Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
Farhan Yafi (20221551048)
Contoh hadis mutawātir lafzi yang populer adalah sabda Nabi saw.:
:ال َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم َ َ ق:ال َ ََع ْن َأبِى هُ َر ْي َرةَ ق
ْأ
ِ َّى ُمتَ َع ِّمدًا فَ ْليَتَبَ َّو َم ْق َع َدهُ ِم َن الن
ار َّ َب َعلَ َم ْن َك َذ
“Rasulullah saw. bersabda, ‘Barangsiapa yang sengaja berdusta atas
namaku, maka hendaklah ia mempersiapkan tempat duduk di neraka."
Menurut Ibn Salah dan Abū Bakar as-Sayrafi dalam Syarah al-Risālah,
menyebut hadis tersebut di atas diriwayatkan oleh 62 orang sahabat. Abū
Bakar al-Bazzar menyebut 40 orang. Al-Nawawi menyatakan bahwa hadis
itu diriwayatkan oleh 200 orang sahabat. Menurut penelitian al-Irāqi, yang
pasti hadis dengan redaksi diatas diriwayat tidak kurang dari 77 orang
sahabat Nabi saw.
Contoh hadis mutawātir maknawi adalah:
صلَ ّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اَل يَرْ فَ ُع يَ َد ْي ِه فِي َ عن انس بن مالك قال َك
َ ان النَبِ ُّي
َش ْي ٍء ِم ْن ُد َعاِئ ِه ِإاَل ّ فِى اِإْل ْستِ ْسقَا ِء َوِإنَّهُ يَرْ فَ ُع َحتَّى ي َُرى بَيَاضُ ِإ ْبطَ ْي ِه
2. Hadis Ahād
Secara bahasa, lafalahād yang merupakan bentuk jamak dari kata ahād
berarti satu.Karena itu, hadis ahād adalah hadis yang diriwayatkan oleh satu
jalur perawi.12Sedangkan secara istilah, hadisahād adalah hadis yang di
dalamnya tidak terpenuhi syarat-syarat hadismutawātir.13Dengan kata lain,
hadisahād adalah hadis yang tidak mencapai persyaratan derajat
hadismutawātir.Hadisahād dibagi menjadi tiga, yaitu hadismasyhūr, hadis
‘azīz, danhadisgharīb.
a. Hadīṡ Masyhūr
Secara bahasa masyhūr semakna dengan muntasyir, yaitu sesuatu yang
telah tersebar atau populer. Menurut istilah ilmu hadis, adalah hadis yang
diriwayatkan oleh tiga jalur perawi atau lebih namun tidak mencapai
derajat mutawātir.
Di antara contoh hadis masyhūr adalah hadis tentang niat:
،َت ِهجْ َرتُهُ ِإلَِى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى هللاِ َو َرسُوْ لِ ِهْ فَ َم ْن َكان، َوِإنَّ َما لِ ُكلِّ ا ْم ِرٍئ َما نَ َوى،ت ِ ِإنَّ َما اَأل ْع َما ُل بِالنِّيَّا
َ فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى َما ه، َأوْ ا ْم َرَأ ٍة يَ ْن ِك ُحهَا،ُص ْيبُهَا
َاج َر ِإلَ ْي ِه ِ َت ِهجْ َرتُهُ لِ ُد ْنيَا ي ْ َو َم ْن َكان
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َ س ع َْن النَّبِ ِّي ٍ َب ع َْن َأن ٍ صهَ ْي
ُ يز ب ِْن ِ ال َح َّدثَنَا ابْنُ ُعلَيَّةَ ع َْن َع ْب ِد ْال َع ِز َ ََح َّدثَنَا يَ ْعقُوبُ بْنُ ِإ ْب َرا ِهي َم ق
ُم اَل يُْؤ ِمن¢َ َّصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل
َ س قَا َل قَا َل النَّبِ ُّيٍ َال َح َّدثَنَا ُش ْعبَةُ ع َْن قَتَا َدةَ ع َْن َأن َ ََو َسلَّ َم ح و َح َّدثَنَا آ َد ُم ق
َاس َأجْ َم ِعين ِ ََّأ َح ُد ُك ْم َحتَّى َأ ُكونَ َأ َحبَّ ِإلَ ْي ِه ِم ْن َوالِ ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوالن
c. Hadis Gharīb
Secara bahasa gharīb bermakna asing, jauh dari negeri,
atau kalimat yang sulit dipahami.Secara istilah adalah hadis yang
diriwayatkan hanya lewat satu jalur perawi.
Di antara contoh hadis gharīb adalah riwayat al-Bukhāri dan Muslim yang
bersumber dari Abū Hurayrah tentang cabang-cabang iman sebagaimana di
bawah ini:
ٌال اِإْل ي َمانُ بِضْ ٌع َو ِستُّونَ ُش ْعبَةً َو ْال َحيَا ُء ُش ْعبَة
َ َم ق¢َ َّصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل ِ ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر
َ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي
ِ ِم ْن اِإْل ي َم
ان
Dari Abū Hurayrah dari Nabi saw, beliau bersabda: "Iman memiliki lebih
dari enam puluh cabang, dan malu adalah bagian dari iman".
Hadis ini diriwayatkan melalui sahabat Abū Hurairah, kemudian
dituturkan kepada Abūal-Sāliḥ. Selanjutnya oleh Abū Aṣ -Shāliḥ
diriwayatkan kepada Abd Allah ibn Dinar, lalu dituturkan kepada Sulaiman
ibn Bilal. Oleh Sulayman ibn Dinar diriwayatkan kepada Abū Amir. Dari
Abū Amir dituturkan kepada Abdullah ibn Hamid, Ubaid Allah ibn Sa’id,
dan ‘Abd Allah ibn Muhammad. Dari ‘Abd Allah dan Ubaid Allah
diriwayatkan kepada imam Muslim.Sedang dari Abd Allah ibn Muhammad
dituturkan kepada al-Bukhāri.
Pembagian hadis ahād menjadi tiga bagian seperti disebutkan di atas,
tidak terkait dengan ṣaḥīḥ dan ḍa’īf-nya hadis, dengan dapat diamalkan
atau tidaknya hadis tersebut, tetapi hanya bertujuan untuk menjelaskan
sedikit atau banyaknya jalur periwayatan yang ada.Dengan demikian
derajat hadis jenis ini bergantung kepada kualitas sanadnya, bukan
kuantitasnya. Dalam hal ini bisa saja terjadi adanya hadisyang masyhūr
namun statusnya ḍa’īf, atau hadisgharīb, namun statusnya ṣaḥīḥ.