1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia diciptakan untuk menjadi khalifahdibumi, yang diciptakan ole
hAllah SWT dari tanah, dari lumpur hitam1 yang diberi bentuk, dari tanah
kering seperti tembikar, kemudian disempurnakan oleh-Nya dan ditiupkan
pada-Nya ruh dari-Nya. Lalu seluruh malaikat pun bersujud kepada manusia
kecuali iblis.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling mulia karena diangkat
sebagai khalifah Allah yang bertugas untuk memakmurkan bumi atas dasar
ketakwaan. Manusia yang terdiri dari tubuh, akal, dan ruh, juga mempunyai
asal-usul yang diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al-Mu’minun, dan
beberapa surat lain serta dalam beberapa hadis. Kemudian, Al-Qur’an
menginformasikan bahwa ada dua macam proses penciptaan manusia yaitu
penciptaan secara primordial, yaitu berkaitan dengan penciptaan manusia
pertama yakni Adam as, dan penciptaan seluruh manusia sebagai generasi
Adam as.
Manusia diciptakan Allah Swt. Berasal dari saripati tanah, lalu menjadi
nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk yang paling
sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Oleh karena itu, manusia
wajib bersyukur atas karunia yang telah diberikan Allah Swt.
Kita sebagai mahasiswa harus mengetahui bagaimana asal-usul manusia
yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadist, kemudian dapat kita
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara menghubungkannya
dengan jenis ilmu yang lain.
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses penciptaan manusia menurut Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui proses penciptaan manusia menurut hadist
3. Untuk mengetahui proses penciptaan manusia menurut sains
2
BAB II
PEMBAHASAN
ٍ ساللَ ٍة ِم ْن ِط
()ين ُ سانَ ِم ْن َ َولَقَدْ َخلَ ْقنَا اإل ْن
()ينٍ طفَةً فِيقَ َر ٍار َم ِك ْ ُث ُ َّم َجعَ ْلنَاهُ ن
ْ
ام لَحْ ًما ث ُ َّم أ َ ْنشَأنَاهُ خ َْلقًا آخ ََر
َ ظَ س ْونَا ْال ِع ْ ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال ُم
َ ضغَةَ ِع
َ ظا ًما فَ َك ْ طفَةَ َعلَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ْال َعلَقَةَ ُم
ْ ُّث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن
ْ
() َسنُ الخَا ِلقِين َ َّْللاُ أَح
َّ َارك َ َفَتَب
TERJEMAHAN AYAT
TAFSIR AYAT
ٍ ساللَ ٍة ِم ْن ِط
ين َ َولَقَدْ َخلَ ْقنَا اإل ْن
ُ سانَ ِم ْن
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati
(berasal) dari tanah.Dan sesungguhnya Kami bersumpah bahwa kami telah
menciptakan manusia, yakni jenis manusia yang kamu saksikan, bermula dari
suatu saripati yang berasal dari tanah. Kemudian kami menjadikannya yakni
saripati itu, nutfah yang disimpan dalam tempat yang kukuh, yakni rahim ibu.
Kemudian kami ciptakan, yakni dijadikan, nutfah itu ‘alaqah, lalu kami ciptakan,
yakni jadikan, ‘alaqah itu mudhgoh yang merupakan sesuatu yang kecil sekerat
daging, lalu kami ciptakan, yakni jadikan mudhgoh itu tulang-belulang, lalu kami
bungkus tulang-belulang itu dengan daging. Kemudian, kami mewujudkannya,
yakni tulang yang terbungkus daging itu menjadi – setelah kami meniupkan ruh
ciptaan kami kepadanya – makhluk lain daripada yang lain yang sepenuhnya
berbeda dengan unsur-unsur kejadiannya yang tersebut di atas bahkan berbeda
dengan makhluk-makhluk lain.
3
Berbeda-beda pendapat para ulama tentang siapa yang dimaksud
dengan سان َ اإل ْنal-insan/manusiapada ayat ke-12 banyak yang berpendapat bahwa
yang dimaksud adalah Adam. Memang ayat selanjutnya menyatakan Kami
menjadikannya nutfah, bukan kami menjadikan keturunannya nutfah. Bagi yang
tidak menerima pendapat di atas, ada yang menyatakan bahwa
kata َسان َ اإل ْنdimaksud adalah jenis manusia. ThahirIbn ‘Asyur,3 walaupun
membuka kemungkinan memahami kata al-insan dalam arti Adam, cenderung
berpendapat bahwa al-insan yang dimaksud adalah puta-puti Adam as. Saripati
dari tanah itu menurutnya adalah apa yang diproduksi oleh alat pencernaan dari
bahan makanan yang kemudian menjadi darah, yang kemudian berproses hingga
akhirnya menjadi sperma ketika terjadi hubungan seks. Nah inilah yang dimaksud
dengan saripati taah karena ia berasal dari makanan manusia- baik tumbuhan
maupun hewan yang bersumber dari tanah.
Kata ساللَ ٍة ُ terambil dari kata “salla “ yang antara lain berarti mengambil,
]
mencabut. Kata ini mengandung makna sedikit sehingga kata sulalah berarti
mengambil sedikit dari tanah dan yang diambil itu adalah saripatinya.
ٍ طفَةً فِي قَ َر ٍار َم ِك
ين ْ ُث ُ َّم َجعَ ْلنَاهُ ن
“ Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat
yang kokoh (rahim)”
ْ ُنberarti setetes yang dapat membasahi. Ada juga yang memahami kata
Kata ًطفَة
itu dalam arti hasil pertemuan sperma dan ovum. Penggunaan kata ini
menyangkut proses kejadian manusia sejalan dengan penemuan ilmiah yang
menginformasikan bahwa pancaran mani yang menyembur dari alat kelamin pria
mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, sedang yang berhasil bertemu
dengan indung telur wanita hanya satu saja. 4
Kata ً َعلَقَةterambil dari kata َ َعلَقdalam kamus-kamus bahasa, kata itu diartikan
dengan : (a) segumpal darah yang membeku, (b) sesuatu yang seperti cacing,
berwarna hitam, terdapat dalam air, yang bila air itu diminum cacing tersebut
menyangkut di kerongkongan, dan (c) sesuatu yang bergantung atau berdempet.
Para embriolog cenderung memahaminya sesuatu yang bergantung atau
berdempet di dinding rahim. Menurut mereka setelah terjadi pembuahan
menghasilkan zat baru, yang kemudian terbelah menjadi dua, lalu yang dua
menjadi empat, empat menjadi delapan, demikian seterusnya berkelipatan dua.
Kata ًضغَة
ْ ُمterambil dari kata ض َغ
ْ ُمyang berarti mengunyah artinya sesuatu
yang kadarnya kecil sehingga dapat dikunyah.
4
َ َكterambil dari kata kasa yang berarti membungkus. Daging
Kata س ْونَا
diibaratkan pakaian yang membungkus tulang. Sayyid Quthub5 menulis bahwa
disini seseorang berdiri tercengang dan kagum di hadapan apa yang diungkapkan
Al-Quran menyangkut hakikat pembentukan janin yang tidak diketahui secara
teliti kecuali baru-baru ini setelah kemajuan yang dicapai oleh Embriologi.
Kekaguman iu lahir setelah diketahui bahwa sel-sel daging berbeda dengan sel-sel
tulang, dan juga setelah terbukti bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel
danging dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum telihat sel-sel
tulang, seperti yang diinformasikan di ayat diatas. Lalu kami ciptakan mudhghah
itu tulang betulang, lalu kami bungkus tulang belulang itu dengan daging. Maha
Suci Allah Yang Maha Mengetahui yang umum dan terperinci
Kata َاركَ َتَبterambil dari kata “barakah “ yang bermakna sesuatu yang mantap,
ia juga berarti kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta
berkesinambungan. Kolam dinamai birkah karena air yang ditampung didalamnya
menetap mantap tidak tercecer kemana-mana.
ْ
الخَا ِل ِقينbentuk jamak dari ق
ِ خَا ِلkhaliq bentuk jamak tersebut mengisyaratkan bahwa
ada khaliq lain, tetapi Allah adalah yang terbaik.
5
B. Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim
6
Lalu setelah genap empat bulan atau 120 hari tersebut, Allah swt. pun
mengutus malaikat untuk meniupkan ruh ke dalam janin itu. Allah swt. juga
memerintahkannya untuk menuliskan empat takdirnya. Rezekinya, ajalnya, amal
perbuatannya, dan bahagia serta celakanya. Sementara tidak ada yang tahu rezeki
apa yang dituliskan malaikat itu, kapan ajal/kematian kita datang, apa yang akan
kita lakukan esok, serta termasuk golongan bahagia atau celakakah kita nanti.
Oleh karena itu, hadis ini menjadikan motivasi kita untuk memperbanyak
amal shalih, karena di antara kita semua tidak ada yang tahu kapan kematian akan
menghampiri. Hadis ini juga mengajarkan kita akan pentingnya tawakkal kepada
Allah swt., serta tidak takut kepada kefakiran, karena rezeki kita telah dituliskan
dan ditentukan Allah swt. semenjak kita berumur 120 hari di dalam kandungan
ibu.
Selain itu, hadis ini juga mewaspadai kita terhadap kematian yang suul
khatimah, yakni kematian yang menghampiri saat kita jauh dari Allah swt. Oleh
sebab itu, sudah semestinya kita senantiasa berdoa kepada Allah swt. supaya
mengambil nyawa kita dalam keadaan husnul khatimah, keadaan yang baik dan
dekat kepada Allah swt.7
Menurut Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas , Hadits ini mengandung beberapa
pelajaran berharga, sebagai berikut:
7 https://bincangsyariah.com/kalam/hadis-tentang-tahapan-penciptaan-manusia-dan-garis-
takdirnya/
7
manusia (dari mati menjadi hidup kembali) lebih mudah daripada menciptakannya.
2. Peniupan Ruh.
Para ulama sepakat, bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia 120 hari,
terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut ketika
janin berusia empat bulan penuh, masuk bulan kelima. Pada masa inilah segala hukum
mulai berlaku padanya. Karena itu, wanita yang ditinggal mati suaminya menjalani masa
‘iddah selama empat bulan sepuluh hari, untuk memastikan bahwa ia tidak hamil dari
8
suaminya yang meninggal, agar tidak menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu
hamil. Ruh adalah sesuatu yang membuat manusia hidup dan ini sepenuhnya urusan
Allah, sebagaimana yang dinyatakan dalam firman-Nya.
Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: “ruh itu termasuk
urusan tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”. [al
Isra`/17:85]
Rizki.
Allah Yang Maha Pemurah telah menetapkan rizki bagi seluruh makhluk-Nya,
dan setiap makhluk tidak akan mati apabila rizkinya belum sempurna. Allah
Ta’ala berfirman:
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah
yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu
dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata
(Lauh Mahfuzh)”.[Hud/11:6].
“Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus)
rizkinya sendiri. Allah-lah yang memberi rizki kepadanya juga kepadamu
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” [al-Ankabut/29:60].
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Wahai manusia, bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam
mencari nafkah. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mati hingga
sempurna rizkinya. Meskipun (rizki itu) bergerak lamban. Maka,
bertakwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam mencari nafkah,
ambillah yang halal dan tinggalkan yang haram”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberikan penjelasan tentang rizki ini
dengan perumpamaan yang sangat mudah dipahami, dan setiap orang hendaknya
dapat mengambil pelajaran darinya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Seandainya kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya,
niscaya Dia akan memberi kalian rizki sebagaimana Dia memberikan
rizki kepada burung, yang pergi pagi dalam keadaan lapar dan pulang
dalam keadaan kenyang” . Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-
hamba-Nya untuk berjalan mencari maisyah (pekerjaan/usaha) untuk
mendapatkan rizki. Allah Ta’ala berfirman: “Dia-lah yang menjadikan bumi
itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan
makanlah sebagian dari rizki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan”. [al-Mulk/67:15].
Rizki akan mengejar manusia, seperti maut yang mengejarnya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Sesungguhnya rizki akan mengejar
seorang hamba seperti ajal mengejarnya”
9
Ajal.
Allah Maha Kuasa untuk menghidupkan makhluk, mematikan, dan
membangkitkannya kembali. Dan setiap makhluk tidak mengetahui berapa jatah
umurnya, juga tidak mengetahui kapan serta dimana akan dimatikan oleh Allah
Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman: “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati
melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan
waktunya. Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan
kepadanya pahala dunia itu, dan barangsiapa menghendaki pahala
akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat. Dan Kami akan
memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur”. [ali ‘Imran/3:145]
Ajal makhluk Allah sudah tercatat, tidak dapat dimajukan atau diundurkan. Allah
Ta’ala berfirman: “Tiap-tiap umat mempunyai ajal (batas waktu); maka
apabila telah datang waktu (ajal)nya, mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun, dan tidak dapat (pula)
memajukannya”. [al-A’raf/7: 34].
Amal.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mencatat amal-amal setiap makhluk-Nya, baik
dan buruknya. Akan tetapi setiap makhluk Allah pasti akan beramal, amal baik
atau pun amal buruk. Dan Allah dan Rasul-Nya memerintahkan para hamba-Nya
untuk beramal baik.
Celaka atau Bahagia.
Yang dimaksud “celaka” dalam hadits ini ialah, orang yang celaka dengan
dimasukkannya ke neraka. Sedangkan yang dimaksud “bahagia”, yaitu orang
yang sejahtera dengan dimasukkannya ke dalam surga. Hal ini telah tercatat sejak
manusia berusia 120 hari dan masih di dalam rahim, yaitu apakah ia akan
menjadi penghuni neraka atau ia akan menjadi penghuni surga. Akan tetapi,
“celaka” dan “bahagia” seorang hamba tergantung dari amalnya selama
hidupnya.
Tentang keempat hal tersebut, tidak ada seorang pun yang mengetahui hakikatnya. Oleh
karenanya, tidak boleh bagi seseorang pun enggan untuk beramal shalih, dengan alasan
bahwa semuanya telah ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang benar, bahwa
Allah telah mentakdirkan akhir kehidupan setiap hamba, namun Dia Yang Maha
Bijaksana juga menjelaskan jalan-jalan untuk mencapai kebahagiaan. Sebagaimana Allah
Yang Maha Pemurah telah mentakdirkan rizki bagi setiap hamba-Nya, namun Dia juga
memerintahkan hamba-Nya keluar untuk mencarinya.
Apabila ada yang bertanya, untuk apalagi kita beramal jika semuanya telah tercatat
(ditakdirkan)?
Maka, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hal ini ketika
menjawab pertanyaan Sahabat Suraqah bin Malik bin Ju’syum Radhiyallahu ‘anhu.
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“ ِاBeramallah kalian, karena semuanya telah dimudahkan oleh Allah menurut apa
yang Allah ciptakan atasnya. Adapun orang yang termasuk golongan orang-
orang yang berbahagia, maka ia dimudahkan untuk beramal dengan amalan
orang-orang yang berbahagia. Dan adapun orang yang termasuk golongan
orang-orang yang celaka, maka ia dimudahkan untuk beramal dengan amalan
orang-orang yang celaka”8
Orang yang beramal baik, maka Allah akan memudahkan baginya untuk menuju surga.
Begitu pun orang yang beramal keburukan, maka Allah akan memudahkan baginya untuk
menuju neraka. Hal ini menunjukkan tentang kesempurnaan ilmu Allah, juga
10
sempurnanya kekuasaan, qudrah dan iradah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.
Meskipun setiap manusia telah ditentukan menjadi penghuni surga atau menjadi penghuni
neraka, namun setiap manusia tidak dapat bergantung kepada ketetapan ini, karena setiap
manusia tidak ada yang mengetahui apa-apa yang dicatat di Lauhul Mahfuzh. Kewajiban
setiap manusia adalah berusaha dan beramal kebaikan, serta banyak memohon kepada
Allah agar dimasukkan ke surga.
Meskipun setiap manusia telah ditakdirkan oleh Allah Ta’ala demikian, akan tetapi Allah
tidak berbuat zhalim terhadap hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
َ امِ َمم اْنم ْ ْ َمما ِْ َمم
َل َْمفَْْ ْا َنمْلم ممِْمِْل اف ِنلمفْ اا ْح َل ا ْ لمَ لِّْ م ا ْمَّل ِظم ا كف َاَْ ان اممم
ْ ِْ ْا
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang shalih, maka (pahala-nya) untuk
dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas
dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-
hamba(Nya)”. [Fushshilat/41:46].
Setiap manusia diberi oleh Allah berupa keinginan, kehendak, dan kemampuan. Manusia
tidak majbur (dipaksa oleh Allah). Allah Ta’ala berfirman:
ْمِ َح َ َءمَ ْ َْمم ْ َْا ِْلمََْْل ََاْْ مَا مَْ َْممَْْل َْمأ
َ ﴿٢٨﴾مَ ل مِ َفَْلفْ اننمْم
َم ْ اِن ْءم اف ْن َممأْل َْ ا
“(Yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan
kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Allah, Rabb semesta alam”. [at-Takwir/81 :28-29].
Orang yang ditakdirkan oleh Allah untuk menuju surga, maka dia pun akan dimudahkan
oleh Allah untuk melakukan amalan-amalan shalih. Begitu juga orang yang ditakdirkan
oleh Allah untuk menuju neraka, maka dia pun dimudahkan oleh Allah untuk melakukan
amalan-amalan kejahatan9.
9 https://almanhaj.or.id/12017-proses-penciptaan-manusia-dan-ditetapkannya-amalan-
hamba.html
11
dan tinggal atau menetap dalam rahim dengan cara berpegangan pada selaput,
lendir dan lengan otot sesudah tersusunnya placenta. Jika yang sudah dibuahi
tersebut menetap di saluran “fallopian” dan bukan di “uterus” (rahim) kehamilan
terganggu. Jika embrio sudah dapat dilihat dengan mata biasa (tidak memakai
tehnologi), embrio tersebut terlihat seperti segumpal daging, namun di dalam
daging tersebut bentuk manusia belum tampak jelas. Bentuk manusia terjadi
secara bertahap dan menimbulkan tulang belulang serta perlengkapan lainnya
seperti otot, sistem syaraf sistem sirkulasi, pembuluh-pembuluh di lain-lain.
Tahapan-tahapan seperti tersebut di atas dalam bahasa Arab disebut
dengan “athwar”, seperti firman Allah SWT dalam al-Quran surat Nuh ayat 14
yang artinya “Padal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa
tingkatan kejadian”. Sayyid Quthb memahami kata “athwar” adalah proses
kejadian manusia melalui beberapa fase pertumbuhan yakni mulai dari betemunya
sperma dan ovum kemudian menjadi janin dalam perut ibu hingga lahir seorang
manusia yang sempurna fisiknya. Bucaile mengemukakan bahwa kata “athwar”,
dalam ayat tersebut merupakan proses kejadian melalui tahapan-tahapan yakni:
setetes cairan yang menyebabkan terjadinya pembuahan (fecondation).
Watak dan zat cair yang membuahi. Menetapnya telor yang sudah dibuahi.
Perkembangan embrio. Dalam perspektif Bucaile tentang proses kejadian manusia
diawali dengan setetes cairan yang menyebabkan pembuahan (fekondation).
Setetes cairan tersebut dalam bahasa al Qur-an adalah “Nuthfah”. Kata “nuthfah”
dalam pandangan Bucaille adalah setetes sperma (air mani). Pandangan Bucaille
sejalan dengan apa yang ditulis oleh Munawir tentang “Nuthfah. Nuthfah adalah
sesuatu yang menetes atau sesuatu yang mengalir. Dengan demikian kata tersebut
menunjukkan air yang ingin tetap dalam suatu wadah atau tempat yang telah
kosong. Setetes air yang dimaksud adalah setetes air sperma, seperti yang
diungkapkan dalam Firman-Nya “bukankah ia dahulu setetes mani yang
ditumpahkan?”
(QS. Al-Qiyamah: 37).
Sesuatu yang ditumpahkan memerlukan tempat atau wadah untuk
menampung yang ditumpahkan. Dalam hal ini wadah. Dalam hal ini adalah wadah
atau tempat penampung tetap, yang selanjutnya menjadi tempat berprosesnya
sesuatu yang ditampung. Wadah atau tempat penampungan tersebut dalam bahasa
al-Qur‟an disebut dengan “qarar” yakni alat kelamin. Ungkapan “qarar” terdapat
dalam al-Quran surat alMu‟minun ayat 13 yang artinya”Kemudian jadikan
saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat kokoh (rahim)”. Sementara
kata “makin” Bucaille tidak sanggup memberikan pengertian yang tepat kedalam
bahasa Prancis, akan tetapi ia memberikan pengertian kata tersebut dengan yang
terhormat, tinggi dan kokoh lagi kuat”. Yang jelas “makin” adalah suatu tempat
yang telah dipersiapkan dalam rahim seorang ibu atau perempuan sebagai tempat
menyimpan janin yang kelak akan menjadi seorang bayi (manusia). Karena rahim
merupakan tempat bertumbuhnya emberio maka ia dilengkapi dengan tiga lapisan
yang terdiri10:
a). Chorion (dinding ari-ari atau plasenta).
b). Amnion (dinding perut)
c). Uterus (dinding rahim).
10 Nizar Ali.Hadis versus sains, memahami hadist-hadist musykil (Yogyakarta:2008) hal 44-48
12
Lapisan-lapisan tersebut dalam bahasa al-Quran disebut tiga kegelapan,
firman-Nya dalam surat al-Zumar ayat 6 yang artinya: “Dia ciptakan kamu di
dalam rahim ibumu dari satu stadium ke stadium berikutnya dengan diliputi 3
(tiga) lapis taqbir (dinding) kegelapan”. Tim penyusun Tafsir al-Muntakhab
seperti dikutip M. Quraish Shihab memberikan tafsiran tentang kata “fi zulumat
salasa” dalam ayat tersebut sebagai berikut (M. Quraish Shihab,2003).
a) Perut, rahim dan plasenta atau selaput pembalut janin.
b). Perut, chorion dan amnion.
c). Perut, punggung dan rahim.
Pendapat penyusun tafsir al-Muntakhah tersebut di atas jika dibandngkan
dengan pendapat Bucaille terdapat perbedaan dalam menyusun urutan lapisannya,
yakni; dalam tafsir al Muntakhah menggabungkan antara perut, rahim dan
plasenta jadi satu, demikian pula dengan pula perut, chorion dan amnion dijadikan
satu. Sementara Bucaile semua hal tersebut dipisah satu sama lain. Bucaile sendiri
tidak memasukan punggung dan rahim dalam dinding atau lapisan yang terdapat
pada rahim seorang ibu. Apapun persepsi tentang ayat di atas pada prinsipnya
tidaklah merubah pendirian dan keyakinan kita sebagai seorang muslim bahwa
semua itu merupakan kekuasaan Allah yang luar biasa dan pantas untuk
direnungkan sekaligus dipikirkan betapa tidak, bagaimana rahim seorang ibu yang
setiap saat dan detik senantiasa bergerak sejalan dengan gerakan si ibu dan
berguncang disetiap kali si ibu bepergian. Inilah yang digambarkan Allah dalam
firman-firman-Nya: bayi yang begitu berat kadang-kadang bisa 3 kg beratnya
bahkan lebih, namun kandungan itu tidak pernah rusak.11
11 Journal of Natural Science and Integration, Vol. 1, No. 1, April 2018, Hal. 78-94
13
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Nizar. 2008.Hadis versus sains, memahami hadist-hadist musykil.
Yogyakarta : Teras
https://bincangsyariah.com/kalam/hadis-tentang-tahapan-penciptaan-manusia-
dan-garis-takdirnya di akses 06 November 2019 pukul 22.00
14