Anda di halaman 1dari 8

Nama : BENNY HARTAWAN HUTASUHUT

NIM : 050517781

Mata Kuliah : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM/MKDU4221

UPBJJ : UPBJJ UT MEDAN


Berikut adalah soal Tugas ke-1 yang wajib Anda kerjakan. Bacalah pertanyaan
dengan cermat kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan tersebut.
1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu
mahdlah. Coba jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh
masing-masing dari jenis ibadah tersebut.
2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan
manusia, serta jelaskan tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!
3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan
istilah-istilah yang digunakan tersebut!
4. Manusia juga disebut sebagai khalifah. Jelaskan langkah-langkah yang
dilakukan manusia untuk merealisasikan peran sebagai khalifah!
5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan
sejahtera. Jelaskan prinsip-prinsip untuk menegakkan masyarakat yang
beradab dan sejahtera!

Jawaban

1. Ibadah Mahdlah merupakan ibadah yang dilakukan dengan cara dan bentuk
yang telah ditentukan oleh syariat Islam. Ibadah ini memiliki aturan yang
jelas dan tidak boleh diubah atau ditambah-tambahkan. Contoh ibadah
mahdlah antara lain:
 Shalat: Shalat memiliki rukun, wajib, sunnah, dan tata cara yang telah
ditentukan.
 Puasa: Puasa dilakukan pada bulan Ramadhan dengan aturan-aturan yang
telah ditetapkan.
 Zakat: Zakat merupakan kewajiban memberikan sebagian harta kepada
yang berhak dengan aturan yang telah ditentukan.
Ibadah Ghairu Mahdlah adalah ibadah yang dilakukan dengan cara dan
bentuk yang tidak ditentukan secara khusus oleh syariat Islam. Ibadah ini
memiliki aturan yang lebih fleksibel dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat. Contoh ibadah ghairu mahdlah antara lain:
 Ibadah Qurban: Meskipun memiliki aturan-aturan tertentu, ibadah
qurban dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan.
 Ibadah Tahlilan: Ibadah tahlilan dilakukan untuk mengenang dan
mendoakan orang yang telah meninggal, namun tidak memiliki aturan
yang jelas dalam syariat Islam.
2. Al-Qur'an menjelaskan tentang proses penciptaan manusia dalam beberapa
ayat. Berikut adalah ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses
penciptaan manusia menurut Al-Qur'an:

ْ‫س ٰـنَْ َخلَقنَا َولَقَد‬ ِ ‫سلَ ٰـلَةْ مِن‬


َ ‫ٱْلن‬ ُ ‫ طِ ينْ مِن‬١٢
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan (orang tua) kamu (Nabi Adam) dari tanah"
(QS. Al-Mu'minun: 12).
Ayat ini menjelaskan bahwa manusia pertama, yaitu Nabi Adam, diciptakan dari
tanah.
ْ‫ مكِينْ قَ َرارْ فِى نُطفَةْ َج َعلنَ ٰـ ْهُ ثُم‬١٣
‫علَقَةْ ٱلنُّطفَ ْةَ َخلَقنَا ث ُ ْم‬
َ ‫ظ ٰـما ٱل ُمضغَ ْةَ فَ َخلَقنَا ُمضغَةْ ٱلعَ َلقَ ْةَ فَ َخلَقنَا‬
َ ‫سونَا ِع‬ َ ‫خَلقا أَنشَأنَ ٰـ ْهُ ثُمْ لَحما ٱل ِع‬
َ ‫ظ ٰـ َْم فَ َك‬
َ َ‫ٱّللُ فَتَب‬
ْ‫اركَْ ْۚ َءاخ ََر‬ ْ ‫ن‬ َ ‫ ٱلخَ ٰـ ِلقِينَْ أَح‬١٤
ُْ ‫س‬
"Kemudian (kamu sebagai keturunannya Kami ciptakan) dari setetes mani, lalu
segumpal darah, lalu segumpal daging, kemudian Kami jadikan segumpal daging
itu tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami lapisi dengan daging, kemudian
Kami jadikan dia makhluk yang lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling
Baik" (QS. Al-Mu'minun: 13-14).
Ayat ini menjelaskan tahapan penciptaan manusia dari setetes mani menjadi
segumpal darah, segumpal daging, tulang belulang, dan dilapisi dengan daging.
Setelah itu, manusia menjadi makhluk hidup yang memiliki akal dan hati.

ْ‫س ّٰوى ْه ُ ثُم‬ َْ ‫ار السم َْع لَكُ ُْم َو َج َع‬


َْ َ‫ل ُّروحِ هْ مِنْ فِي ِْه َونَف‬
َ ‫خ‬ َْ ‫ت َشكُ ُرو‬
َ ‫ن ما قَلِيلْ َواْلَفـِٕدَْة َ َواْلَب‬
َْ ‫ص‬
"Kemudian Kami tiupkan di dalamnya roh (ciptaan) Kami" (QS. As-Sajdah: 9).
Ayat ini menjelaskan bahwa setelah tahapan penciptaan fisik, Allah SWT
meniupkan ruh ke dalam manusia sehingga manusia menjadi makhluk hidup yang
memiliki akal dan hati.
Tafsir dari ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia
diciptakan dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah, segumpal daging,
tulang belulang, dan dilapisi dengan daging. Setelah itu, Allah SWT
meniupkan ruh ke dalamnya sehingga manusia menjadi makhluk hidup
yang memiliki akal dan hati.
Sementara itu Al-Qur'an menjelaskan tentang proses atau tahapan
penciptaan manusia dalam beberapa ayat. Berikut adalah tahapan
penciptaan manusia menurut Al-Qur'an:
 Manusia diciptakan dari tanah: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan
(orang tua) kamu (Nabi Adam) dari tanah" (QS. Al-Mu'minun: 12).
 Mani menjadi segumpal darah: "Kemudian (kamu sebagai keturunannya
Kami ciptakan) dari setetes mani, lalu segumpal darah" (QS. Al-
Mu'minun: 13).
 Segumpal darah menjadi segumpal daging: "Lalu segumpal daging"
(QS. Al-Mu'minun: 14).
 Daging tersebut kemudian dibentuk menjadi tulang: "Kemudian Kami
jadikan segumpal daging itu tulang belulang" (QS. Al-Mu'minun: 14).
 Tulang tersebut kemudian dilapisi dengan daging: "Kemudian Kami
lapisi tulang belulang itu dengan daging" (QS. Al-Mu'minun: 14).
 Manusia kemudian ditiupkan ruh ke dalamnya: "Kemudian Kami
tiupkan di dalamnya roh (ciptaan) Kami" (QS. As-Sajdah: 9).
Tafsir dari ayat-ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia diciptakan dari
tanah, kemudian menjadi segumpal darah, segumpal daging, tulang
belulang, dan dilapisi dengan daging. Setelah itu, Allah SWT meniupkan
ruh ke dalamnya sehingga manusia menjadi makhluk hidup yang memiliki
akal dan hati.
3. Al-Qur'an menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Berikut
adalah istilah-istilah yang digunakan tersebut beserta ayat Al-Qur'an yang
menjelaskannya:
 Basyar: Istilah ini terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti
penampakan. Basyar adalah makhluk yang sekedar ada (being).
Singkatnya, basyar adalah manusia dalam arti fisik-biologis. Basyar
merupakan gambaran manusia secara materi yang dapat dilihat,
memakan sesuatu, serta berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Ayat
Al-Qur'an yang menjelaskan istilah basyar adalah QS. Al-Thariq 86:5
"Melihat ayat diatas manusia yang diistilahkan sebagai basyar adalah
manusia yang sudah dewasa, maka ia mampu bertanggung jawab
ataupun mengemban amanat."
 Insan: Istilah ini merujuk pada manusia secara umum. Insan berasal dari
kata dasar "nasiya" yang berarti "lupa". Hal ini menggambarkan sifat
manusia yang cenderung lupa akan tujuan hidupnya dan keberadaan
Allah.
 Abdullah: Istilah ini merujuk kepada manusia sebagai hamba Allah.
Abdullah berasal dari kata dasar "abd" yang berarti "hamba" dan "Allah"
yang merujuk kepada Tuhan. Istilah ini menekankan pada hubungan
manusia sebagai hamba yang tunduk dan patuh kepada Allah.
 Ins: Istilah ini digunakan untuk merujuk kepada manusia sebagai
makhluk yang lemah dan rentan. Ins berasal dari kata dasar "uns" yang
berarti "lemah". Istilah ini menggambarkan kelemahan manusia dan
ketergantungannya kepada Allah.
 Bani Adam: Manusia disebut sebagai Bani Adam untuk merujuk asal-
usulnya sebagai keturunan Nabi Adam AS. Dalam konteks, dari mana
seorang manusia berasal, untuk apa dia hidup, dan kemana dia akan
kembali. Penggunaan istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia
bukan hasil dari evolusi makhluk anthropus (sejenis kera). Manusia
dalam pandangan Al-Quran bukan makhluk anthropomorfisme, yaitu
makhluk yang menyerupai bentuk manusia. Ayat Al-Qur'an yang
menjelaskan istilah bani Adam adalah QS. Al-A'raf 7:172 "Dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka
(seraya berfirman): 'Bukankah Aku ini Tuhanmu?' Mereka menjawab:
'Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.'"
 Khalifah: Istilah ini digunakan untuk merujuk kepada manusia sebagai
khalifah atau pemimpin di bumi. Khalifah berasal dari kata dasar
"khalafa" yang berarti "menggantikan". Istilah ini menekankan pada
tanggung jawab manusia untuk menjaga dan mengelola bumi dengan
baik.
4. Untuk merealisasikan peran sebagai khalifah, manusia dapat melakukan
beberapa langkah-langkah, antara lain:
 Iman dan Taqwa: Memiliki keyakinan yang kuat pada Allah dan ajaran
Islam. Mempraktikkan taqwa, yaitu kesadaran dan ketakutan kepada
Allah dalam setiap tindakan dan perkataan.
 Memahami Ajaran Islam: Mempelajari dan memahami ajaran Islam
secara mendalam, sehingga dapat mengimplementasikan nilai-nilai
Islam dalam kehidupan sehari-hari.
 Kepemimpinan yang Baik: Menjadi pemimpin yang baik dan
bertanggung jawab dalam menjaga dan mengelola alam semesta.
 Menjaga Lingkungan Hidup: Merawat dan melestarikan lingkungan
hidup, seperti pelestarian sumber daya alam, pengurangan limbah,
penanaman pohon, pengelolaan air, dan perlindungan terhadap satwa
liar.
 Mengembangkan Teknologi Ramah Lingkungan: Mengembangkan
teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, seperti energi
terbarukan dan pengolahan limbah.
 Menghargai Keanekaragaman Hayati: Menghargai keanekaragaman
hayati dan menjaga kelestariannya.
Ayat Al-Qur'an yang menjelaskan peran manusia sebagai khalifah adalah
QS. Al-Baqarah 2:30 "Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada
para malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi.' Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, sedangkan kami senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan menyucikan Engkau?' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku
mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.'"Tafsir dari ayat ini menjelaskan
bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah di muka bumi untuk menjaga dan
mengelola alam semesta dengan bijaksana sesuai dengan ajaran agama.
5. Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang kuat untuk menegakkan
masyarakat yang beradab dan sejahtera, yang meliputi aspek spiritual,
moral, sosial, dan ekonomi. Berikut adalah beberapa prinsip utama Islam
untuk mencapai masyarakat yang beradab dan sejahtera:
 Keadilan: Islam mendorong keadilan dalam segala aspek kehidupan,
baik dalam sistem hukum, ekonomi, maupun sosial. Prinsip keadilan ini
bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan berkeadilan
dengan mengharuskan perlakuan yang sama dan adil terhadap semua
individu
 Pengawasan Sosial: Masyarakat harus saling mengawasi dan
mengontrol satu sama lain untuk mencegah terjadinya tindakan yang
merugikan masyarakat. Pengawasan sosial ini dapat dilakukan melalui
berbagai cara, seperti pengaduan, pengawasan, dan pengawasan media.
 Persaudaraan dan Toleransi: Islam mengajarkan nilai persaudaraan
antar sesama manusia, tidak memandang perbedaan ras, agama, atau
budaya. Toleransi dengan menghormati keberagaman dan
mempromosikan dialog antar agama dan budaya, menciptakan
lingkungan yang harmonis dan beradab di tengah masyarakat yang
multikultural.
 Kesejahteraan Sosial: Prinsip ini mendorong
pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu, pendistribusian yang
adil dari sumber daya, dan penghapusan kemiskinan. Islam
menekankan pentingnya zakat dan sedekah untuk membantu mereka
yang membutuhkan dalam masyarakat.
 Ketaatan Pada Allah swt: Prinsip ini memandu umat Muslim untuk
hidup sesuai dengan nilai-nilai agama, menjalankan ibadah dengan
tulus, dan mengedepankan moralitas dan etika dalam semua aspek
kehidupan.
Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang damai,
adil, dan berkeadilan. Dalam konteks Islam, masyarakat yang beradab dan
sejahtera adalah masyarakat yang mempertimbangkan kemoralan dalam
setiap tindakannya sehingga memunculkan rasa kemanusiaan yang tinggi.
Referensi

1. Astuti, H. K. (2022). Penanaman Nilai-Nilai Ibadah Di Madrasah Ibtidaiyah


Dalam Membentuk Karakter Religius. MUMTAZ: Jurnal Pendidikan
Agama Islam, 1(2), 061-070.
2. Afkarina, R. H., & Kurniawan, R. R. (2022). Proses Penciptaan Manusia
Menurut Ilmu Sains dan Al-Qur'an.
3. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya: Surah Al-
Mu’minun ayat 12-14, Jakarta: PT. Kumudasmoro Grafindo Semarang,
1994
4. Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahannya: Surah As-Sajdah
ayat 9, Jakarta: PT. Kumudasmoro Grafindo Semarang, 1994

Anda mungkin juga menyukai