com
Jurnal Manajemen Bisnis Lintas Batas Vol. 1 Tidak. 2 Juli p-ISSN: 2775-538X
- Desember 2021, halaman 244- 256
Yuliansyah
Politeknik Negeri Sambas, Indonesia
yoelashshidiqie@yahoo.co.id
ABSTRAK
PENGANTAR
Pembangunan manusia merupakan hal yang penting, terutama bagi negara-
negara berkembang. Hal ini dikarenakan banyak negara berkembang dengan tingkat
pertumbuhan yang tinggi masih gagal mengatasi masalah ketimpangan sosial dan
kemiskinan yang tinggi. Selain itu, pembangunan manusia sebenarnya merupakan
investasi tidak langsung dalam mencapai tujuan ekonomi nasional. Tantangan utama
pembangunan di negara berkembang adalah pembangunan manusia. Menurut Sen,
masalah terpenting di negara berkembang yang harus diselesaikan adalah kualitas
hidup, bukan pendapatan rendah (Kuncoro, 2010).
Ketiadaan pembangunan manusia membuat suatu negara tidak dapat
mengembangkan apa-apa. Pembangunan manusia harus dilakukan agar menghasilkan
sumber daya manusia yang memadai untuk melaksanakan pembangunan. Dengan
sumber daya manusia yang baik dan memadai, pelaksanaan pembangunan akan lebih
lancar di berbagai sektor. Pemerintah harus memperhatikan
244
Jurnal Manajemen Bisnis Lintas Batas Vol. 1 Tidak. 2 Juli p-ISSN: 2775-538X
- Desember 2021, halaman 244- 256
Hal ini terutama jika memandang manusia sebagai subjek dan objek pembangunan,
sehingga pembangunan manusia akan mendukung pembangunan di berbagai
sektor. Hal ini akan menciptakan kesejahteraan bagi manusia yang berada di
wilayah pemerintahan.
Masih banyak hal lain yang harus diperjuangkan, yakni pendidikan yang
lebih baik, peningkatan standar kesehatan dan gizi, pengentasan kemiskinan,
perbaikan kondisi lingkungan, pemerataan kesempatan, peningkatan kebebasan
individu, dan pelestarian keanekaragaman kehidupan budaya. Meskipun Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) tidak dapat mengukur semua dimensi
pembangunan manusia, setidaknya ketiga dimensi tersebut mampu melihat
kualitas kemampuan dasar manusia. Ketiga dimensi tersebut meliputi umur
panjang, sehat, berilmu, terampil, sehingga mencapai taraf hidup yang layak.
KAJIAN TEORI
Perkembangan manusia
Human Development Report (HDR) menyatakan bahwa, Pembangunan
manusia adalah tentang memperluas kekayaan hidup manusia, tidak hanya
kekayaan ekonomi tetapi juga berfokus pada manusia, peluang dan
245
Jurnal Manajemen Bisnis Lintas Batas Vol. 1 Tidak. 2 Juli p-ISSN: 2775-538X
- Desember 2021, halaman 244- 256
pilihan. UNDP mengatakan pembangunan manusia adalah tentang memberi orang kebebasan
untuk menjalani kehidupan yang mereka inginkan. dan memberikan kesempatan kepada
manusia untuk mengembangkan potensinya secara maksimal tanpa ada paksaan, terutama
dalam membantu dan menciptakan kondisi yang tepat untuk pengembangan diri (UNDP, 2020).
Dari sekian banyak pilihan tersebut, yang paling penting adalah panjang
umur dan sehat, berpendidikan, dan memiliki akses ke sumber daya yang
dibutuhkan untuk hidup layak. (Kuncoro, 2006: 67). Dalam konsep pembangunan
manusia, pembangunan harus dianalisis dan dipahami dari sisi manusia, tidak
hanya dari segi pertumbuhan ekonomi (Magdalena et al, 2020). Munculnya
konsep pembangunan manusia berarti bahwa tujuan akhir dalam pembangunan
adalah manusia, dengan menciptakan lingkungan yang efektif untuk
produktifitas sehingga dapat berumur panjang dan sehat, menguasai banyak
ilmu pengetahuan dan memenuhi taraf hidup yang layak (Yoyo Karyono, dkk.,
2021). ) sehingga terbentuk manusia yang berkualitas. Kualitas manusia dapat
direpresentasikan dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
Menurut Badan Pusat Statistik, HDI mengukur pencapaian pembangunan
manusia berdasarkan sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran
kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan dasar tiga dimensi. Dimensi ini
mencakup umur panjang dan kesehatan yang diwakili oleh indikator harapan
hidup saat lahir, pengetahuan yang diwakili oleh rata-rata lama sekolah dan
lama sekolah yang diharapkan, dan kehidupan layak yang diwakili oleh indikator
pengeluaran per kapita yang disesuaikan. Ketiga dimensi tersebut memiliki arti
yang sangat luas karena memiliki banyak faktor diantaranya (Yoyo Karyono, dkk,
2021).
Dimensi Pengetahuan
Selain dimensi kesehatan, IPM juga dibentuk oleh dimensi lain, yaitu
dimensi pendidikan. Dimensi dalam menghitung IPM ini terdiri dari dua
indikator, yaitu Harapan Lama Sekolah (SLT) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS).
HLS adalah perkiraan lama sekolah (dalam tahun) yang akan ditempuh
oleh seorang anak berusia 7 tahun. HLS dihitung berdasarkan jumlah penduduk
berusia 7 tahun ke atas agar sesuai dengan acuan usia dalam program wajib
belajar yang dicanangkan pemerintah. Sedangkan HLS merupakan indikator
proses pembangunan yang menggambarkan ukuran keberhasilan program
pendidikan dalam jangka pendek (Yoyo Karyono, dkk, 2021).
RLS adalah rata-rata lama waktu yang digunakan warga dalam menjalani
pendidikan formal. Cakupan penduduk untuk menghitung RLS adalah penduduk
yang berusia 25 tahun ke atas, dengan asumsi proses pendidikan seseorang
telah berakhir sebelum mencapai usia 25 tahun, hal ini dikarenakan pada usia
7-25 tahun adalah usia sekolah, sedangkan 25 tahun ke atas dianggap siap
memasuki dunia kerja. Perhitungan RLS berdasarkan penduduk berusia 25
tahun ke atas juga mengikuti standar internasional yang digunakan oleh UNDP.
RLS menggambarkan indikator keluaran pembangunan dalam jangka panjang.
Dari ketiga dimensi tersebut dapat mengukur tingkat IPM di suatu wilayah baik
tinggi, sedang maupun rendah. Dengan referensi sebagai berikut:
1. IPM <60 = IPM rendah
2. 60≤IPM <70 = IPM sedang
3. 70≤IPM <80 = HDI tinggi
HDI≥80 = HDI sangat tinggi
Dalam konsep ini penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir, sedangkan upaya
pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan
tersebut. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal utama
yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, keberlanjutan, dan
pemberdayaan. 4 hal tersebut adalah sebagai berikut: (Lumbantoruan & Hidayat, 2015):
mendapatkan penghasilan.
Manfaat HDI
Kemajuan pembangunan manusia dapat dilihat dari dua sisi, yang
pertama menggambarkan apa yang telah dicapai. Dengan adanya prestasi-
prestasi yang besar, berarti ada kemajuan yang lebih baik pada manusia. Kedua
adalah kecepatan perubahan pembangunan manusia, biasanya capaian
pembangunan manusia di daerah yang sudah tinggi cenderung dengan
kecepatan rendah dan sebaliknya (Adi Nugroho, 2020)
Indeks pembangunan manusia merupakan salah satu indikator penting
dalam melihat sisi lain pembangunan. Setiap komponen indikator perhitungan
IPM dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan kualitas
hidup manusia (masyarakat/penduduk). Menurut Mudrajad, IPM berguna untuk
membandingkan kinerja pembangunan manusia, baik antar negara maupun
antar wilayah (Yoyo Karyono, dkk, 2021).
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang menjelaskan
bagaimana penduduk suatu daerah memiliki kesempatan untuk mengakses hasil
pembangunan sebagai bagian dari haknya atas pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan
sebagainya (Kuncoro, 2006).
Manfaat lain dari IPM adalah sebagai indikator sasaran pembangunan
dan salah satu pengalokasi dalam penentuan Dana Alokasi Umum (DAU). Selain
itu, IPM juga digunakan sebagai salah satu indikator kinerja utama Dana Insentif
Daerah (DID) dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat serta
salah satu indikator dalam pengalokasian DID (Yoyo Karyono, dkk, 2021).
METODOLOGI
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian evaluatif, yaitu penelitian
yang mengevaluasi kegiatan atau program yang bertujuan untuk mengukur
keberhasilan suatu kegiatan, apakah telah mencapai keberhasilan yang
diharapkan (Kantun, 2017).Menurut Sukmadinata dalam Endang, kajian utama
penelitian evaluatif adalah pengukuran atau pengumpulan data, membandingkan
hasil pengukuran dan pengumpulan data dengan standar yang digunakan. Itu
249
Jurnal Manajemen Bisnis Lintas Batas Vol. 1 Tidak. 2 Juli p-ISSN: 2775-538X
- Desember 2021, halaman 244- 256
Dari angka 1, dari tahun 2016 – 2020 terjadi peningkatan setiap tahunnya,
dan pencapaian IPM Indonesia cukup tinggi karena rata-ratanya melebihi 70. Pada
tahun 2016, IPM di Indonesia telah mencapai 70,18 atau meningkat 0,63 poin
dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya, IPM di Indonesia tumbuh sebesar 0,91
persen. Pada tahun 2017, IPM di Indonesia telah mencapai
250
Jurnal Manajemen Bisnis Lintas Batas Vol. 1 Tidak. 2 Juli p-ISSN: 2775-538X
- Desember 2021, halaman 244- 256
70,81, meningkat 0,63 poin dibandingkan tahun sebelumnya. Artinya, IPM tumbuh
sekitar 0,9%. Pada tahun 2018, IPM di Indonesia mencapai 71,39, meningkat 0,58
poin dibandingkan tahun sebelumnya atau tumbuh sekitar 0,82 persen. Pada
tahun 2019 meningkat lagi sekitar 71,92, tumbuh sekitar 0,74%, walaupun
meningkat namun pertumbuhannya sedikit melambat, seperti pada tahun 2020
dimana pertumbuhan melambat menjadi hanya sekitar 0,03%, nilai IPM tahun ini
hanya 70,94.
Penyebab lambatnya pertumbuhan IPM tahun ini karena seluruh dunia
mengalami penurunan kesehatan yaitu penyebaran Corona Virus Diseases
COVID-19. Akibat COVID ini, semua indikator makro dan sosial berada di bawah
tekanan yang sangat berat. Pada tahun 2020 jumlah penduduk yang bekerja
128,45 juta orang, turun 0,31 juta orang dibandingkan tahun sebelumnya (128,76
juta orang), sedangkan angka TPT mencapai 7,07 persen, meningkat 1,84 persen
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 5,23 persen. . Pandemi COVID-19
juga menurunkan persentase pekerja formal dari 44,12 persen pada 2019 menjadi
39,53 persen. Penurunan penyerapan tenaga kerja dan peningkatan TPT selama
pandemi berdampak pada peningkatan kemiskinan. Akibat dari tekanan tersebut
pendapatan perkapita mengalami penurunan sehingga akan berdampak pada
penurunan pengeluaran perkapita riil. Akibat turunnya pengeluaran per kapita
berarti penurunan dimensi standar hidup layak yang merupakan salah satu
dimensi IPM (BPS, 2020).
251
Jurnal Manajemen Bisnis Lintas Batas Vol. 1 Tidak. 2 Juli p-ISSN: 2775-538X
- Desember 2021, halaman 244- 256
Pada tahun 2016, daerah dengan kriteria tinggi adalah DKI Jakarta, Bali, Jawa
Barat, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, DI Yogyakarta, Banten, Kalimantan
Timur dan Sulawesi Utara. Masing-masing IPM rendah berada di Wilayah Papua,
sedangkan IPM lainnya memiliki IPM sedang.
wilayah di Bali, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan
Riau, DI Yogyakarta, Banten, Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Utara, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Tengah, Kep. Bangka Belitung, Bengkulu, Jambi dan Sulawesi Utara.
Sedangkan yang lain memiliki IPM sedang termasuk Papua. Pada tahun 2018
Papua mengalami peningkatan nilai IPM.
253
Jurnal Manajemen Bisnis Lintas Batas Vol. 1 Tidak. 2 Juli p-ISSN: 2775-538X
- Desember 2021, halaman 244- 256
Provinsi NTB, salah satu provinsi dengan status pembangunan manusia “sangat
tinggi” (IPM≥80) yaitu Provinsi DKI Jakarta dan menjadi satu provinsi. satu-satunya
provinsi dengan pencapaian ini, sedangkan provinsi lain memiliki status
pembangunan manusia yang “tinggi”.
KESIMPULAN
Perkembangan IPM setiap tahunnya selalu meningkat selama periode
2016-2020. Namun, pada tahun 2020 pertumbuhan IPM di Indonesia mengalami
perlambatan. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang tidak sehat yaitu
penyebaran Virus Corona Desiases COVID-19, sehingga berdampak negatif pada
semua indikator makro dan sosial. Untuk setiap provinsi di Indonesia terjadi
perubahan kategori IPM pada periode 2016-2020.
Pada tahun 2016, 11 daerah memiliki IPM tinggi, 22 daerah memiliki IPM sedang,
dan 1 daerah memiliki IPM rendah. Pada tahun 2017 terdapat 1 daerah yang sudah
memiliki IPM sangat tinggi, 13 daerah dengan kategori tinggi, 19 daerah dengan kriteria
sedang dan masih ada 1 daerah yang masih rendah. Pada tahun 2018 terdapat 1 daerah
yang sudah memiliki IPM sangat tinggi, 20 daerah dengan kriteria tinggi, 13 daerah
dengan kriteria sedang dan tidak ada satu pun dengan kriteria rendah. Pada tahun 2019
terdapat 1 daerah yang sudah memiliki IPM sangat tinggi, 21 daerah dengan kriteria
tinggi, 12 daerah dengan kriteria sedang dan tidak ada satu pun dengan kriteria rendah.
Pada tahun 2020 terdapat 1 daerah yang sudah memiliki IPM sangat tinggi, 22 daerah
dengan kriteria tinggi, 11 daerah dengan kriteria sedang dan tidak ada satu pun dengan
kriteria rendah.
255
Jurnal Manajemen Bisnis Lintas Batas Vol. 1 Tidak. 2 Juli p-ISSN: 2775-538X
- Desember 2021, halaman 244- 256
REFERENSI
https://www.bps.go.id
256