Anda di halaman 1dari 3

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya

Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian
dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu
dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami
keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di
antara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering,
kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan
berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al-Hajj ayat 5)

Tafsir Lengkap Kemenag RI

Pada ayat ini Allah menentang orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari Kiamat dan hari kebangkitan.
Seandainya mereka tetap tidak mempercayainya hendaklah mereka mengemukakan alasan-alasan dan bukti-bukti
yang dapat menguatkan pendapat mereka itu. Tetapi mereka tidak dapat mengemukakannya. Karena itu Allah
memberikan contoh diri mereka sendiri, yaitu mulai dari sperma-ovum, kemudian menjadi zygat, 'alaqah, janin,
kemudian lahir menjadi besar dan kemudian mati, bila menciptakan dari tiada Allah mampu, tentu saja mengulang
penciptaan manusia kembali adalah lebih mudah dari penciptaan pertama kali.

Orang yang tidak percaya akan adanya hari kebangkitan menganggap kebangkitan itu merupakan suatu kejadian
yang mustahil terjadi. Dalam pandangan mereka tidak mungkin tulang belulang yang telah lapuk berserakan, dan
daging-daging yang telah hancur luluh menjadi tanah akan kembali bersatu dalam bentuk seperti semula.
Kesanggupan dan kekuasaan Allah mereka ukur sama dengan kesanggupan dan kekuasaan mereka sendiri. Jika
mereka merasa tidak sanggup melakukan sesuatu pekerjaan, tentu Allah tidak pula akan sanggup melakukannya.
Mereka yang tidak percaya itu semata-mata karena keingkaran saja, karena dikuasai hawa nafsu dan godaan setan,
sedangkan hati dan akal pikiran mereka sebenarnya mengakuinya. Mereka khawatir kedudukan dan pangkat
mereka akan terancam jika mereka mengikuti kepercayaan dan agama yang dibawa oleh Muhammad saw. Karena
itu mereka membantah Allah tanpa berdasar ilmu pengetahuan yang benar.

Pada ayat ini Allah mengemukakan petunjuk tentang adanya hari kebangkitan dengan mengemukakan dua macam
alasan. Pertama ialah berhubungan dengan proses kejadian manusia dan yang kedua berhubungan dengan proses
kehidupan dan pertumbuhan tumbuh-tumbuhan.

Proses kejadian manusia di dalam rahim ibunya dan kehidupannya dari lahir sampai mati sebagai berikut:

1. Allah telah menciptakan manusia pertama, yaitu Adam as, dari tanah. Kemudian dari Adam diciptakan
istrinya Hawa, dan dari kedua makhluk itu berkembangbiaklah manusia melalui proses yang cukup panjang. Dapat
pula berarti bahwa manusia diciptakan Allah melalui pembuahan ovum oleh sperma di dalam rahim perempuan.
Kedua sel itu berasal dari darah, darah berasal dari makanan yang dimakan manusia, dan makanan manusia berasal
dari tumbuh-tumbuhan dan ada yang berasal dari binatang ternak atau hewan-hewan yang lain. Semuanya itu
berasal dari tanah sekalipun telah melalui beberapa proses. Karena itu tidaklah salah jika dikatakan bahwa manusia
itu berasal dari tanah.
2. Dalam ayat ini disebutkan bahwa manusia itu berasal dari nuthfah. Yang dimaksud dengan nuthfah ialah
zygat, yaitu ovum yang sudah dibuahi oleh sperma.

3. 'Alaqah, yaitu zygat yang sudah menempel di rahim perempuan.

4. Mudhgah, yaitu 'alaqah yang telah berbentuk kumpulan sel-sel daging, sebesar yang dikunyah.
(mudhgah artinya mengunyah). Mudhgah itu ada yang tumbuh sempurna, tidak cacat dan ada pula yang tumbuh
tidak sempurna dan cacat. Kejadian sempurna dan tidak sempurna inilah yang menimbulkan kesempurnan fisik
manusia, cacat atau keguguran. Proses kejadian nuthfah menjadi 'alaqah adalah empat puluh hari, dari 'alaqah
menjadi mudhgah" juga empat puluh hari. Kemudian setelah lewat empat puluh hari itu, Allah, meniupkan roh,
menetapkan rezeki, amal, bahagia dan sengsara, menetapkan ajal dan sebagainya, sebagaimana tersebut dalam
hadis: “Sesungguhnya penciptaan seseorang di antara kamu disatukan dalam perut ibunya selama 40 malam
dalam bentuk nuthfah, kemudian menjadi 'alaqah selama itu pula lalu menjadi mudhgah selama itu pula.
Kemudian Allah mengutus malaikat, lalu meniupkan roh ke dalamnya, maka (malaikat itu) diperintahkan menulis
empat kalimat, yaitu menuliskan rezekinya, amalnya, ajalnya, bahagia atau sengsara”. (HR al-Bukhari dan
Muslim dari Ibnu Mas'ud)

Dalam hadis yang lain diterangkan: Bersabda Rasulullah saw, "Malaikat mendatangi nuthfah setelah menetap di
dalam rahim 40 atau 45 hari, maka ia berkata, "Wahai Tuhanku: Burukkah atau untungkah?" (Lalu Allah
memfirmankan buruk atau baiknya), maka ditulislah keduanya (yakni buruk atau baiknya). Maka Malaikat
berkata pula, "Wahai Tuhanku laki-lakikah dia atau perempuan?" (Lalu Allah memfirmankan tentang laki-lakikah
dia atau perempuan), maka ditulislah keduanya (yakni laki-laki atau perempuan), dan ditulislah kerja,
peninggalan, ajal dan rezekinya. Kemudian ditutuplah lembaran-lembaran itu, maka apa yang telah dituliskan di
dalamnya tidak dapat ditambah atau dikurangi lagi.” (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Muslim)

Allah menetapkan proses kejadian yang demikian, yaitu membiarkan nuthfah, 'alaqah, mudhgah sampai berbentuk
janin yang sempurna dalam waktu yang ditentukan itu, adalah untuk menerangkan kepada manusia tanda-tanda
kekuasaan, kebesaran dan kekokohan aturan-aturan yang dibuat-Nya, dan untuk menjadi bahan pemikiran bagi
manusia, bahwa jika Allah kuasa menciptakan manusia pada kali yang pertama, tentulah Dia kuasa pula
menciptakannya pada kali yang kedua, dan menciptakan sesuatu pada kali yang kedua itu biasanya lebih mudah
dari menciptakannya pada kali yang pertama. Membangkitkan manusia dari kubur pada hakikatnya adalah
menciptakan manusia pada kali yang kedua. Tentu hal itu sangat mudah bagi Allah. Bahkan jika Allah
menghendaki kejadian sesuatu tidak melalui proses yang demikian, tidaklah sukar bagi Allah. Karena jika Dia
menghendaki adanya sesuatu, cukuplah Dia mengatakan kepadanya, "Jadilah." Maka terwujud sesuatu itu.

Sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata
kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu.” (Yasin/36: 82)

5. Kemudian janin itu dikandung ibunya selama waktu yang ditentukan Allah. Masa kandungan normal
adalah sembilan bulan lebih sepuluh hari. Sekurang-kurangnya usia kandungan adalah enam bulan, sebagaimana
dipahami dari ayat bahwa lama mengandung dan menyusui itu tiga puluh bulan, sedangkan lama menyusui saja
dua tahun atau dua puluh empat bulan.

6. Selanjutnya datanglah waktu kelahiran. Bayi dari hari ke hari tumbuh menjadi kanak-kanak.

7. Kanak-kanak terus tumbuh menjadi dewasa sampai kondisi sempurna, baik jasmani maupun rohani.
8. Di antara manusia ada yang meninggal sebelum kondisi ideal itu. Tetapi ada manusia yang baru meninggal
setelah usia lanjut sampai pikun sehingga tidak dapat mengingat apa-apa lagi.

Proses perkembangan manusia dari kondisi lemah menjadi kuat dari kondisi kuat menjadi lemah kembali atau
sejak lahir, menjadi dewasa dan menjadi tua dilukiskan dalam firman Allah:

“Allah-lah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah
itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (ar-Rum/30: 54)

Selanjutnya setelah manusia meninggal, kehidupan tidaklah berakhir. Tetapi mereka akan dibangkitkan kembali
untuk diperiksa amal perbuatan mereka. Kemudian mereka akan diberi balasan atau ganjaran. Allah berfirman:

“Kemudian setelah itu, sesungguhnya kamu pasti mati. Kemudian, sesungguhnya kamu akan dibangkitkan (dari
kuburmu) pada hari Kiamat.” (al-Mu`minun/23: 15-16)

Kemudian Allah mengemukakan petunjuk adanya hari Kiamat dan hari kebangkitan, selain yang telah
dikemukakan di atas dengan memberikan contoh kehidupan tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di permukaan bumi.

Perhatikanlah bumi yang tandus dan kering, tiada ditumbuhi tumbuh-tumbuhan apa pun. Kemudian turunlah hujan
membasahi permukaan bumi itu. Maka permukaan bumi itu mulai gembur dan subur lalu mulai ditumbuhi oleh
tumbuh-tumbuhan. Semakin lama tumbuh-tumbuhan itu semakin besar, bahkan daun-daunnya telah menutupi
permukaan bumi yang semulanya tandus, dengan warna-warni yang beraneka ragam ada yang hijau, ada yang
keputih-putihan, ada yang merah dan sebagainya. Perpaduan warna-warni daun-daunan itu sangat indah dan
menakjubkan dan semakin indah oleh warna-warni bunga-bungaan yang bermacam corak warnanya. Maka
permukaan bumi yang dahulunya tandus telah berubah menjadi hamparan pohon-pohon dan tanaman-tanaman
yang beraneka ragam warnanya.

Setelah sampai masanya bunga-bunga itu berubah menjadi putik-putik yang berangsur-angsur besar pula, sampai
menjadi buah. Pada saat buah telah masak siap untuk dipetik, maka berdatanganlah manusia yang akan
memetiknya. Buah-buahan itu merupakan rezeki yang halal bagi manusia, baik untuk dimakannya maupun untuk
dijadikan keperluan yang lain yang bermanfaat baginya. Setelah itu datang lagi musim kemarau, bumi kembali
menjadi kering dan tandus seperti sediakala.

Demikianlah keadaan bumi itu, yang berubah keadaannya setiap pergantian musim, dari mati dan tandus menjadi
hidup dan subur ketika disirami hujan, menghasilkan buah yang bermanfaat bagi manusia, kemudian tumbuh-
tumbuhan itu mati pada musim panas dan kering untuk dihidupkan kembali pada musim hujan. Manusia yang
berpikir, tentulah akan memikirkan proses hidup dan kematian bumi dan segala yang ada di permukaanya itu.
Pikirannya tentu akan sampai kepada Zat yang menentukan kehidupan dan kematian itu. Manusia yang beriman
dan berpikir, tentulah baginya semua proses kejadian itu menambah kuat imannya kepada kekuasaan dan keesaan
Tuhan, yang menghidupkan dan mematikan makhluk-makhluk-Nya, menurut yang dikehendaki-Nya. Jika Allah
telah berbuat demikian, tentulah Dia mampu pula menciptakan dan membangkitkan manusia kembali di kemudian
hari, karena mengulang penciptaan sesuatu kembali adalah lebih mudah dari menciptakannya buat pertama kalinya.

Anda mungkin juga menyukai