Anda di halaman 1dari 55

PROSES PENCIPTAAN MANUSIA DAN

KEBANGKITANNYA DI HARI KIAMAT


A. Al – Qur’an Surah Al – Mukminin Ayat 12 – 16
1. Pengertian Surah Al – Mukminin
Surah al-Mu’minun adalah salah satu surah yang disepakati oleh ulama turun
sebelum Nabi Muhammad saw. berhijrah ke Madinahatau yang diistilahkan dengan surah
Makkiyyah. Memang, ada juga segelintir kecil ulama yang menduga sebagai ayatnya turun
di Madinah. Nama al-Mu’minun atau al-Mu’minin dikenal sejak masa Nabi saw. Surah ini
merupakan surah yang ke-76 jika ditinjau dari perurutan turunnya surah. Iaturun sebelum
surah al-Mulk/Tabarak, dan sesudah surah ath-Thur.

2. Surah Al – Mu’minun (ayat 12 – 16)

‫ين‬ٍ ‫) ث ُ َّم َج َع ْل َنا ُه نُ ْط َفةً فِ ْي َق َر ٍار َّم ِك‬12( ‫ين‬ ٍ ‫س ََل َل ٍة ِم ْن ِط‬ ُ ‫ان ِم ْن‬ َ ‫س‬ ِ ْ ‫َو َل َق ْد َخ َل ْق َنا‬
َ ‫اْل ْن‬
‫س ْونَا‬ َ ‫ضغَةَ ِع َظا ًما فَ َك‬ ْ ‫ضغَةً فَ َخلَ ْقنَا ا ْل ُم‬ ْ ‫علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا ا ْلعَلَقَةَ ُم‬ َ َ‫) ث ُ َّم َخلَ ْقنَا النُّ ْطفَة‬13(
‫) ث ُ َّم إِنَّ ُك ْم بَ ْع َد‬14( ‫ين‬
َ ‫س ُن ا ْل َخا ِل ِق‬ َ ‫ّللاُ أ َ ْح‬
َّ َ‫ارك‬ َ َ‫ا ْل ِع َظا َم لَ ْح ًما ث ُ َّم أ َ ْنشَأْنَاهُ َخ ْلقًا آ َخ َر فَتَب‬
(16( ‫ون‬ َ ُ ‫) ث ُ َّم إِنَّ ُك ْم يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة ت ُ ْبعَث‬15( ‫ون‬ َ ُ ‫ذَ ِلكَ لَ َم ِيت‬
(12) Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari saripati(berasal) dari tanah. (13)
Kemudian, Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).
(14)Kemudian, Kami air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang
(berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Penciptayang paling baik. (15)Kemudian setelah itu,
sesungguhnya kamu pasti mati.(16)Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan (dari
kuburmu) pada Hari Kiamat.1

3. Tafsir Surah Al – Mu’minun (ayat 12 – 16)


a. Tafsir Ayat [12]
Dan sesungguhnya, Kami telah menciptakan manusia dari saripati (berasal) dari tanah.
Yang jelas kata (‫ )سَل لة‬sulalah terambil dari kata (‫)سل‬salla yang antara lain
berarti mengambil, mencabut. Patron kata ini menganduk makna sedikit sehinggga kata
sulalah berarti mengambil sedikit dari tanah dan yang diambil itu adalah saripatinya.2

1
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, jilid VI. (Jakarta : Lentera Abadi, 2010). h.475-476
2
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 8 (Jakarta: Lentera Hati, 2002). h 337
Sesungguhnya Kami (Allah) telah menciptakan manusia dari suatu
saripati(berasal) dari tanah. Ada segolongan ahli tafsir menyatakan, bahwa yang
dimaksud dengan manusia disini adalah keturunan Adam termasuk kita sekalian, yang
berasal dari air mani. Dari hasil penelitian ilmiah, sebenarnya air mani itu pun berasal
dari tanah setelah melalui beberapa proses perkembangan. Makanan yang merupakan
hasil bumi, yang dimakan oleh manusia, dan alat pencernaannya berubah menjadi cairan
yang bercampur dengan darah yang menyalurkan bahan-bahan hidup dan vitamin yang
dibutuhkan oleh tubuh manusia keseluruh bagian anggotanya.3Dengan makanan itu
teraturlah jalan darahnya, dan tidak dapat hidup kalau bukan dari zat bumi tempat dia
dilahirkan itu. Dalam tubuh yang sehat, mengalirlah darah, berpusat pada jantung dan
dari jantung mengalirlah darah itu keseluruh tubuh. Dalam darah itu terdapat zat yang
akan menjadi mani. Setetes mani terdapat beribu-ribu bahkan bermilliun “tampang”
yang akan dijadikan manusia, yang tersimpan dalam shulbi laki-laki dan taraib
perempuan.4
Jika manusia itu meninggal dunia dan dimasukkan kedalam kubur didalam tanah,
maka badannya akan hancur lebur dan kembali menjadi tanah lagi, sesuai dengan
firman Allah:

‫ِم ْن َها َخلَ ْقنَا ُك ْم َوفِ ْي َها نُ ِع ْي ُد ُك ْم َو ِم ْن َها نُ ْخ ِر ُج ُك ْم تَا َرةً ا ُ ْخ َرى‬
Darinya (tanah) itulah Kami menciptakan kamu dan kepadanyalah Kami akan mengembalikan
kamu, dan dari sanalah Kami akan mengeluarkan kamu pada waktu yang lain.(Taha /20:55).5

b. Tafsir Ayat [13]


Kemudian, Kami menjadikannya air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kukuh (rahim).
Nuthfah terambil dari kata ‫ن ط ف‬, dari akar kata ini muncul kata‫(النطفة‬an-
natfah)artinya mutiara dan‫(النطفة‬an-nutfah) artinya air yang jernih atau air mani
(sperma). Dalam ayat ini kata nutfah adalah hasil pertemuan antara satu sel atau lebih
dari sperma laki-laki yang memancar dan ovum atau sel telur dirahim perempuan.

3
Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. h 477
4
Hamka, Tafsir Al-Azhar, juz XVII (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001). h 18
5
Kementerian Agama RI, Loc.Cit.
Menurut ilmu kedokteran, dari ribuan sel mani yang dipancarkan biasanya hanya
satu sel yang mampu menerobos dan bertemu dengan ovum. Jika sel yang berhasil
bertemu dengan ovum itu lebih dari satu, akan terjadi bayi kembar.6
Kemudian kami (Allah) tempatkan saripati air mani itu dalam tulang rusuk sang
suami yang dalam persetubuhan dengan istrinya ditumpahkan kedalam rahimnya, suatu
tempat penyimpanan yang kukuh bagi janin sampai saat kelahirannya.7

c. Tafsir Ayat [14]


Kemudian, Kami air mani itu kami jadikan sesuatu yang melekat, lalu sesuatu yang melekat itu
Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk
yang (berbentuk) lain. Mahasuci Allah, Pencipta yang paling baik.
‘Alaqah berasal dari kata artinya yang tergantung atau menempel dan berdempet,
artinya sepotong daging yang akan membentuk menjadi bayi, atau sejenis cacing dalam
air, bila itu diminum cacing itu akan menyangkut dikerongkongan.‫(العلقة‬il-‘ilqah)
artinya benda yang bernilai yang menjadi andalan pemiliknya.
Para ulama dahulu memaknai ‘alaqah sebagai segumpal darah, tetapi penelitian
ilmiah yang dilakukan cenderung mengartikan sebagai‫( العلق‬al-‘alaq) sesuatu yang
bergantung atau menempel didinding rahim. Menurut para pakar embriologi, setelah
terjadi pembuahan yaitu bertemunya sperma dan ovum dalam rahim, membentuk
nuthfah, kemudian terjadi proses dimana nuthfah membelah diri menjadi dua, empat
dan seterusnya. Dan kemudian bergerak menuju dinding rahim, dan pada akhirnya
menempel atau bergantung disana, inilah yang disebut ‘alaqah dalam Al-Qur’an. dalam
fase ini menurut pakar embriologi sama sekali belum ditemukan unsur darah, karena itu
tidak tepat menurut mereka mengartikan ‘ alaqah dengan segumpal darah.8
Mudgah terambil dari kata yang artinya mengunyah. Atau bisa juga diartikan
dengan sesuatu yang bentuknya kecil sehingga bisa dikunyah. Yang dimaksud dengan
dalam ayat ini adalah ‘alaqah yang berubah bentuknya pada fase berikutnya menjadi
segumpal daging.9

6
Ibid. h.476
7
Ibid. h.477
8
Ibid. h.476
9
Ibid. h.476
Kemudian air mani itu Kami (Allah) kembangkan dalam beberapa minggu
sehingga menjadi al-‘alaq dijadikan segumpal daging, dan segumpal daging dijadikan
tulang belulang, dan ada bagian yang dijadikan daging, laksana pakaian penutup tubuh,
kemudian dijadikan makhluk yang (berbentuk) lain, setelah ditiupkan Roh ke dalamnya,
sehingga menjadi manusia yang sempurna, dapat berbicara, melihat, mendengar,
berfikir yang tadinya hanya merupakan benda mati. Maka Mahasuci Allah, Pencipta
Yang Paling Baik.10
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu dia pun bertukar rupa
menjadi segumpal darah. Ketika Ibu telah hamil dalam dua tengah tiga bulan.
Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si Ibu, pendingin, pemarah, berubah-
ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia
beransur kian membeku, membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus
hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air
yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu. Mulanya hanya
sekumpulan tulang, tetapi kian sehari telah ada bentuk kepala, kaki, dan tangan dan
seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian diselimuti oleh daging.”Kemudian
itu Kami ciptakan satu bentuk yang lain.” Pada saat itu dianugerahkan kepadanya “roh”,
maka bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang dan daging
itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi manusia. “Maha Suci Allah,
Tuhan yang sepandai-pandai membentuk.” (ujung ayat 14).11

d. Tafsir Ayat [15]


Kemudian setelah itu, sesungguhnya kamu pasti mati.
Kepintaran manusia telah sangat maju, sehingga telah dapat membuat bom Nuklir
dan dapat menembus ruang angkasa dan telah mendarat di bulan. Tetapi ingatlah asal
kejadianmu dan ingat pula akhirnya kamu akan mati. Kamu tidak akan lama dalam
dunia ini. Sebab itu janganlah kamu hendak menguasai dunia untuk dirimu seorang.
Umur kita terlalu pendek jika dibanding dengan umur dunia. Daerah kita terlalu sempit
jika dibandingkan dengan luasnya alam. Apa yang tinggal jika kita mati?

10
Ibid. h.477
11
Hamka, Op.Cit, 2001. h.18.
Adakah hartabenda yang kita kumpulkan, dan pangkat tinggi yang kita capai dan
bintang-bintang yang menghias dada akan menolong kita jika Malaikat Maut datang ?.12
Kemudian, sesungguhnya kamu, wahai anak cucu Adam sekalian, sesudah itu,
yakni sesudah melalui proses tersebut dan ketika kamu berada di pentas bumi ini dan
melalui lagi proses dari bayi, anak kecil, remaja, dewasa, tua, dan pikun, benar-benar
kamu akan mati, baik pada masa pikun maupun sebelumnya. Kemudian, setelah kamu
mati dan dikuburkan.13
Kemudian sesudah penciptaanmu yang pertama itu, kamu sekalian pasti akan
menemui ajalmu yang telah ditentukan Allah, sebagaimana firmannya :

‫ت َونَ ْبلُ ْو ُك ْم ِبالش َِّر َوا ْل َخ ْي ِر فِتْنَةً َواِلَ ْينَا ت ُ ْر َجعُ ْو َن‬
ِ ‫ُك ُّل نَ ْف ٍس ذَائِقَةُ ا ْل َم ْو‬
Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu denagn keburukan dan
kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami (al-Anbiya/21 :
35)
e. Tafsir Ayat [16]
Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan (dari kuburmu) pada Hari Kiamat
Sesungguhnya kamu sekalian pada Hari Kiamat nanti akan dibangkitkan dari
kubur kamu untuk dimintai pertanggungjawaban, lalu masing-masing Kami beri balasan
dan ganjaran.14Untuk dihisab segala amal perbuatanmu selama berada didunia ini, yang baik
akan diberi pahala, yang buruk akan diberi siksa.15

B. Alquran Surah As – Sajdah

1. Pengertian Surah As-Sajdah


Surah ini diberi nama surah As-Sajdah karena di dalamnya Allah menuturkan sifat
orang-orang mukmin yang berbakti dan jika mereka mendengar Alquran yang agung, “m
ereka segera bersujud seraya bertasbih dan memuji Tuhannya, dan lagi pula mereka
tidaklah sombong’’.
Surah As-Sajdah adalah Makiyyah, sebagaimana surah-surah Makiyyah lainnya,
surah ini mengetengahkan pembahasan pokok-pokok Akidah Islam, yaitu Iman kepada
Allah, Hari Kiamat, Kitab-Kitab, Rasul-Rasul, ba’ts dan balasan amal perbuatan. Fokus

12
Ibid h.21.
13
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol 8 (Jakarta: Lentera Hati, 2002). h.336
14
Ibid h. 336
15
Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. h.477
pembahasan surah ini adalah mengenai ba’ts setelah mati yang begitu lama
diperbincangkan oleh orang-orang kafir dan menjadikannya sebagai batu loncatan untuk
mendustakan Nabi.
Tema utamanya serupa dengan tema utama surah-surah Makkiyyah, yaitu ajakan
tunduk kepada Allah Yang Maha Esa, Pencipta alam raya dan manusia, serta pengaturnya,
juga tentang kebenaran Nabi Muhammad SAW. Dan kepada beliau diwahyukan Alquran
serta kepercayaan dan keniscayaan kiamat. Demikian pandangan Sayyid Quthub
Thabathaba’i menekankan temanya pada uraian tentang penciptaan, kebangkitan, dan
pembuktiannya, serta bantahan atas dalih yang terlintas dalam benak menyangkut hal
tersebut sambil mengisyaratkan tentang kenabian dan kit ab suci.16
2. Surah As-Sajdah (ayat 9-12)

‫ار َواْل َ ْفئِ َدةَ قَ ِليَلً َّما‬ َ ‫ص‬َ ‫س ْم َع َواْل َ ْب‬ َّ ‫س َّواهُ َونَفَ َخ فِي ِه ِم ْن ُّر ْو ِح ِه َو َجعَ َل لَ ُك ُم ال‬ َ ‫ث ُ َّم‬
ِ َ‫ق َجدِي ٍد بَ ْل ُه ْم بِ ِلق‬
‫اء‬ ٍ ‫ض َءإِنَّا لَ ِفي َخ ْل‬ ِ ‫ضلَ ْلنَا فِي اْل َ ْر‬ َ ‫) َوقَالُ ْوا َء إِذَا‬٩( ‫ون‬ َ ‫شك ُُر‬ ْ َ‫ت‬
َ ُ‫ت الَّذِي ُو ِك َل بِ ُك ْم ث ُ َّم إِلَى َربِ ُك ْم ت ُ ْر َجع‬
‫ون‬ ِ ‫) قُ ْل يَت َ َوفَّا ُك ْم َّملَكُ ا ْل َم ْو‬١٠( ‫ون‬ َ ‫َربِ ِه ْم كَافِ ُر‬
‫س ِم ْعنَا‬
َ ‫ص ْرنَا َو‬َ ‫س ِه ْم ِع ْن َد َر ِب ِه ْم َربَّنَا ا َ ْب‬
ِ ‫س ْوا ُر ُءو‬ ُ ‫ون نَا ِك‬ َ ‫) َولَ ْو ت َ َرى اِ ِذ ا ْل ُم ْج ِر ُم‬١١(
)١٢( ‫ون‬ َ ُ‫صا ِل ًحا ِإنَّا ُموقِن‬ ْ َ‫ف‬
َ ‫ار ِج ْعنَا نَ ْع َم ْل‬
Artinya :
(9) Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia
menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati. (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
(10) Dan mereka berkata: "Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-
benar akan berada dalam ciptaan yang baru?” Bahkan mereka mengingkaripertemuan dengan
Tuhannya. (11) Katakanlah kami, ”Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan
mematikan kamu, kemudian kepada Tuhanmu, kamu akan dikembalikan.”(12) Dan (alangkah
ngerinya), jika sekiranya kamu melihat orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepala di
hadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka
kembalikanlah kami (ke dunia), niscaya kami akan mengerjakan kebajikan. Sungguh kami adalah
orang-orang yang yakin.”. 17

3. Tafsir Surah As-Sajdah (ayat 9-12)


a. Tafsir Ayat [9]

16
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op.cit. h.187-188
17
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an & Tafsirnya, jilid VII. (Jakarta : Lentera Abadi, 2010). h.580-585
Kata ( ‫ )سواه‬sawwahu/menyempurnakannya mengisyaratkan proses lebih lanjut
dari kejadian manusia setelah berbentuk organ-organnya. Ini serupa dengan ahsan
taqwim. Dalam QS. Al-Infithar [82]:7 disebut tiga proses pokok penciptaan: Dia Yang
telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu lalu menjadikanmu
seimbang. Tahap pertama mengisyaratkan pembentukan organ-organ tubuh secara
umum, tahap kedua adalah tahap pengahalusan dan penyempurnaan organ-organ itu,
dan tahap ketiga adalah tahapan peniupan ruh ilahi yang menjadikan manusia memiliki
potensi untuk tampil seimbang, memiliki kecenderungan kepada keadilan atau dalam
istilah surah Al-Infithar di atas (‫‘ )عد لك‬adalaka yakni menjadikanmu adil.
Kata (‫ ) من رو حه‬min ruhihi secara harfiah berarti dari ruh-Nya, yakni Ruh Allah.
Ini bukan berarti ada”bagian’’ Ilahi yang dianugerahkan kepada manusia. Karena Allah
tidak terbagi, tidak juga terdiri dari unsur-unsur. Dia adalah shamad tidak terbagi dan
tidak terbilang. Yang dimaksud adalah ruh ciptaan-Nya. Penisbahan ruh itu kepada
Allah adalah penisbahan pemuliaan dan penghormatan. Ayat ini bagaikan berkata : Dia
meniupkan ke dalamnya ruh yang mulia dan terhormat dari (ciptaan)-Nya.
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah memulai penciptaan manusia dari tanah.
Menurut Sayyid Quthub, ini dapat juga dipahami dalam arti tanah adalah permulaan
atau tahapannya yang pertama. Ayat ini tidak menjelaskan beberapa tahap yang dilalui
manusia sesudah tahap tanah itu, tidak juga dijelaskan beberapa jauh dan berapa
lamanya. Ini boleh jadi sebagai isyarat tentang awal kejadian sel pertama di bumi ini,
dan bahwa sel itu lahir dari tanah dan bahwa tanah adalah periode yang mendahului
peniupan ruh atas izin Allah. Alquran tidak menjelaskan bagaimana kejadiannya dan
berapa lama masa yang dilaluinya atau berapa jumlah tahap-tahapnya. Sekali lagi, itu
semua terpulang kepada hasil penelitian yang shahih. Tidak ada dari penelitian itu yang
bertentangan dengan teks Alquran yang pasti yang menyatakan bahwa asal usul
manusia yang pertama adalah tanah.18
Kemudian di dalam rahim perempuan, Allah menyempurnakan kedian nutfah itu,
sehingga berbentuk manusia. Kemudian ditiupkan roh ke dalamnya. Dengan demikian
bergeraklah janin yang kecil itu. Setelah nyata kepadanya tanda-tanda kehidupan, Allah
menganugerahkan kepadanya pendengaran, penglihatan, akal, perasaan, dan sebagainya.

18
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002) h.368
Manusia pada permulaan hidupnya di dalam rahim ibu, sekalipun telah
dianugerahi mata, telinga, dan otak, tetapi ia belum dapat melihat, mendengar, dan
berpikir. Hal itu baru diperolehnya setelah ia lahir, dan semakin lama panca inderanya
itu dapat berfungsi dengan sempurna.19
Secara berurutan seperti berikut ini yaitu pada awal mulanya bayi sesudah
dilahirkan, ia hanya dapat mendengar saja, tetapi tidak dapat melihat selama tiga hari.
Kemudian secara berangsur-angsur ia mulai dapat melihat dan membedakan objek yang
dilihatnya persis seperti keadaannya.20
Pada akhirnya ayat ini, Allah mengatakan bahwa hanya sedikit manusia yang mau
mensyukuri nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya.21

b. Tafsir Ayat [10-11]


Kata ( ‫ )ضللنا‬dhalalna terambil dari kata ( ‫ )ضل‬dhalla yang dari segi pengertian
bahasa itu berarti hilang, bingung tidak mengetahui arah, makna ini kemudian
berkembang sehingga berarti binasa dan terkubur.
Menurut Thabathaba’i, ayat di atas menjawab dalih mereka dengan menyatakan
bahwa, “sebenarnya kalian tidak binasa. Kematian bukanlah kelenyapan diri kamu.
Tidak juga terkuburnya kamu mengakibatkan kamu hilang dan binasa. Malaikat maut
yang bertugas mengambil nyawa kamu sebenarnya mengambil kamu dari badan kamu
dalam keadaan sempurna. Dia mencabut ruh kamu dari badan kamu hanya dalam arti
memutus hubungan ruh itu dengan badan kamu, sedang arwah kamuitulah hakikat
kamu. ‘Kamu’ sebenarnya terpelihara, tidak ada sesuatu dari ‘kamu’ yang hilang atau
binasa di bumi, yang hilang dan berubah hanya badan yang memang selama ini selalu
berubah sejak kejadiannya. Kamu semua terpelihara sampai kamu kembali kepada
Tuhan dengan kembalinya ruh ke jasad masing-masing.” Begitu lebih kurang tulis
Thabathaba’i. Memang, manusia atau “aku” adalah substansi manusia atau kepribadian
manusia. Bukan badannya. Badan hanya mengikuti kepribadian itu dan yang ini tidak
binasa dengan matinya manusia.

19
Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. h.584
20
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, juz XXI. (Semarang:CV.Toha Semarang, 1992). h.202
21
Kementerian Agama RI, Loc.Cit
Ayat di atas menunjuk pencabut nyawa sebagai satu malaikat. Karena kata ( ‫) ملك‬
malak menunjuk kepada tunggal, jamaknya adalah kata ( ‫ ) مَل ئكة‬mala’ikah. 22
Katakanlah: malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan
mematikanmu,” katakanlah kepada mereka untuk menyanggah persangkaan mereka
yang batil : kalian akan dimatikan oleh malaikat maut dan kawan – kawan yang
ditugaskan untuk mencabut nyawa kalian,” kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu
akan dikembalikan,” kemudian kembali kalian adalah kepada Allah di Hari Kiamat
untuk hisab dan pembalasan. Ibnu Katsir berkata : yang jelas, malaikat maut adalah
satu sosok tertentu yang dalam sebagian hadits disebut Izrail dan inilah yang masyhur.
Izrail memiliki banyak pembantu sebagaimana disebutkan dalam hadits yang mencabut
nyawa dari seluruh badan. Ketika ruh sampai ditenggorokkan, maka Izrail
mencabutnya. Mujahid berkata : Bumi di hadapan Izrail bagaikan talam dan dia bias
mencabut apa yang dia inginkan di mana saja.23
Ayat ini (10) menerangkan tentang pertanyaan orang-orang musyrik kepada
Rasulullah saw, yang menunjukkan keingkaran dan kesombongan mereka. Mereka
berkata, “ Apakah apabila daging dan tulang belulang kami telah hancur menjadi tanah,
mungkinkah kami dihidupkan lagi seperti semula?”.
Dari pertanyaan di atas tergambar bahwa menurut mereka mustahil manusia dapat
hidup kembali setelah mati dan tubuhnya hancur menjadi tanah. Mereka tidak dapat
menggambarkan dalam pikirannya bagaimana besarnya Allah. Jika mereka ingin
mencapai kebenaran, mereka dapat mencari bukti-bukti kekuasan dan kebesaran Allah
pada penciptaan manusia. Mereka dahulu tidak ada, kemudian menjadi ada. Tentu
menciptakan kembali yang pernah ada lebih mudah bagi Allah . Sebenarnya jika mereka
mau berpikir tentu mereka sampai kepada kesimpulan bahwa segala sesuatu itu adalah
sama mudahnya bagi Allah, tidak ada yang sukar bagi-Nya.
Orang musyrik itu bukan hanya mengingkari kekuasaan Allah, tetapi juga
mengingkari adanya hari kebangkitan, yaitu hari semua manusia dihadapkan di
Mahkamah Agung Ilahiah.

22
M. Quraish Shihab, Op.Cit . h.376
23
Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Op.Cit . h.194
Ayat ini (11) menolak anggapan orang-orang musyrik yang menyatakan bahwa hari
kiamat itu tidak ada. Dalam ayat ini dikatakan, “Hai orang-orang musyrik,
sesungguhnya malaikat yang bertugas mencabut nyawa manusia, benar-benar menjaga
waktu, maka mereka mencabut nyawa orang itu tepat pada waktunya, tidak mundur
sesaat pun, dan tidak pula dipercepat walau sesaat ”. Hal ini berlaku bagi semua orang-
orang musyrik itu, dan mereka kembali di hari Kiamat dan diminta pertanggungjawaban
semua perbuatannya dengan adil.24
c. Tafsir Ayat [12]
Kata ( ‫) نكسوا‬nakisu terambil dari kata ( ‫) نكس‬nakasa yang berarti
menjadikansesuatu yang di atas berada di bawah. Seorang yang bangga dan percaya
diri, atau yang angkuh, akan menegakkan kepala. Berbeda dengan orang takut atau
merasa hina. Dia akan menundukkan kepala. Penundukan itu serupa dengan menjadikan
yang diatas berada dibawah. Dengan demikian, kata tersebut dipahami dalam arti
kehinaan dan penyesalan atas apa yang mereka lakukan selama ini.
Seringkali kata (‫‘)عند‬inda/di sisi bila menggambarkan keadaan seseorang di sisi
Allah, seperti firman-Nya di atas (‫‘)عند ربهم‬inda Rabbihim, itu mengandung makna
penghormatan, seperti firman-Nya melukiskan para syuhada bahwa merekaitu hidup di
sisi Tuhannya dengan mendapat rezeki (QS. Ali ‘Imran [3]:169]. Tetapi, karena konteks
ayat ini adalah para pendurhaka, kata di sisi pada ayat di atas adalah di sisi kekuasaa
atau pemeriksa-Nya.25
Allah memberitahukan kepada Rasul-Nya bahwa ia akan merasa ngeri jika
melihat keadaan orang-orang yang mengingkari hari Kiamat ketika mereka
menundukkan kepala dihadapan Allah karena malu dan takut atas segala tindakan dan
perbuatan mereka dalam hidup di dunia. Mereka menyatakan kepada Allah bahwa
mereka melihat kenyataan hari Kiamat itu benar-benar terjadi, dan merasakan pula
malapetaka yang menimpa pada hari itu. Mereka memohon agar diberi kesempatan
untuk kembali ke dunia sehingga dapat mengikuti semua yang dahulu mereka dustakan.
Mereka juga mengakui bahwa hanya Allah yang berhak disembah, yang menghidupkan
dan mematikan, serta yang membangkitkan kembali.

24
Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. h.587
25
M. Quraish Shihab, Op.Cit . h.191
Dalam ayat lain, Allah berfirman :

َ ‫َولَ ْو ت َ َرى اِ ْذ ُوقِفُ ْوا‬


ُ ‫علَى النَّ ِار فَقَالُ ْوا ياَلَ ْيت َنَا نُ َر ُّد َو َل انُ َكذ‬
‫ِب ِبآيَاتِنَا َر ِبنَا َونَك ُْو َن‬
‫ِم َن ا ْل ُم ْؤ ِمنِ ْي َن‬
Dan seandainya engkau (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, mereka
berkata, “Seandainya kami dikembalikan (ke dunia), tentu kami tidak akan mendustakan ayat-
ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman”. (al-An’am : 27).26

26
Kementerian Agama RI, Op.Cit, 2010. h.587-588
MANUSIA ADALAH MAKHLUK TERBAIK
A. SURAH AL-ISRA AYAT 70

َ‫۞ولَقَ ۡد َك َّر ۡمنَا بَ ِن ٓي َءادَ َم َو َح َم ۡل َٰنَ ُه ۡم ِفي ٱ ۡلبَ ِر َو ۡٱلبَ ۡح ِر َو َرزَ ۡق َٰنَ ُهم ِمن‬
َ
) ٧٠( ‫يٗل‬ ‫ض ا‬ِ ‫علَ َٰى َك ِث ٖير ِم َّم ۡن َخلَ ۡقنَا تَ ۡف‬َ ‫ض ۡل َٰنَ ُه ۡم‬ َّ
ِ َ‫ٱلط ِي َٰب‬
َّ َ‫ت َوف‬
“Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam, dan Kami angkat mereka di daratan
dan di lautan, dan Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas
banyak dari siapa yang telah Kami ciptakan, dengan kelebihan yang sempurna.”
Setelah menggambarkan anugerah-Nya ketika berada di laut dan di darat, baik terhadap
yang taat maupun yang durhaka, ayat ini menjelaskan sebab anugerah itu, yakni karena manusia
adalah makhluk unik yang memiliki kehormatan dalam kedudukannya sebagai manusia baik ia
taat beragama maupun tidak. Dengan bersumpah sambil mengukuhkan pertanyaan-Nya dengan
kata ( ‫ ) قَ ۡد‬qad, ayat ini menyatakan bahwa dan Kami, yakni Allah, bersumpah bahwa
sesungguhnya telah Kami muliakan anak cucu Adam dengan bentuk tubuh yang bagus,
kemampuan berbicara dan berpikir, serta berpengetahuan dan Kami beri juga mereka kebebasan
memilah dan memilih. Dan Kami angkut mereka di daratan dan di lautan dengan aneka alat
Transport yang Kami ciptakan dan tundukkan bagi mereka, atau yang Kami ilhami mereka
perbuatannya, agar mereka dapat menjelajahi bumi dan angkasa yang kesemuanya Kami
ciptakan untuk mereka. Dan Kami juga beri mereka rezeki dari yang baik-baik sesuai kebutuhan
mereka lagi lezat dan bermanfaat untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa mereka dan
Kami lebihkan atas banyak makhluk dari siapa yang telah Kami ciptakan dengan kelebihan
yang sempurna. Kami lebihkan mereka dari hewan dengan akal dan daya cipta sehingga menjadi
makhluk bertanggung jawab. Kami lebihkan yang taat dari mereka atas malaikat karena ketaatan
manusia melalui perjuangan melawan setan dan nafsu, sedangkan ketaatan malaikat tanpa
tantangan. Demikian seterusnya dan masih banyak lainnya.27
Kata ( ‫ ) َك َّر ۡمنَا‬karramna terambil dari akar kata yang terdiri dari huruf-huruf kap, re, dan
mim yang mengandung makna kemuliaan serta keistimewaan sesuai objeknya.28
Terdapat perbedaan antara ( ‫ ) فَض َّۡلنَا‬fadhdalna dan ( ‫ ) َك َّر ۡمنَا‬karramna. Yang pertama
terambil dari kata ( ‫ ) فضل‬fadhl, yakni kelebihan , dan ini mengacu kepada “penambahan” dari
apa yang sebelumnya telah dimiliki secara sama oleh orang-orang lain. Rezeki, misalnya,
dijamin dan di anugerahkan Allah kepada semua makhluk. Kelebihan rezeki kepada seseorang
menjadikan ia memiliki rezeki melebihi dai rezeki yang diberikan-Nya kepada orang lain, dan ini

27
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2011), h. 149
28
Ibid, h. 149
mengakibatkan terjadinya perbedaan antara seseorang dan yang lain dalam bidang rezeki.
Adapun Yong kedua, yakni karramna, seperti dikemukakan di atas, ia adalah Anugrah berupa
keistimewaan yang sifatnya internal. Dalam konteks ayat ini, manusia dianugerahi Allah
keistimewaan yang tidak dianugerahkan-Nya kepada selainnya dan itulah yang menjadikan
manusia mulia serta harus dihormati dalam kedudukannya sebagai manusia. Anugrah-Nya itu
untuk semua manusia dan lahir bersama kelahirannya sebagai manusia, tanpa membedakan
seseorang dengan yang lain. Inilah yang menjadikan Nabi Muhammad Saw. Berdiri
menghormati jenazah seorang Yahudi, yang ketika itu sahabat-sahabat Rasul Saw. Menanyakan
sikap beliau itu, Nabi saw. Menjawab: ”bukankah yang mati itu juga manusia?”29
Ayat diatas tidak menjelaskan bentuk kehormatan, kemuliaan, dan keistimewaan yang
dianugerahkan Allah kepada anak cucu Adam as. Itu agaknya untuk mensyaratkan bahwa
kehormatan tersebut banyak dan ia tidak khusus untuk satu ras atau generasi tertentu, tidak juga
berdasar agama atau keturunan, tetapi dianugerahkan untuk seluruh anak cucu Adam as.
Sehingga diraih oleh orang per orang, pribadi demi pribadi. Apa yang penulis sebutkan di atas
adalah sebagian dari kandungan perhormatan itu.30
Ada beberapa kesan yang timbul berkaitan dengan firman-Nya:
ۡ َ ‫ ) َوفَض َّۡل َٰنَ ُه ۡم‬Kwa fdhdhalnahum ala katsirin mimman khalaqna/dan Kami
َ ‫علَ َٰى َكثِ ٖير ِم َّم ۡن‬
( ‫خلَقنَا‬
lebihkan mereka atas banyak makhluk dari siapa yang belah kami ciptakan.31
Pertama, penggalan ayat ini tidak menyatakan bahwa Allah swt. Melebihkan manusia
atas semua ciptaan atau kebanyakan ciptaan-Nya, tetapi banyak diantar ciptaan-Nya. Atas dasar
itu, sungguh ayat ini tidak dapat dijadikan alasan untuk menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk Allah yang paling mulia atau paling sempurna. Kedua, ayat diatas mengisyaratkan
bahwa kelebihan itu dibanding dengan makhluk ciptaan Allah dari siapa yang yang telah
diciptakan-Nya. Kata dari siapa merupakan terjemahan dari kata ( ‫ ) ممن‬mimman yang terdiri
dari kata ( ‫ ) من‬min dan ( ‫ ) من‬man. Kata man bisa digunakan untuk menunjuk makhluk berakal.
Dari satu sisi, kita dapat berkata bahwa, jika Allah melebihkan manusia atas banyak makhluk
berakal, tentu saja lebih-lebih lagi makhluk tidak berakal. Di tempat lain, al-Qur’an menegaskan
bahwa alam raya dan seluruh isinya telah ditundukkan Allah untuk manusia(QS. Al-Jatsiyah
[45]: 13). Di sisi lain, kita juga dapat berkata bahwa paling tidak ada dua makhluk berakal yang
diperkenalkan al-Qur’an, yaitu jin dan malaikat. Ini berarti manusia berpotensi untuk mempunyai
kelebihan dibanding dengan banyak –bukan semua- jin dan malaikat. Maksudnya manusia tentu
saja manusia-manusia yang taat karena manusia yang durhaka dinyatakan-Nya bahwa: 32
َ َ ‫إِ ۡن ُه ۡم إِ ََّّل َك ۡٱۡل َ ۡن َٰعَ ِم بَ ۡل ُه ۡم أ‬
‫ض ُّل‬
“Mereka tidak lain kecuali bagaikan binatang ternak, bahkan lebih buruk” (QS. Al-Furqan [25];
44).

29
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2011), h. 150
30
Ibid, h. 150
31
Ibid, h. 151
32
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2011), h. 152
Ayat ini merupakan salah satu dasar menyangkut pandangan islam tentang Hak-Hak
Azazi Manusia. Manusia siapa pun harus dihormati dari hak-haknya tanpa perbedaan. Semua
memiliki hak hidup, hak berbicara dan mengeluarkan pendapat, hak beragama, hak memperoleh
pekerjaan dan berserikat, dan lain-lain yang dicakup oleh Deklarasi Hak-Hak Azazi Mannusia.
Hanya saja, perlu dicatat bahwa hak-hak dimaksud adalah anugerah Allah sebagaimana dipahami
dari kata karramna/ kami muliakan dan, dengan demikian, hak-hak tersebut tidak boleh
bertentangan dengan hak-hak Allah dan harus berada dalam koridor tuntunan agama-Nya.33

B. SURAH AT-TIN AYAT 1-6

Manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna

)٤(ۖ ‫س ِن ت ْق ِوي ٍْم‬ َ ‫اَّل ْن‬


َ ْ‫سانَ فِ ْي اح‬ ْ َ‫) َو َٰهذ‬۲(ۙ َ‫ط ْو ِر ِس ْينِيْن‬
ِ ْ َ‫) لَقَ ْد َخ َل ْقن‬۳(ۙ ‫االبَلَد ِْاَّلَ ِمي ِْن‬ ُ ‫) َو‬۱(ۙ ‫الز ْيت ُ ْو ِن‬
َّ ‫َوالتِي ِْن َو‬

Terjemah
(1) demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, (2) demi gunung Sinai, (3) dan demi negeri (mekkah)
yang aman ini. (4) sungguh, kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-
baiknya.

Tafsir
1. Dalam ayat ini, Allah bersumpah dengan tin dan zaitun. Ada yang berpendapat bahwa
tin dan zaitun adalah nama buah yang dikenal sekarang, yang menunjukkan kelebihan
kandungan yang dimiliki kedua buah itu. Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud
adalah tempat banyaknya tin dan zaitun itu tumbuh, yaitu yerusalem, tempat Nabi Isa lahir dan
menerima wahyu.34
Dua nama tumbuhan, ara (at-tin) dan zaitun (az-zaitun), dan dua tempat (bukit Sinai—
tempat Nabi Musa menerima wahyu; dan kota yang aman (mekah)—tempat Nabi Muhammad
menerima wahyu), digunakan Allah untuk menjadi semacam bukti kebenaran sumpah-Nya.
Beberapa ulama menyatakan bahwa at-tin dan az-zaitun sebenarnya juga menunjuk pada dua
tempat. At-Tin adalah bukit disekitar Damaskus, Siria. Sementara az-zaitun adalah tempat Nabi
Isa menerima wahyu.35
Ada juga yang memahami at-tin dan az-zaitun sebagai jenis tumbuhan. Buah ara (at-tin)
adalah buah dari sejenis pohon yang banyak tumbuh di kawasan Timur Tengah. Buahnya bila
telah matang berwarna coklat dan mempunyai biji seperti tomat. Rasanya manis dan dinilai
memiliki gizi yang tinggi.36

33
Ibid, h. 152
34
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Jilid X Juz 28-29-30,
(Jakarta : Lentera Abadi, Cetakan 2010), h. 710
35
Ibid, h.710
36
Ibid, h.710
Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa buah ara memiliki kandungan serat yang sangat
tinggi dibandingkan buah lainnya. Satu buah ara yang sudah dikeringkan mengandung 20% serat
dari yang dianjurkan untuk dikonsumsi orang setiap harinya. Sebagaimana diketahui, penelitian
yang dilakukan dalam beberapa decade terakhir menunjukkan bahwa serat dari tumbuhan sangat
penting agar alat pencernaan dapat berfungsi dengan baik. Serat akan membantu system
pencernaan dan juga dapat mencegah seseorang terkena kanker usus.37
Kandungan yang dimiliki oleh buah ara juga sangat menjanjikan. Buah ini mengandung
antioksidan yang dapat mencegah timbulnya beberapa penyakit. Antioksidan berperan untuk
menetralisir beberapa unsur yang merusak (free radical), baik yang dihasilkan di dalam tubuh
(karena beberapa reaksi kimia dalam pencernaan) atau masuk ke dalam tubuh dari luar.
Kandungan phenol pada buah ara juga tinggi. Bahan phenol ini berfungsi sebagai antiseptic
untuk membunuh mikroba.38
Penelitian di Universitas Rutgers di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa kandungan
yang tinggi dari omega-3, omega-6 dan phytosterol, maka buah ara sangat potensial untuk
menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Sebagaimana diketahui, omega-3 dan omega-6 tidak
dapat diproduksi oleh tubuh. Keduannya hanya dapat diperoleh dari asupan makanan. Kedua
jenis asam lemak ini juga sangan berpengaruh terhadapt kinerja jantung, otak dan system saraf.
Phytosterol sendiri berfungsi untuk menghilangkan kolesterol yang diperoleh dari daging,
sebelum kolesterol tersebut masuk ke dalam system jaringan darah.39
Pohon ara mengandung mineral yang cukup lengkap dibandingkan buah lainnya. Dari 40
gram buah ara mengandung 244 mg kalium (sebanyak 7% dari kebutuhan per hari), 53 mg
kalsium (6% dari kebutuhan per hari) dan 1,2 mg besi (6% dari kebutuhan per hari). Tingginya
kadar kalsium ini hanya dikalahkan oleh jeruk.40
Buah ara juga dipercaya mempercepat penyembuhan pada seseorang yang sedang sakit.
Buah ini mengandung bahan-bahan yang diperlukan agar badai si pasien cepat segar dan
berenergi. Komponen nutrisi utama yang dikandung buah ara adalah gula. Persentasenya cukup
tinggi, yaitu sebanyak 51% sampai 74% dari seluruh bagian tubuh.41
Demikian pula halnya dengan zaitun. Sederetan penelitian telah mengungkapkan
berbagai manfaat buah zaitun untuk kesehatan manusia. Zaitun, yang diberi pujian sebagai
“pohon yang penuh berkah” dalam ayat 35 surah an-Nur [24], adalah tumbuhan perdu, jenis-
jenisnya tersebar di kawasan sekitar Laut Tengah. Pohonnya dapat mencapai umur ratusan tahun.
Buah zaitun sapat dipanen untuk masa yang sangat panjang.42
Sebagai bahan makanan, buah zaitun mengandung beberapa unsur yang diperlukan
manusia, seperti protein yang cukup tinggi, zat garam, besi dan fosfor, vitamin A dan B. Zaitun

37
Ibid, h.710
38
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Jilid X Juz 28-29-30,
(Jakarta : Lentera Abadi, Cetakan 2010),Ibid, h.710
39
Ibid, h.710
40
Ibid, h.711
41
Ibid, h.711
42
Ibid, h.711
juga dikenal sebagai penghalus kulit dan digunakan dalam industry sabun. Minyaknya juga
memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki minyak hewani dan nabati lainnya. Diketahui
bahwa minyak zaitun menyehatkan jantung dan pembuluh darah.43
Beberapa kegunaan minyak zaitun adalah untuk kesehatan jantung san pembuluh darah,
pencegahan kanker, arthistis, memperlambat proses penuaan, membantu pertumbuhan pada
anak-anak, menurunkan tekanan darah tinggi, serta kegunaan lain bagi berbagai organ bagian
dalam.44

2. Setelah itu, Allah bersumpah dengan gunung Sinai, tempat Nabi Musa menerima
wahyu (Taurat). Mengenai bahwa Nabi Musa menerima wahyu di tempat itu dikisahkan pula
antara lain dalam Surah al-A’raf [7] : 144.45
Allah berfirman yang artinya:

“wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau dari manusia yang lain (pada
masamu) untuk membawa risalah-Ku dan firman-Ku, sebab itu berpegang-teguhlah kepada apa
yang aku berikan kepadamu dan hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur.” (a;-
A’raf [7]: 144)

Dalam surah ayat sebelumnya dikisahkan bagaimana Nabi Musa naik bukit Sinai untuk
menerima wahyu. Dalam ayat ini dinyatakan pengangkatan Musa sebagai nabi dan menerima
wahyu yaitu kitab taurat.46

3. selanjutnya Allah bersumpah dengan “negeri yang damai” maksudnya adalah mekah,
tempat Nabi Muhammad lahir dan menerima wahyu. Bahwa Mekah adalah tempat asal Nabi
Muhammad dinyatakan pula antara lain dalam surah Muhammad [47]: 13 yang artinya: 47

Dan betapa banyak negeri yang(penduduknya) lebih kuat dari (penduduk) negerimu
(Muhammad) yang telah mengusirmu itu. Kami telah membinasakan mereka; maka tidak ada
seorang pun yang menolong mereka. (Muhammad [47]: 13)

Dalam ayat ini terdapat informasi bahwa beliau telah dipaksa meninggalkan negeri
asalnya, yaitu tempat kelahirannya (Mekah) dan hijrah ke Madinah.48
Berdasarkan ayat-ayat lain lebih tepat dipahami bahwa ketiga ayat di atas menyatakan
tempat ketiga nabi itu lahir atau menerima tugas kenabian mereka. Di dalam ayat-ayat lain,

43
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Jilid X Juz 28-29-30,
(Jakarta : Lentera Abadi, Cetakan 2010), h.711
44
Ibid, h.711
45
Ibid, h.711
46
Ibid, h.712
47
Ibid, h.712
48
Ibid, h.712
ketiga nabi itu memang sering disebutkan bersamaan, misalnya dalam surah as-saff [61]: 5-6
yang artinya: 49

Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, wahai, “wahai kaumku! Mengapa kamu
menyakitiku, padahal kamu sungguh mengetahui bahwa sesungguhnya aku utusan Allah
kepadamu?” maka ketika mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik. Dan (ingatlah) ketika Isa putra
Maryam berkata, “wahai Bani Israil! Sesungguhnya aku utusan Allah kepadamu, yang
membenarkan kitab (yang turun) sebelumnya, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan
seorang rasul yang akan dating setelahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” Namun ketika
rasul itu dating kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “
adalah sihir yang nyata.” (as-Saff [61]: 5-6)

Dalam perjanjian lama, kitab ulangan 33 ayat 2 juga dinyatakan tempat ketiga nabi itu,
“tuhan telah dating dari Sina’ dan terbit kepada mereka di Seir, kelihatan Dia dengan gemerlapan
cahayanya dari gunung Paran. “Sina’ adalah Sinai tempat nabi Musa menerima wahyu, Seir
adalah pegunungan di Baitul Maqdis tempat Nabi Isa lahir dan menerima kenabian dan
pegunungan Paran adalah pegunungan Mekah, tempat Nabi Muhammad lahir dan menerima
kenabiannya.50

4. setelah bersumpah dengan buah-buahan yang bermanfaat atau tempat-tempat yang


mulia itu, Allah menegaskan bahwa Dia telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan
psikit terbaik. Dari segi fisik, misalnya, hanya manusia yang berdiri tegak sehingga otaknya
bebas berpikir, yang menghasilkan ilmu dan tangannya juga bebas bergerak untuk
merealisasikan ilmunya itu, sehingga melahirkan teknologi. Bentuk manusia adalah yang paling
indah dari semua makhluk-Nya. Dari segi psikis, hanya manusia yang memiliki pikiran dan
perasaan yang sempurna. Dan lebih-lebih lagi, hanya manusia yang beragama. Banyak
keistimewaan manusia dari segi fisik dan psikis itu yang tidak mungkin diuraikan di sini.51
Penegasan Allah bahwa Dia telah menciptakan manusia dengan kondisi fisik dan psikis
terbaik itu mengandung arti bahwa fisik dan psikis manusia itu perlu dipelihara dan
ditumbuhkembangkan. Fisik manusia dipelihara dan ditumbuhkembangan dengan memberinya
gizi yang cukup dan menjaga kesehatannya. Dan psikis manusia dipelihara dan
ditumbuhkembangkan dengan memberinya agama dan pendidikan yang baik. Maka manusia
akan dapat memberikan kemanfaatan yang besar kepada alam ini. Dengan demikianlah ia akan
menjadi makhluk termulia.52

49
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Jilid X Juz 28-29-30,
(Jakarta : Lentera Abadi, Cetakan 2010), h.712
50
Ibid, h.713
51
Ibid, h.713
52
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Jilid X Juz 28-29-30,
(Jakarta : Lentera Abadi, Cetakan 2010), h.713
Kejatuhan manusia ketingkat terendah

َ ‫ت فَلَ ُه ْم اَجْ ٌر‬


)٦(ۗ ‫غي ُْر َم ْمنُ ْو ٍن‬ َ ‫) ا ََِّّلالَّ ِذيْنَ َٰا َمنُ ْو َاو‬٥(ۙ َ‫سافِ ِليْن‬
ِ َٰ‫ع ِملُواالص ِلح‬ َ ‫ث ُ َّم َردَد َْٰنهُ ا َ ْسفَ َل‬

Terjemah
5. kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendanya. 6. Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan kebajikan; maka mereka akan mendapat pahala yang tidak ada
putus-putusnya.

Tafsir
5. manusia yang paling baik dan sempurna kejadiannya itu akan menjadi tidak berguna
bila tidak dijaga pertumbuhannya dan tidak dipelihara kesehatannya. Manusia yang paling
sempurna rohaninya itu akan menjadi jahat dan merusak di muka bumi ini bila tidak diberi
agama dan psendidikan yang baik. Manusia yang lemah akan menjadi beban dan menusia yang
jahat akan merusak masyarakatnya.. akhirnya di akhirat ia akan masuk neraka. Dengan demikian,
manuisa itu akan menjadi makhluk terhina.53
6. yang terhindar dari kehinaan itu adalah orang-orang yang beriman dan berbuat baik.
Dengan demikian, tolok ukur kemuliaan adalah iman dan perbuatan baik itu. Hal itu karena iman
berarti mengakui adana Allah dan nilai-nilai yang diajarkan-Nya. Pengakuan itu akan menjadi
jalan hidup atau akidahnya dan karena telah menjadi akidahnya, maka nilai-nilai itu akan
dilaksanakannya dengan sepenuh hatinya. Karena nilai-nilai yang diajarkan Allah seluruhnya
baik, maka manusia yang melaksanakannya akan menjadi manusia baik pula. Semakin tinggi
akidah seseorang semakin baik perbuatannya, sehingga ia akan menjadi manusia terbaik dan
termulia.54
Manusia yang memiliki sikap hidup yang didasarkan ataas iman dan perbuatan baik itu
akan memperoleh balasan dari Allah tanpa putus-putusnya. Iman dan perbuatan baiknya itu akan
berbuah di dunia, berupa kesentosaan hidup baginya dan bagi masyarakatnya dan kebahagiaan
hidup di akhirat di dalam surga.55

C. SURAH AL-A’RAF AYAT 175

َ َٰ ‫ش ۡي‬
۱٧٥ َ‫ط ُن فَ َكانَ ِمنَ ۡٱلغَا ِوين‬ َ ‫ِي َءات َ ۡي َٰنَهُ َءا َٰيَتِنَا فَٱن‬
َّ ‫سلَ َخ ِم ۡن َها فَأ َ ۡتبَ َعهُ ٱل‬ ٓ ‫َوٱ ۡت ُل َعلَ ۡي ِه ۡم نَبَأ َ ٱلَّذ‬

53
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) Jilid X Juz 28-29-30,
(Jakarta : Lentera Abadi, Cetakan 2010), h.714
54
Ibid, h.714
55
Ibid, h.714
“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami anugrahkan kepada ayat-ayat
Kami kemudian dia menguliti diri darinya maka dia diikuti oleh setan sehingga jadilah dia
termasuk orang-orang sesat.”56
Ayat ini berbicara tentang mereka dengan memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw.
Bahwa: Dan bacakanlah kepada mereka, yakni sampaikan tahap demi tahap kepada kaum
musyrikin, berita yang sungguh penting lagi benar menyangkut orang yang telah Kami
anugrahkan kepada ayat-ayat Kami, yakni mengilhaminya dan memudahkan baginya meraih
pengetahuan tentang keesaan Allah dan tuntunan-tuntunan agama, kemudian dia menguliti diri
darinya, yakni menanggalkan diri dari pesan ayat-ayat itu, dan tidak mengamalkannya maka dia
diikuti oleh setan sampai dia tergoda sehingga jadilah dia termasuk orang-orang sesat.57
Sementara ulama menjadikan ayat ini sebagai perumpamaan bagi setiap orang yang telah
mengetahui kebenaran dan memilikinya, tetapi enggan mengikuti tuntunan kebenaran bahkan
menyimpang darinya. Ada juga yang memahami ayat ini sebagai peristiwa seorang tertentu yang
hendaknya menjadi pelajaran bagi manusia. Yang bersangkutan telah dianugrahi Allah swt.
Pengetahuan tetapi sedikit demi sedikit mengabaikan pengetahuannya dan terjerumus dalam
kesesatan. Pendapat ini mereka kuatkan dengan penggunaan bentuk tunggal pada kata (‫ِي‬ ٓ ‫ ) ٱلَّذ‬al-
ladzi yang diterjemahkan dengan “orang yang” bukan ( َ‫“ ) ٱلَّذِين‬alladzina / orang-orang.”
Namun, para ulama itu berbeda pendapat tentang siapa yang dimaksud. Ada yang menunjuk
kepada seorang dari Bani Israil, yang bernama Bal’am bin Ba’ur, tetapi tulis Ibnu ‘Asyur, bal’am
yang disebut pada perjanjian lama: bilangan 22-23-24 adalah seorang yang taat dan saleh lagi
tidak berubah keadaannya. Ada lagi yang menduga bahwa yang dimaksud adalah Umayyah bin
ash-Shalet ats-Tsaqafi, yang tadinya menolak penyembahan berhala dan persekutuan Allah,
enggan memakan bangkai dan meminum khamar. Ia mempelajari agama Yahudi dan Nasrani
tetapi tidak puas, kemudian mengetahui bahwa Allah akan mengutus nabi. Ia berharap dialah
orangnya, tetapi ternyata Nabi Muhammad saw sehingga mereka mengikuti beliau.58
Ada lagi yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Nu’man al-Khazraji yang
bergelar Abu ‘Amir bin shaifi Arrahib. Ia tadinya telah menganut agamakristen, kemudian
mengalku mengikuti agama Nabi Ibrahim as. Tetapi, ketika Nabi Muhammad saw. Diutus , ia
menolak kenabian beliau dan akhirnya ikut bersama kaum musyrikin memerangi Nabi saw. Pada
perang Hunain.59
Kesimpangsiuran tentang siapa yang dimaksud mengantar penulis mendukung pendapat
yang meyatakan bahwa ayat ini adalah perumpamaan bagi setiap orang yang telah mengetahui
kebenaran kemudian menolaknya.60
َ َ‫سل‬
Kata ( ‫خ‬ َ ‫ ) ٱن‬insalakhal / menguliti terambil dari kata ( ‫ ) َسلَ َخ‬salakna yaitu membeset
atau menghapus kulit sesuatu sehingga terpisah secara penuh kulit dan daging/isi sesuatu.61

56
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2011), h. 372
57
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2011), h. 372
58
Ibid, h. 372
59
Ibid, h. 373
60
Ibid, h. 373
Firman-Nya: ( ‫ط ُن‬ َ َٰ ‫ش ۡي‬
َّ ‫ ) فَأ َ ۡتبَعَهُ ٱل‬fa atba’ahu saf-syaithan ada yang memahaminya dalam arti
dia diikuti sehingga terkejar oleh setan lalu menggodanya sehingga dia terjerumus. Ada juga
yang memahaminya bahwa yang bersangkutan demikian bejat dan durhaka. Maka, setan sang
pendurhaka itu yang mengikutinya, bukan dia yang mengikuti setan.62
Firman-Nya: ( َ‫ ) فَ َكانَ ِمنَ ۡٱلغَا ِوين‬fakana Mina ghawin / sehingga jadilah dia termasuk
orang-orang yang sesat menunjukkan bahwa kesesatannya sudah demikian jauh sehingga ia
telah wajar dimasukkan dalam kelompok itu. Seperti telah telah berulang-ulang dikemukakan
bahwa memasukkan seseorang dalam satu kelompok tertentu menunjukkan kemantapan serta
kemampuannya yang luar biasa menyangkut profesi kelompok itu sehingga redaksi semacam itu
lebih dalam maknanya daripada redaksi dia adalah sesat.63
Kata ( َ‫ ) ۡٱلغَا ِوين‬al-ghawin terambil dari kata (‫ )ٱلغي‬al-ghayy, yakni kesesatan. Penggalan
ayat ini mengisyaratkan bahwa yang bersangkutan telah tersesat dan keluar dari jalur yang benar
karena ia melupakan/meninggalkan arah dan tujuan yang harus dicapainya.64

AYAT 176-177

‫ب إِن ت َ ۡح ِم ۡل‬ِ ‫ض َوٱتَّبَ َع ه ََو َٰى ُۚهُ فَ َمثَلُ ۥهُ َك َمث َ ِل ٱ ۡل َك ۡل‬ ِ ‫َولَ ۡو ِش ۡئنَالَ َرفَعۡ َٰنَهُ بِ َها َو َٰلَ ِكنَّ ٓۥهُ أ َ ۡخلَدَ إِلَى ۡٱۡل َ ۡر‬
َٰ
‫ص لَعَلَّ ُه ۡم‬
َ ‫ص‬َ َ‫ص ۡٱلق‬ ِ ‫ص‬ ُ ‫َعلَ ۡي ِه يَ ۡل َه ۡث أ َ ۡو ت َ ۡت ُر ۡكهُ يَ ۡل َه ُۚث ذَّ ِل َك َمث َ ُل ۡٱلقَ ۡو ِم ٱلَّذِينَ َكذَّبُواْ بِا َٰيَتِن َُۚا فَ ۡٱق‬
۱٧٧ َ‫ظ ِل ُمون‬ ۡ َ‫س ُه ۡم َكانُواْ ي‬ َ ُ‫سا ٓ َء َمث َ اٗل ۡٱلقَ ۡو ُم ٱلَّذِينَ َكذَّبُواْ بِا َٰيَتِنَا َوأَنف‬ َ ۱٧٦ َ‫يَتَفَ َّك ُرون‬
“Dan sekiranya Kami menghendaki, pasti Kami meninggikannya dengannya, tetapi dia
mengekal ke dunia dan menurutkan hawa nafsunya, maka perumpamaannya seperti anjing. Jika
engkau menghalaunya ia menjulurkan lidahnya dan jika engkau membiarkannya ia menjulurkan
lidahnya juga. Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.
Maka, ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan terhadap diri mereka sendirilah mereka berbuat
zalim.”
Ayat ini menguraikan keadaan siapa pun yang melepaskan diri dari pengetahuan yang
telah dimilikinya. Allah swt. Menyatakan bahwa dan sekiranya Kami menghendaki, pasti Kami
Menyu cikan jiwanya dan meninggikan derajatnya dengannya, yakni melalui pengalamannya
terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal, yakni cenderung menetap terus-menerus, di dunia
menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan tenang menghadapinya dan menurutkan
dengan penuh antusias nafsunya yang rendah, maka, perumpamaannya adalah seperti anjing
yang selalu menjulurkan lidahnya. Jika engkau menghalaunya ia menjulurkan lidahnya dan jika
engkau membiarkannya, yakni tidak menghalaunya ia menjulurkan lidahnya juga. Demikian

61
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2011), h. 373
62
Ibid, h.374
63
Ibid, h.374
64
Ibid, h.375
itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka, ceritakanlah
kepada mereka dan siapa pun kisah-kisah itu agar mereka berpikir sehingga tidak melakukan
apa yang dilakukan oleh yang dikecam ini. Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami karena mereka mengabaikan tuntutan pengetahuannya bukan
berbuat zalim dan terhadap diri mereka sendirilah bukan terhadap orang lain mereka terus
menerus berbuat zalim.65
Kata ( ‫ ) يلهث‬yalhats terambil dari kata ( ‫ ) لهث‬lahatsa, yaitu terengah-engah karena sulit
bernapas seperti yang baru beru berlari cepat. Penggalan ayat ini mengutarakan suatu fenomena,
yaitu behwa anjing selalu menjulurkan lidah saat dihalau maupun dibiarkan. Ini disebabkan
anjing tidak memiliki kelenjar keringat yang cukup dan yang berguna untuk mengatur suhu
badan. Karena itulah, untuk membantu mengatur suhu badannya, anjing selalu menjulurkan
lidah. Sebab, dengan cara membuka mulut yang biasa dilakukan dengan menjulurkan lidah ,
anjing dapat bernapas lebih banyak dari biasanya.66
Kedua ayat di atas memberikan perumpamaan tentang siapa pun yang sedemikian dalam
pengetahuannya sampai-sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya, seperti melekatnya kulit
apa daging. Namun, ia menguliti dirinya sendiri, dengan melepaskan tuntunan pengetahuannya.
Ia diibaratkan seekor anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya. Biasanya yang
terengah-engah adalah yang letih atau yang kehausan membutuhkan air, tetapi anjing
menjulurkan lidahnya tidak hanya ketika dia letih atau kehausan, tetapi sepanjang hidupnya ia
selalu demikian, sama dengan seorang yang memperoleh pengetahuan tetapi terjerumus
mengikuti hawa nafsunya. Seharusnya pengetahuan tersebut membentengi dirinya dari perbuatan
buruk, tetapi ternyata, baik ia butuh maupun tidak, baik ia telah memiliki hiasan duniawi maupun
belum, ia terus-menerus mengejar dan berusa mendapatkan dan menambah hiasan duniawi itu
karena yang demikian telah menjadi sifat bawaannya seperti anjing tersebut. Sungguh buruk
keadaan siapa pun yang demikian. Adakah yang lebih buruk dari seorang yang menguliti dirinya
sendiri, menelanjanginya dengan menanggalkan pakaian indah, serta melepaskan sesuatu yang
dapat meninggikan derajatnya? Adakah yang lebih buruk dari siapa yang menempelkan dirinya
ke bumi padahal dia dapat mengangkasa? Adakah orang yang lebih menganiaya dirinya lebih
dari ini? Tidak ada!

Perbedaan Dunia dan akhirat (KeL0MOK 3)


A. SURAH AL-HIJR (QS.15:39-42)
   
   
  
   
    
    

65
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2011), h. 375
66
Ibid, h.375
    
   
Artinya:
39. Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti
aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti
aku akan menyesatkan mereka semuanya,
40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka".
41. Allah berfirman: "Ini adalah jalan yang lurus, kewajiban Aku-lah (menjaganya).
42. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali
orang-orang yang mengikut kamu, Yaitu orang-orang yang sesat.

1. Tafsir surah Al-Hijir ayat 39:


   
   
  
“Iblis berkata: ‘Ya Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkan aku, niscaya aku benar-
benar akan menggoda manusia dimuka bumi, dan niscaya aku benar-benar akan
menyesatkan mereka semua’.”(QS.15:39)

 Menurut Tafsir Ibnu Katsir


Allah SWT berfirman ,memberitakan tentang iblis dan pembangkangan serta arogansinya,
dia berkata kepada Rabb (   ) “Oleh sebab
Engkau telah mencantumkan bahwa aku sesat. “Sebagian ulama mengatakan: “Iblis bersumpah
degan penyesatan Allah SWT kepadanya. “Aku mengatakan :”Ada kemungkinan artinya adalah
disebabkan Engkau telah menyesatkanku; (  ( Pasti
aku akan menjadikan mereka memandang baik(perbuatan maksiat),”maksudnya baik bgaianak
cucu Adam. (  ) “Dimuka bumi,”aku akan menjadikan mereka
senang berbuat maksiat atau durhaka, menyukainya,membantu mereka dan mendorong mereka
kepadanya dengan sungguh-sungguh, (

) ”Dan pasti aku akan menyesatkanmereka


semuanya”.
 Menurut Tafsir Jalalain Jilid 2
(   ( ”Iblis
berkata: ‘Ya Tuhanku, karena Engkau telah menyesatkan aku”, maksudnya karena Engkau telah
memberikan keputusan sesaat kepadaku, huruf ba’ )di sini mengandung makna qasam
(sumpah)- (    (
“niscaya aku benar-benar akan menggoda manusia dimuka bumi” dengan perbuatan maksiat
(  ) “dan niscaya aku benar-
benar akan menyesatkan mereka semua’.”
 Menurut Tafsir Al Misbah jilid 6
Kata () terambil dari kata al-ghayy yaitu kerusakan dan
kebejatan. Ia digunakan juga dalam arti kesesatan.
Huruf ba’ pada kata () ada yang memehaminya berfungsi sebagai huruf yang
digunakan untuk bersumpah sehingga kata tersebut merupakan sumpah iblis.
Firmanya-Nya yang berartikan: menjelaskan arena pertarungan antara manusia dan setan,
sekaligus menjelaskan cara yang digunakannya. Demikian Sayyid Quthub yang lebih lanjut
menulis, “bahwa tidaklah seseorang melakukan satu kedurkahaan kecuali ada sentuhan setan
dala0 memperindah dan mempereloknya serta menampakkan berbeda dengan hakikat dan
keburukannya. Karena itu, handaklah manusia sadar tentang cara setan ini dan berhati-hati setiap
dia menemukan perindahan bai sesuatu dan setiap dia mendapatkan kecendrungan pada dirinya,
jangan sampai dibalik itu ada setan. Ketika itu, hendaklah dia segera berhubungan dengan Allah
SWT, menyembah –Nya dengan tekun, karena setan pada saat itu sesuai pengakuan sendiri tidak
akan mampu memperdayanya.”

 Menurut Tafsir Annur


Merasa dirinya masuk dalam makhluk yang sesat, iblis berkata kepada Allah: “Tuhan
ku,karena Engkau menyesatkan aku dan menghilangkan harapanku untuk memperoleh rahmat-
Mu, maka aku akan membuat anak keturunan Adam akan memandang indah berbagai macam
kemaksiatan. Akuakan menarik hari mereka untuk berbuat maksiat. Aku akan menyesatkan
mereka, sebagaimana Kamu menyesatkan aku, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas
mengerjakan ketaan kepada mu dank au telah menaufikkannya untuk menerima hidayah-Mu.
Terhadap mereka itu, aku tidak mempunyai kekuasaan untuk memengaruhinya.
2. Tafsir surah Al-Hijir ayat 40:
   


“Kecuali hamba-hambaMu yang (Mukhlis) di antara mereka. “(QS.15:40)


 Menurut Tafsir Al Misbah jilid 6
Kata () terambil dari kata ( (yang berarti suci, murni,
tidak bercampur dengan yan selainnya. Kata tersebut pada ayat ini ada yang membacanya
dengan memfathahkan huruf lam(al-mukhlashin) dan dengan demikian, ia menjadi objeknya
yang dipilih dan dijadikan Allah SWT husus bagi diri-Nya, dan ada juga yang mengkashrahkan
huruf lam (al-mukhlisihin) sehingga yang bersangutan merupakan pelaku yang tulus
pengabdiannya lagi suci murni semata-mata kepada Allah SWT pun akan memilihnya untuk
berada di hadirat-Nya sehingga dia didekatkan oleh-Nya kepada-Nya dan siapa yang berada
dihadirat Yang Maha Suci, tidak mungkin setan akan menyentuhnya.
3. Tafsir surah Al-Hijir ayat 41:

    



“Allah berfirman : ‘Ini adalah jalan lurus yang menjadi kewajibanKu’.”(QS.15:41)

 Menurut Tafsir Jalalain Jilid 2


) ‘Dia berfirman”, yakni Allah SWT ( 
 ) “ini adalah jalan lurus yang menjadi
kewajibanKu” (untuk menjaganya).

 Menurut Tafsir Al Misbah jilid 6


Kata ( ) yang diterjemahkan diatas dengan kewajiban-Ku. Ada ulama seperti
ath-Thabari yang memehaminya dalam arti ilayyal kepada-Ku sehinggal penggalan ayat ini
seakan-akan berkata, “inilah jalan menuju kepada-Ku” atau ini adalah jalan yang Aku sendiri
yang menetapkannya, dan Aku sendiri yang akan memberi balasan dan ganjaran sesuai dengan
sikap dan amal yang menelusurinya. “Tetapi, pendapat ini tidak didukung oleh banyak ulama
karena ia mengalihkan satu redaksi yang memiliki makna tertentu lagi popular kepada makna
yang lain, padahal tidak ada halangan untuk memahaminya seperti maknanya yang populer lagi
semula itu.

 Menurut Tafsir Annur


Apa yang kamu terangkan itu, jawab Allah atas permintaan iblis, yaitu kau tidak sanggup
memperdaya hamba-hamba Ku yang ikhlas adalah suatu jalan yang lempeng,yang Aku telah
gariskan dan Aku telah menetapkannya.
Untuk menghilangkan persangkaan bahwa setan dapat meguasai hamba-hamba Allah yang
ikhlas, yang dapat dipahami dari firman Allah:
Inna ’ibaadil laisa laka ‘alaihim sul-thaanun illaa manittaba’akaa minal ghaawiin =
Sesungguhnya (terhadap) hamba-hamba-Ku, bagimu tidak ada kekuasaan atas mereka, kecuali
terhadap orang0orang sesat yang mengikurimu.
Sesungguhnya tidak ada hamba-haba-Ku yang dapat kamu kuasai, baik mereka orang yang
ikhlas ataupuntidak,kaecuali mereka yang sesat, yang dengan sengaja mengikutimu.

4. Tafsir surah Al-Hijir ayat 42:

     


     
“Sesungguhnya hamba-hambaKu tidak ada kekuasaan bagimu atas mereka, kecuali orang-orang
sesat yang suka mengikutimu.”(QS.15:42)
 Menurut Tafsir Jalalain Jilid 2
() “Sesungguhnya hamba-hambaKu”, yakni orang-orang yang
beriman ( 
 )” tidak ada kekuasaan bagimu atas
mereka”,maksudnya tidak ada kekuatan untuk memperingaruhi mereka () “kecuali”
melainkan (   )
“orang-orang sesat yang suka mengikutimu”, yaitu orang-orang kafir.

 Menurut Tafsir Al Misbah jilid 6


Kata () biasanya digunakan al-Qur’an untuk hamba-hamba Allah yang taat,
atau yang bergelimang dalam dosa tetapi telah menyadari dosanya. Ini berbeda dengan kata ‘abid
yang digunakan al-Qur’an untuk hamba-hamba-Nya yang durhaka dan yang wajar mendapat
siksa-Nya.
Ayat ini memperhadapkan kata ‘ibad dengan kata al-ghawin, yang dimaksud dengan
kata-kata yang kedua ini adalah mereka yang hatinya lebih cenderung kepada kesesatan dan
kedurhakaan, bukan mereka yang telah benar-benar sesat dan durhaka.
B. SURAH AL-HADID (QS. 57:20)
  
   
   
   
  
   
     
  
    
   
  
Artinya:

20. Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu
yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan
Para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu Lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari
Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang
menipu.

Tafsir :

  


    

(Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan) sebagai perhiasan

   


   

(dan bermegah megahan anatttara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan
anak) artinya, menyibukkan diri di dalamnya. Adapun mengenai ketaatan dan hal-hal yang
membantu menuju kepadanya termasuk perkara-perkara akhirat-



(seperti) keidupan dunia yang menyilaukan kalian dan kepunahannya sesudah itu bagaikan –



(hujan) bagaikan air hujan-

 

 (yang membuat orang-orang bertani merasa kagum) merasa takjub-


(akan tanam-tanamannya) yang tumbuh disebabkan turunnya hujan itu-



(kemudian tanaman itu menjadi kering) lapuk dan kering

     

(dan kamu lihat warnanya yang kuning itu kemudian menjadi hancur) menjadi keropos dan
berjatuhan ditiup angin.-

   

(Dan di akhirat ada azab yang keras) bagi oang-orang yang lebih memilih keduniawian

     

(dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya) bagi orang-orang yang lebih memilih akhirat
daripada dunia.-

  

(Dan kehidupan dunia ini tidak lain) maksudnya bersenang-senang dalam dunia ini tiada lain-

  

(hanyalah kesenangan yang menipu).67

C. SURAH AL-A’LA (QS. 87:16-19)

  


   
    

67
Imam Jalalud-Din Al-Mahalliy Dan Imam Jalalud-Din As-Suyuthi, terjemahan tafsir jalalain
berikut asbaabun nuzuul jilid 4, (bandung: sinar baru algensindo bandung), hal 2386-2387
   
  

Artinya:

16. Tetapi kamu (orang-orang) kafir, memilih kehidupan duniawi.


17. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.
18. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab terdahulu,
19. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa.

Tafsir Al – Mishbah jilid 15

AYAT 16 – 17

Kata tu’tsirun terambil dari kata atsra yang berarti mengambil sesuatu tanpa mengambil
yang lain sehingga terasa semacam penilaian keistimewaan tersendiri pada sesuatu yang diambil
itu, keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain. Dalam bahasa Arab dikenal kata – kata:
itsa’tsara Allahu bi-fulan. Maksudnya, Allah telah memilihnya (mewafatkannya) karena adanya
keistimewaan pada yang wafat itu tidak dimiliki oleh orang – orang lain ketika itu. Kata ad-
dunya terambil dari kata dana yang berarti dekat atau dari kata danii’ yang berarti hina.

Arti pertama menggambarkan kehidupan dunia adalah kehidupan yang dekat serta dini dan
dialami sekarang, sedangkan kehidupan akhirat adalah kehidupan jauh dan akan datang.

Yang beranggapan bahwa kata dunyaa terambil dari kata yang berarti hina ingin
menggambarkan betapa hina kehidupan dunia ini, khususnya bila dibandingkan dengan
kehidupan akhirat. Manusia yang memilih kenikmatan dunia adalah mereka yang tergiur oleh
kenikmatan dan keindahan yang bersifat sementara.

Kata khair/lebih baik, dan abqaal/lebih kekal, keduanya berbentuk superlatif. Ini memberi
kesan perbandingan dengan kehidupan duniawi, surga lebih baik dan kekal disbanding dengan
kenikmatan dunia. Ini berarti bahwa kenikmatan dunia pun mempunyai segi kebaikannya, namun
kehidupan akhirat kelak jauh lebih baik dan lebih kekal.

AYAT 18 – 19
“Sesungguhnya ini benar – benar dalam kitab – kitab yang dahulu, (yaitu) kitab – kitab Ibrahim
dan Musa”

Setelah ayat yang lalu menjelaskan tentang hakikat kehidupan, ayat di atas menekankan
bahwa: Hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru karena sesungguhnya ini benar – benar terdapat
juga dalam kitab – kitab yang dahulu, yaitu kitab – kitab Ibrahim dan Musa.

Kata haadzaa, yang merupakan isyarat kepada sesuatu yang dekat, oleh sementara ulama
dianggap sebagai menunjuk kepada kandungan ayat – ayat 14 dan 15 yang berbicara tentang
keberuntungan yang diperoleh mereka yang menyucikan dirinya. Ada juga yang menjadikan
isyarat tersebut menunjuk kepada ayat 17 yang menjelaskan kenikmatan, kebaikan dan
kekekalan kehidupan akhirat.

Kata shuhuf adalah bentuk jamak dari shahifah, yang pada mulanya berarti sesuatu yang
dihamparkan. Memang, untuk mudahnya menulis sesuatu, ia dihamparkan, dari sini sesuatu
yang ditulisi, seperti buku atau kertas dan sebagainya, dinamai shahiffah.

Ayat ini bermaksud mnegaskan bahwa apa yang dikemukakan oleh ayat – ayat di atas,
bukanlah sesuatu yang dibawa Nabi Muhammad SAW, tetapi ia merupakan ajaran para nabi
terdahulu, seperti Musa dan Ibrahim, bahkan hakikat tersebut tercantum dalam shuhuf/kitab –
kitab suci mereka.

Nabi Muhammad SAW. datang untuk mengingatkan dan menyempurnakan agama yang
dibawa oleh para Nabi sebelum beliau. Agama Allah dan dalam prinsip pokoknya pada
hakikatnya adalah sama, tidak berbeda, yang berbeda hanya pada perinciannya.

Tafsir Jalalain jilid 3

Ayat 16

( َ‫“ )بَ ْل تُؤْ ثِ ُرون‬tetapi kamu (orang – orang kafir) memilih”, dibaca dengan dua titik di atas huruf ta’
ْ “kehidupan
( َ‫ )تُؤْ ثِ ُرون‬dan dua titik ibawah huruf ya’ ( َ‫)يُؤْ ثِ ُرون‬, yakni mengutamakan (‫)ال َح َياة َ الدُّ ْن َيا‬
duniawi”, atas akhirat.

Ayat 17
َ “sedangkan kehidupan akhirat”, yang meliputi surga, (‫“ ) َخي ٌْر َوأَ ْبقَى‬adalah lebih baik dan
(ُ ‫)و ْاْل ِخ َرة‬
lebih kekal”

Ayat 18

(‫“ )إِ َّن َٰ َهذَا لَ ِفي‬sesungguhnya ini”, yakni dibahagiakannya orang yang mensucikan diri, dan kondisi
akhirat yang lebih baik, (‫ف ْاۡلُولَ َٰى‬ ُّ ‫“ )لَ ِفي ال‬benar – benar terdapat dalam kitab – kitab
ِ ‫ص ُح‬
terdahulu”, yang diturunkan sebelum Al – Qur’an.

Ayat 19

(‫س َٰى‬
َ ‫ِيم َو ُمو‬
َ ‫ف ِإب َْراه‬
ِ ‫ص ُح‬
ُ ) “(yaitu) kitab – kitab Ibrahim dan Musa”, yaitu sepuluh kitab milik Nabi
Ibrahim dan kitab Taurat milik Nabi Musa.

Tafsir Adhwa’ul Bayan jilid 2

Lafadz ( َ‫“ )تُؤْ ثِ ُرون‬kamu (orang – orang kafir) memilih” dibaca dengan huruf ta dan ya
kembali pada “orang – orang yang celaka (kafir) (yakni) orang yang akan memasuki api yang
besar (neraka)”. (QS. Al – A’laa[87]: 11 – 12)

Ayat ini menggunakan huruf ta untuk khitab yang lebih umum, yang perintah ini lebih
umum bagi umat terdahulu, dan disebut pada kitab – kitab terdahulu yang semuanya umum,
yaitu kitab Ibrahim as. dan kitab Musa as. yang menunjukkan segi kepentingannya, dan hal ini
merupakan perkara bagi kebanyakan manusia.

Al Qurthubi meriwayatkan dari Malik bin Dinar, ia berkata: “seandainya dunia dari emas
yang pasti musnah dan akhirat dari tembikar yang abadi, maka seharusnya mengutamakan
tembikar yang abadi dibanding dengan emas yang pasti musnah. Lalu bagaimana yang ada disini
akhirat dari emas yang kekal dan dunia dari tembikar yang pasti musnah?”

Allah SWT menerangkan tempat kembali yang baik (surge) ini dengan sesuatu yang
disifatinya: ‫ “ َو ْاْل ِخ َرة ُ خَ ي ٌْر َوأَ ْبقَى‬sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (QS.
Al – A’laa [87]: 17).

Orang yang memilih akhirat adalah pemenang dibandingkan dengan orang yang memilih
dunia, seperti diterangkan dalam firman – Nya “kehidupan dunia dijadikan indah dalam
pandangan orang – orang kafir, dan mereka mamandang hina orang – orang yang beriman.
Padahal orang – orang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di Hari Kiamat. Dan Allah
memberi rezeki kepada orang – orang yang dikehendaki – Nya tanpa batas”. (QS. Al – Baqarah
[2]:212)

Dengan menjadi jelas, bahwa factor yang menyebabkan manusia memilih kehidupan dunia
adalah, manusia memandang keindahan dan perhiasan dunia dimata mereka berupa harta, anak,
kuda dan binatang ternak.

Tafsir Ibnu Katsir

(‫“ )بَ ْل تُؤْ ثِ ُرونَ ْال َحيَاة َ الدُّ ْنيَا‬tetapi kamu memilih kehidupan duniawi.” Artinya , kalian lebih
mengutamakan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat. (‫)و ْاْل ِخ َرة ُ َخي ٌْر َوأ َ ْبقَى‬
َ “sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. maksudnya, pahala Allah di alam akhirat
itu lebih baim daripada dunia dan lebih kekal, karena dunia itu sangat hina dan fana sedangkan
akhirat itu mulia lagi kekal abadi. Bagaimana mungkin seorang yang berakal akan
mengutamakan suatu hal yang fana atas yang abadi, serta hanya memperhatikan hal – hal yang
akan hilang dengan cepat dan tidak memperhatikan hal – hal yang ada di alam kekal abadi.

Dan firman Allah (‫سى‬


َ ‫ِيم َو ُمو‬
َ ‫ف ِإب َْراه‬ ُ - ‫ف ْاۡلُولَ َٰى‬
ِ ‫ص ُح‬ ُّ ‫“ ) ِإ َّن َٰ َهذَا لَ ِفي ال‬sesungguhnya ini benar –
ِ ‫ص ُح‬
benar terdapat dalam kitab – kitab terdahulu, (yaitu) kitab – kitab Ibrahim dan Musa”. Ibnu jarir
memilih bahwa ayat ini merupakan isyarat kepada firman – Nya ( ,‫صلَّى‬
َ َ‫ َوذَك ََر اس َْم َربِ ِه ف‬,‫قَدْ أ َ ْفلَ َح َم ْن ت َزَ َّكى‬
ِ ‫ َو‬,‫“ )بَ ْل تُؤْ ثِ ُرونَ ْال َحيَاة َ الدُّ ْنيَا‬sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri,
‫اْلخ َرة ُ َخي ٌْر َوأَ ْبقَى‬
dan dia ingat Nama Rabb – Nya, lalu dia shalat. Tetapi kamu (orang – orang) kafir memilih
kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”.

Kemudian dia berfirman (‫“ ) ِإ َّن َٰ َهذَا‬sesungguhnya ini”, yakni kandungan firman ini ( ‫ف‬ ُّ ‫لَ ِفي ال‬
ِ ‫ص ُح‬
‫س َٰى‬
َ ‫ِيم َو ُمو‬
َ ‫ف ِإب َْراه‬
ِ ‫ص ُح‬ ُ
ُ - ‫“ ) ْاۡلولَ َٰى‬benar – benar terdapat dalam kitab – kitab terdahulu, (yaitu) kitab –
kitab Ibrahim dan Musa”. Dan apa yang menjadi pilihannya ini adalah hasan lagi kuat

A. Pembahasan Hari Akhir ditinjau dari Surah Yasin


1. Surah Yasin ayat 78-83

‫) الَّذِي َجعَ َل‬٧٩( ‫علِي ٌم‬ َ ‫ق‬ ٍ ‫شأَهَا أ َ َّو َل َم َّرةٍ َوه َُو بِ ُك ِل خ َْل‬
َ ‫) قُ ْل يُحْ يِي َها الَّذِي أ َ ْن‬٧٨( ‫ِي َرمِ ي ٌم‬ َ ‫ام َوه‬
َ ‫ظ‬َ ‫ِي خ َْلقَهُ قَا َل َم ْن يُحْ يِي ْال ِع‬
َ ‫ب لَنَا َمثَٗل َونَس‬
َ ‫ض َر‬َ ‫َو‬
ُ ‫ع َلى أ َ ْن َي ْخلُقَ مِ ثْ َل ُه ْم َب َلى َوه َُو ْالخ‬
‫َٗلق‬ َ ‫ض ِب َقاد ٍِر‬َ ‫اۡلر‬ ْ ‫ت َو‬ َّ ‫ْس ا َّلذِي َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫) أ َ َو َلي‬٨٠( َ‫َارا فَإِذَا أ َ ْنت ُ ْم مِ ْنهُ تُوقِدُون‬
‫ض ِر ن ا‬ َّ ‫َل ُك ْم مِ نَ ال‬
َ ‫ش َج ِر اۡل ْخ‬
َ ‫س ْب َحانَ الَّذِي بِيَ ِد ِه َملَ ُكوتُ كُ ِل‬
٨۳( َ‫ش ْيءٍ َوإِلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون‬ َ َ‫) إِنَّ َما أ َ ْم ُرهُ إِذَا أ َ َراد‬٨۱( ‫ْالعَلِي ُم‬
ُ َ‫) ف‬٨۲( ُ‫ش ْيئاا أ َ ْن يَقُو َل لَهُ ُك ْن فَيَ ُكون‬

Terjemah :
Dan Ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, “Siapakah
yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?” (78) Katakanlah : “ia akan
dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang
segala makhluk. (79) Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba
kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” (80) Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu
berkuasa menciptakan yang serupa dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi
Maha Mengetahui. (81) Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata
kepadanya: “jadilah!” Maka terjadilah ia. (82) Maka Maha Suci (Allah) yang ditangan-Nya kekuasaan
atas segala sesuatu dan kepada Nyalah kamu dikembalikan.(83)68

2. MaknaAyat

Setelah menuturkan keadaan orang-orang yang beruntung dan berbakti dan kenikmatan
abadi untuk mereka di dalam surga, Allah menuturkan keadaan orang-orang celaka lagi durhaka
yang akhirnya menerima kehinaan dan kebinasaan. Ini digambarkan dengan metode Al-Qur’an;
targib (dorongan) dan tarhib(memperingatkan dan menakuti). Surat Yasin ditutup dengan
menjelaskan bukti-bukti adanya hari kebangkitan setelah mati, perhitungan amal dan
balasannya.69

‫ِي َرمِ يم‬


َ ‫ام َوه‬
َ ‫ظ‬َ ‫ِي خ َْلقَهُ قَا َل َم ْن يُحْ ِيي ْال ِع‬
َ ‫ب لَنَا َمثَٗل َونَس‬
َ ‫ض َر‬
َ ‫و‬

78.Dan Ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata, “Siapakah
yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?”

Orang yang ingkarlagimenentangitumembuatperumpamaanbagi Allah SWT danRasu-Nya yang


sebenarnyahalitutidakbolehdilakukankarenadiamembandingkanantarakekuasaan Allah
dankemampuanmanusia.Dialupabagaimanaasalmuladirinyadiciptakanserayaberkatakarenakeingk
arannyaterhadapharikebangkitan, “siapalah yang bisamenghidupkankembalitulangbelulang yang
sudahretakdanhancurdalamtanah ?”

‫علِي ٌم‬ ٍ ‫شأَهَا أ َ َّو َل َم َّر ٍة َوه َُو ِب ُك ِل خ َْل‬


َ ‫ق‬ َ ‫قُ ْل يُحْ ِيي َها الَّذِي أ َ ْن‬

79.Katakanlah : “ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia
Maha Mengetahui tentang segala makhluk

68Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Jakarta: PUKSTAKA AL-KAUTSAR, 2011), Hlm. 308
69Ibid., h.310
Wahainabijawablah orang yang menentanginidenganmengatakan : “tulang yang
sudahretakdanhancurituakandihidupkankembaliolehDia yang pertamamenciptakannya. Lagipula,
membangkitkanmanusiakembalisetelahkematianmerekaadalahjauhlebihmudahbagi-
Nyadaripadamenciptakansesuatu yang belumpernahada.Allah SWT Mahatahutentangciptaan-
Nya.Tidakada yang tidaktampakbagi Allah, baikberupaperkataanmaupunperbuatan.

َ‫َارا فَإِذَا أ َ ْنت ُ ْم مِ ْنهُ تُوقِدُون‬ َّ ‫الَّذِي َجعَ َل لَ ُك ْم مِ نَ ال‬


َ ‫ش َج ِر اۡل ْخ‬
‫ض ِر ن ا‬

80.Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api)
dari kayu itu

Dia Allah SWT yang mengeluarkanapi yang menyala-nyalalagimembaradarikayu-


kayupepohonan yang masihmenghijau, basah, dansegar. Lihatlahbagaimana Allah
menggabungkanduabenda yang memilikisifatberlawanan.Mahatinggi Allah dalamkeagungan-
Nya.Makamanusiabisamenyalakanapidaripepohonan yang masihmenghijau. Allah SWT yang
mampumelakukanhalinipastilahmampujugamengeluarkansesuatu yang berlawanandarisesuatu
yang lain.

Ayatinimengandungbuktikekuasaan Allah untukmembangkitkanmanusiadarikuburnya.

‫َٗلق ْال َعلِي ُم‬


ُ ‫علَى أ َ ْن َي ْخلُقَ مِ ثْلَ ُه ْم َبلَى َوه َُو ْالخ‬
َ ‫ض ِبقَاد ٍِر‬
َ ‫اۡلر‬
ْ ‫ت َو‬ َّ ‫ْس الَّذِي َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َ ‫أ َ َولَي‬

81. Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa
dengan itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui.

Bukankah Allah SWt yang telahmenciptakanlangitdanbumisertasemuaisinya ,jugasemua yang


terdapatdiantaralangitdanbumiitu, mampumenciptakan yang
serupadenganmerekadanmengembalikannyakembalisepertidiciptakanpada kali pertama? Benar,
Allah mampumelakukansemuaitu.Dia-lah yang
menciptakansemuamakhlukdenganpenuhkebijaksanaandankejelian.DiaMahatahutentangciptaan-
NyadanMahaMengawasisemua yang merekasembunyikanataupun yang
merekatampakkan.Tidakadasesuatu pun yang luputdaripengawasan Allah.

ُ‫ش ْيئاا أ َ ْن يَقُو َل لَهُ كُ ْن فَيَ ُكون‬


َ َ‫إِنَّ َما أ َ ْم ُرهُ إِذَا أ َ َراد‬
82.Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya:
“jadilah!” Maka terjadilah ia.

Ketika Allah SWT berkehendakmenyelesaikansuatuurusanataupunmenciptakanMakhluk-Nya,


Diacukupberfirmankepadanya “Jadilah” makaitu pun
terjadi.Contohnyaadalahpengadaanmakhluk, takdir, kehidupan, kematian, kebangkitandarikubur,
danpengumpulanmanusia di padangmahsyar.

َ ‫س ْب َحانَ الَّذِي ِب َي ِد ِه َم َل ُكوتُ ُك ِل‬


َ‫ش ْيءٍ َو ِإلَ ْي ِه ت ُ ْر َجعُون‬ ُ َ‫ف‬

83.Maka Maha Suci (Allah) yang ditangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada Nyalah kamu
dikembalikan

Mahasuci Allah darisegalaperkataan orang-orang musyrikdanMahasuci Allah dansegalaaib,


kelemahan, danpersekutuan.Dia-lah yang memilikisegalasesuatu, yang mengatursemuamakhluk,
dan yang menakdirkansegalaperistiwa.Makajangansekali-kali ada yang mengaku-
ngakusebagaipenciptadanjanganlahsekali-kali ada yang
campurtangandalammembuathukum.Mukjizat-mukjizat Allah telahtampak, tanda-
tandakebesaran Allah telahjelas, kekuasaan Allah telahsempurna, dannikmat Allah
telahlengkap.Hanyakepada Allah hamba-
hambaakankembalipadaHariKiamatuntukdibalasatassetiapkebaikandankerusakkan yang
merekaperbuat.70

3. Asbabul Nuzul

Diriwayatkan bahwa Ubay bin Khalaf, salah satu petinggi Quraisy datang dengan
membawa tulang yang telah rusak kepada Nabi, lalu menghancurkannya dengan tangannya, lalu
berkata, “Hai Muhammad, apakah menurut kamu, Allah akan menghidupkan tulang ini setelah
hancur? Nabi SAW. bersabda kepadanya, “Ya, Dia akan menghidupkannya, lalu membangkitkan
kamu dan memasukkanmu ke neraka”. Maka Allah menurunkan ayat, “Dan apakah manusia
tidak memperhatikan, Kami menciptakannya dari setitik air mani, maka tiba-tiba ia menjadi

70
SyaikhAsy-Syanqithi. TafsirAdhwa’ul Bayan.(Jakarta: PustakaAzzam., 2010) h 508-510
penantang yang nyata! Dan ia membuat perumpaan bagi Kami; dan dia lupa pada kejadiannya; ia
berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?”71

Kemudian Allah menetapkan bukti-bukti akurat dan terang akan kapastian hari
kebangkitan dari kubur. Allah berfirman, “Dan apakah manusia tidak memperhatikan, bahwa
kami menciptakannya dari setitik air mani”; istifham inkari (pertanyaan pengingkaran) untuk
mencela dan mengkritik. Maksudnya; apakah orang kafir ini tidak melihat sambil merenung dan
berpikir tentang kuasa Allah, sehingga dia tahu bahwa Kami menciptakannya dari sesuatu yang
hina, yaitu air sperma yang keluar lewat jalannya najis? “maka tiba-tiba ia menjadi penantang
yang nyata’; tiba-tiba menjadi pendebat keras dengan kebatilan. Dia menentang Tuhannya,
mengingkari kekuasaan-Nya dan mendustakan kebangkitan dari kubur. Tidakkah Tuhan yang
mampu menghidupkan dan membangkitkannya kembali dalam kesempatan yang lain ketika hari
kebangkitan?

Firman Allah, yang artinya:

“Dan tidakkah rabb yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-
jasad mereka yang sudah hancur itu?” yaitu, kembali seperti manusia. Allah SWT mampu
mengulangnya seperti Dia memulai penciptaan mereka. Hal itu dikatakan oleh Ibnu Jarir72

Tidak ada penghalang bagi Allah untuk melakukan apa yang Dia kehendaki dan tidak ada
yang melemahkan-Nya untuk menghidupkan tulang belulang yang hancur luluh kemudian
menciptakannya sebagai makhluk baru.73 Abu Hayyan berkata, “Allah menuturkan kepada
mereka sesuatu yang lebih aneh daripada menciptakan manusia dari sperma, yaitu mengeluarkan
sesuatu dari kebalikannya dan ini sesuatu yang paling indah, yaitu: membuat api dari sesuatu
yang basah dan hijau. Tidakkah anda tahu, bahwa air memadamkan api? Meskipun demikian, api
itu keluar dari sesuatu yang mengandung air (hal ini sesuai dengan firman Allah di surah Yasin
ayat 80).74

Kalau ayat yang lalu membuktikan kuasa-Nya menciptakan sesuatu dari bahannya yang
telah pernah ada, ayat di atas mengangkat contoh kuasa-Nya menciptakan sesuatu dari bahan

71 Syaikh Muhammad Ali Ash-Shabuni, Shafwatut Tafasir, (Jakarta: PUKSTAKA AL-KAUTSAR, 2011), h. 311
72 Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, ( Jakarta: PUSTAKA IMAM ASY-SYAFI’I, 2013), Jilid 8, Hlm. 52
73tafsir Ath-Thabari, 23/21
74Al-Bath Al-Muhith, 7/348
yang bersubstansi berlawanan dengan substansi bahan ciptaan sesuatu itu. Yakni, mencipta api
dari satu bahan yang potensinya memadamkannya, yakni air.

Ayat di atas dipahami oleh sementara ulama dalam arti Allah menciptakan pohon yang
hijau dan mengandung air, lalu Dia menjadikan kayu itu kering sehingga manusia dapat
menjadikannya kayu bakar bahkan dapat memperoleh api dengan menggesek-gesekkannya. Jika
dari sesuatu yang basah, Dia dapat menjadikannya kering, sebaliknyapun demikian. Manusia
yang tadinya hidup, penuh cairan, Dia yang mematikannya sehingga hilang cairan dari tubuhnya.
Tetapi dari yang tanpa cairan itu atau yang telah mati itu, Dia dapat mencipta lagi sesuatu yang
hidup kembali.

Ada juga ilmuwan yang menjelaskan maksud ayat ini kurang lebih sebagai berikut:
kekuatan surya dapat berpindah ke dalam tumbuh-tumbuhan melalui proses asimilasi sinar. Sel
tumbuh-tumbuhan yang mengandung zat hijau daun (klorofil) menghisap karbondioksida dari
udara. Sebagai akibat terjadinya interaksi antara gas karbondioksida dan air yang diserap oleh
tumbuh-tumbuhan dari dalam tanah akan dihasilkan zat karbohidrat berkat bantuan sinar
matahari. Dari sana kemudian terbentuk kayu yang pada dasarnya terdiri dari komponen kimiawi
yang mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen. Dari kayu itu manusia kemudian membuat
arang sebagai bahan bakar. Daya yang tersimpan di dalam arang itu akan keluar ketika ia
terbakar. Batubara pun pada mulanya adalah pohon yang tumbuh dan membesar melalui proses
asimilasi sinar tadi, kemudian mengalami penghangatan dengan cara tertentu sehingga berubah
menjadi batubara setelah berjuta tahun lamanya akibat pengaruh faktor geologi seperti panas,
tekanan udara, dan sebagainya (baca tafsir al-Muntakhab).75

B. Pembahasan Hari Akhir ditinjau dari Surah Qaf


1. Surah Qaf Ayat 21-22

Terjemah :

75M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishab, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), cet. Ke-4, H.198-199
Dan datanglah tiap-tiap diri, bersama dengan dia seorang malaikat penggiringdan seorang
malaikat penyaksi.(21) sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini maka kami
singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu maka penglihatanmu pada hari itu sangat
tajam.(22)

2. Makna Ayat
Setiap individu datang kepada Hari Kiamat diiringi oleh para malaikat menuju
perhitungan amal di sisi Allah SWT sementara malaikat yang lain menjadi saksi atas perbuatan
baik dan buruknya semasa hidup di dunia. (ayat 21)
Selama hidup di dunia –wahai manusia- kamu melalaikan Hari Kiamat dan segala huru-
haranya, sehingga kamu tidak siap menghadapinya.
Pada hari ini, Allah SWT menghilangkan tutupan yang telah menutupi mata hatimu
sehingga dulu kamu tidak bisa melihat petunjuk. Sekarang hilang kelalaianmu, pada hari ini
penglihatanmu sangat kuat dan tajam. (22)76
Pada hari kiamat kelak setiap orang akan mempunyai pandangan yang kuat, termasuk
orang-orang kafir ketika di dunia. Pada Hari Kiamat kelak, pandangan mereka tetap stabil, tetapi
semua itu tidak mendatangkan manfaat apa-apa bagi mereka.

3. Ancaman Bagi orang-orang yang melalaikan Hari Akhir


Dan yang menyertainya berkata : “inilah (catatan amalnya) yang tersedia pada sisiku.”
(QS. 50:23) Allah berfirman: “ Lemparkanlah olehmu berdua ke dalam Neraka semua orang
yang sangat ingkar dan keras kepala, (QS. 50:24) yang sangat enggan melakukan
kebajikan,melanggar batas lagi ragu-ragu, (QS.50:25) yang menyembah ilah-ilah yang lain
bersama Allah, maka lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat.”(QS. 50:26) Yang
menyertainya berkata (pula):“Ya Rabb kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dialah yang
berada dalam kesesatan yang jauh.” (QS. 50:27) Allah berfirman:“Janganlah kamu bertengkar
di hadapan-Ku, padahal sesungguhnya Aku dahulu telah memberikan ancaman kepadamu.”
(QS. 50:28) Keputusan di sisi-Ku tidak dapat diubah dan Aku sekali-kali tidak menganiaya
hamba-hamba-Ku. (QS. 50:29)77

76Aidh Al-Qarni, Tafsir Muyassar, (Jakarta: Qisthi Press, 2008), jilid 4, H. 167-168
77Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir, (Jakarta: PUSTAKA IMAM ASY-SYAFI’I, 2013), cet. Ke-6, H. 155
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
“bagaimana mungkin aku akan bersenang-senang, sedangkan Malaikat peniup sangkakala telah
siap untuk meniupnya, dan mendekatkan wajahnya serta menunggu izin untuk meniupnya.” Para
Sahabat bertanya : “Ya Rasulullah, apa yang seharusnya kami katakan?” Beliau menjawab :
“Katakan : “Cukuplah Allah sebagai pelindung kami, dan Dia adalah sebaik-baik pelindung.”
Maka, mereka berkata : “Cukuplah Allah sebagai Pelindung bagi kami dan Dia adalah sebaik-
baik Pelindung.” (HR. At-Tirmidzi dengan sanad hasan)

IBADAH KEPADA ALLAH(KLOMPK 5)

1. SURAH AL-BAQARAH AYAT 21


A. Pengertian Surah Al-Baqarah
Surah Al-Baqarah adalah surah ke-2 dalam Al-Qur’an.Surah ini terdiri dari 286
ayat, 6.221 kata dan 25.500 huruf.Surah ini diturunkan di Madinah sehingga surah ini
tergolong surah madaniyah. Surah ini merupakan surah yang terpanjang diantara berbagai
surah dalam Al-Qur’an. Nama Al-Baqarah (sapi betina) sendiri diambil dari cerita yang
terdapat dalam surat tersebut tentang sapi betina pada masa Nabi Musa. Surah ini juga
dinamai Fustatul Qur’an (puncak Al-Qur’an) karena memuat beberapa hukum yang tidak
disebutkan dalam surah yang lain. Dinamai juga surah Alif Lam Mim karena ayat
pertama di surah berisi tiga huruf arab yakni Alif, Lam dan Mim.
B. Surah Al-Baqarah Ayat 21





Terjemah :

“Wahai sekalian manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan
orang-orang sebelum kalian .”( Qs. Al Baqarah :21)

C. Tafsir Surah Al-Baqarah


78
(21) ayat-ayat ini memerintahkan beribadah dan menyembah kepada Allah.
Perintah beribadah ini ditunjukkan oleh Allah kepada seluruh manusia sejak zaman
dahulu dengan perantaraan rasul-rasul-Nya. Allah berfirman:





Dan sungguh kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan),
“sembahlah Allah, dan jauhilah tagut.”(an-nahl/16:36)

79
Tiap-tiap rasul memulai dakwahnya dengan seruan kepada kaumnya agar
menyembah Allah saja. Misalnya, allah berfirman:




“... Lalu dia (Nuh) berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan
(sembahan) bagimu selain Dia. ...” (al-A’raf/7:59)

Beribadah kepada Allah ialah menghambakan diri kepada-Nya, dengan penuh


kekhusyukan, memurnikan ketaatan hanya kepada-Nya, karena merasakan bahwa hanya
Allah-lah yang menciptakan, menguasai, memelihara dan mendidik seluruh makhluk.
Ibadah seorang hamba sebagaimana yang disebutkan itu akan dinilai Allah swt menurut
niat hamba yang melakukannya.

Pada ayat ini Allah swt disebut dengan “rabb”, kemudian diiringi dengan
perkataan “... yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelummu ...” Hal ini
memberi pengertian bahwa Allah menciptakan manusia, mengembangbiakkannya,
memberi taufik, menjaga dan memelihara, dan memberi nikmat agar dengan nikmat itu

Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid I. Lentera Abadi, Jakarta, 2010, hlm. 51
78

79
Ibid, hlm. 51-52
manusia dapat mengerjakan tugas-tugasnya sebagai hamba Allah. Semua rahmat tersebut
diberikan kepada manusia sejak permulaan adanya, sampai akhir kehidupannya di dunia
ini. Barang siapa yang mensyukuri nikmat Allah maka akan ditambahkan-Nya nikmat itu,
sebaliknya barang siapa yang mengingkari nikmat Allah, maka ia akan menerima azab di
dunia sebagaimana yang telah ditimpakan-Nya kepada umat-umat yang terdahulu dan
diakhirat nanti akan disediakn azab yang pedih.

Allah swt berfirman:





Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “sesungguhnya jika kamu bersyukur,


niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-
Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”(Ibrahim/14:7).

Dengan beribadah kepada Allah sebagaimana yang diperintahkan itu, manusia


akan terhindar dari azab Allah dan ia akan mencapai derajat yang tinggi lagi sempurna.80

81
Firman Allah SWT

“Hai manusia sembahlah Tuhanmu.” Alqamah dan Mujahid berkata, setiap ayat
yangdiawali  maka ayat itu turun di Mekkah,
dan setiap ayat yang di awali
 maka ayat iru turun
di Madinah.”

Saya (Al Qurthubi) katakan,”ini dibantah dengan adanya


 di dalam surah ini (Al Baqarah) dan An-

80
Ibid, hlm. 52
81
Syaikh Imam Al Qurthubi. 2007. Tafsir Al-Qurthubi, jilid 1. Jakarta: Pustaka Azzam. Hlm.517
Nisaa, padahal kedua surah ini adalah madaniyah. Sedangkan perkataan mereka
(Alqamah dan Mujahid) tentang 
 maka itu adalah benar. Urwah bin
Zubair pernah berkata, “Ayat/surah yang mengandung hukuman atau kewajiban maka
ayat/ surah itu turun di Madinah, dan ayat/surah yang menyebutkan tentang umat-umat
terdahulu dan adzab maka ayat/surah itu turun di Makkah.’ Ini jelas.”

Yaa’ pada adalah huruf nida’(seruaan). Ayyu adalah


munaada mufrat yang harakatnya selalu dhammah. Sedangkan ha’ untuk tanbiih
(peringatan/ perhatian).  berada pada posisi rafa’ (berharakat
dhammah ), sebagai sifat ayyu, menurut sekolompok ulama nahwu, selai Al Mazini,
sebab dia membolehkan nashab karena mengqiyaskan pada kebolehan nashab pada: yaa
haadza ar-rajula (wahai laki-laki).

Ada juga yang mengatakan bahwa ayu di-dhammah-kan sebagaimana di-


dhammah-kan al maqshuad al mufrad (orang yang dipanggil itu sudah diketahui dan
tunggal), Lalu mereka menambahkan ha’ sebagai ganti ya’ kedua. Mereka tidak
menyebutkan ya’ lagi agar perkataan tidak terputus. Oleh karena itulah mereka
menggantinya dengan ha’, hingga perkataan tetap tersambung.

Sibawaih berkata, “seakan-akan ya’ diulang dua kali dan isim berada di
antaranya, sebagaimana orang arab berkata : haa huwa dzaa.”

Ada dua pendapat tentang siapa yang dimaksudkan dengan  di sini.
Pendapat pertama: orang-orang kafir yang tidak pernah menyembah Allah. Allah hal ini
didasari firman Allah SWT,“Dan jika kamu
(tetap) dalam keraguan.” (Qs. Al Baqarah[2]:23) pendapat kedua: Umum, mencakup
semua manusia. Maka, kepada orang-orang yang beriman dimaksudkan agar mereka tetap
beribadah, sedangkan kepada orang-orang kafir dimaksudkan agar mereka segera
menyembah Allah. Pendapat kedua ini sangat baik.

Firman Allah SWT, (Sembahlah) adalah perintah untuk


menyembah-Nya. Al ‘Ibaadah di sini adalah ungkapan mengesakan-Nya dan menetapi
syariat agama-Nya . makna ibadah adalah tunduk dan merendah. Dikatakan thariiq
mu’abbadah, apabila jalan itu mudah dilalui.82

Al ‘Ibaadah (ibadah) juga berarti ath-thaa’ah (ketaatan). At-Ta’abbud (beribadah);


at-tanassuk (beribadah). ‘Abbadtu fulaanan: aku menjadikannya sebagai hamba.

Firman Allah SWT “yang telah menciptakan


kamu.” Allah SWT sengaja memilih penciptaan-Nya terhadap mereka diantara sifat-sifat-
Nya yang lain, sebab bangsa arab mengakui bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka.
Oleh karena itu, Allah SWT menyebutkan apa yang mereka akui sebagai bantahan dan
teguran keras tehadap mereka. Ada juga yang mengatakan bahwa tujuannya adalah agar
mengiatkan mereka dengan nikmat-Nya.

Firman Allah SWT,  “dan


orang-orang yang sebelummu.” Jika ada yang berkata, “ Apabila terbukti penciptaan
mereka maka jelasalah sudah penciptaan manusia selain mereka. Lantas untuk apa
ungkapan ini disebut lagi?”

Jawab: Ungkapan ini disebutkan agar peringatan dan nasehat lebih berkesan.
Karena itulah Allah SWT mengingatkan mereka dengan orang-orang sebelum mereka
agar mereka yakin bahwa Tuhan Yang mematikan orang-orang sebelum mereka, yang
mana dia adalah yang menciptakan mereka sendiri, akan mematikan mereka juga. Selain
itu, agar mereka merenungkan tentang keadaan orang-orang sebelum mereka dan
bagaimana akhir kehidupan mereka, juga agar mereka tahu bahwa mereka akan
mengalami seperti apa yang telah mereka alami .

Firman Allah SWT,  "agar kamu


bertakwa.” La’alla berhubungan dengan u’buduu, bukan dengan khalaqakum, sebab
orang yang diciptakan Allah untuk masuk neraka jahanam tidak akan Diciptakan untuk
bertakwa.83

82
Ibid. Hlm.517-518

83
Ibid. Hlm.518-519
2. SURAH AR-RUM AYAT 30
A. Pengertian Surah Ar-Rum
Surah Ar-Rum adalah surah ke-30 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 60 ayat
dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini diturunkan sesudah surah Al-
Insyiqaq.Dinamakan Ar-Rum yang berarti Bangsa Romawi (Bizantium), karena pada
permulaan surah ini, yakni ayat 2, 3, dan 4 terdapat pemberitaan bangsa Romawi yang
pada mulanya dikalahkan oleh bangsa Persia, tetapi setelah beberapa tahun kemudian
kerajaan Romawi dapat menuntut balas dan mengalahkan kerajaan Persia kembali.
B. Surah Ar-Rum Ayat 30






Terjemah:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (islam); (sesuai) fitrah Allah
disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan
pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui.”
C. Tafsir Surah Ar-Rum
84
Ayat ini menyuruh Nabi Muhammad meneruskan tugasnya dalam
menyampaikan dakwah, dengan membiarkan kaum musyrik yang keras kepala itu dalam
kesesatannya. Dalam kalimat “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama
(Islam); (sesuai) fitrah Allah”, terdapat perintah Allah kepada Nabi Muhammad untuk
mengikuti agama yang lurus yaitu agama Islam, dan mengikuti fitrah Allah. Ada yang
berpendapat bahwa kalimat itu berarti bahwa Allah memerintahkan agar kaum Muslimin

Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid VII. Jakarta: Lentera Abadi.
84

Hlm. 496
mengikuti agama Allah yang telah dijadikan-Nya bagi manusia. Disini “fitrah” diartikan
“agama” karena manusia dijadikan untuk melaksanakan agama itu. Hal ini dikuatkan
oleh firman Allah dalam surah yang lain:



“ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku” (az-Zariyat/51:56)
Menghadapkan wajah (muka) artinya meluruskan tujuan dengan segala
kesungguhan tanpa menoleh kepada yang lain. “wajah” atau “muka” dikhususkan
penyebutan di sini karena merupakan tempat berkumpulnya semua panca indera, dan
bagian tubuh yang paling terhormat.85
Sehubungan dengan kata fitrah yang tersebut dalam ayat ini ada sebuah hadis
sahih dari Abu Hurairah yang berbunyi:

‫سانِ ِه َك َما يُ ْنت َ ُج‬ ِ ‫ط َرةِ َفأ َ َب َواهُ يُ َه ِودَانِ ِه ا َ ْو يُن‬


َ ‫َص َرانِ ِه ا َ ْويُ َمجش‬ ْ ‫علَى ْال ِف‬
َ ُ ‫َما ِم ْن َم ْولُ ْو ٍد اَِّلَّ ي ُْولَد‬
:‫ َوا ْق َر ُءوءا ا ِْن ِشئْت ُ ْم‬:َ‫ ث ُ َّم يَقُ ْو ُل ا َب ُْو ُه َري َْره‬.‫عا َء‬ َ ‫س ْونَ فِ ْي َها ِم ْن َج ْد‬ ُّ ‫ْالبَ ِه ْي َمةُ َج ْم َعا َء ه َْل ت ُ ِح‬
‫ َحتَّى تَ ُك ْونُ ْوا ا َ ْنت ُ ْم‬: ‫ َوفِى ِر َوايَ ٍة‬,ِ‫َّللا‬ َّ ‫ق‬ ِ ‫علَ ْي َهاَّلَتَ ْب ِد ْي َل ِلخ َْل‬
َ ‫اس‬َ َّ‫ط َرالن‬َ َ‫َّللا الَّتِىى ف‬ ِ َّ ‫ت‬ َ ‫ط َر‬ ْ ِ‫ف‬
. َ‫ام ِليْن‬
ِ ‫ع‬َ ‫َّللاُ ا َ ْعلَ ُم ِب َما َكنُ ْوا‬
َّ َ :‫ص ِغي اْرا؟ قَا َل‬ َ ‫َّللا اَفَ َرأَي‬
َ ُ‫ْت َم ْن َي ُم ْوت‬ ِ َّ ‫س ْو ُل‬ َ َ‫ ي‬:‫ قَلُ ْوا‬,‫ع ْو َن َها‬
ُ ‫ار‬ ُ َ‫ت َ ْجد‬
)‫(رواه البخاري ومسلم‬
“Tidak ada seorang anak pun kecuali ia dilahirkan menurut fitrah. Kedua ibu bapaknya
lah yang akan meyahudikan,menasranikan, atau memajusikannya, sebagaimana
binatang melahirkan anaknya dalam keadaan sempurna. Adakah kamu merasa
kekurangan padanya. Kemudian Abu Hurairah berkata, “bacalah ayat ini yang artinya:
... fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. “ dalam riwayat lain,”sehingga kamu merusaknya
(binatang itu). “para sahabat bertanya, “hai Rasulullah, apakah engkau tau keadaan

85
Ibid, Hlm. 496-497
orang yang meninggal diwaktu kecil?” Rasul menjawab, “Allah lebih tahu dengan apa
yang mereka perbuat.” (riwayat Al-Bukhari dan Muslim).
Para ulama berbeda pendapat mengenai arti fitrah. Ada yang berpendapat bahwa
fitrah itu artinya “Islam”. Hal ini dikatakan oleh Abu Hurairah, Ibnu Syihab, dan lain-
lain. mereka mengatakan bahwa pendapat itu terkenal di kalangan ulama salaf yang
berpegang kepada takwil. Alasan mereka adalah ayat (30) dan hadis Abu Hurairah di
atas. Mereka juga berhujjah dengan hadis bahwa Rasulullah saw bersabda kepada
manusia pada suatu hari:

‫طا ُه ْم ْال َما َل‬


َ ‫َّللاَ َخلَقَ آدَ َم َو َب ِت ْي ِه ُحنَفَا َء ُم ْس ِل ِميْنَ َوا َ ْع‬
َّ ‫ ا َِّن‬: ‫َّللاُ فِى ِكتَابِ ِه‬ َّ َ ‫ي‬ َ ‫اََّلَا ُ َح ِدئ ُ ُك ْم ِب َما َحدَّئ َ ِن‬
)‫(رواه احمدعن حماد‬.‫ٗلَّلا َو َح َرا اما‬ َ ‫ام ِف ْي ِه فَ َج َعلُ ْوا ِم َّما ا َ ْع‬
َّ َ ‫طا ُه ُم‬
َ ‫َّللاُ َح‬ َ ‫َح َٗل اَّل َّلَ َح َر‬
"Apakah kamu suka aku menceritakan kepadamu apa yang telah diceritakan Allah
kepadaku dalam kitab-Nya. Sesungguhnya Allah telah menciptakan Adam dan anak
cucunya cenderung kepada kebenaran dan patuh kepada Allah. Allah memberi mereka
harta yang halal tidak yang haram. Lalu mereka menjadikan harta yang diberikan
kepada mereka itu menjadi halal dan haram ... “ (riwayat Ahmad dari Hammad)
Pendapat tersebut di atas di anut oleh kebanyakan ahli tafsir. Adapun maksud
sabda Nabi saw tatkala beliau ditanya tentang keadaan anak-anak kaum musyrik, beliau
menjawab, “ Allah lebih tahu dengan apa yang mereka ketahui, “yaitu apabila mereka
berakal.86

Sebagian ulama lain mengartikan “fitrah” dengan “kejadian” yang dengannya


Allah menjadikan anak mengetahui Tuhannya. Seakan-akan dikatakan, “tiap-tiap anak
dilahirkan atas kejadiannya.” Dengan kejadian itu, sang anak akan mengetahui Tuhannya
apabila dia telah berakal dan berpengetahuan. Kejadian disini berbeda dengan kejadian
binatang yang tak sampai kepada pengetahuan tentang Tuhannya. Mereka berhujjah
bahwa “fitrah” itu berarti “kejadian” dan “fatir” berarti “yang menjadikan” dengan
firman Allah:




86
Ibid. Hlm. 497
Katakanlah, “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi.” (Az-Zumar/39:46)




Dan tidak ada alasan bagiku untuk tidak menyembah (Allah) yang telah menciptakanku.
(Yasin/36:22)




Dia (Ibrahim) menjawab, “Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan (pemilik) langit dan
bumi; (Dialah) yang telah menciptakannya.” (Al-Anbiya’/21:56)

Kemudian kalimat dalam ayat (30) ini dilanjutkan dengan ungkapan bahwa pada
fitrah Allah itu tidak ada perubahan. Allah tidak akan mengubah fitrah-Nya. Tidak ada
sesuatu pun yang menyalahi aturan itu maksudnya ialah tidak akan sengsara orang yang
dijadikan Allah berbahagia dan sebaliknya tidak akan berbahagia orang-orang yang
dijadikan-Nya sengsara. Menurut Mujahid, artinya ialah tidak ada perubahanbagi agama
Allah. Pendapat ini didukung oleh Qatadah, Ibnu Jubair, ad-Dahhak, Ibnu Zaid dan an-
Nakha’i. mereka berpendapat bahwa ungkapan tersebut di atas berkenaan dengan
keyakinan. ‘Ikrimah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Umar bin Khattab berkata,
“Tidak ada perubahan bagi makhluk Allah dari binatang yang dimandulkan.” Perkataan
ini maksudnya ialah larangan memandulkan binatang.87

Ungkapan “itulah agama yang lurus”, menurut Ibnu ‘Abbas, bermakna “itulah
keputusan yang lurus”. Muqatil mengatakan bahwa itulah perhitungan yang nyata. Ada
yang mengatakan bahwa agama yang lurus itu ialah agama islam, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui. Mereka tidak mau memikirkan bahwa agama islam itu adalah
agama yang benar. Oleh karena itu, mereka tidak mau menghambakan diri kepada

87
Ibid. Hlm. 498-499
Pencipta mereka, dan Tuhan yang lebih terdahulu (Qadim) memutuskan sesuatu dan
melaksanakan keputusan-Nya.88

Allah SWT berfirman, maka perkokohkanlah pandanganmu dan istiqamahlah


diatas agama yang disyari’atkan Allah kepadamu, bimbing kamu kepadanya dan
disempurnakan oleh Allah agama itu untukmu dengan sangat sempurna. Disamping itu
hendaknya engkau konsekuen terhadap fitrah lurusmu yang difitrahkan Allah atas
makhluk-Nya. Karena Allah telah memfitrahkan makhluk-Nya untuk mengenal dan
mengesakan-Nya yang tidak ada ilah (yang haq) selain-Nya, sebagaimana penjelasan
yang lalu dalam firman-Nya:







“Dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘bukankah
aku ini Rabbmu?’ Mereka menjawab: ‘Betul (engkau Rabb kami), kami menjadi
saksi.”(Al-A’Raaf:172)89

3. SURAH LUQMAN AYAT 13 DAN 23-24


A. Pengertian Surah Luqman
Surah Luqman adalah surah ke-31 dalam Al-Qur’an. Surah ini terdiri dari 34 ayat
dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Surah ini diturunkan setelah surah As-

88
Ibid. Hlm. 499

Abdullah. 2013. Tafsir Ibnu Katsir, jilid 7. Jakarta: Pustaka Imam Asy Syafi’i. hlm. 218
89
Saffat. Nama Luqman diambil dari kisah tentang Luqman yang diceritakan dalam surah
ini tentang bagaimana ia mendidik anaknya.
B. Surah Luqman
Surah Luqman Ayat 13





Terjemah:
“Dan ingatlah ketika lukman berkata kepada anaknya , ketika dia memberi pelajaran
kepadanya, “wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mepersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Surah Luqman Ayat 23-24







Terjemah:
“Dan barang siapa kafir maka kekafirannya itu janganlah menyedihkanmu. Hanya
kepada Kami-lah mereka kembali, lalu Kami beritakan kepada mereka apa yang telah
mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati.(23) Kami
biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka (masuk) ke
dalam siksa yang keras.
C. Tafsir Surah Luqman
Tafsir Ayat 13:
Allah mengingatkan kepada Rasulullah nasihat yang pernah diberikan Lukman
kepada putranya ketika ia memberi pelajaran kepadanya. Nasihat itu ialah “Wahai
anakku, janganlah engkau mempersekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan Allah itu adalah kezaliman yang sangat besar.”
Mempersekutukan Allah dikatakan kezaliman karena perbuatan itu berarti
menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya, yaitu menyamakan sesuatu yang
melimpahkan nikmat dan karunia dengan sesuatu yang tidak sanggup memberikan semua
itu. Menyamakan Allah sebagai sumber nikmat dan karunia dengan patung-patung yang
tidak dapat berbuat apa-apa adalah perbuatan zalim. Perbuatan itu dianggap sebagai
kezaliman yang besar karena yang disamakan dengan makhluk yang tidak bisa berbuat
apa-apa itu adalah Allah Pencipta dan Penguasa semesta alam, yang seharusnya semua
makhluk mengabdi dan menghambakan diri kepada-Nya.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Ibnu Mas’ud bahwa tatkala turun ayat:



Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan syirik,
mereka itulah orang-orang yang mendapat rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.
(Al-An’am/6:82)
90
Timbullah keresahan diantara para asahabat Rasulullah saw. Mereka berpendapat
bahwa amat berat menjaga keimanan agar tidak bercampur dengan kezaliman. Meraka
lalu berkata kepada Rasulullah saw, “siapakah diantara kami yang tidak mencampur
adukkan keimanan dengan kezaliman?” maka Rasulullah menjawab, “maksudnya bukan
demikian, apakah kamu tidak mendengar perkataan Lukman,’ hai anakku, jangan kamu
menyekutukan sesuatu dengan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah
kezaliman yang besar’.”
Dari ayat ini dipahami bahwa diantara kewajiban ayah kepada anak-anaknya ialah
memberi nasihat dan pelajaran, sehingga anak-anaknya dapat menempuh jalan yang
benar, dan terhindar dari kesesatan. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

90
Ibid. Hlm. 549



Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (At-Tahrim/66:6)

Maka dapat disimpulkan bahwa Lukman melarang anaknya menyekutukan


Tuhan. Larangan ini adalah sesuatu yang memang patut disampaikan Lukman kepada
putranya karena menyekutukan Allah adalah perbuatan dosa yang paling besar.
Anak adalah generasi penerus dari orang tuanya. Cita-cita yang belum dicapai
orang tua selama hidup di dunia diharapkan dapat tercapai oleh anaknya. Demikian pula
kepercayaan yang dianut orang tuanya, disamping budi pekerti yang luhur, anak-anak
diharapkan mewarisi dan memiliki semua nilai-nilai yang diikuti ayahnya itu dikemudian
hari. Lukman telah melakukan tugas yang sangat penting kepada anaknya, dengan
menyampaikan agama yang benar dan budi pekerti yang luhur. Cara Lukman
menyampaikan pesan itu wajib dicontoh oleh setiap orang tua yang mengaku dirinya
muslim.91

“Dan ingatlah tatkala Luqman berkata kepada puteranya, di kala dia melajarinya.”
Yaitu bahwasanya inti hikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah kepada Luqman telah
disampaikannya dan diajarkannya kepada anaknya, sebagai pedoman utama dalam
kehidupan. “wahai anakku! Janganlah engkau persekutukan dengan Allah.” Artinya
janganlah engkau mempersekutukan Tuhan yang lain dengan Allah. Karena tidak ada
tuhan selain Allah. Tidaklah Allah itu bersekutu atau berkongsi dengan tuhan yang lain di
dalam menciptakan alam ini. “Sesungguhnya mempersekutukan itu adalah aniaya yang
amat besar,”. Yaitu menganiaya diri sendiri, memperbodoh diri sendiri.
Memang aniaya besarlah orang kepada dirinya kalau dia mengakui ada lagi Tuhan
selain Allah, padahal selain dari Allah itu adalah alam belaka. Dia aniaya atas dirinya
sebab Tuhan mengajaknya agar membebaskan jiwanya dari segala sesuatu, selain Allah.

91
Ibid. Hlm. 550
Jiwa manusia adalah mulia. Manusia adalah makhluk yang dijadikan oleh Allah menjadi
khalifah-Nya di muka bumi. Sebab itu, maka hubungan tiap manusia dengan Allah
hendaklah langsung. Jiwa yang dipenuhi oleh Tauhid adalah jiwa yang merdeka. Tidak
ada sesuatu pun yang dapat mengikat jiwa itu, kecuali dengan Tuhan. Apabila manusia
telah mempertuhan yang lain, sedang yang lain itu adalah benda belaka atas makhluk
belaka, manusia itu sendirilah yang membawa jiwanya jadi budak dari yang lain.
Mempersekutukan yang lain dengan Allah adalah aniaya paling besar. Sebab
tujuan hidup bisa jadi pecah berderai. Sebab alam itu pecah berderai. Dan manusia itu
sendiri pun jadi berpecah belah karena syirik. Sebab masing-masing menghadap dan
menyembah apa yang dipertuhannya itu, padahal tidak sama.
Bertambah maju hasil penyelidikan manusia dan berkembang teknologi,
bertambah pula orang yang mempersekutukan Tuhan itu meninggalkan Tuhan-tuhan nya.
Kepercayaan bahwa Tuhan itu bersekutu, berdua atau bertiga atau berbilang banyak, kian
hilang. Kemajuan teknologi itu sendiri membawa manusia berpikir kepada kesatuan
kuasa. Tidak mungkin berbilang. Islam menyediakan “dulang” penampung jalan fikiran
demikian dengan ajaran tauhidnya.92

Tafsir Ayat 23:


93
Ayat ini merupakan hiburan kepada Nabi saw dan para sahabat yang merasa
sedih oleh sikap dan tingkah laku orang-orang musyrik kepada mereka. Seakan-akan
Allah mengatakan, “Hai Nabi, janganlah engkau bersedih hati lantaran kekafiran mereka.
Sebab, tugasmu hanya menyampaikan agama-Ku kepada mereka, bukan untuk
menjadikan mereka beriman. Mereka semua akan kembali kepada-Ku pada hari kiamat,
lalu dikabarkan kepada mereka segala yang pernah mereka perbuat selama hidup di
dunia. Aku akan mengadakan penilaian yang adil terhadapnya karena Aku mengetahui
semua yang terkandung di dalam hati mereka.”

92
Hamka. 1982.Tafsir Al-Azhar, juz XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas. Hlm.127-128
Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid VII. Jakarta: Lentera Abadi.
93

Hlm. 562
94
“Dan barang siapa yang tidak mau percaya.” Barang siapa yang kafir,
“janganlah engkau menyedihkan kekafirannya itu.” Ini adalah peringatan Allah kepada
Rasulullah. Dan ini pun peringatan pula oleh Allah buat kaum Muslimin yang telah
berjuang melanjutkan dakwah menegakkan agama ini. “Kepada kamilah tempat kembali
mereka; maka akan kami beritakan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.”
Mereka yang kafir itu menyangka bahwa penolakan mereka akan habis begitu saja
sehingga di dunia ini. Padahal kelak mereka akan dibangkitkan kembali, dan segala
perbuatan mereka di dunia wajib dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan Allah
akan menilai segala perbuatan mereka dan membuka segala rahasia mereka.
“Sesunguhnya Allah adalah maha mengetahui segala yang tersimpan di dada.” Sehingga
tidak ada sesuatu pun yang dapat dirahasiakan oleh manusia di hadapan Allah.

Tafsir Ayat 24:


Ayat ini menerangkan kepada orang-orang kafir bahwa mereka hanya diberi
kesenangan hidup yang sebentar dan bersifat sementara. Selama waktu yang sedikit itu,
mereka dapat mempergunakan nikmat-nikmat yang disediakan Allah dan mengecap
kesenangan hidup. Akan tetapi, kesenangan sementara itu tidak ada artinya sama sekali
jika dibandingkan dengan kesenangan ukhrawi. Kesenangan sementara itu akan hilang,
seakan-akan tidak pernah mereka alami, disaat mereka menemui azab yang pedih di alam
neraka nanti. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah yang lain:






Katakanlah, “Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap
Allah tidak akan beruntung.” (Bagi mereka) kesenangan (sesaat) ketika di dunia,

94
Hamka. 1982.Tafsir Al-Azhar, juz XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas. Hlm.141
selanjutnya kepada Kamilah mereka kembali, kemudian Kami rasakan kepada mereka
azab yang berat, karena kekafiran mereka. (Yunus/10:69-70).95

96
“kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar; sesudah itu akan kami paksa
mereka kepada azab yang berat.” Segala kemegahan hidup yang tidak dijiwai dengan ingat
kepada Allah, hanyalah kemegahan yang sebentar. Walaupun berapa lama hidup, namun
kemudian akan terasa bahwa hidup yang telah dilalui itu ternyata hanya sebentar. Berbagai
ragam tekanan batin akan mereka rasakan, meskipun dilihat pada kulit luarnya ada kemegahan.
Dalam hal itu mereka dipaksa oleh kehendak Tuhan menuruti garis yang telah ditentukan. Dari
muda pasti tua. Kalau tidak tua tentu cepat mati. Kalu tua mulai telah datang, kemegahan dunia
tidak berarti lagi. Dari senang akan datang sakit. Dari hidup akan datang mati. Dan semuanya itu
akan sebentar sedikit sekali. Umur itu sendiri setiap hari bukanlah bertambah melainkan
berkurang. Kemana akan akhirnya kalau tidak disertai ingat akan Tuhan?

Kementerian Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya, jilid VII. Jakarta: Lentera Abadi.
95

Hlm. 562
96
Hamka. 1982.Tafsir Al-Azhar, juz XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas. Hlm.141

Anda mungkin juga menyukai