Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1


BAB I .................................................................................................................................. 2
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an .................................................................... 3
B. Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim ............................................................................... 6
C. Penciptaan Manusia dalam Konsep Sains Islam ........................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 14

1
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan untuk menjadi khalifahdibumi, yang diciptakan ole
hAllah SWT dari tanah, dari lumpur hitam1 yang diberi bentuk, dari tanah
kering seperti tembikar, kemudian disempurnakan oleh-Nya dan ditiupkan
pada-Nya ruh dari-Nya. Lalu seluruh malaikat pun bersujud kepada manusia
kecuali iblis.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia karena diangkat
sebagai khalifah Allah yang bertugas untuk memakmurkan bumi atas dasar
ketakwaan. Manusia yang terdiri dari tubuh, akal, dan ruh, juga mempunyai
asal-usul yang diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun, dan
beberapa surat lain serta dalam beberapa hadis. Kemudian, Al-Qur’an
menginformasikan bahwa ada dua macam proses penciptaan manusia yaitu
penciptaan secara primordial, yaitu berkaitan dengan penciptaan manusia
pertama yakni Adam as, dan penciptaan seluruh manusia sebagai generasi
Adam as.
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia
wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Kita sebagai mahasiswa harus mengetahui bagaimana asal-usul manusia
yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadist, kemudian dapat kita
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menghubungkannya
dengan jenis ilmu yang lain.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan yang akan diteliti adalah :
1. Bagaimanakah proses penciptaan manusia menurut Al-Qur’an?
2. Bagaimana proses penciptaan alqur’an menurut hadist?
3. Bagaimana proses penciptaan manusia menurut sains?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses penciptaan manusia menurut Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui proses penciptaan manusia menurut hadist
3. Untuk mengetahui proses penciptaan manusia menurut sains

1 Sayyid Salamah As-Saqqa, Menguak Rahasia Kehidupan, Kematian, Ruh dan


Jasad, (Jakarta: Cendekia, 2006) hlm. 13

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an

Q.S Al-Mukminun [23] : 12-14


Surah ke 23 dari Al-Quran ini dinamakan Al-Mukminun. Nama Al-Mukminun
dianbil dari salah satu kata yang terdapat didalam ayat pertama, yang artinya
orang yang beriman. surah Al-Mukminun terdiri atas 118 ayat, dan termasuk
golongan surah Makkiyah.2

ٍ ‫ساللَ ٍة ِم ْن ِط‬
()‫ين‬ ُ ‫سانَ ِم ْن‬ َ ‫َولَقَدْ َخلَ ْقنَا اإل ْن‬
()‫ين‬ٍ ‫طفَةً فِيقَ َر ٍار َم ِك‬ ْ ُ‫ث ُ َّم َجعَ ْلنَاهُ ن‬
ْ
‫ام لَحْ ًما ث ُ َّم أ َ ْنشَأنَاهُ خ َْلقًا آخ ََر‬
َ ‫ظ‬َ ‫س ْونَا ْال ِع‬ ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُم‬
َ ‫ضغَةَ ِع‬
َ ‫ظا ًما فَ َك‬ ْ ‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُم‬
ْ ُّ‫ث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬
ْ
() َ‫سنُ الخَا ِلقِين‬ َ ْ‫َّللاُ أَح‬
َّ َ‫ارك‬ َ َ‫فَتَب‬
TERJEMAHAN AYAT

12 “Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu saripati


(berasal) dari tanah”
13. “Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim)”
14.“Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta
yang paling baik”

TAFSIR AYAT
ٍ ‫ساللَ ٍة ِم ْن ِط‬
‫ين‬ َ ‫َولَقَدْ َخلَ ْقنَا اإل ْن‬
ُ ‫سانَ ِم ْن‬
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.Dan sesungguhnya Kami bersumpah bahwa kami telah
menciptakan manusia, yakni jenis manusia yang kamu saksikan, bermula dari
suatu saripati yang berasal dari tanah. Kemudian kami menjadikannya yakni
saripati itu, nutfah yang disimpan dalam tempat yang kukuh, yakni rahim ibu.
Kemudian kami ciptakan, yakni dijadikan, nutfah itu ‘alaqah, lalu kami ciptakan,
yakni jadikan, ‘alaqah itu mudhgoh yang merupakan sesuatu yang kecil sekerat
daging, lalu kami ciptakan, yakni jadikan mudhgoh itu tulang-belulang, lalu kami
bungkus tulang-belulang itu dengan daging. Kemudian, kami mewujudkannya,
yakni tulang yang terbungkus daging itu menjadi – setelah kami meniupkan ruh
ciptaan kami kepadanya – makhluk lain daripada yang lain yang sepenuhnya
berbeda dengan unsur-unsur kejadiannya yang tersebut di atas bahkan berbeda
dengan makhluk-makhluk lain.

2 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Jakarta : CV.


Penerbit J-ART, 2005) hlm. 343

3
Berbeda-beda pendapat para ulama tentang siapa yang dimaksud
dengan ‫سان‬ َ ‫ اإل ْن‬al-insan/manusiapada ayat ke-12 banyak yang berpendapat bahwa
yang dimaksud adalah Adam. Memang ayat selanjutnya menyatakan Kami
menjadikannya nutfah, bukan kami menjadikan keturunannya nutfah. Bagi yang
tidak menerima pendapat di atas, ada yang menyatakan bahwa
kata َ‫سان‬ َ ‫اإل ْن‬dimaksud adalah jenis manusia. ThahirIbn ‘Asyur,3 walaupun
membuka kemungkinan memahami kata al-insan dalam arti Adam, cenderung
berpendapat bahwa al-insan yang dimaksud adalah puta-puti Adam as. Saripati
dari tanah itu menurutnya adalah apa yang diproduksi oleh alat pencernaan dari
bahan makanan yang kemudian menjadi darah, yang kemudian berproses hingga
akhirnya menjadi sperma ketika terjadi hubungan seks. Nah inilah yang dimaksud
dengan saripati taah karena ia berasal dari makanan manusia- baik tumbuhan
maupun hewan yang bersumber dari tanah.
Kata ‫ساللَ ٍة‬ ُ terambil dari kata “salla “ yang antara lain berarti mengambil,
]
mencabut. Kata ini mengandung makna sedikit sehingga kata sulalah berarti
mengambil sedikit dari tanah dan yang diambil itu adalah saripatinya.
ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك‬
‫ين‬ ْ ُ‫ث ُ َّم َجعَ ْلنَاهُ ن‬
“ Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim)”

ْ ُ‫ن‬berarti setetes yang dapat membasahi. Ada juga yang memahami kata
Kata ً‫طفَة‬
itu dalam arti hasil pertemuan sperma dan ovum. Penggunaan kata ini
menyangkut proses kejadian manusia sejalan dengan penemuan ilmiah yang
menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria
mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedang yang berhasil bertemu
dengan indung telur wanita hanya satu saja. 4

ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُم‬


َ ‫ضغَةَ ِع‬
َ ‫ظا ًما فَ َك‬
‫س ْونَا‬ ْ ‫طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْالعَلَقَةَ ُم‬
ْ ُّ‫ث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬
“ Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah
itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus”

Kata ً‫ َعلَقَة‬terambil dari kata َ‫ َعلَق‬dalam kamus-kamus bahasa, kata itu diartikan
dengan : (a) segumpal darah yang membeku, (b) sesuatu yang seperti cacing,
berwarna hitam, terdapat dalam air, yang bila air itu diminum cacing tersebut
menyangkut di kerongkongan, dan (c) sesuatu yang bergantung atau berdempet.
Para embriolog cenderung memahaminya sesuatu yang bergantung atau
berdempet di dinding rahim. Menurut mereka setelah terjadi pembuahan
menghasilkan zat baru, yang kemudian terbelah menjadi dua, lalu yang dua
menjadi empat, empat menjadi delapan, demikian seterusnya berkelipatan dua.

Kata ً‫ضغَة‬
ْ ‫ ُم‬terambil dari kata ‫ض َغ‬
ْ ‫ ُم‬yang berarti mengunyah artinya sesuatu
yang kadarnya kecil sehingga dapat dikunyah.

3 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan,kesan dan keserasian Al-Quran (Jakarta :


Lentera Hati, 2002) hlm. 166
4 Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah Pesan,kesan dan keserasian Al-Quran (Jakarta :
Lentera Hati, 2002)

4
َ ‫ َك‬terambil dari kata kasa yang berarti membungkus. Daging
Kata ‫س ْونَا‬
diibaratkan pakaian yang membungkus tulang. Sayyid Quthub5 menulis bahwa
disini seseorang berdiri tercengang dan kagum di hadapan apa yang diungkapkan
Al-Quran menyangkut hakikat pembentukan janin yang tidak diketahui secara
teliti kecuali baru-baru ini setelah kemajuan yang dicapai oleh Embriologi.
Kekaguman iu lahir setelah diketahui bahwa sel-sel daging berbeda dengan sel-sel
tulang, dan juga setelah terbukti bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel
danging dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum telihat sel-sel
tulang, seperti yang diinformasikan di ayat diatas. Lalu kami ciptakan mudhghah
itu tulang betulang, lalu kami bungkus tulang belulang itu dengan daging. Maha
Suci Allah Yang Maha Mengetahui yang umum dan terperinci

َ‫سنُ ْالخَا ِلقِين‬


َ ْ‫َّللاُ أَح‬ َ ‫ام لَحْ ًما ث ُ َّم أَ ْنشَأْنَاهُ خ َْلقًا آخ ََر فَتَ َب‬
َّ َ‫ارك‬ َ ‫ظ‬َ ‫ْال ِع‬
“ Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

Kata ْ ‫أ َ ْنشَأ‬ansya-a mengandung arti mewujudkan sesuatu serta memelihara dan


mendidiknya.6 Penggunaan kata tersebut dalam menjelaskan proses terakhir dari
kejadian manusia yang mengisyaratkan bahwa proses terakhir itu benar-benar
berbeda sepenuhnya dengan sifat, ciri, dan keadaannya dengan apa yang
ditemukan dalam proses sebelumnya. Yang berbeda dengan apa yang terjadi
setelah proses ansya-a. di sini yang muncul adalah seorang manusia yang
memiliki ruh, sifat kemanusiaan, potensi untuk berpengetahuan,

Kata ‫خ َْلقًا آخ ََر‬makhluk lain, mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang


dianugerahkan ( ruh ) ciptaan-Nya yang tidak dianugerahkan kepada siapapun
kendati malaikat.

Kata َ‫ارك‬َ َ‫تَب‬terambil dari kata “barakah “ yang bermakna sesuatu yang mantap,
ia juga berarti kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta
berkesinambungan. Kolam dinamai birkah karena air yang ditampung didalamnya
menetap mantap tidak tercecer kemana-mana.
ْ
‫الخَا ِل ِقين‬bentuk jamak dari ‫ق‬
ِ ‫خَا ِل‬khaliq bentuk jamak tersebut mengisyaratkan bahwa
ada khaliq lain, tetapi Allah adalah yang terbaik.

5 Quraish Shihab, Op Cit, hlm. 167

6 Quraish Shihab, Op Cit, hlm. 167

5
B. Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim

Dari Abu ‘Abdir-Rahman ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, ia


berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuturkan kepada kami, dan
beliau adalah ash-Shadiqul Mashduq (orang yang benar lagi dibenarkan
perkataannya), beliau bersabda, ”Sesungguhnya seorang dari kalian
dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk
nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi ‘alaqah (segumpal
darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti
itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di
dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya,
ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. Maka demi Allah yang tidak ada
ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan Dia, sesungguhnya salah
seorang dari kalian beramal dengan amalan ahli surga, sehingga jarak antara
dirinya dengan surga hanya tinggal sehasta, tetapi catatan (takdir)
mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka dengan itu ia
memasukinya. Dan sesungguhnya salah seorang dari kalian beramal dengan
amalan ahli neraka, sehingga jarak antara dirinya dengan neraka hanya tinggal
sehasta, tetapi catatan (takdir) mendahuluinya lalu ia beramal dengan amalan
ahli surga, maka dengan itu ia memasukinya”. [Diriwayatkan oleh al Bukhari dan
Muslim]

Berdasarkan hadis tersebut, Rasulullah saw. telah menjelaskan kepada kita


bahwa tahapan penciptaan manusia itu dimulai dari berupa janin di dalam perut
ibunya. Lalu selama 120 hari janin itu mengalami tiga fase. 40 hari pertama
adalah fase berupa mani/sperma. Sedangkan 40 hari kedua adalah fase berupa
segumpal darah. Dan 40 hari ketiga adalah fase berupa segumpal daging.

6
Lalu setelah genap empat bulan atau 120 hari tersebut, Allah swt. pun
mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalam janin itu. Allah swt. juga
memerintahkannya untuk menuliskan empat takdirnya. Rezekinya, ajalnya, amal
perbuatannya, dan bahagia serta celakanya. Sementara tidak ada yang tahu rezeki
apa yang dituliskan malaikat itu, kapan ajal/kematian kita datang, apa yang akan
kita lakukan esok, serta termasuk golongan bahagia atau celakakah kita nanti.

Oleh karena itu, hadis ini menjadikan motivasi kita untuk memperbanyak
amal shalih, karena di antara kita semua tidak ada yang tahu kapan kematian akan
menghampiri. Hadis ini juga mengajarkan kita akan pentingnya tawakkal kepada
Allah swt., serta tidak takut kepada kefakiran, karena rezeki kita telah dituliskan
dan ditentukan Allah swt. semenjak kita berumur 120 hari di dalam kandungan
ibu.
Selain itu, hadis ini juga mewaspadai kita terhadap kematian yang suul
khatimah, yakni kematian yang menghampiri saat kita jauh dari Allah swt. Oleh
sebab itu, sudah semestinya kita senantiasa berdoa kepada Allah swt. supaya
mengambil nyawa kita dalam keadaan husnul khatimah, keadaan yang baik dan
dekat kepada Allah swt.7

Menurut Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas , Hadits ini mengandung beberapa
pelajaran berharga, sebagai berikut:

1.Tahapan Penciptaan Manusia.


Dalam hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang
awal penciptaan manusia di dalam rahim seorang ibu, yang berawal dari nuthfah
(bercampurnya sperma dengan ovum), ‘alaqah (segumpal darah), lalu mudhghah
(segumpal daging). Allah Ta’ala berfirman:
“Hai manusia, kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur); maka
(ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian
dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami
jelaskan kepadamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki
sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai
bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampai pada kedewasaan, dan
di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang
dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu
pun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering,
kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah
dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah” [al Hajj/22:5]

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang tahapan


penciptaan manusia di dalam rahim seorang ibu. Oleh karena itu, apabila ada seseorang
yang ragu tentang dibangkitkannya manusia dari kuburnya dan ragu tentang
dikumpulkannya manusia di padang Mahsyar pada hari Kiamat, maka Allah
memerintahkan untuk mengingat dan melihat bagaimana seorang manusia diciptakan oleh
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, Dia mengembalikan

7 https://bincangsyariah.com/kalam/hadis-tentang-tahapan-penciptaan-manusia-dan-garis-
takdirnya/

7
manusia (dari mati menjadi hidup kembali) lebih mudah daripada menciptakannya.

Juga firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia


dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu
Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk
yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati.
Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari kuburmu) di
hari Kiamat” [al Mu’minun/23:12-16].

Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan bahwa Adam -manusia pertama-


diciptakan dari saripati tanah, kemudian manusia-manusia sesudahnya diciptakan-Nya
dari setetes air mani. Adapun tahapan penciptaan manusia di dalam rahim adalah sebagai
berikut:
Pertama : Allah menciptakan manusia dari setetes air mani yang hina yang menyatu
dengan ovum, Allah Ta’ala berfirman:
“Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air
mani)” [as-Sajdah/32:8]
“Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina”. [al Mursalat/77:20].
“Dia diciptakan dari air yang terpancar (yaitu mani). Yang keluar dari tulang
sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan”. [ath-Thariq/86: 6-7].
Bersatunya air mani (sperma) dengan sel telur (ovum) di dalam rahim ini disebut
dengan nuthfah.
Kedua : Kemudian setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya
segumpal darah yang disebut ‘alaqah.
“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. [al-Alaq/96:2].
Ketiga : Kemudian setelah lewat 40 hari -atau 80 hari dari fase nuthfah– fase
‘alaqah beralih ke fase mudhghah, yaitu segumpal daging. Allah Ta’ala berfirman:
“Kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak
sempurna”. [al Hajj/22:5].
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang
belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami
jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta
Yang Paling Baik”. [al Mu’minun/23:14].
Keempat : Kemudian setelah lewat 40 hari -atau 120 hari dari fase nuthfah- dari
segumpal daging (mudhghah) tersebut, Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan daging
yang bertulang, dan Dia memerintahkan malaikat untuk meniupkan ruh padanya serta
mencatat empat kalimat, yaitu rizki, ajal, amal dan sengsara atau bahagia. Jadi,
ditiupkannya ruh kepada janin setelah ia berumur 120 hari.

2. Peniupan Ruh.
Para ulama sepakat, bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia 120 hari,
terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut ketika
janin berusia empat bulan penuh, masuk bulan kelima. Pada masa inilah segala hukum
mulai berlaku padanya. Karena itu, wanita yang ditinggal mati suaminya menjalani masa
‘iddah selama empat bulan sepuluh hari, untuk memastikan bahwa ia tidak hamil dari

8
suaminya yang meninggal, agar tidak menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu
hamil. Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan ini sepenuhnya urusan
Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “ruh itu termasuk
urusan tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. [al
Isra`/17:85]

3. Wajibnya Beriman Kepada Qadar.


Hadits ini menunjukkan, bahwa Allah Subahanhu wa Ta’ala telah mentakdirkan
nasib manusia sejak di alam rahim. Pada hakikatnya, Allah telah mentakdirkan segala
sesuatu sejak 50.000 tahun sebelum diciptakannya langit dan bumi. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk lima puluh ribu tahun sebelum
Allah menciptakan langit dan bumi”
Kemudian di alam rahim, Allah Ta’ala pun memerintahkan malaikat untuk
mencatat kembali empat kalimat, yaitu rizki, ajal, amal, sengsara atau bahagia.

 Rizki.
Allah Yang Maha Pemurah telah menetapkan rizki bagi seluruh makhluk-Nya,
dan setiap makhluk tidak akan mati apabila rizkinya belum sempurna. Allah
Ta’ala berfirman:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata
(Lauh Mahfuzh)”.[Hud/11:6].
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus)
rizkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rizki kepadanya juga kepadamu
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [al-Ankabut/29:60].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam
mencari nafkah. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati hingga
sempurna rizkinya. Meskipun (rizki itu) bergerak lamban. Maka,
bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah,
ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan penjelasan tentang rizki ini
dengan perumpamaan yang sangat mudah dipahami, dan setiap orang hendaknya
dapat mengambil pelajaran darinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya,
niscaya Dia akan memberi kalian rizki sebagaimana Dia memberikan
rizki kepada burung, yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang
dalam keadaan kenyang” . Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-
hamba-Nya untuk berjalan mencari maisyah (pekerjaan/usaha) untuk
mendapatkan rizki. Allah Ta’ala berfirman: “Dia-lah yang menjadikan bumi
itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan”. [al-Mulk/67:15].
Rizki akan mengejar manusia, seperti maut yang mengejarnya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Sesungguhnya rizki akan mengejar
seorang hamba seperti ajal mengejarnya”

9
 Ajal.
Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan makhluk, mematikan, dan
membangkitkannya kembali. Dan setiap makhluk tidak mengetahui berapa jatah
umurnya, juga tidak mengetahui kapan serta dimana akan dimatikan oleh Allah
Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati
melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan
waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. [ali ‘Imran/3:145]
Ajal makhluk Allah sudah tercatat, tidak dapat dimajukan atau diundurkan. Allah
Ta’ala berfirman: “Tiap-tiap umat mempunyai ajal (batas waktu); maka
apabila telah datang waktu (ajal)nya, mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun, dan tidak dapat (pula)
memajukannya”. [al-A’raf/7: 34].
 Amal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencatat amal-amal setiap makhluk-Nya, baik
dan buruknya. Akan tetapi setiap makhluk Allah pasti akan beramal, amal baik
atau pun amal buruk. Dan Allah dan Rasul-Nya memerintahkan para hamba-Nya
untuk beramal baik.
 Celaka atau Bahagia.
Yang dimaksud “celaka” dalam hadits ini ialah, orang yang celaka dengan
dimasukkannya ke neraka. Sedangkan yang dimaksud “bahagia”, yaitu orang
yang sejahtera dengan dimasukkannya ke dalam surga. Hal ini telah tercatat sejak
manusia berusia 120 hari dan masih di dalam rahim, yaitu apakah ia akan
menjadi penghuni neraka atau ia akan menjadi penghuni surga. Akan tetapi,
“celaka” dan “bahagia” seorang hamba tergantung dari amalnya selama
hidupnya.
Tentang keempat hal tersebut, tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya. Oleh
karenanya, tidak boleh bagi seseorang pun enggan untuk beramal shalih, dengan alasan
bahwa semuanya telah ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang benar, bahwa
Allah telah mentakdirkan akhir kehidupan setiap hamba, namun Dia Yang Maha
Bijaksana juga menjelaskan jalan-jalan untuk mencapai kebahagiaan. Sebagaimana Allah
Yang Maha Pemurah telah mentakdirkan rizki bagi setiap hamba-Nya, namun Dia juga
memerintahkan hamba-Nya keluar untuk mencarinya.
Apabila ada yang bertanya, untuk apalagi kita beramal jika semuanya telah tercatat
(ditakdirkan)?
Maka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini ketika
menjawab pertanyaan Sahabat Suraqah bin Malik bin Ju’syum Radhiyallahu ‘anhu.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫“ ِا‬Beramallah kalian, karena semuanya telah dimudahkan oleh Allah menurut apa
yang Allah ciptakan atasnya. Adapun orang yang termasuk golongan orang-
orang yang berbahagia, maka ia dimudahkan untuk beramal dengan amalan
orang-orang yang berbahagia. Dan adapun orang yang termasuk golongan
orang-orang yang celaka, maka ia dimudahkan untuk beramal dengan amalan
orang-orang yang celaka”8
Orang yang beramal baik, maka Allah akan memudahkan baginya untuk menuju surga.
Begitu pun orang yang beramal keburukan, maka Allah akan memudahkan baginya untuk
menuju neraka. Hal ini menunjukkan tentang kesempurnaan ilmu Allah, juga

8 HR al Bukhari no. 4949 dan Muslim no. 2647

10
sempurnanya kekuasaan, qudrah dan iradah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Meskipun setiap manusia telah ditentukan menjadi penghuni surga atau menjadi penghuni
neraka, namun setiap manusia tidak dapat bergantung kepada ketetapan ini, karena setiap
manusia tidak ada yang mengetahui apa-apa yang dicatat di Lauhul Mahfuzh. Kewajiban
setiap manusia adalah berusaha dan beramal kebaikan, serta banyak memohon kepada
Allah agar dimasukkan ke surga.
Meskipun setiap manusia telah ditakdirkan oleh Allah Ta’ala demikian, akan tetapi Allah
tidak berbuat zhalim terhadap hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
‫َ امِ َمم اْنم‬ ْ ْ َ‫مما ِْ َمم‬
‫َل َْمفَْْ ْا َنمْلم ممِْمِْل اف ِنلمفْ اا ْح َل ا‬ ْ ‫لمَ لِّْ م ا ْمَّل ِظم ا كف َاَْ ان اممم‬
ْ ِْ ‫ْا‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shalih, maka (pahala-nya) untuk
dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas
dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-
hamba(Nya)”. [Fushshilat/41:46].
Setiap manusia diberi oleh Allah berupa keinginan, kehendak, dan kemampuan. Manusia
tidak majbur (dipaksa oleh Allah). Allah Ta’ala berfirman:
ْ‫مِ َح َ َءمَ ْ َْمم‬ ْ َ‫ْا ِْلمََْْل ََاْْ مَا مَْ َْممَْْل َْمأ‬
َ ﴿٢٨﴾‫مَ ل مِ َفَْلفْ اننمْم‬
‫َم ْ اِن ْءم اف ْن َممأْل َْ ا‬
“(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan
kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Allah, Rabb semesta alam”. [at-Takwir/81 :28-29].
Orang yang ditakdirkan oleh Allah untuk menuju surga, maka dia pun akan dimudahkan
oleh Allah untuk melakukan amalan-amalan shalih. Begitu juga orang yang ditakdirkan
oleh Allah untuk menuju neraka, maka dia pun dimudahkan oleh Allah untuk melakukan
amalan-amalan kejahatan9.

C. Penciptaan Manusia dalam Konsep Sains Islam


Pada awal abad 20 Seorang dokter dari ahli biologi berkebangsaan
Perancis Muiricc Bucaille, ia telah menulis sebuah buku yang berjudul “La Bible,
La Coranet La Science”. Buku tersebut telah diterjemahkan oleh H.M. Rasjidi ke
dalam Bahasa Indonesia pada tahun 1978 dengan judul “Bibel, al Qur-an dan
Sains”. Muirice Bucaille dalam buku ini menjelaskan tentang pase-pase
perkembangan manusia dari mulai embrio menurut al Qur-an penyelidikan para
ahli Biologi dan Kedokteran. Bucaille mengatakan manusia terjadi melalui proses-
proses yang lazim dan umum terjadi bagi hewan yang menyusui(H.M. Rasjidi,
1978). Kejadian manusia pada awalnya terjadi karena pembuahan (fecondation)
dalam saluran telur (tuba fallopii). Ada suatu telur (ovum) yang memisahkan dari
ovarium pada sa‟at terjadi sikius mensrtuasi, yang menyebabkan pembuahan oleh
sperma laki-laki atau yang lebih populer dengan sebutan spermatozoa. Satu sel
benih sudah memadai dan cukup, walaupun ia mengandung puluhan juta
spermatozoa. Cairan tersebut merupakan hasil kelenjer laki-laki. Untuk sementara
cairan tersebut disimpan dalam ruangan dan saluran yang kejalan bermuara ke
jalan atau saluran air kencing. Dalarn cairan tersebut juga terdapat kelenjer
tambahan yang berpencar saluran sperma dan menambah zat pelumas sperma,
tetapi tidak mengandung unsur pertumbuhan. Telur yang dibuahi menetap pada
suatu tempat tertentu dalam rahim wanita. Telur tersebut turun sampai ke rahim

9 https://almanhaj.or.id/12017-proses-penciptaan-manusia-dan-ditetapkannya-amalan-
hamba.html

11
dan tinggal atau menetap dalam rahim dengan cara berpegangan pada selaput,
lendir dan lengan otot sesudah tersusunnya placenta. Jika yang sudah dibuahi
tersebut menetap di saluran “fallopian” dan bukan di “uterus” (rahim) kehamilan
terganggu. Jika embrio sudah dapat dilihat dengan mata biasa (tidak memakai
tehnologi), embrio tersebut terlihat seperti segumpal daging, namun di dalam
daging tersebut bentuk manusia belum tampak jelas. Bentuk manusia terjadi
secara bertahap dan menimbulkan tulang belulang serta perlengkapan lainnya
seperti otot, sistem syaraf sistem sirkulasi, pembuluh-pembuluh di lain-lain.
Tahapan-tahapan seperti tersebut di atas dalam bahasa Arab disebut
dengan “athwar”, seperti firman Allah SWT dalam al-Quran surat Nuh ayat 14
yang artinya “Padal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa
tingkatan kejadian”. Sayyid Quthb memahami kata “athwar” adalah proses
kejadian manusia melalui beberapa fase pertumbuhan yakni mulai dari betemunya
sperma dan ovum kemudian menjadi janin dalam perut ibu hingga lahir seorang
manusia yang sempurna fisiknya. Bucaile mengemukakan bahwa kata “athwar”,
dalam ayat tersebut merupakan proses kejadian melalui tahapan-tahapan yakni:
setetes cairan yang menyebabkan terjadinya pembuahan (fecondation).
Watak dan zat cair yang membuahi. Menetapnya telor yang sudah dibuahi.
Perkembangan embrio. Dalam perspektif Bucaile tentang proses kejadian manusia
diawali dengan setetes cairan yang menyebabkan pembuahan (fekondation).
Setetes cairan tersebut dalam bahasa al Qur-an adalah “Nuthfah”. Kata “nuthfah”
dalam pandangan Bucaille adalah setetes sperma (air mani). Pandangan Bucaille
sejalan dengan apa yang ditulis oleh Munawir tentang “Nuthfah. Nuthfah adalah
sesuatu yang menetes atau sesuatu yang mengalir. Dengan demikian kata tersebut
menunjukkan air yang ingin tetap dalam suatu wadah atau tempat yang telah
kosong. Setetes air yang dimaksud adalah setetes air sperma, seperti yang
diungkapkan dalam Firman-Nya “bukankah ia dahulu setetes mani yang
ditumpahkan?”
(QS. Al-Qiyamah: 37).
Sesuatu yang ditumpahkan memerlukan tempat atau wadah untuk
menampung yang ditumpahkan. Dalam hal ini wadah. Dalam hal ini adalah wadah
atau tempat penampung tetap, yang selanjutnya menjadi tempat berprosesnya
sesuatu yang ditampung. Wadah atau tempat penampungan tersebut dalam bahasa
al-Qur‟an disebut dengan “qarar” yakni alat kelamin. Ungkapan “qarar” terdapat
dalam al-Quran surat alMu‟minun ayat 13 yang artinya”Kemudian jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat kokoh (rahim)”. Sementara
kata “makin” Bucaille tidak sanggup memberikan pengertian yang tepat kedalam
bahasa Prancis, akan tetapi ia memberikan pengertian kata tersebut dengan yang
terhormat, tinggi dan kokoh lagi kuat”. Yang jelas “makin” adalah suatu tempat
yang telah dipersiapkan dalam rahim seorang ibu atau perempuan sebagai tempat
menyimpan janin yang kelak akan menjadi seorang bayi (manusia). Karena rahim
merupakan tempat bertumbuhnya emberio maka ia dilengkapi dengan tiga lapisan
yang terdiri10:
a). Chorion (dinding ari-ari atau plasenta).
b). Amnion (dinding perut)
c). Uterus (dinding rahim).

10 Nizar Ali.Hadis versus sains, memahami hadist-hadist musykil (Yogyakarta:2008) hal 44-48

12
Lapisan-lapisan tersebut dalam bahasa al-Quran disebut tiga kegelapan,
firman-Nya dalam surat al-Zumar ayat 6 yang artinya: “Dia ciptakan kamu di
dalam rahim ibumu dari satu stadium ke stadium berikutnya dengan diliputi 3
(tiga) lapis taqbir (dinding) kegelapan”. Tim penyusun Tafsir al-Muntakhab
seperti dikutip M. Quraish Shihab memberikan tafsiran tentang kata “fi zulumat
salasa” dalam ayat tersebut sebagai berikut (M. Quraish Shihab,2003).
a) Perut, rahim dan plasenta atau selaput pembalut janin.
b). Perut, chorion dan amnion.
c). Perut, punggung dan rahim.
Pendapat penyusun tafsir al-Muntakhah tersebut di atas jika dibandngkan
dengan pendapat Bucaille terdapat perbedaan dalam menyusun urutan lapisannya,
yakni; dalam tafsir al Muntakhah menggabungkan antara perut, rahim dan
plasenta jadi satu, demikian pula dengan pula perut, chorion dan amnion dijadikan
satu. Sementara Bucaile semua hal tersebut dipisah satu sama lain. Bucaile sendiri
tidak memasukan punggung dan rahim dalam dinding atau lapisan yang terdapat
pada rahim seorang ibu. Apapun persepsi tentang ayat di atas pada prinsipnya
tidaklah merubah pendirian dan keyakinan kita sebagai seorang muslim bahwa
semua itu merupakan kekuasaan Allah yang luar biasa dan pantas untuk
direnungkan sekaligus dipikirkan betapa tidak, bagaimana rahim seorang ibu yang
setiap saat dan detik senantiasa bergerak sejalan dengan gerakan si ibu dan
berguncang disetiap kali si ibu bepergian. Inilah yang digambarkan Allah dalam
firman-firman-Nya: bayi yang begitu berat kadang-kadang bisa 3 kg beratnya
bahkan lebih, namun kandungan itu tidak pernah rusak.11

11 Journal of Natural Science and Integration, Vol. 1, No. 1, April 2018, Hal. 78-94

13
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Nizar. 2008.Hadis versus sains, memahami hadist-hadist musykil.
Yogyakarta : Teras

As-Saqqa,Sayyid Salamah. 2006.Menguak Rahasia Kehidupan, Kematian, Ruh


dan Jasad. Jakarta: Cendekia.

Departemen Agama RI. 2005.Al-Quran dan Terjemahnya.Jakarta : J-ART.

Kurniawati,Eka dan Bakhtiar,Nurhasanah.2018. Manusia Menurut Konsep


Al-Qur`an dan Sains. Journal of Natural Science and Integration, Vol. 1,
No. 1
Shihab,Quraish. 2002.Tafsir Al-Mishbah Pesan,kesan dan keserasian Al-
Quran.Jakarta : Lentera Hati.
https://almanhaj.or.id/12017-proses-penciptaan-manusia-dan-ditetapkannya-amalan-
hamba.html di akses 06 November 2019 pukul 22.00

https://bincangsyariah.com/kalam/hadis-tentang-tahapan-penciptaan-manusia-
dan-garis-takdirnya di akses 06 November 2019 pukul 22.00

14

Anda mungkin juga menyukai