rezeki yang diperoleh
dengan jalan tersebut akan merugikan orang lain. Bergunjing, memfitnah, menyebarkan
berita bohong, juga dilarang. Selain itu berjudi, spekulasi dan semua permainan yang
berdasarkan untung-untungan, tidak diperbolehkan dengan alasan dapat merugikan hak orang
lain.

~ Hak atas harta

Hak atas harta adalah hak untuk memelihara dan memanfaatkan harta yang diberikan Allah
sesuai dengan ketentuan-Nya.

- Hifdhud dîn memberikan jaminan hak kepada umat Islam untuk memelihara agama dan
keyakinannya (al-din). Sementara itu Islam juga menjamin sepenuhnya atas identitas
(kelompok) agama yang bersifat lintas etnis, oleh karena itu Islam menjamin kebebasan
beragama, dan larangan adanya pemaksaan agama yang satu dengan agama lainnya.
- Hifdhun nafs wal ’irdh memberikan jaminan hak atas setiap jiwa (nyawa) manusia, untuk
tumbuh dan berkembang secara layak. Dalam hal ini Islam menuntut adanya keadilan,
pemenuhan kebutuhan dasar (hak atas penghidupan) pekerjaan, hak kemerdekaan, dan
keselamatan, bebas dari penganiayaan dan kesewenang-wenangan.
- Hifdhul ‘aql adalah adanya suatu jaminan atas kebebasan berekspresi, kebebasan mimbar,
kebebasan mengeluarkan opini, melakukan penelitian dan berbagai aktivitas ilmiah. Dalam
hal ini Islam melarang terjadinya perusakan akal dalam bentuk penyiksaan, penggunaan
ekstasi, minuman keras dan lain-lain.
- Hifdhun nasl merupakan jaminan atas kehidupan privasi setiap individu, perlindungan atas
profesi (pekerjaan), jaminan masa depan keturunan dan generasi penerus yang lebih baik dan
berkualitas.
- Hifdhul mâl dimaksudkan sebagai jaminan atas pemilikan harta benda, properti dan lain-lain.
Dan larangan adanya tindakan mengambil hak dari harta orang lain, seperti mencuri, korupsi,
monopoli, oligopoli, monopsoni dan lain-lain.

Akal (‘aql) merupakan anugerah paling utama yang diberikan Allah SWT kepada
manusia. Karena memiliki akal pula, manusia memiliki keistimewaan dan sekaligus
pembeda dengan makhluk Allah lainnya. Begitu pentingnya daya ini bagi manusia,
al-Qur’an memberikan penghargaan yang tinggi terhadapnya, bahkan tidak ada
penghargaan kitab suci lain yang lebih tinggi terhadap ‘aqal, melebihi penghargaan
al-Qur’an. Hal tersebut disebabkan aql merupakan daya pikir dalam diri manusia,
yang dengannya segala sesuatu dapat diserap. Ia adalah anugerah Allah SWT.
yang tidak dimiliki makhluk lain. Dengannya, manusia dapat membedakan yang
benar dan yang baik, yang bersih dan yang kotor, bermanfaat dan madharat, serta
baik dan buruk.
Abbas Mahmud al-'Aqqad 6 berpendapat bahwa 'aql adalah penahan hawa nafsu,
untuk mengetahui amanat dan beban kewajiban, pemahaman dan pemikiran yang
selalu berubah sesuai dengan masalah yang dihadapi, yang membedakan antara
hidayah dan kesesatan, atau kesadaran batin yang berdaya tembus melebihi
penglihatan mata, serta apa yang ditemukannya dapat dipastikan kebenarannya,
sepanjang persyaratan-persyaratan fungsi kerjanya dijaga dan tidak diabaikan. Akal
adalah nikmat besar yang Allah Swt anugerahkan dalam jasmani manusia. Nikmat
yang bisa disebut hadiah ini menunjukkan akan kekuasaan Allah Swt yang sangat
menakjubkan. Bahkan dengan inilah, maka manusia terbedakan dengan makhluk
lainnya.
Dalam banyak ayat, Allah Swt memberi semangat untuk menggunakan Akal, di
antaranya,
َ‫س َّخ ٰ َر ۢتُ ِبأ َ ۡم ِر ِه ۚۦٓ إِنَّ فِي ٰ َذلِ َك أَل ٓ ٰ َيتٖ لِّ َق ۡو ٖم َي ۡعقِلُون‬
َ ‫س َو ۡٱل َق َم ۖ َر َوٱل ُّن ُجو ُم ُم‬
َ ‫ش ۡم‬ َ ‫س َّخ َر لَ ُك ُم ٱلَّ ۡيل َ َوٱل َّن َه‬
َّ ‫ار َوٱل‬ َ ‫َو‬
“Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan
bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum
yang memahami(nya).” (QS. an-Nahl: 12)
Akal yang Terpuji, yaitu ketika kita menggunakan pada tempatnya. Tetapi juga bisa
menjadikan manusia tercela, yakni pada sata ketika digunakan bukan pada
tempatnya.
Adapun pendapat akal yang terpuji, secara ringkas adalah yang sesuai dengan
syariat dengan tetap mengutamakan dalil syariat. Sedangkan akal tercela adalah
yang selalu menyelisihi syariat.

Anda mungkin juga menyukai