Anda di halaman 1dari 7

Pembuktian Kemukjizatan al-Qur’an Masa Kini

A. Pengertian Mukjizat
Kata mukjizat terambil dari kata bahasa Arab (a’jaza) yang berarti “melemahkan atau
menjadikan tidak mampu”.1 Jikalau dia sudah lemah berarti dia tidak memiliki kekuatan lagi. Al-
Qur’an memiliki kekuatan untuk melemahkan yang dikenal dengan mukjizat.2

Mukjizat adalah suatu peristiwa, urusan, perkara yang luar biasa yang dibarengi dengan
tantangan dan tidak bisa dikalahkan. Setiap rasul yang diutus, selain membawa kitab yang di
dalamnya mengandung kabar gembira dan peringatan, juga Allah bekali mereka dengan mukjizat
untuk membantu mereka dalam berbagai kesulitan dan tantangan dari masyarakat yang menolak
ajakannya sesuai dengan tingkat dan pola pikir masyarakat.3

Dalam kamus dijelaskan, bahwa kata mukjizat diartikan sebagai kejadian luar biasa yang
sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia.4

Menurut al-Qattan, i’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. Artinya, dalam


pengertian umum kelemahan adalah ketidakmampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari qudrah
(power, kemampuan). I’jaz dalam pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam
pengakuannya sebagai seorang rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dalam
melawan mukjizat yang kekal yakni Al-Qur’an.5

Mukjizat didefinisikan oleh pakar Agama Islam, antara lain sebagai, “suatu hal atau
peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya
yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun
mereka tidak mampu melayani tantangan itu”.6

1
M. Quraish Shihab. Mukjizat Al-Qur’an : itinjau dari Aspek Kebahasaan, Isyarat Ilmiah, dan Pemberitaan Gaib,
(Bandung: Mizan, 2007), et. Ke-2, h. 25
2
Jamaluddin al-Ansari, Lisan al-Arab, (Beirut: ar al-Misriyah, 1990), Juz IV, h. 236
3
Abdul Hamid, LC., M.A., Pengantar Studi Al-Qur’an, 2016, Cet. Ke- 1, h. 83
4
W.J.S. Poerwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), h. 395.
5
Manna’ al-Qattan, Mabahis fi Ulum Al-Qur’an, (Kairo: Maktabah Wahbah, 2004), Cet. Ke- XIII, h. 258.
6
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Quran, Op.cit., h. 25-26

1
Masih dalam makna mukjizat, dengan redaksi yang berbeda, mukjizat didefinisikan pula
sebagai sesuatu yang luar biasa yang diperlihatkan Allah melalu para nabi dan rasul-Nya sebagai
bukti atas kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulannya.7

Pertama, mukjizat harus menyalahi tradisi atau kebiasaan manusia, seperti mukjizat Nabi
Ibrahim a.s. yang mampu selamat dari kobaran api. Secara kodrat semua manusia pasti akan
kepanasan atau bahkan hangus jika tersentuh oleh api. Namun Nabi Ibrahim a.s. mampu keluar
dari kobaran api dengan selamat dan aman. Begitu juga mukjizat yang terjadi kepada Nabi Nuh
a.s. yang diperintahkan untuk membuat perahu di atas gunung. Hal tersebut keluar dari adat dan
kebiasaan manusia, karena biasanya kalau membuat perahu logisnya dekat dengan air atau laut,
namun Nabi Nuh a.s. justru diperintahkan membuat perahu diatas gunung (QS. Al-Mu’minun [23]:
27).
Kedua, mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan, sebagaimana yang terjadi di zaman
Nabi Musa a.s., ketika beliau dilawan oleh para tukang sihir yang dikumpulkan oleh Firaun untuk
melawan mukjizat Nabi Musa a.s. berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular yang pada
akhirnya dimenangkan oleh mukjizat Nabi Musa a.s. (QS. Al-A’raaf [7]: 111).
Ketiga, mukjizat tidak bisa terkalahkan, seperti mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT
kepa Nabi Muhammad SAW untuk membelah bulan (QS. Al-Qamar [54]: 1). Begitu juga mukjizat
berupa Al-Qur’an yang diberikan oleh Allah SWT kepada Rsul-Nya Muhammad SAW. Sejak
berabad-abad lamanya tidak ada satu pun yang mampu membuat atau menandingi kehebatan Al-
Qur’an (QS. Yunus [10]: 15)

Menurut Quraish Shihab, ada empat unsur yang harus menyertai sesuatu sehingga ia
dinamakan mukjizat. Pertama, hal atau peristiwa yang luar biasa yang berada di luar jangkauan
dan kemampuan manusia. Kedua, terjadi atau dipaparkan oleh seseorang yang mengaku Nabi,
karena hal-hal yang luar biasa terjadi bukan dari seseorang Nabi, ia tidak dinamakan mukjizat.
Ketiga, mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian. Keempat, tantangan tersebut
tidak mampu mengalahkannya.8

7
Said Aqil Husain al-Munawwar, I’jaz Al-Qur’an dan Metodeologi Tafsir, (Semarang: Dimas, 1994), h. 1.
8
M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, Op. cit., h. 26-27

2
B. Fungsi Mukjizat

Mukjizat Berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Kebiasaan yang tampak atau terjadi

melalui mereka itu diibaratkan sebagai ucapan Tuhan. Mukjizat ditampilkan oleh

Tuhan melalui hamba hamba pilihannya untuk membuktikan kebenaran ajaran illahi yang

dibawa oleh masing masing Nabi.

C. TUJUAN MUKJIZAT

Setiap Rasul mempunyai Mukjizat yang sesuai keadaanya suatu kaum dan masa risalahnya.
Rosul – Rosul sebelum Nabi Muhammad SAW diutus hanya untuk suatu kaum tertentu dan masa
masa tertentu. Keika Manusia menyelewengkan ( mengubah ) agama allah, Dia mengutus seorang
rasul lain dengan Agama yang di Ridhoi nya beserta mukjizat nya yang baru. Ketika Allah
mengakhiri kenabian dengan Nabi Muhammad Saw. ia ingin menjamin untuk menjaga agamanya
dan menguatkannya dengan bukti yang terbesar yang selalu ada di antara manusia hingga akhir
zaman yaitu dengan menurunkan Al – Qur’an.

Al Qur’an merupakan wahyu dari Allah SWT dan merupakan salah satu mukjizat yang
diberikan kepada Nabi

Muhammad SAW .

D. Pembuktian Kemukjizatan al-Qur’an Masa Kini

MUKJIZAT DARI PANDANGAN DAN KAJIAN SEMASA

1. Ayat Al-Quran Sebagai Penyembuh

‫آن ِّمنَ َونُنَ ِّز ُل‬ ِّ ‫ارا ِّإ َّل ال َّظا ِّل ِّمينَ يَ ِّزي ُد َو َل ۙ ِّل ْل ُمؤْ ِّمنِّينَ َو َرحْ َمة‬
ِّ ‫ش َفاء ه َُو َما ا ْلقُ ْر‬ ً ‫س‬َ ‫َخ‬

“Dan Kami turunkan dari Alquran suatu yang menjadi syifa’ dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Alquran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian” (QS. Al Isra’ 82).

3
Kesembuhan yang dikandung Alquran ada tiga macam. Pertama, kesembuhan dari
kesesatan karena di dalamnya ada petunjuk. Kedua, kesembuhan dari penyakit karena di dalamnya
sarat keberkahan. Ketiga, kesembuhan dari kebodohan karena di dalamnya banyak penjelasan
tentang kewajiban dan hokum.9

2. Keajaiban Dan Kebenaran Al-Quran.


Al-Quran diciptakan dengan bahasanya tersendiri dan menggunakan dialek bahasa yang
tidak sama dengan dialek yang digunakan oleh orang Arab pada ketika penurunannya. Orang Arab
ketika itu tidak percaya Nabi Muhammad mereka-reka sedangkan baginda tidak pandai membaca
dan menulis. Al-Quran mencabar orang yang tidak percaya akan kesahihannya agar menciptakan
sepotong ayat yang menandingi bahasa al-Quran. AlQuran adalah ayat kebenaran yang diturunkan
sebagai panduan kepada umat manusia agar mengikut jalan yang lurus. Pada zaman dahulu, orang
yang pandai bersyair dan berpuisi dianggap orang yang berkedudukan tinggi dalam masyarakat
Arab. Oleh yang demikian, tentulah bahasa yang digunakan oleh penyair adalah menarik dan suka
didengari. Namun begitu, walaupun mereka hebat dalam merekacipta syair yang hebat, mereka
masih tidak dapat menandingi keunggulan bahasa al-Quran dari segi bahasanya. Bab ini akan
mengupas kehebatan al-Quran dari segi ketidakupayaan manusia untuk mencipta setanding
dengannya walau pun untuk beberapa ayat atau surah yang pendek sepertinya sebagai satu tanda
bukti bahawa ini adalah wahyu yang diturunkan. Hal ini seterusnya diperkukuhkan lagi dengan isi
al-Quran itu sendiri yang begitu selari dengan jumpaan al-Quran yang mengukuhkan batapa al-
Quran merupakan mujizat yang besar untuk umat manusia hingga ke akhir zaman.10
3. Berita Yang Akan Datang.

Berita lain yang disampaikan Al Qur'an tentang peristiwa masa depan ditemukan dalam
ayat pertama Surat Ar Ruum, yang merujuk pada Bizantium, wilayah timur Romawi. Dalam ayat-
ayat ini, disebutkan bahwa Bizantium telah mengalami kekalahan besar, tetapi akan segera
memperoleh kemenangan.

9
Muhammad Ibrahim Salim, Al-Qur’an Sang Penyembuh, Keira Publishing, Depok 2015 hlm 22-24
10
Jamaluddin Kafie, Benarkah Al-Qur’an Ciptaan Muhammad, hlm 20-23

4
"Alif, Lam, Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi, di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum
dan sesudah (mereka menang)." (Al Qur'an, 30:1-4)

Ayat-ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun 620 Masehi, hampir tujuh tahun setelah
kekalahan hebat Bizantium Kristen di tangan bangsa Persia, ketika Bizantium kehilangan
Yerusalem. Kemudian diriwayatkan dalam ayat ini bahwa Bizantium dalam waktu dekat menang.
Padahal, Bizantium waktu itu telah menderita kekalahan sedemikian hebat hingga nampaknya
mustahil baginya untuk mempertahankan keberadaannya sekalipun, apalagi merebut kemenangan
kembali. Tidak hanya bangsa Persia, tapi juga bangsa Avar, Slavia, dan Lombard menjadi ancaman
serius bagi Kekaisaran Bizantium. Bangsa Avar telah datang hingga mencapai dinding batas
Konstantinopel. Kaisar Bizantium, Heraklius, telah memerintahkan agar emas dan perak yang ada
di dalam gereja dilebur dan dijadikan uang untuk membiayai pasukan perang. Banyak gubernur
memberontak melawan Kaisar Heraklius dan dan Kekaisaran tersebut berada pada titik
keruntuhan. Mesopotamia, Cilicia, Syria, Palestina, Mesir dan Armenia, yang semula dikuasai oleh
Bizantium, diserbu oleh bangsa Persia.

Pendek kata, setiap orang menyangka Bizantium akan runtuh. Tetapi tepat di saat seperti
itu, ayat pertama Surat Ar Ruum diturunkan dan mengumumkan bahwa Bizantium akan
mendapatkan kemenangan dalam beberapa tahun lagi. Kemenangan ini nampak seakan mustahil
sehingga kaum musyrikin Arab menjadikan ayat ini sebagai bahan cemohan. Mereka berkeyakinan
bahwa kemenangan yang diberitakan Al Qur'an tidak akan menjadi kenyataan.11

Sekitar tujuh tahun setelah diturunkannya ayat pertama Surat Ar Ruum tersebut, pada
Desember 627 Masehi, perang penentu antara Bizantium dan Persia terjadi di Nineveh. Dan kali
ini, pasukan Bizantium secara mengejutkan mengalahkan pasukan Persia. Beberapa bulan
kemudian, bangsa Persia harus membuat perjanjian dengan Bizantium, yang mewajibkan mereka
untuk mengembalikan wilayah yang mereka ambil dari Bizantium.

Akhirnya, "kemenangan bangsa Romawi" yang diumumkan oleh Allah dalam Al Qur'an,
secara ajaib menjadi kenyataan.

11
Muhammad Tharhuni, Khasiat Ayat-Ayat Al-Quran, Aq’wam, hlm 106

5
Keajaiban lain yang diungkapkan dalam ayat ini adalah pengumuman tentang fakta
geografis yang tak dapat ditemukan oleh seorangpun di masa itu.

Dalam ayat ketiga Surat Ar Ruum, diberitakan bahwa Romawi telah dikalahkan di daerah
paling rendah di bumi ini. Ungkapan "Adnal Ardli" dalam bahasa Arab, diartikan sebagai "tempat
yang dekat" dalam banyak terjemahan. Namun ini bukanlah makna harfiah dari kalimat tersebut,
tetapi lebih berupa penafsiran atasnya. Kata "Adna" dalam bahasa Arab diambil dari kata "Dani",
yang berarti "rendah" dan "Ardl" yang berarti "bumi". Karena itu, ungkapan "Adnal Ardli" berarti
"tempat paling rendah di bumi".

Yang paling menarik, tahap-tahap penting dalam peperangan antara Bizantium dan Persia,
ketika Bizantium dikalahkan dan kehilangan Jerusalem, benar-benar terjadi di titik paling rendah
di bumi. Wilayah yang dimaksudkan ini adalah cekungan Laut Mati, yang terletak di titik
pertemuan wilayah yang dimiliki oleh Syria, Palestina, dan Jordania. "Laut Mati", terletak 395
meter di bawah permukaan laut, adalah daerah paling rendah di bumi.12

Ini berarti bahwa Bizantium dikalahkan di bagian paling rendah di bumi,seperti


dikemukakan dalam ayat ini.

Hal paling menarik dalam fakta ini adalah bahwa ketinggian Laut Mati hanya mampu
diukur dengan teknik pengukuran modern. Sebelumnya, mustahil bagi siapapun untuk mengetahui
bahwasannya ini adalah wilayah terendah di permukaan bumi. Namun, dalam Al Qur'an, daerah
ini dinyatakan sebagai titik paling rendah di atas bumi. Demikianlah, ini memberikan bukti lagi
bahwa Al Qur'an adalah wahyu Ilahi.

12
Jamaluddin Kafie, Benarkah Al-Qur’an Ciptaan Muhammad, hlm 33-35

6
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai