0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
38 tayangan14 halaman
Proses penciptaan manusia menurut Islam meliputi beberapa tahap, yaitu: (1) nutfah (sperma), (2) 'alaqah (segumpal darah), (3) mudghah (segumpal daging), (4) 'idham (tulang), dan (5) dibungkus daging. Pada usia empat bulan janin ditiupkan ruhnya. Al-Quran secara mendetail menjelaskan tahapan ini secara ilmiah meski pada abad ke-7 M.
Deskripsi Asli:
Judul Asli
BAGAIMANA ISLAM MEMBAHAS PROSES PENCIPTAAN MANUSIA.Revisi
Proses penciptaan manusia menurut Islam meliputi beberapa tahap, yaitu: (1) nutfah (sperma), (2) 'alaqah (segumpal darah), (3) mudghah (segumpal daging), (4) 'idham (tulang), dan (5) dibungkus daging. Pada usia empat bulan janin ditiupkan ruhnya. Al-Quran secara mendetail menjelaskan tahapan ini secara ilmiah meski pada abad ke-7 M.
Proses penciptaan manusia menurut Islam meliputi beberapa tahap, yaitu: (1) nutfah (sperma), (2) 'alaqah (segumpal darah), (3) mudghah (segumpal daging), (4) 'idham (tulang), dan (5) dibungkus daging. Pada usia empat bulan janin ditiupkan ruhnya. Al-Quran secara mendetail menjelaskan tahapan ini secara ilmiah meski pada abad ke-7 M.
PESANTREN STIKES SURGA PROSES PENCIPTAAN Allah berfirman di dalam al-Qur’an berkenaan tahap-tahap penciptaan manusia : Awal kejadian : “Wa laqod kholaqnaa al-insaana min sulaalatin min thiin, Artinya “Dan sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dari sulaalatin min thiin (suatu saripati dari tanah),
Bersatunya air mani (sperma) dengan sel telur (ovum) di
dalam rahim ini disebut dengan nuthfah. PROSES PENCIPTAAN Allah menciptakan manusia dari setetes air mani yang hina yang menyatu dengan ovum, Allah Ta‟ala berfirman: ين ٍ اء َم ِه ُ ُْث َّم َج َعل َ َن ْسلَ ُه مِن ٍ س ََللَ ٍة مِنْ َم “Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)” [as-Sajdah/32:8] Selanjutnya... tsumma ja’alnaahu nuthfatan fii qoroorin makiin, Artinya “kemudian kami jadikan nuthfah (saripati/sperma) itu dalam qoroorin makiin (tempat yang kokoh/rahim),
Kemudian setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut,
Allah menjadikannya segumpal darah yang disebut „alaqah. سانَ مِنْ َعلَ ٍق َ َخلَ َق ْاْلِ ْن “Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. [al-Alaq/96:2]. Selanjutnya... tsumma kholaqnaa an-Nuthfata ‘alaqotan fakholaqnaa al-‘alaqota mudghotan fa kholaqnaa al-mudghota ‘idhooman Artinya “kemudian kami jadikan nuthfah itu „alaqoh (segumpal darah), lalu „alaqoh itu kami jadikan mudghoh(segumpal daging), lalu mudghoh itu kami jadikan „idhooma (tulang belulang). Selanjutnya... fakasawnaa al-‘idhooma lahmaan tsumma ansya’naahu kholqon aakhor . Artinya ” lalu „idhooma itu kami bungkus dengan lahma (daging/otot), kemudian Kami jadikan dia makhluk yang lain.” (QS. AlMu‟minuun 23 : 12-14). Selanjutnya... Kata „alaqoh memiliki 3 makna, makna pertama adalah „lintah‟, makna kedua adalah „sesuatu yang tergantung‟ dan makna yang ketiga adalah „segumpal darah‟. Selanjutnya... Arti kedua dari ‘alaqoh adalah ‘sesuatu yang tergantung’, dan hal ini adalah apa yang dapat kita lihat pada penempelan embrio di uterus/rahim selama tahap ‘alaqoh. Arti ketiga adalah ‘segumpal darah’. Hal ini signifikan untuk mengamati, sebagaimana pernyataan Profesor Moore, bahwa embrio selama tahap ‘alaqoh mengalami peristiwa internal yang sudah ma’lum, seperti pembentukan darah pada pembuluh tertutup, sampai siklus metabolisme selesai di plasenta. Selama tahap ‘alaqoh, darah ditangkap di dalam pembuluh tertutup dan inilah alasan mengapa embrio memiliki penampakan seperti gumpalan darah, sebagai tambahan dari penampakan seperti lintah. Kedua deskripsi tersebut secara mengagumkan disodorkan oleh satu kata ‘alaqohdalam Qur’an. Selanjutnya... Peniupan Ruh. Para ulama sepakat, bahwa ruh ditiupkan pada janin ketika janin berusia 120 hari, terhitung sejak bertemunya sel sperma dengan ovum. Artinya, peniupan tersebut ketika janin berusia empat bulan penuh, masuk bulan kelima. Pada masa inilah segala hukum mulai berlaku padanya. Karena itu, wanita yang ditinggal mati suaminya menjalani masa „iddah selama empat bulan sepuluh hari, untuk memastikan bahwa ia tidak hamil dari suaminya yang meninggal, agar tidak menimbulkan keraguan ketika ia menikah lagi lalu hamil Selanjutnya... “Al-Qur‟an juga menyatakan bahwa tetesan sperma berkembang menjadi gumpalan darah yang membeku/didih. (sebuah blastocyst yang tertanam atau gagal/gugur secara spontan berbentuk seperti didih/darah yang membeku). Perujukan juga menunjukkan penampakan embrio seperti lintah. Embrio menyerupai seekor lintah, atau penghisap darah, pada penampakannya. Embrio juga dikatakan menyerupai substansi yang dikunyah seperti getah atau kayu. Selanjutnya... “Embrio yang sedang berkembang disadari akan menjadi manusia sekitar 40-42 hari dan tidak lagi mirip embrio hewan pada tahap ini. (Embrio manusia mulai memiliki karakteristik manusia pada tahap ini). Al-Qur‟an juga menyatakan bahwa embrio berkembang di dalam tiga kegelapan. Hal ini kemungkinan besar merujuk kepada (1) dinding anterior abdominal ibu, (2) dinding uterus, dan (3) membran amniokorion. ruang di sini tidak memungkinkan untuk mendiskusikan lebih jauh beberapa perujukan yang menarik mengenai perkembangan prenatal manusia yangada di al-Qur‟an.” Selanjutnya... Lebih sederhananya prosesnya adalah sebagaimana berikut:
Al-Qur’an mengeidentifikasikan tahapan perkembanganprenatal sebagai berikut:
- Nuthfah, yang berarti “setetes” atau “sejumlah kecil air”
- ‘Alaqoh yang berarti “struktur seperti lintah”
- Mudghah yang berarti “struktur bekas kunyahan”
- ‘Idhaamyang berarti “tulang” atau “rangka”
- Kisaa al-‘Idham bil laham, yang bermakna membungkus tulang dengan daging atau otot.
- An-Nasy’a yang berarti “formasi/pembentukan fetus yang sudah jelas”
Selanjutnya... Rasulullah Saw bersabda, ”Sesungguhnya seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah (bersatunya sperma dengan ovum), kemudian menjadi „alaqah (segumpal darah) seperti itu pula. Kemudian menjadi mudhghah (segumpal daging) seperti itu pula. Kemudian seorang Malaikat diutus kepadanya untuk meniupkan ruh di dalamnya, dan diperintahkan untuk menulis empat hal, yaitu menuliskan rizkinya, ajalnya, amalnya, dan celaka atau bahagianya. HR Bukhari dan Muslim. Demikian Semoga Bermanfaat