Anda di halaman 1dari 3

ALQUR’AN MUKJIZAT YANG ABADI

A. PENGERTIAN MU’JIZAT

Pengertian Mukjizat Dalam Kamus dijelaskan, bahwa kata mukjizat diartikan sebagai kejadian
luar biasa yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia.

- Kata mukjizat sendiri berasal dari bahasa Arab (a’jaza) yang berarti melemahkan atau
menjadikan tidak mampu.

- Dalam al-Mu’jam al-Washith, mukjizat diartikan sebagai suatu hal yang menyalahi adat
kebiasaan yang ditampakkan oleh Allah di atas kekuasaan seorang Nabi untuk memperkuat
kenabiannya.

- Menurut al-Qattan, i’jaz (kemukjizatan) adalah menetapkan kelemahan. I’jaz dalam


pembahasan ini ialah menampakkan kebenaran Nabi dalam pengakuannya sebagai seorang
rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab dalam melawan mukjizat yang kekal yakni
Al-Qur’an.

Dengan demikian, maka dapat dikemukakan tiga unsur pokok mukjizat, yaitu:

(1) mukjizat harus menyalahi tradisi atau adat kebiasaan.

Pertama, mukjizat harus menyalahi tradisi atau kebiasaan manusia, seperti mukjizat Nabi
Ibrahim a.s. yang mampu selamat dari kobaran api. Secara kodrat semua manusia pasti akan
kepanasan atau bahkan hangus jika tersentuh oleh api. Namun Nabi Ibrahim a.s. mampu keluar
dari kobaran api dengan selamat dan aman. Begitu juga mukjizat yang terjadi kepada Nabi Nuh
a.s. yang diperintahkan untuk membuat perahu di atas gunung. Hal tersebut keluar dari adat
dan kebiasaan manusia, karena biasanya kalau membuat perahu logisnya dekat dengan air atau
laut, namun Nabi Nuh a.s. justru diperintahkan membuat perahu di atas gunung (QS.
alMu’minuun [23]: 27).

(2) mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan.

Kedua, mukjizat harus dibarengi dengan perlawanan, sebagaimana yang terjadi di zaman Nabi
Musa as, ketika beliau dilawan oleh para tukang sihir yang dukumpulkan oleh Firaun untuk
melawan mukjizat Nabi Musa a.s. berupa tongkat yang bisa berubah menjadi ular yang pada
akhirnya dimenangkan oleh mukjizat Nabi Musa a.s. (QS. al-A’raaf [7]: 111).

(3) mukjizat tidak terkalahkan.

Ketiga, mukjizat tidak bisa terkalahkan, seperti mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada
Nabi Muhammad SAW untuk membelah bulan (QS. al-Qamar [54]: 1). Begitu juga mukjizat
berupa Al-Qur’an yang diberikan oleh Allah SWT kepada Rasul-Nya Muhammad SAW. Sejak
berabadabad lamanya tidak ada satu pun kekuatan yang mampu membuat atau menandingi
kehebatan Al-Qur’an (QS. Yunus [10]: 15).

”Menurut Quraish Shihab, ada empat unsur yang harus menyertai sesuatu sehingga ia
dinamakan mukjizat.”
Pertama, hal atau peristiwa yang luar biasa yang berada di luar jangkauan dan kemampuan
manusia. Kedua, terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku Nabi, karena hal-hal yang
luar biasa terjadi bukan dari seseorang Nabi, ia tidak dinamai mukjizat. Ketiga, mengandung
tantangan terhadap yang meragukan kenabian. Keempat, tantangan tersebut tidak mampu
mengalahkannya.

B. PERBEDAAN MU'JIZAT, ILHAM DAN KAROMAH

● MU'JIZAT

Mukjizat diartikan sebagai kejadian luar biasa yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal
manusia

● ILHAM

Ilham adalah intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta,
tanpa mengetahui dari mana datangnya.3 Hal seperti itu serupa dengan rasa lapar, haus, sedih,
dan senang.

● KAROMAH

Karamah berasal dari bahasa arab berarti kemuliaan, keluhuran, dan anugerah. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia yang mengistilahkan karomah dengan keramat diartikan suci dan dapat
mengadakan sesuatu diluar kemampuan manusia biasa karena ketaqwaanya kepada Tuhan.

C. MEMAHAMI MU’JIZAT AL-QUR’AN

Ada tiga hal yang perlu diperhatikan guna mempermudah pemahaman akan bukti-bukti
kemukjizatan al-Qur’an.

1. Kepribadian Nabi Muhammad SAW.

Keyakinan terhadap kemukjizatan al-Qur’an dapat diperoleh melalui penelusuran riwayat hidup
Nabi Muhammad saw. Menurut Quraish Shihab pembuktian kebenaran seorang Nabi tidak
harus melalui mukjizat yang dipaparkan akan tetapi juga dapat dibuktikan dengan mengenal
kepribadian, kehidupan keseharian, akhlak, dan budi pekertinya bahkan juga air mukanya.

Siapapun yang mempelajari sejarah hidup Nabi Muhammad saw. Dan mengetahui
kesederhanaannya, pastilah akan menafikan akan segala macam tuduhan negatif yang ditujukan
kepadanya. Keadaan beliau yang ummi tidak pandai menulis membaca, namun mampu
menyampaikan aneka informasi sejarah dan hal-hal ilmiah yang tidak diketahui oleh
masyarakat ilmiah kecuali berabad-abad sesudahnya.

2. Kondisi Masyarakat Saat Turunnya Al-Qur’an

Al-Qur’an yang menamai masyarakat Arab sebagai masyarakat ummiyyin, yang berarti
masyarakat Arab hanya mampu menggunakan bahasa ibu, kemampuan mereka baca tulis
sangat minim. Kelangkaan alat tulis menulis dan ketidak mampuan menulis mengantarkan
mereka untuk mengandalkan hafalan, pada gilirannya tingkat kecerdasan dan ilmiah seseorang
diukur dari kemampuan menghafal.
Memahami kondisi masyarakat dan perkembangan pengetahuan pada masa turunya al-Qur’an
akan menunjang bukti kebenaran al-Qur’an. Disadari betapa kitab suci al-Qur’an memaparkan
hakikat-hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa-masa terakhir ini.

3. Cara Kehadiran Al-Qur’an

Terkadang Nabi Muhammad saw. Membutuhkan penjelasan atas sesuatu yang dihadapi tapi
penjelasan itu tak kunjung datang. Seperti kegelisahan yang melanda Nabi ketika telah
menerima 10 kali wahyu dan terhenti untuk waktu yang sekian lama dinantikannya.

D. Kesimpulan

Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan mukjizat diartikan
sebagai kejadian luar biasa yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia yang
ditampakkan oleh Allah di atas kekuasaan seorang Nabi untuk memperkuat kenabiannya.

Kemudian perbedaannya dari Karomah dan Ilham yakni karamah berarti keadaan luar biasa
yang diberikan Allah SWT kepada para wali-Nya sedangkan Ilham adalah intuisi yang diyakini
jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta, tanpa mengetahui dari mana
datangnya.

Prof Quraish Shihab dalam bukunya berjudul Mukjizat Alquran menjabarkan, terdapat tiga hal
yang perlu diperhatikan guna mempermudah bukti-bukti kemukjizatan Alquran. Yakni melalui
kepribadian Rasulullah SAW, memahami kondisi masyarakat pada saat turunnya Alquran, dan
cara Alquran diturunkan. Membuktikan kebenaran seorang nabi tidak harus melalui mukjizat
yang dipaparkannya, tapi juga dapat dibuktikan dengan mengenal kepribadian, keseharian,
akhlak, hingga air mukanya.

E. Saran

Menyadari bahwa kami masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih fokus dan
detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya
jelaskan tentang daftar pustaka makalah.

F. Referensi
https://www.academia.edu/44686572/MAKALAH_ALQURAN_MUKJIZAT_YANG_ABADI

Anda mungkin juga menyukai