Anda di halaman 1dari 8

STUDI HADITS MUTAWATIR

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Hadits

Dosen Pengampu :

Dakhirotul Ilmiyah, S.Ag, MHI

Oleh :

Yunia Puti W (H06218020)


Bella Tri Meitasari (H76218024)
Elfa Cornelia Devi (H76218028)
Fedora Helau Nana (H76218029)

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Al-Qur’an merupakan sebuah kitab maupun pedoman hidup setiap orang yang
beragama Islam. Setiap orang yang beragama Islam tentunya menggunakan Al-Qur’an
sebagai sumber kajian dan studi Islam. Dalam pengkajian Al-Qur’an dibutuhkan waktu yang
cukup lama dan terkadang menjadikan sumber perdebatan dalam memahami ajaran Islam.
Untuk kasus seperti ini terkadang kita membutuhkan Hadits yang statusnya merupakan
sumber studi Islam setelah Al-Qur’an. Bahkan Hadits dapat menjadi penjelas dari apa yang
tercantum dalam Al-Qur’an.
Berbeda dengan Al-Qur’an, Hadits tidak pernah dicatat selama masa Nabi
Muhammad saw. Hal itu dilarang oleh Nabi Muhammad saw karena dikhawatirkan akan
terjadi pencampuran antara Al-Qur’an dengan Hadits. Namun setelah Nabi Muhammad saw
wafat, para sahabatnya mengumpulkan berbagai riwayat itu dan kemudia menceritakannya
kembali sehingga kehidupan Nabi Muhammad saw dapat dijadikan suri tauladan bagi
umatnya kala itu.
Dengan berkembangnya kajian Hadits mulai tercipta sebuah pendekatan untuk
mendukung dalam memahami makna Hadits di ruang lingkup masyarakat sehingga dapat
terciptanya studi Islam dalam pendekatan hadits.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Apa pengertian dari hadis muttawatir?
1.2.2. Apa syarat syarat dari hadis muttawatir ?
1.2.3. Apa pendapat dari periwayat dalam hadis muttawatir ?
1.2.4. Ada berapa hadis muttawatir terbagi ?

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari hadis muttawatir
1.3.2. Untuk mengetahui syarat syarat dari hadis muttawatir
1.3.3. Untuk mengetahui pendapat dari hadis muttawatit
1.3.4. Untuk mengetahui hadis muttawatir terbagi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Hadis Muttawatir


Secara Bahasa, kata muttawatir adalah isim fa’il dari bentuk (masdar) tawatur berarti
terus menerus atau berkesinambungan. Secara istilah, hadis muttawatir adalah hadis yang
diriwayatkan oleh sejumah sahabat nabi yang menurut akal sehat dan adat kebiasaan
mustahil mereka sepakat berdusta, kemudian dari sejumlah sahabat tersebut diriwayatkan
oleh para tabi’in dan generasi berikutnya dalam jumlah seimbang.

Singkatnya, hadis muttawatir adalah hadis hadis yang diriwayatkan melewati jalur
periwayatan yang banyak yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka sepakat untuk
berdusta. Yang dimaksud dengan jalur periwayatan yang banyak adalah jumlah perawi pada
setiap tingkatan (tabaqah) dari semua tingkatan yang ada dalam sanad, dan tidak mungkin
jumlah perawi yang sangat banyak itu sepakat untuk berdusta.

2.2. Syarat-Syarat Hadis Muttawatir


A. Diriwayatkan oleh banyak jalur perawi yang konsisten jumlahnya pada setiap tabaqat.
Jika salah satu dari tingkatan sanad tersebut ada yang tidak mencapai jumlah minimal
yang ditetapkan, maka sanad tersebut tidak dikategorikan mutawatir,tetapi disebut sanad
ahad
B. Perawinya harus mencapai batas ketentuan yang menurut adat mustahil akan terjadi
kesepakatan untuk berdusta.
C. Periwayatan yang dilakukan harus berdasarkan panca indera. Dalam hal ini perawi
mendengar atau melihat secara langsung periwayatan itu. Biasanya dalam periwayatan
menggunakan lambang periwayatan sami’na atau ra’aina.
2.3.Hukum Hadist Mutawatir
Hadist mutawatir mengandung hukum qath’I al tsubut, memberikan informasi yang
pasti akan sumber informasi tersebut. Oleh sebab itu tidak dibenarkan seseorang
mengingkari hadist mutawatir, bahkan para ulama menghukumi kufur bagi orang yang
mengingkari hadist mutawatir. Mengingkari hadist mutawatir sama dengan mendustakan
informasi yang jelas dan pasti bersumber dari Rasulullah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa penerimaan hadist mutawatir tidak
membutuhkan proses seperti hadist ahad. Cukup denga bersandar pada jumlah, yang dengan
jumlah tersebut dapat diyakini kebenaran khabar yang dibawa. Seperti buku sejarah yang
menginformasikan bahwa ada sahabat nabi yang bernama Umar bin Khattab, sekalipun kita
belum pernah melihatnya namun kita tetap yakin bahwa info tersebut benar.

2.4. Pendapat Perawi Hadis Muttawatir


1. Jumlah periwayat dalam hadis mutawatir minimal empat sanad, dasarnya kias pada
saksi untuk tindak pidana zina sebagaimana terdapat pada Al-Qur’an surat al-nur[24]13
2. Jumlah periwayat dalam hadis muttawatir minimal lima sanad,dasarnya adalah kias
pada jumlah kesaksian dalam maslah li’an,dimana kesaksian harus diutarakan lima kali
sebagaimana terdapat surat al-nur[24]69
3. Jumlah periwayat dalam hadis muttawatir minimal adalah sepuluh sanad, pendapat ini
didasarkan pada kaidah Bahasa bahwa bilangan banyak (jama’li al-kasrah) adalah
sepuluh keatas
4. Jumlah periwayat dalam hadis muttawatir minimal dua belas sanad,dasarnya adalah dua
belas pemimpin bani isra’il sebagaimana terdapat dalam suarat al-maidah[05]:12
5. Jumlah periwayat dalam hadis muttawatir minimal dua puluh sanad. Dasarnya adalah
firman Allah dalam surat al-anfal[08]:65
2.5. Pembagian Hadis Muttawatir
A. Muttawatir lafzi adalah hadis muttawatir yang secara redaksional sama antara satu
riwayat dengan riwayat lainnya atau berhimpunnya sejumlah hadis shahih dengan
redaksi yang sama.
B. Muttawatir ma’nawi adalah hadis muttawatir yang secara redaksional berbeda antara
satu riwayat dengan riwayat lainnya tetapi ada kesamaan makna atau berhimpunnya
sejumlah hadis shahih dengan redaksi yang berbeda beda namun sustansi isinya sama.
C. Muttawatir amali, yaitu praktik keagamaan yang dikerjakan Rasullulah,kemudian
diikuti para sahabat,lalu para tabi’in dan seterusnya sampai pada generasi-generasi
berikutnya.

2.6. Macam-Macam Hadist Mutawatir


Hadist mutawatir terdiri dari 2 macam, yakni :
a. Mutawatir Lafdzi
Lafdzi artinya secara lafadz. Jadi Mutawatir Lafdzi itu ialah Mutawatir yang
lafadz hadistnya sama atau hampir bersamaan atau hadist mutawatir yang berkaitan
dengan lafal perkataan Nabi. Artinya perkataan Nabi yang diriwayatkan oleh orang
banyak kepada orang banyak.
Contoh :
‫من كذب علي متعمدافليتبوأمقعده من النار‬
Artinya : Barang siapa berdusta atas (nama)-ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat
duduknya dari neraka
Keterangan :
1) Hadist ini diriwayatkan orang dari jalan seratus sahabat Nabi SAW.
2) Lafadz yang orang ceritakan hampir semua bersamaan dengan contoh tersebut
tersebut, diantaranya ada yang berbunyi begini :
)‫من تقول علي مالم اقل فليتبوأ مقعده من النار (ابن ماجه‬
Artinya : Barang siapa mengada-adakan omongan atas (nama)-ku sesuatu yang aku tidak
pernah katakan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari neraka (Ibnu Majah)
Dan ada lagi begini :
)‫ومن قال علي مالم اقل فاليتبوأ مقعده من النار (الحاكم‬
Artinya : Dan barang siapa berkata atas (nama)-ku sesuatu yang aku tidak pernah katakan,
maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari neraka (Hakim)
Maknanya semua sama. Perbedaan lafadz itu timbulnya boleh jadi karena Nabi
mengucapkannya beberapa kali.
3) Dari ketiga contoh itu, tahulah kita bahwa yang dinamakan Mutawatir Lafdzi
tidak mesti lafadznya semua sama betul-betul.
4) Hadist tersebut diriwayatkan oleh berpuluh-puluh imam ahli hadist, diantaranya:
Bukhari, Muslim, Darimy, Abu Dawud, Ibnu Majah, Tarmidzi, Ath-Tajalisy, Abu
Hanifah, Thabarani dan Hakim.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai