Anda di halaman 1dari 7

1. Ibadah dibagi menjadi dua bentuk yaitu ibadah mahdlah dan ibadah ghairu mahdlah.

Coba
jelaskan kedua pengertian berikut, serta berikan contoh masing-masing dari jenis ibadah tersebut.

Ibadah mempunyai dua bentuk yakni ibadah mahdlah atau ibadah ritual dan ibadah ghairu mahdlah
atau ibadah sosial. Ibadah ritual adalah ibadah kepada Allah yang telah ditentukan macam, tata
cara, syarat, dan rukunnya oleh Allah dalam Al-quran atau melalui sunnah rasul dalam haditsnya.
Pelanggaran terhadap tata cara, syarat, dan rukunnya menjadikan ibadah ritual tidak sah.

Dalam kata lain, ibadah mahdhah adalah hubungan manusia dengan Tuhan atau hubungan secara
vertikal. Contoh ibadah mahdhah adalah sholat, zakat, puasa, haji, dan ibadah lain yang ditetapkan
oleh hukum syara'.

Ibadah sosial adalah ibadah yang jenis dan macamnya tidak ditentukan, baik oleh Al-quran maupun
sunnah rasul. Ibadah sosial menyangkut perbuatan apa saja yang dilakukan seorang muslim, selama
perbuatan itu tidak termasuk yang dilarang Allah atau rasul-Nya dan dilakukan dengan niat karena
Allah.

Ibadah ini dilakukan antar sesama manusia (muamalah) atau hubungan horizontal yang tidak hanya
terkait dengan hubungan dengan Allah SWT saja. Ibadah ghairu mahdhah dilakukan berdasarkan
perintah, anjuran, atau tidak adanya larangan terhadap suatu perbuatan. Ibadah ini juga bersifat
rasional. Contoh ibadah ghairu mahdhah adalah silaturahmi, menjenguk orang sakit, sedekah,
mencari ilmu, bekerja, membangun masjid, dan kegiatan yang bermanfaat lainnya.

2. Tuliskan ayat dan tafsir yang menjelaskan tentang proses penciptaan manusia, serta jelaskan
tahapan penciptaan manusia menurut Al-Qur’an!

Di dalam al-Qur’an banyak ayat-ayat yang menjelaskan asal mula penciptaan manusia. Di antaranya
disebutkan bahwa Allah SWT. menciptakan manusia dari air (Q.S al-Furqon (25): 54), dalam ayat lain
disebutkan pula bahwa manusia diciptakan dari tanah liat (Q.S al-An’am (6): 2), dengan beragam
tanah seperti tin (Q.S al-Mu’minun (23): 12), tanah liat kering dari lumpur hitam (Q.S al-Hijr (15): 26),
dan tanah kering seperti tembikar (Q.S ar-Rahman (55): 14) (Lajnah Pentashihan Mushaf AlQur’an,
2016). Kemudian generasi setelah Nabi Adam proses penciptaannya melalui reproduksi
sebagaimana terdapat dalam (Q.S alHajj (22): 5) dan (Q.S al-Mu’minun (23): 13-14), kemudian
disempurnakan dengan peniupan ruh (Q.S Shad (38): 72) dan pada akhirnya menjadi manusia
terbaik dengan penciptaan yang sempurna (Q.S at-Tin (95): 4). surat Al-Mu’minun ayat 12-14
‫َٰل‬
‫َو َلَقْد َخ َلْقَنا ٱِإْل نَٰس َن ِم ن ُس َلٍة ِّم ن ِط يٍن‬
walaqad khalaqnaa l-insaana min sulaalatin min thiin
“Dan bahu-membahu Kami telah membuat insan dari suatu saripati (berasal) dari tanah.” (QS. al-
Mu’minun : 12)
‫ُثَّم َجَع ْلَٰن ُه ُنْطَفًة ِفى َقَر اٍر َّمِكيٍن‬
tsumma ja’alnaahu nuthfatan fii qaraarin makiin
“Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam kawasan yang kokoh
(rahim).” (QS. al-Mu’minun : 13)
‫ُثَّم َخ َلْقَنا ٱلُّنْطَفَة َع َلَقًة َفَخ َلْقَنا ٱْلَع َلَقَة ُم ْض َغ ًة َفَخ َلْقَنا ٱْلُم ْض َغَة ِع َٰظ ًم ا َفَك َسْو َنا ٱْلِع َٰظ َم َلْح ًم ا ُثَّم َأنَش ْأَٰن ُه َخ ْلًقا َء اَخ َر ۚ َفَتَباَرَك ٱُهَّلل َأْح َس ُن ٱْلَٰخ ِلِقيَن‬
tsumma khalaqnaa nnuthfata ‘alaqatan fakhalaqnaa l’alaqata mudhghatan fakhalaqnaa
lmudhghata ‘izhaaman fakasawnaa l’izhaama lahman tsumma ansya’naahu khalqan aakhara
fatabaaraka laahu ahsanu lkhaaliqiin
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, kemudian segumpal darah itu Kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, kemudian tulang belulang
itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. al-Mu’minun : 14)

Selanjutnya proses penciptaan/perkembangbiakan manusia berlangsung dengan cara pembuahan


sel sperma (pria) dengan sel ovum (wanita) dalam perkawinan, bukan lagi penciptaan seperti pada
manusia pertama. Dalil dalam Al Quran dapat dibaca pada surah Al-Insan ayat 2 berikut ini:

‫ِإ َّن ا َخ َل ْق َنا ا ِإْل ْن َس اَن ِم ْن ُن ْط َف ٍة َأ ْم َش ا ٍج َنْبَت ِل ي ِه َف َج َع ْل َنا ُه َس ِم يًع ا َبِص يًر ا‬

Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami
hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan
melihat. (Al-Insan: 2)

Yakni yang bercampur baur. Al-masyju dan al-masyij artinya sesuatu yang sebagian darinya
bercampur baur dengan sebagian yang lain. Ibnu Abbas r.a. telah mengatakan sehubungan dengan
makna firman-Nya: dari setetes mani yang bercampur. (Al-Insan: 2) Yaitu air mani laki-laki dan air
mani perempuan apabila bertemu dan bercampur, kemudian tahap demi tahap berubah dari suatu
keadaan kepada keadaan yang lain dan dari suatu bentuk ke bentuk yang lain.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Ar-Rabi' ibnu Anas, bahwa al-
amsyaj artinya bercampurnya air mani laki-laki dan air mani perempuan.

‫َخ َل َق ا ِإْل ْن َس اَن ِم ْن َص ْل َص ا ٍل َك ا ْل َفَّخ ا ِر‬

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.

Pada ayat-ayat tentang embriologi yaitu (Q.S al-Hajj (22): 5) dan (Q.S al-Mu’minun (23): 14,
dipaparkan bahwa manusia itu tercipta melalui beberapa tahapan.

a. Pertama, saripati tanah. Pada (Q.S al-Hajj (22): 5) Wahbah az-Zuhaili memberikan penafsiran
pada kalimat ‫ ب رَا َنا كامِ م ان ت َِفاَّ نَ خَلقا‬bahwa Allah SWT. menciptakan manusia dari tanah. Karena
asupan nutrisi dan makanan yang dikonsumsi oleh manusia itu berasal dari tumbuhan yang lahir
dari air dan tanah, kemudian membentuk menjadi sperma (Az-Zuhaili, 2013b).
b. Kedua, nuṭfah. Dalam tafsir al-Qurthubi kata ‫ اطَفة انِ ط فَ طَ ف‬kata akar dari berasal ‫ ن ان ط ف‬dan
‫ َن ُُ–َى َ ى‬yang memiliki makna tetesan, sehingga nuṭfah ini memiliki makna setetes mani (Al
Qurthubi, ‫ اطَفة‬kata Pada .)2007 ‫ ن‬dalam (Q.S al-Hajj (22): 5) ditafsirkan oleh az-Zuhaili sebagai
proses reproduksi melalui sperma yang telah terbentuk dari nutrisi dan makanan yang
dikonsumsi oleh manusia berasal dari tanah. Dalam penafsiran (Q.S al-Mu’minun (23): 13),
nuṭfah ini kemudian disemprotkan oleh Allah SWT. ke dalam rahim yang kokoh, kuat, tenang,
dan terjamin penjagaannya dari sejak masa kehamilan hingga proses persalinan (Q.S al-
Mursalah (77): 20-23) (Az-Zuhaili, 2013b).
c. Ketiga, ‘Alaqah. Setelah empat puluh hari, sperma tersebut berubah menjadi ‫ َةَقعَل‬berbentuk
seperti lintah (Lajnah Pentashihan Mushaf AlQur’an, 2016) atau segumpal darah kental, beku
berwarna merah yang berbentuk sedikit lonjong (Az-Zuhaili, 2013b). Lintah adalah hewan yang
bertahan hidup dengan mengisap darah. Begitupun dengan ‘alaqah mereka akan bergantung
pada ibu yang mengandungnya (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2016). Sedangkan
menurut Qurthubi, ‫ َةَقعَل‬mengandung makna darah yang segar atau darah yang sangat merah (Al
Qurthubi, 2007).
d. Keempat, Mudghah. Dari segumpal darah tersebut kemudian menjadi ‫ َةاضغ م‬yaitu segumpal
daging yang membentuk seperti kunyahan atau gigitan (Az-Zuhaili, 2013b), atau sepotong
daging yang dikunyah (Al Qurthubi, 2007) atau seperti permen karet yang digigit. Proses
pembentukan manusia berlangsung selama empat bulan (Al Qurthubi, 2007). Pada minggu ke-5,
jantung sudah mulai berdenyut, dan plasenta masuk pada dinding rahim sebagai perantara
pengaliran makanan dan oksigen dari ibu ke janin. Pada minggu ke-6 embrio sudah bisa
berputar di dalam rahim ibunya, dan organ mulai terbentuk namun belum tampak (Lajnah
Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2016).
e. Kelima, pembentukan tulang. Pada tahap ini dalam (Q.S alMu’minun (23): 14) kemudian Allah
SWT. jadikan ‫ َةاضغ م‬tersebut menjadi tulang belulang yang membentuk kepala, urat syaraf, dua
tangan dan kaki, serta pembuluh darah (Az-Zuhaili, 2013b). Sehingga pada minggu ke-7 sudah
terlihat bentuk nyata mirip manusia (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2016).
f. Keenam, pembentukan otot. Kemudian tulang belulang tersebut Allah SWT. bungkus dengan
daging untuk menjadi “baju” penutupnya yang menguatkan dan mengukuhkan (Az-Zuhaili,
2013b). Pada tahap ini janin sudah mulai bisa bergerak, karena tulang telah dibalut oleh daging
dan otot sehingga bagian yang ada dalam tubuh embrio sudah saling terhubung. Pada fase ini
berakhir hingga pada akhir minggu ke-8 (Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2016).
g. Ketujuh, disempurnakan dengan peniupan ruh. Pada usia janin yang ke-16, semua organ sudah
mulai siap berfungsi, termasuk organ pernafasan juga saraf yang siap berfungsi pada minggu ke-
22-26. Selanjutnya pada umur 24 minggu alat pendengaran mulai berkembang dan alat
penglihatan pada minggu ke-28 (Lajnah Pentashihan Mushaf AlQur’an, 2016). Setelah semua
organ tubuh telah tercipta dengan sempurna maka selanjutnya Allah tiupkan ruh pada manusia
agar menjadi makhluk yang dapat bergerak, serta memiliki alat indera untuk mampu
mendengar, melihat, dan merasakan (Az-Zuhaili, 2013b). Ruh merupakan salah satu unsur yang
tidak dapat terpisah dari jiwa manusia, sekalipun tidak diketahui hakikat dari ruh itu sendiri,
karena hanya Allah SWT. yang mampu mengetahuinya (Q.S al-Isra’ (17): 85) (Lajnah Pentashihan
Mushaf Al-Qur’an, 2016).
h. Kedelapan, menjadi bentuk terbaik. Wahbah Az-Zuhaili memberikan penafsiran terhadap (Q.S
at-Tin (96): 4), bahwa Allah SWT. telah menciptakan manusia dengan sempurna, bentuk tubuh
yang seimbang, susunan tubuh yang bagus, anggota tubuh yang pantas, serta diberikan
kemampuan berpikir, berbicara, merenung, dan hikmah, juga ilmu sehingga menjadi sosok
makhluk yang berbeda dengan yang lainnya (AzZuhaili, 2013a). Pada ayat tentang proses
penciptaan manusia dalam (Q.S al-Hajj (22): 5) digambarkan secara umum proses
perkembangan janin di dalam kandungan, sedangkan pada (Q.S al-Mu’minun (23): 14) dijelaskan
secara eksplisit. Sehingga secara tidak langsung al-Qur’an ingin menyampaikan pesan kepada
umat Islam khususnya, bahwa al-Qur’an ingin memberikan gambaran tentang proses
perkembangan manusia sejak dalam kandungan yang bisa dijadikan media pembelajaran untuk
merenungi kekuasaan Allah SWT. (Lajnah Pentashihan Mushaf AlQur’an, 2016).

3. Al-Quran menyebutkan beberapa istilah untuk menyebut manusia. Jelaskan istilah-istilah yang
digunakan tersebut!

Penyebutan manusia dalam al-Qur’an menggunakan beberapa term antara lain bashar,ins, insa>n,
na>s, dan bani adam. Di mana masing-masing memiliki arti sendiri yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, namun demikian perbedaan arti tersebut tidak berpengaruh pada objek yang
dimaksud yakni semua term tersebut diarahkan pada penyebutan manusia.

a. Bashar, kata ini berkaitan tentang penciptaan manusia, kemanusiaan para nabi, serta ketidak
mungkinan basyar dalam berkomunikasi dengan Allah secara langsung. Kata ini memiliki arti
penampakan sesuatu dengan baik dan indah, dari akar kata yang sama, lahir kata basharah yang
berarti kulit. Dari sini menunjukkan bahwa kata ini digunakan untuk merujuk pada aspek lahir
atau fisik manusia.
Kata bashar juga diartikan mula>samah (persentuhan kulit antara perempuan dan laki-laki) ,
secara etimologis dapat disimpulkan bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki sifat bologis
juga keterbatasan, seperti minum, makan, seks, keamanan dan lain sebagainya. Kata ini
ditunjukkan untuk semua manusia tanpa terkecuali baik itu nabi ataupun bukan.
b. Ins, kata ini disebut dalam al-Qur’an bersamaan dengan kata jinn atau jann. Kata ini juga serupa
dengan insiyy yang memiliki bentuk jamak “ana>siya”. Dilihat dari penyebutannya yang
bersamaan dengan kata jinn, ins mengarah pada makna jinak yaitu dapat ditangkap dan dilihat
karena memang diperlihatkan, kebalikan dari jinn yang dalam bahasa berarti samar, tidak dapat
ditangkap dan tertutup. Dimana tentunya pengertian ini dipahami dari sudut pandang dunia
manusia.
Disebutkannya dua jenis makhluk tersebut mengindikasikan adanya hubungan antara keduanya
yakni hubungan saling memengaruhi, yang lebih sering ditekankan bahwa jin sering
memengaruhi manusia dan sebaliknya manusia menjadikan jin sebagai tempat perlindungan
atau tempat minta pertolongan (QS. Al-Jinn: 6; QS. Al-A’raf: 38, dan QS. Al-An’am: 112).
c. Al-Insa>n dari kata al-ins disebut kurang lebih sebanyak 73 kali, yang secara etimologi bisa
diartikan lemah lembut, harmonis, tampak dan pelupa. Kata ini digunakaan dalam al-Qur’an
mengarah pada totalitas manusia sebagai makhluk dari segi jasmani dan rohaninya, harmonisasi
dari dua segi tersebut yang membuat manusia menjadi makhluk yang istimewa dibanding
makhluk lainnya. Semua konteks kata al-insa>n mengarah pada sifat-sifat spiritual dan
psikologis.
d. Na>s, kata ini merupakan yang paling sering digunakan dalam al-Qur’an yaitu sekitar 40 kali,
berbeda dengan 3 kata sebelumnya yang lebih menjelaskan konsep tentang manusia kata na>s
lebih mengarah pada realisasi actual manusia dari konsep tersebut. Manusia berada dalam
ruang dan waktu yang .aktual, dan secara factual.
Banyak kata na>s mengarah pada arti sebagai makhluk sosial, hal tersebut bisa dilihat dari ayat-
ayat yang menunjukan pada kelompok social beserta karakteristiknya seperti sebagian besar
manusia memiliki kualitas .rendah dalam segi ilmu
e. Bani Adam, berarti anak-cucu Adam atau keturunan nabi Adam as, dan dalam bahasa Adam
mempunyai arti permukaan bagian dalam dari kulit dan yang menjadikan sesuatu bisa dikenali.
Adam adalah wujud bashar yang sudah menjadi insa>n, Adam dan pasangannya dimunculkan
dalam kehidupan dunia, dan kata bani Adam ditujukan pada manusia keturunan nabi Adam
hingga hari kiamat. Istilah ini digunakan untuk mengingatkan asal-usulnya yang terkait dengan
cerita nabi Adam yan pernah dijerumuskan setan dalam melanggar larangan Allah.

4. Sebagai khalifah, manusia memiliki tanggung jawab besar untuk menjalankan tugasnya sebagai
pemimpin dan pengelola bumi dengan bijaksana sesuai dengan ajaran agama.

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan manusia untuk merealisasikan peran sebagai
khalifah:

a. Beribadah dan Berlaku Adil

Salah satu tugas utama manusia sebagai khalifah adalah beribadah kepada Allah dengan penuh
kesadaran dan ketulusan. Selain itu, manusia perlu mengedepankan prinsip keadilan dalam
segala aspek kehidupan, termasuk dalam hukum, ekonomi, politik, dan sosial.

b. Merawat dan Melestarikan Alam

Manusia perlu menjaga dan melestarikan alam serta lingkungan hidup. Langkah-langkah ini
mencakup pelestarian sumber daya alam, pengurangan limbah, penanaman pohon, pengelolaan
air, dan perlindungan terhadap keanekaragaman hayati. Tindakan-tindakan ini akan membantu
menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan.

c. Membangun Masyarakat yang Beradab

Manusia sebagai khalifah dituntut untuk membentuk masyarakat yang beradab dan harmonis.
Hal ini mencakup membangun hubungan yang baik antara sesama manusia, memperkuat
persaudaraan, dan menghormati perbedaan dalam masyarakat.

d. Memelihara dan Meningkatkan Kesejahteraan Umat

Sebagai khalifah, manusia diharapkan memelihara dan meningkatkan kesejahteraan umat


dengan memberikan bantuan, perhatian, dan kasih sayang kepada sesama manusia. Dengan
membantu mereka yang membutuhkan, termasuk kaum dhuafa, yatim, dan janda, manusia
dapat menjalankan peran kemanusiaan yang mulia dan memberikan dampak positif bagi
masyarakat.

e. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia dapat menciptakan inovasi
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan alam. Pengembangan teknologi yang
berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat membantu meningkatkan kualitas hidup manusia
tanpa merusak lingkungan.

f. Mendorong Keadilan Sosial dan Ekonomi:


Sebagai khalifah, manusia harus mendorong keadilan sosial dan ekonomi di masyarakat. Hal ini
mencakup distribusi yang adil dari sumber daya dan kekayaan, pemberdayaan masyarakat yang
kurang mampu, serta penghapusan kemiskinan dan ketidakadilan sosial. Peningkatan akses
terhadap pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja yang layak juga merupakan bagian dari
upaya menciptakan keadilan sosial.

Dengan melakukan langkah-langkah ini, manusia dapat memenuhi tugasnya sebagai khalifah yang
bertanggung jawab dalam menjaga dan mengelola bumi secara berkelanjutan, memajukan
kesejahteraan umat, dan menciptakan masyarakat yang adil, beradab, dan harmonis serta
memastikan bahwa manusia menjalankan peran mereka sebagai hamba Allah yang patuh dan
bertanggung jawab dalam mengelola amanah-Nya di dunia.

5. Islam berjuang untuk tegaknya masyarakat yang beradab dan sejahtera. Jelaskan prinsip-prinsip
untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera!

Islam mengajarkan prinsip-prinsip yang kuat untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan
sejahtera, yang meliputi aspek spiritual, moral, sosial, dan ekonomi. Berikut adalah beberapa prinsip
utama Islam untuk mencapai masyarakat yang beradab dan sejahtera adalah :

a. Ketaatan kepada Allah

Islam menekankan pentingnya ketaatan kepada ajaran agama dan ketundukan kepada
kehendak Allah. Prinsip ini memandu umat Muslim untuk hidup sesuai dengan nilai-nilai agama,
menjalankan ibadah dengan tulus, dan mengedepankan moralitas dan etika dalam semua aspek
kehidupan.

b. Keadilan

Islam mendorong keadilan dalam segala aspek kehidupan, baik dalam sistem hukum, ekonomi,
maupun sosial. Keadilan ini mengharuskan perlakuan yang sama dan adil terhadap semua
individu tanpa memandang latar belakang, agama, atau status sosial dan keadilan menjadi dasar
bagi stabilitas masyarakat yang beradab dan sejahtera.

c. Kesejahteraan Sosial

Islam mendorong masyarakat untuk peduli terhadap kesejahteraan sosial dan kesejahteraan
umum. Hal ini ini mendorong pemberdayaan masyarakat yang kurang mampu, pendistribusian
yang adil dari sumber daya, dan penghapusan kemiskinan. Islam juga Islam menekankan
pentingnya zakat dan sedekah untuk membantu mereka yang membutuhkan dalam masyarakat.

d. Pendidikan dan Pengetahuan

Islam menganggap pendidikan dan pengetahuan sebagai hal yang penting dan wajib diperoleh
oleh setiap Muslim. Prinsip ini mendorong pengembangan pengetahuan dan keilmuan yang
holistik, yang mencakup baik pengetahuan agama maupun pengetahuan umum, untuk
kemajuan individu dan masyarakat.

e. Persaudaraan dan Toleransi


Islam mengajarkan nilai persaudaraan antar sesama manusia, tidak memandang perbedaan ras,
agama, atau budaya. Prinsip toleransi menghormati keberagaman dan mempromosikan dialog
antar agama dan budaya, menciptakan lingkungan yang harmonis dan beradab di tengah
masyarakat yang multikultural.

f. Kebaikan dan Kemurahan Hati

Islam mendorong umatnya untuk berperilaku baik dan memperlihatkan kemurahan hati
terhadap sesama. Prinsip kebaikan ini mendorong umat Muslim untuk memberikan bantuan dan
dukungan kepada orang lain tanpa pamrih, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kasih sayang dan
empati terhadap orang lain.

Prinsip-prinsip ini memberikan landasan yang kokoh untuk pembangunan masyarakat yang adil,
harmonis, dan berkelanjutan, yang didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas Islam.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, umat Muslim dapat berkontribusi
secara signifikan untuk menegakkan masyarakat yang beradab dan sejahtera.

Fitriani, Esya Heryana, Raihan, Winona Lutfiah, Wahyudin Darmalaksana/Proses Penciptaan Manusia
Perspektif Al-Qur’an dan Kontekstualitasnya dengan Ilmu Pengetahuan Sains: Kajian Kesehatan
Reproduksi Khoirun Nadiyyin, Stuktur Semantik Konsep Manusia dalam Al-Qur’an, Fakultas Adab UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 4.

Kementerian Agama RI, Tafsir Al-Qur’an Tematik, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan
Pembinaan Syariah Direktorat Jenderal Bimas Islam Kementerian Agama RI, 2012), 16-17.

Abdul Hadi, “Dimensi Pendidikan Islam (Analisa Terhadap Konsep Al- Nas, Al-Basyar dan AlInsan dalam
Al-Qur’an”, Sintesa, 1(2014), 5-6.

Anda mungkin juga menyukai