Anda di halaman 1dari 4

Landasan Ilmu Pendidikan Islam

Adapun dasar dari ilmu pendidikan islam adalah sebagai berikut

1. Alqur’an

Al-Qur’an adalah landasan utama dalam ilmu pendidikan islam. Alqur’an merupakan kebenaran yang
disampaikan oleh Allah SWT dan dengan demikian Allah adalah pendidik utama manusia yang
memberikan ilmu dan ajaran kebenaran agar manusia dapat menjalani hidupnya dengan baik dan sesuai
syariat agama islam (baca manfaat membaca Alqur’an setiap hari). Hal ini disebutkan dalam firman Allah
surat Al baqarah ayat 2

َ‫ْب ۛ فِي ِه ۛ هُدًى لِ ْل ُمتَّقِين‬ َ ِ‫ٰ َذل‬


َ ‫ك ْال ِكتَابُ اَل َري‬

“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa” (QS
Albaqarah :2)

2. Hadits

Hadits atau sunnah Rasulullah yang diartikan sebagai segala perkataan dan tindakan Rasulullah SAW,
merupakan landasan pendidikan islam yang kedua setelah Alqur’an. Rasulullah SAW adalah suri
tauladan yang baik atau uswatun hasanah bagi seluruh umat manusia dan beliau hidup dalam naungan
kebenaran dan kemuliaan yang patut dicontoh oleh semua umat manusia. Sesuai dengan firman Allah
berikut ini

‫ُول هَّللا ِ ُأ ْس َوةٌ َح َسنَةٌ لِ َم ْن َكانَ يَرْ جُو هَّللا َ َو ْاليَوْ َم اآْل ِخ َر َو َذك ََر هَّللا َ َكثِيرًا‬
ِ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِي َرس‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”.(QS Al
Ahzab :21)

Dalam ilmu pendidikan islam hadits atau sunnah rasulullah memiliki dua fungsi yakni menjelaskan hal
yang ada dalam Alqur’an yang bersifat umum dan memberi pengertian tentang cara hidup Rasulullah
SAW serta bagaimana perlakuannya terhadap orang lain. (baca keutaamaan cinta kepada Rasulullah)

3. Ijtihad

Adapun landasan ketiga dalam ilmu pendidikan islam adalah ijtihad para sahabat, ulama, dan para
cendekiawan muslim. Para sahabat Rasulullah SAW adalah manusia-manusia hebat hasil didikan
Rasulullah sendiri sebagaimana Umar bin Khatab yang senantiasa dpat mengambil ijtihad dan
menghendaki kemaslahatan umat. Ijtihad diperlukan mengingat tidak semua kejadian di masa modern
ini dijelaskan secara rinci dalam Alqur’an dan hadits.

4. Warisan pemikiran islam

Warisan pemikiran islam juga dapat dijadikan landasan atau dasar dalam ilmu pendidikan islam untuk
dapat mengatasi masalah di kemudian hari. Warisan pemikiran islam dari para ulama juga merupakan
wujud refleksi ilmu pendidikan islam itu sendiri dan dinamika islam yang senantiasa mengikuti
perkembangan zaman. (baca juga kedudukan wanita dalam islam dan peran wanita dalam islam)

Hakikat Manusia Menurut Pandangan Islam

Dalam agama islam, ada enam peranan yang merupakan hakikat diciptakannnya manusia. Berikut ini
adalah dimensi hakikat manusia berdasarkan pandangan agama islam

1. Sebagai Hamba Allah

Hakikat manusia yang utama adalah sebagai hamba atau abdi Allah SWT. Sebagai seorang hamba maka
manusia wajib mengabdi kepada Allah SWT dengan cara menjalani segala perintahnya dan menjauhi
segala larangannya. Sebagai seorang hamba, seorang manusia juga wajib menjalankan ibadah seperti
shalat wajib, puasa ramadhan (baca puasa ramadhan dan fadhilahnya), zakat (baca syarat penerima
zakat dan penerima zakat), haji (syarat wajib haji) dan melakukan ibadah lainnya dengan penuh
keikhlasan dan segenap hati sebagaimana yang disebutkan dalam ayat berikut ini

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya dalam menjalankan agama yang lurus …,” (QS:98:5).

2. Sebagai al- Nas

Dalam al- Qur’an manusia juga disebut dengan al- nas. Kata al nas dalam Alquran cenderung mengacu
pada hakikat manusia dalam hubungannya dengan manusia lain atau dalam masyarakat. Manusia
sebagaimana disebutkan dalam ilmu pengetahuan, adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
keberadaan manusia lainnya (baca keutamaan menyambung tali silaturahmi). Sebagaimana yang
dijelaskan dalam firman Allah SWT berikut

“Hai sekalian manusia, bertaqwalaha kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri,
dan dari padanya Allah menciptakan istirinya, dan dari pada keduanya Alah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan)
namanya kamu saling meminta satu sama lain dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (QS: An Nisa:1).

“Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan
menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu disisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kamu.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al Hujurat :13).

3. Sebagai khalifah Allah

Telah disebutkan dalam tujuan penciptaan manusia bahwa pada hakikatnya, manusia diciptakan oleh
Allah SWt sebagai khlaifah atau pemimpin di muka bumi.(baca fungsi alqur’an bagi umat manusia)
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (peguasa) di muka bumi, maka berilah
keputusan di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu. Karena ia akan
menyesatkan kamu dari jalan Allah. …”(QS Shad:26).

Sebagai seorang khalifah maka masing-masing manusia akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di
hari akhir.

4. Sebagai Bani Adam

Manusia disebut sebagai bani Adam atau keturunan Adam agar tidak terjadi kesalahpahaman bahwa
manusia merupakan hasil evolusi kera sebagaimana yang disebutkan oleh Charles Darwin. Islam
memandang manusia sebagai bani Adam untuk menghormati nilai-nilai pengetahuan dan hubungannya
dalam masyarakat. Dalam Alqur’an Allah SWT berfirman

“Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu
dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, semoga mereka selalu ingat. Hai anak Adam janganlah kamu
ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, …” (QS : Al araf 26-
27).

5. Sebagai al- Insan

Tidak hanya disebut sebagai al nas, dalam Alqur’an manusia juga disebut sebagai Al insan merujuk pada
kemampuannya dalam menguasai ilmu dan pengetahuan serta kemampuannya untuk berbicara dan
melakukan hal lainnya (baca hukum menuntut ilmu). Sebagaimana disebutkan dalam surat Al hud
berikut ini

“Dan jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat, kemudian rahmat itu kami cabut dari padanya,
pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterima kasih.” (QS: Al Hud:9).

6. Sebagai Makhluk Biologis (al- Basyar)

Manusia juga disebut sebagai makhluk biologis atau al basyar karena manusia memiliki raga atau fisik
yang dapat melakukan aktifitas fisik, tumbuh, memerlukan makanan, berkembang biak dan lain
sebagainya sebagaimana ciri-ciri makhluk hidup pada umumnya. Sama seperti makhluk lainnya di bumi
seperti hewan dan tumbuhan, hakikat manusia sebagai makhluk biologis dapat berakhir dan mengalami
kematian, bedanya manusia memiliki akal dan pikiran serta perbuatannya harus dapat
dipertanggungjawabkan kelak di akhirat.

Segala hakikat manusia adalah fitrah yang diberikan Allah SWT agar manusia dapat menjalankan peran
dan fungsinya dalam kehidupan. Manusia sendiri harus dapat memenuhi tugas dan perannya sehingga
tidak menghilangkan hakikat utama penciptaannya. (baca juga fungsi agama dalam kehidupan manusia
dan hidayah Allah kepada manusia)

Anda mungkin juga menyukai