Anda di halaman 1dari 6

I.

Pendahuluan
Salah satu unsur yang terpenting dalam hadis adalah sanad, disamping matan dan
mukharrij. Sanad adalah serangkaian atau serentetan periwat yang merupakan satu kesatuan
periwayat yang tak terpisahkan meriwayatkan hadis Nabi saw, dari periode ke periode. Oleh
ulama hadis membagi atas dua tinjauan terhadap sanad, yakni dari kuantias dan kualitas. Dari
segi kuantitas sanda, sanad hadis bisa menyebabkan hadis tertentu dinilai oleh kritikus hadis
berposisi sebagai hadis Mutawatir, dan hadis Ahad. Disamping ada yang memasukkan
kategori hadis masyhur sebagai kategori ketiga atau masuk ke dalam bagian hadis ahad.Dari
segi kualitas sanad hadis oleh ulama memberikan batasan sebagai syarat-syarat tertentu
kesahihan sanad, yang meliputi shahih, dhaif dan maudhu’ di samping ada yang memberi
batasan pada tingkatan hasan.Dalam menilai sanad hadis bukan sekedar ketersambungannya
tetapi memiliki kreteria khusus yang lainnnya, seperti kedhabitan, keadilan dan yang lainnya.
Demikian pula matan hadis, Kaidah umum pada matan ada dua macam, yaitu: terhindar dari
syaz (kejanggalan) dan ‘illah (cacat).

1) Sanad Hadis

a) Pengertian sanad hadis


Sanad dari segi bahasa berarti ‫ ماارتفع من األرض‬, yaitu bagian bumi yang menonjol,sesuatu
yang berada dihadapan anda dan yang jauh dari kaki bukit ketika anda memandangnya.
Bentuk jamaknya adalah  ‫اسناد‬. Segala sesuatu yang anda sanadarkan kepada yang lain disebut
‫مسند‬. Dikatakan  ‫ اسند في الجبل‬maknanya “seseorang mendaki gunung”. Dikatakan pula ‫سند فال ن‬   
maknanya “seseorang menjadi tumpuan”. Adapun tentang pengertian sanad menurut
terminologi, para ahli hadist memberikan definisi yang beragam, diantaranya: ‫الطر يقت المو‬
‫لت الي المتن‬K‫ ص‬Jalan yang menyampaikan kepada matan hadist Yakni rangkain para perawi
yang memindahkan matan dari sumber primernya. Jalur ini adakalanya disebut sanad,
adakalanya periwat bersanadar kepadanya dalam menisbatkan matan kepada sumbernya, dan
adakalanya karena hafidz bertumpu kepada “ yang menyebutkan sanad” dalam mengetahi
shahih atau dhaif suatu hadist.

‫طر ىق التن أوسلسلة الرواةالذين نقلواالمتن عن مصدره األول‬

Jalan matan hadist, yaitu silsilah para rawi yang menukilkan matan hadist dari sumbernya
yang pertama (rosulullah saw) Dengan demikian, sanad adalah rantai penutur atau perawi
(periwayat) hadist.

Ada beberapa definisi tentang pengertian sanad secara beragam yang intinya antara lain :

 Jalan yang menyampaikan kepada matan hadis.Demikian yang di maksud sanad


menurut pendapat pertama ini adalah rangkaian para perawi yang memindahkan
matan dari sumber primernya. Jalur ini adakalanya di sebut sanad, karena periwayat
bersandar kepadanya dalam menisbadkan matan kepada sumbernya.
 Silsilah orang-orang yang menghubungkan matan hadis.Adapun yang di maksud
dengan silsilah adalah susunan atau rangkaian orang-orang yang menyampaikan hadis
tersebut yang disebut pertama sampai pada Rasulullah saw.
 Jalan matan hadis, yaitu silsilah para rawi menukilkan matan dari sumber pertamanya.

Dapat dikatakan bahwa sanad adalah satu kesatuan periwayat yang meriwayatkan hadis Nabi
saw secara berentetan dari periode ke periode sejak periode sahabat hingga mukharrij
(periwayat terakhir).

b) Tinggi Rendahnya Rangkaian Sanad


Sebagaimana dimaklumi, Bahwa suatu hadis sampai kepada kita, tertulis di alam dewan
hadis, melalui sanad-sanad. Setiap sanad bertemu dengan rawi yang dijadikan sandaran
menyampaikan berita (sanad yang setingkat lebih atas), sehingga seluruh sanad itu
merupakan suatu rangkaian .

Rangkaian sanad itu ada yang berderajat tinggi, sedang dan lemah, mengingat perbedaan
kedhabitan (kesetiaan ingatan) dan keadilan rawi yang dijadikan sanadnya. Rangkaian sanad
yang berderajat tinggi menjadikan suatu hadis lebih tinggi derajatnya daripada hadis yang
rangkaian sanadnya sedang atau lemah.

Para Muhadditsin membagi tingkatan sanadnya diantaranya:

1. Ahshahhu’l –asanid (sanad-sanad yang lebih shahih)

Imam An-Nawawy dan Ibnu’sh-Shalah tidak membenarkan menilai suatu (sanad) hadis
dengan ashahhu’l-asanid, atau menilai suatu (matan) hadis dengan ashahhu’l-Hadis, secara
mutlak. Yakni tanpa menyandarkan kepada suatu hal yang tertentu. Penilaian ashahhu’l-
asanid tersebut hendaklah secara muqayyad. Artinya dikhususkan kepada sahabat tertentu,
misalnya ashahhu’l-asanid dari Abu Hurairah r.a. atau dikhususkan kepada penduduk daerah
tertentu, misalnya ashahhu’l- asanid dari penduduk nadinah, atau dikhususkan dalam masalah
tertentu, jika hendak menilai matan suatu hadis, misalnya ashahhu’l-Hadis dalam bab wudlu
atau masalah mengangkat tangan dalam berdoa.

2. Ahsanu’l-asanid (sanad-sanad yang lebih hasan)

Hadis yang bersanad ahsanu’l-asanid adalah lebih rendah derajatnya daripada yang bersanad
ashahhu’l-asanid. Ahsanu’l-asanid antara lain, bila hadis tersebut bersanad:

a) Bahaz bin Hakim dari ayahnya (Hakim bin Mu’awiyah) dari kakeknya (Mu’awiyah bin
Haidah).

b) Amru bin Syu’aib dari ayahnya (Syu’aib bin Muhammad) dari kakeknya (Muhammad bin
Abdillah bin ‘Amr bin ‘Ash).

3. Adl’afu’l-asanid (sanad-sanad yang lebih lemah)

Rangkaian sanad yang paling rendah derajatnya, disebut Adl’afu’l-asanid atau auha’l-asanid.
Rangkaian yang adl’afu’l-asanid antara lain:
a) Yang Muqayam kepada sahabat, misalnya

 Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. ialah yang diriwayatkan oleh Shadaqah bin Musa dari Abi
Ya’qub Farqad bin Ya’qub dari Murrah Ath-Thayyib dari Abu Bakar r.a.

b) Yang muqayah kepada penduduk, misalnya

 Kota Yaman, ialah yang diriwayatkan oleh Hafsh bin Umar dari Al-Hakam bin Aban dari
Ikrimah dari Ibnu Abbas r.a.

c) Istilah lain yang berkaitan dengan sanad (isnad,Musnad,dan Musnid)


Yang berkaitan dengan istilah sanad, terdapat kata-kata seperti, al-isnad, al-musnid, dan al-
musnad. Kata-kata ini secara terminologis mempunyai arti yang cukup luas, sebagaimana
yang dikembangkan oleh para ulama.

 Isnad

Isnad secara etimologi berarti menyandarkan sesuatu kepada yang lain. Sedangkan menurut
istilah, isnad berarti : Mengangkat Hadits kepada yang mengatakannya (sumbernya), yaitu
menjelaskan jalan matan dengan meriwayatkan Hadis secara musnad.

 Musnad

Musnad adalah bentuk isim maf’ul dari kata kerja asnada, yang berarti sesuatu yang
disandarkan kepada yang lain. Hadis yang bersambung sanad-nya dari perawinya (dalam
contoh sanad di atas adalah Bukhari) sampai kepada akhir sanadnya (yang biasanya adalah
Sahabat, dan dalam contoh di atas adalah Anas r. a.). Dengan pengertian ini tercakup di
dalamnya Hadis Marfu’ (yang disandarkan kepada Rasul SAW), Mawquf (yang disandarkan
kepada Sahabat), dan Maqthu’ (yang disandarkan kepada Tabi’in). Akan tetapi, pada
umumnya penggunaan istilah musnad di kalangan Ulama Hadits, adalah terhadap berita yang
datang dari Nabi SAW dan bukan yang datang dari selain beliau.

 Musnid

Kata musnid adalah isim fa’il dari asnada-yusnidu, yang berarti “orang yang menyandarkan
sesuatu kepada yang lainnya”. Sedangkan pengertiannya dalam istilah Ilmu Hadis adalah
musnid adalah setiap perawi Hadits yang meriwayatkan Hadits dengan menyebutkan
sanadnya, apakah ia mempunyai pengetahuan tentang sanad tersebut, atau tidak mempunyai
pengetahuan tentang sanad tersebut, tetapi hanya sekadar meriwayatkan saja.

d) Contoh sanad
‫ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن َع ْم ٍرو‬،‫ ع َْن أَبِي الخَ ي ِْر‬،َ‫ ع َْن يَ ِزيد‬،‫ْث‬
ُ ‫ َح َّدثَنَا اللَّي‬:‫ قَا َل‬،‫َح َّدثَنَا َع ْمرُو بْنُ خَ الِ ٍد‬

‫الَ َم َعلَى َم ْن‬K‫الس‬ َّ ُ‫ َرأ‬K‫ َوتَ ْق‬،‫ا َم‬KK‫ط ِع ُم الطَّ َع‬


ْ ُ‫ ت‬:‫ال‬K
َ Kَ‫رٌ؟ ق‬K‫الَ ِم خَ ْي‬K‫ أَيُّ ا ِإل ْس‬:‫لَّ َم‬K‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َس‬ َّ ِ‫ أَ َّن َر ُجاًل َسأ َ َل النَّب‬،‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما‬
َ ‫ي‬ ِ ‫َر‬
‫ف‬ ْ ‫ْر‬ ْ
ِ ‫ع ََرفتَ َو َم ْن لَ ْم تَع‬
“Umar bin Khalid telah menceritakan hadits padaku (imam Bukhari), ia berkata : Al Laits
menceritakan hadits padaku (Umar bin Khalid), dari Yazid, dari Abu Al-Khair, dari Abdullah
bin ‘Amr radhiyallaahu ‘anhuma, bahwa seorang lelaki bertanya pada Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam: “Manakah islam yang paling baik?” Beliau menjawab : “Memberikan
makanan, dan membaca salam pada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau
kenal.”(HR. Bukhari)

e) Jenis – jenis sanad hadis


 Sanad ‘Aliy
Sanad aliy adalah sebuah sanad yang jumlah perawinya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan sanad lain. Hadistt hadistt dengan sanad yang jumlah
rawinya sedikit akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya
lebih banyak. Sanad aliy ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu sanad yang
mutlak dan sanad yang nisbi (relatif).
Sanad aliy yang bersifat mutlak adalah sebuah sanad yang rawinya hingga
sampai kepada rosulullah lebih sedikit jika dibandingkan sanad yang lain. Jika
sanad tersebut sahih, sanad itu menempati tingkatan tertinggi dari jenis
tingkatan aliy
Sanad aliy yang bersifat nisbi adalah sebuah sanad yang jumlah rawi
didalamnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan para imam ahli hadist,
seprti ibnu juraij, malik, as’syafii, bukhori, muslim dan sebagainya, meskipun
jumlah perawinya setelah mereka hingga sampai kepada rosululloh lebih
banyak.
 Sanad nazil
Sanad nazil adalah sebuah sanad jumlah rawinya lebih banyak jika
dibandingkan dengan sanad yang lain. Hadist dengan sanadnya lebih banyak
akan tertolak dengan sanad yang sama jika jumlah rawinya lebih sedikit.

2) Matan

a) Pengertian matan
Matan atau al-matan menurut bahasa berarti ma shaluba wa irtafa’a minal-aradhi
(tanah yang meninggi), juga berarti pula kuat, kukuh, keras.Secara temonologis, istilah
matan memiliki beberapa difinisi, yang mana maknanya sama yaitu materi atau lafadz
hadis itu sendiri. Pada salah satu definisi yang sangat sederhana misalnya, disebutkan
bahwa matan ialah ujung atau tujuan sanad. Salah satu yang memberikan definisi adalah
Ath-Thibi, matan adalah : ”lafadz-lafadz hadis yang didalamnya megandung makna-
makna tertentu”.

a. Kesahihan Matan Hadis

1. Matan Terhindar dari Syaz

Syaz pada matan hadis terjadi karena adanya perbedaan pada matan hadis tersebut dengan
hadis yang diriwayatkan oleh rawi lain. Contohnya adalah sebuah hadis yang diriwayatkan
oleh Imam Abu Daud dan at-Tirmizi, dari Abu Shalih, dan dari Abu Hurairah secara marfu’,
“Jika salah seorang di antara kalian selesai salat sunah Fajar, maka hendaklah ia berbaring
(dengan bertumpu) pada badannya yang sebelah kanan.”

Dalam hadis di atas, menurut pendapat Imam al-Baihaqi, Abdul Wahid telah menyalahi
banyak rawi dalam meriwayatkan hadis tersebut. Kebanyakan rawi meriwayatkan hadis
tersebut dari perbuatan Nabi SAW, bukan dari sabda beliau. Dengan demikian, terjadi
penyendirian pada Abdul Wahid dari para perawi lain. maka, hadis yang diriwayatkan dari
jalur Abdul Wahid adalah hadis syaz, walaupun Abdul Wahid adalah orang yang terpecaya.

Dengan demikian, syaz-nya sebuah matan hadis baru dapat diketahui setelah semua matan
yang memiliki kesamaan pokok masalah dibandingkan. Walaupun semua sanad memenuhi
kriteria kesahihan, namun kadang ada kejanggalan dari salah satu matan yang membuatnya
berbeda, atau menyalahi hadis-hadis lainnya .

2. Matan Terhindar dari ‘Illah

Contoh matan hadis yang mengandung ‘illah adalah hadis yang diriwayatkan oleh Ibrahim
bin Thuhman dari jalur Hisyam bin Hisan, dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah.

Hadis yang mengandung ‘illah pada mulanya adalah hadis sahih. Sebab, sanad hadisnya
bersambung dan para rawinya siqah. Namun, terkadang dalam hadis terjadi kesalahan yang
menjadikan sebuah hadis berselisih dengan hadis lain yang lebih kuat. Argumen inilah yang
menjadi dasar diperlukannya penelitian illat al-hadis.

b) Penelitian Matan Hadis


Penelitian matan hadis dengan pendekatan bahasa sangat perlu karena bahasa Arab yang
digunakan oleh Nabi dalam menyampaikan berbagai hadis selalu dalam susunan yang baik
dan benar. Penggunaan pendekatan bahasa dalam matan akan sangat membantu terhadap
kegiatan penelitian yang berhubungan dengan kandungan petunjuk dari matan hadis yang
bersangkutan.

Untuk meneliti matan hadis dari segi kandungannya, acapkali juga diperlukan penggunaan
pendekatan rasio, sejarah, dan prinsip-prinsip pokok ajaran Islam. Dengan demikian,
kesahihan matan hadis yang dihasilkan tidak hanya dilihat dari sisi bahasa saja, tetapi juga
dilihat dari sisi yang mengacu kepada rasio, sejarah, dan prinsip-prinsip pokok dari ajaran
Islam.

Penelitian matan dengan beberapa macam pendekatan tersebut ternyata memang masih tidak
mudah dilakukan. Kesulitan penelitian matan juga disebabkan oleh masih sangat langkanya
kitab-kitab yang secara khusu membahas kritik matan. Kesulitan penelitian matan disebabkan
oleh beberapa faktor, yakni:

1. Adanya periwayatan secara makna

2. Acuan yang digunakan sebagai pendekatan tidak satu macam saja

3. Latar belakang timbulnya petunjuk hadis tidak selalu mudah dapat diketahui
4. Dan masih langkanya hadis kitab-kitab yang membahas secara khusus penelitian matan
hadis.

 Langkah-langkah Kegiatan Penelitian Matan Hadis

Langkah-langkah metodologis kegiatan penelitian matan hadis, yakni:

• Pertama, meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya

• Kedua, meneliti susunan lafal berbagai matan yang semakna

• Ketiga, meneliti kandungan matan.

Dengan menempuh ketiga langkah itu diharapkan segi-segi penting yang harus diteliti pada
matan harus membuahkan hasil penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan, baik secara
ilmiah maupun secara agama .

SUMBER

https://sahabatmuslim.id/pengertian-sanad-contoh-macam/

https://awildannul.wordpress.com/2014/12/31/sanad-dan-matan/

https://passinggrade.co.id/pengertian-sanad/

buku ulumul hadis

Anda mungkin juga menyukai