Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KELOMPOK

PEREKONOMIAN INDONESIA
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ( IPM )

Oleh :
1. Azhari Romadhon. A (1910091510735)
2. Mutia Rahmatul.W (1810091510711)
3. Niken Ayu (1810091510712)
4. Nurfitriyani (1810091510715)

PRODI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
BANGKINANG
SMESTER GANJIL 2019/ 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan dan syukur penulis panjatkan kehadirata Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
karunia Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Indeks Pembangunan
Manusia (IPM).

Dan tak lupa shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW
karena yang telah membawa umat manusia dari zaman Jahiliyah ke zaman yang berilmu
pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Makalah ini berjudul IPM dan didalamnya tedapat pembahasan tentang pengertiannya
dan sekaligus menerangkan tentang indicator tentang masalah IPM tersebut.

Tak lupa ucapan terimakasih kepada dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yaitu
bapak Drs. H. Syamsul Bahri, M.si yang telah memberikan ilmunya kepada penulis dengan
ikhlas.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan saran yang konstruktif dari para pembaca.

Akhirnya semua hal yang akan terjadi penulis serahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena yang mempunyai kuasa didunia ini adalah Dia.

Bangkinang, 23 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR………………………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………

A. Latar Belakang……………………………………………….
B. Rumusan Masalah……………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………….

A. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia…………………


B. Indikator Indeks Pembangunan Manusia……………………
C. Manfaat Indeks Pembangunan Manusia…………………….
D. Perjalanan Metodologi IPM…………………………………
E. Indicator IPM yang Mengalami Perubahan…………………
F. Dampak dari Perubahan IPM……………………………….
G. Implementasi IPM…………………………………………..

BAB III PENUTUP…………………………………………………….

A. Kesimpulan………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA
Bab I

Pendahuluan

1. 1 Latar belakang

Keberhasilan masa depan suatu daerah di era globalisasi terletak pada pengelolaan
produktifitas, pengusahaan perubahan perubahan dan pengelolaan pembangunan kerja secara
cepat. Masyarakat kita tergantung pada spesialisasi dari berbagai spesifik untuk menyediakan
output dan input yang dihasilkan maupun yang didapat supaya menghindari pengangguran
berstruktur, sehingga menaikan kwalitas taraf hidup subjek atau masyarakat sekaligus
mengurangi angka pengangguaran disuatu daerah.

Di era globalisasi ini yang sering disebut era moderenisasi ini sangat diperlukan Sumber
Daya Manusia yang sangat memadai untuk perkembangan dikalangan masyarakat Indonesia
yang masih jauh dsari harapan pemerintah sebagai pengatur tatanan pemerintah maupun tatanan
masyrakatnya yang bertujuan untuk memakmurkan dan mensejahterakan kehidupan berbangasa
dan bernegara.

Demi mencapai kehidupan yang lebih baik diperlukan proses social antara pemerintah
dan masyarakatnya demi mencapai keselarasan dan keseimbangan antara tujuan yang ingin
dicapai oleh pemerintah maupun tujuan yang ingin dicapai oleh masyarakat.

Standar pembangunan manusia yang menjadi kesepakatan antara lain berhak untuk bisa
membaca dan menulis, untuk hidup sehat, untuk bisa mendapatkan penghasilan yang layak,
untuk mendapat rumah yang memadai, dan untuk hidup sebagai satu bangsa dengan damai dan
aman. Diharapkan dengan desentralisasi atau yang lebih populer disebut otonomi daerah dapat
memotivasi daerah-daerah tingkat propinsi maupun kabupaten/kota untuk lebih memprioritaskan
mengurangi kemiskinan dan mempersiapkan diri dalam sumberdaya manusia yang handal.

Apapun komponen spesifik atas “kehidupan yang lebih baik” itu, pembangunan di semua
masyarakat paling tidak memiliki tiga tujuan inti yaitu peningkatan ketersediaan kebutuhan
pokok, peningkatan standar hidup, dan perluasan pilihan ekonomis dan sosial setiap individu.
Adanya kemiskinan di dalam suatu wilayah merupakan potret bahwa pembangunan
itu secara umum kurang berhasil sehingga pada dasarnya keberhasilan pembangunan suatu
wilayah tergantung pada kegiatan pembangunan dan pemerataan hasil-hasilnya. Tidak hanya
tertuju pada pembangunan ekonomi saja tetapi pembangunan manusia juga merupakan prioritas
utama, penduduk ditempatkan sebagai objek dan sekaligus subjek pembangunan. Konsep ini
menempatkan manusia sebagai titik pusat dan sekaligus modal dasar kekuatan, menjadi faktor
yang dominan dan menjadi sasaran utama bagi pembangunan itu sendiri.

Pada tahun 1996, untuk pertama kalinya Badan Pusat Statistik (BPS) dan United Nations
Development Programme (UNDP) Indonesia mempublikasikan Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) sebagai alat tolok ukur pembangunan manusia. IPM mengukur aspek-aspek yang relevan
dengan pembangunan manusia melalui indeks komposit yang terdiri dari tiga komponen utama
yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan (daya beli).

Pada saat ini IPM dianggap lebih mencerminkan hasil-hasil pembangunan yang berfokus
pada pembangunan manusia.Sejak diterbitkan dan dipublikasikan IPM menjadi suatu
perbincangan yang hangat sebagai alat ukur tunggal dan sederhana. IPM sangat cocok sebagai
alat ukur kinerja pembangunan khususnya pembangunan manusia yang dilakukan di suatu
wilayah pada waktu tertentu atau secara spesifik IPM merupakan alat ukur kinerja dari
pemerintahan suatu wilayah.

Publikasi tentang IPM memberikan semangat terhadap propinsi-propinsi bahkan


kabupaten/kota dengan melakukan hitungan IPM untuk kepentingan daerahnya. Upaya untuk
menghitung IPM sampai ke tingkat kabupaten/kota sangat penting karena proses desentralisasi
yang berjalan di Indonesia memindahkan sebagian besar proses pembangunan ke tangan
pemerintah daerah dan masyarakat lokal. Untuk itu, tentu dibutuhkan pemahaman yang lebih
baik tentang kondisi setempat dengan dukungan data yang lebih memadai bagi semua
kabupaten/kota di Indonesia.

Upaya-upaya peningkatan kualitas penduduk sebagai sumberdaya dapat dilihat dari


berbagai aspek yaitu pendidikan, kesehatan, kesejahteraan ekonomi maupun aspek non fisik
dalam hal ini agama dan budaya.
Dan aspek ekonomi sangat berpengaruh terhadap pembangunan manusia karena Aspek
ekonomi antara lain adalah kepemilikan lahan, kualitas rumah, pendapatan keluarga, pengeluaran
kesehatan sedangkan aspek sosial dapat dilihat dari hal-hal seperti fasilitas pendidikan, fasilitas
kesehatan, kesehatan ibu dan balita dan lain-lain.Pada kenyataannya, besaran nilai IPM tidak
menjamin tingkat kesejahteraan masyarakat akan tinggi atau tidak menjamin tingkat kemiskinan
masyarakat akan rendah.

1. 2 Rumusan Masalah
1) Apa itu IPM ?
2) Apa saja indicator IPM ?
3) Apa manfaat IPM ?
4) Bagaimana perjalanan metodologi IPM ?
5) Apa saja indicator IPM yang mengalami perubahan ?
6) Bagaimana dampak dari perubahan indicator IPM ?
7) Bagaimana implementasi IPM ?
Bab II

Pembahasan

A. Indeks Pembangunan Manusia


1. Pengertian Indeks Pembangunan Manusia

“Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari


pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk
menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini
tampaknya merupakan suatu kenyataan yang sederhana. Tetapi hal ini seringkali terlupakan
oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang.(Human
Development Report 1990)

IPM dikembangkan oleh pemenang Nobel asal India Amartya Sen dan seorang ekonom
Pakistan Mahbub ul Haq yang dibantu oleh Gustav Ranis dari Yale University dan Lord
Meghnad Desai dari London School of Economics pada tahun 1990. Sejak itu IPM digunakan
oleh PBB untuk mengukur perkembangan suatu negara dalam bentuk laporan tahunan IPM.

IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara termasuk kategori negara
maju, negara berkembang atau negara terbelakang. Selain itu indeks ini juga menjadi parameter
untuk melihat pengaruh kebijakan ekonomi suatu negara terhadap kualitas rakyatnya. Dan tidak
hanya digunakan sebagai tolak ukur pengelompokan suatu Negara tetapi juga dapat digunakan
sebagai tolak ukur untuk mengukur dan pengelompokan Subnegara ( daerah/ bagian ).

UNDP (United Nation Development Programme) mendefinisikan pembangunan manusia


sebagai suatu proses untuk meperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut
penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan
dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator yang menjelaskan


bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu
pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan,
pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM ini menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah
mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi
semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah
mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, maka
semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

IPM merupakan indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata sederhana dari tiga indeks
yang terdiri dari indeks harapan hidup yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, indeks
pendidikan yang diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf pada penduduk dewasa dan
rata-rata lama sekolah, serta indeks standar hidup layak yang diukur dengan pengeluaran
perkapita yang telah disesuaikan atau paritas daya beli.

Dalam konteks pembangunan daerah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ditetapkan


sebagai salah satu ukuran utama yang dicantumkan dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah. Hal
ini menandakan bahwa IPM menduduki satu posisi penting dalam manajemen pembangunan
daerah.

Fungsi IPM dan indikator pembangunan manusia lainnya akan menjadi kunci bagi
terlaksananya perencanaan dan pembangunan yang terarah. Peran IPM sebagai alat ukur
pembangunan akan lebih terlihat bila dilengkapi dengan data basis dan hitungan yang benar
sampai ke wilayah terkecil tanpa membedakan daerah miskin atau tidak sehingga diharapkan
perencanaan pembangunan akan benar-benar memihak masyarakat tanpa terkecuali.

Nilai IPM ini menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang
ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat
(tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak.
Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, maka semakin dekat jalan yang
harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

IPM yang merupakan tolok ukur pembangunan suatu wilayah sebaiknya berkorelasi positif
terhadap kondisi kemiskinan di wilayah tersebut karena diharapkan suatu daerah yang memiliki
nilai IPM tinggi, idealnya kualitas hidup masyarakat juga tinggi atau dapat dikatakan pula bahwa
jika nilai IPM tinggi, maka seharusnya tingkat kemiskinan rendah.
Pada kenyataannya, besaran nilai IPM tidak menjamin tingkat kesejahteraan masyarakat akan
tinggi atau tidak menjamin tingkat kemiskinan masyarakat akan rendah, salah satu penyebabnya
adalah hitungan nilai IPM didasari oleh nilai agregat yang menggunakan prinsip nilai rata-rata
sehingga terjadi ketidakakuratan hitungan nilai IPM tersebut. Pembangunan manusia disuatu
daerah haruslah berpihak kepada pembangunan Masyarakat atau yang menjadi subjeknya tanpa
terkecuali agar pembangunannya tepat sasaran dan lini-lini yang menjadi daerah intim dalam
perhitungan suatu Negara maupun Daerah.

Ada beberapa hal yang menjadi ungsur pokok dalam mengatasi masalah ini yang dilakukan
pemerintah bersama mayarakat yakni ;

1. Pembangunan haruslah Pro rakyat miskin bukan berarti anti orang kaya. Yang dia
maksud adalah rakyat miskin memerlukan perhatian khusus. Mereka selama ini tak
terurus pendidikannya, berpenghasilan rendah, tingkat kesehatannya juga rendah dan
tidak bermodal, sehingga daya saingnya juga rendah.
2. Pambangunan haruslah Pro rakyat miskin diukur dengan indeks pembangunan manusia
(IPM) dan indeks kemiskinan manusia (IKM). “IPM telah digunakan oleh Jawa Barat,
tetapi IKM nya belum, sehingga tidak bisa dijadikan tolok ukur pembangunan yang
menentukan,” Otto mengungkapkan.
3. Pembangunan merupakan realisasi dan aspirasi suatu bangsa. Tujuan pembangunan yang
dimaksudkan adalah untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya
sistematis dan terencana. Proses perencanaan meliputi pemantauan dan evaluasi terhadap
berbagai program yang telah diimplementasikan pada periode sebelumnya.

Kedudukan dan peran IPM dalam pembangunan akan lebih terlihat kalau dilengkapi dengan
suatu data yang berisikan indikator yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem
data yang lengkap. Sistem data yang lengkap dan akurat akan lebih dapat mengkaji berbagai
kendala dan implementasi program pembangunan pada periode sebelumnya, dan potensi yang
dimiliki oleh suatu wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan
pembangunan periode berikutnya, sehingga diharapkan nilai IPM sebagai tolok ukur
pembangunan dapat mencerminkan kondisi kemiskinan masyarakat yang sesungguhnya.
Dan adapun hambatan yang dihadapi oleh pemerintah maupun pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pencapain prestasi IPM ini adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya kasus
tersebut, dan dipihak lain juga kurangnya sosialisasi tentang hal tersebut, sehingga menyebabkan
buruknya prestasi kita dikancah internasional, hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya
indicator-indikator IPM yang belum terpenuhi.

Jadi dalam hal ini perlu adanya perhatian dan kerjasama antara pemrintah dan masyarakat
demi mencapai tujuan bersama dan demi tersejahteranya bangsa yang kita cintai ini karena telah
dipenulis jelaskan hal ini sangat penting karena pembangunan manusia maupun pembangunan
lainnya merupakan hal yang penting demi terealisasinya suatu keberhasilan yang ingin dicapai
bersama-sama.

2. Indikator Indeks Pembangunan Manusia

Dalam sistem pengukuran dan monitoring pembangunan manusia, idealnya mencakup


banyak variabel untuk mendapatkan gambaran yang komprehensif. Namun, terlalu banyak
indikator akan memberikan gambaran yang membingungkan. Isu ini menjadi perhatian penting
dalam pengukuran pembangunan manusia. Pengukuran pembangunan manusia pertama kali
diperkenalkan oleh UNDP pada tahun 1990. UNDP memperkenalkan sebuah gagasan baru
dalam pengukuran pembangunan manusia yang disebut sebagai Indeks Pembangunan Manusia
(IPM). Sejak saat itu, IPM dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human
Development Report (HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil
pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
1. umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life);
2. pengetahuan (knowledge); dan
3. standar hidup layak (decent standard of living).
Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor.
A. Pendidikan

1. Rata-rata Lama Sekolah (RLS)

Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk
usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini
dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang
diduduki. RLS dapat digunakan untuk mengetahui kualitas pedididikan masyarakat dalam suatu
wilayah. Penduduk yang tamat SD diperhitungkan lama sekolah selama 6 tahun, tamat SMP
diperhitungkan lama sekolah selama 9 tahun, tamat SMA diperhitungkan lama sekolah selama
12 tahun tanpa memperhitungkan apakah pernah tinggal kelas atau tidak. Berikut adalah table
data RLS metode baru :

Provinsi / Kabupaten / Kota [Metode Baru] Rata-rata Lama Sekolah (Tahun)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018


ACEH 8.28 8.32 8.36 8.44 8.71 8.77 8.86 8.98 9.09
SUMATERA UTARA 8.51 8.61 8.72 8.79 8.93 9.03 9.12 9.25 9.34
SUMATERA BARAT 8.13 8.2 8.27 8.28 8.29 8.42 8.59 8.72 8.76
RIAU 8.25 8.29 8.34 8.38 8.47 8.49 8.59 8.76 8.92
JAMBI 7.34 7.48 7.69 7.8 7.92 7.96 8.07 8.15 8.23
SUMATERA SELATAN 7.34 7.42 7.5 7.53 7.66 7.77 7.83 7.99 8
BENGKULU 7.85 7.93 8.01 8.09 8.28 8.29 8.37 8.47 8.61
LAMPUNG 7.26 7.28 7.3 7.32 7.48 7.56 7.63 7.79 7.82
KEP. BANGKA BELITUNG 7.07 7.19 7.25 7.32 7.35 7.46 7.62 7.78 7.84

KEP. RIAU 9.38 9.46 9.58 9.63 9.64 9.65 9.67 9.79 9.81
DKI JAKARTA 10.37 10.4 10.43 10.47 10.54 10.7 10.88 11.02 11.05
JAWA BARAT 7.4 7.46 7.52 7.58 7.71 7.86 7.95 8.14 8.15

JAWA TENGAH 6.71 6.74 6.77 6.8 6.93 7.03 7.15 7.27 7.35
DI YOGYAKARTA 8.51 8.53 8.63 8.72 8.84 9 9.12 9.19 9.32
JAWA TIMUR 6.73 6.79 6.85 6.9 7.05 7.14 7.23 7.34 7.39
BANTEN 7.92 7.95 8.06 8.17 8.19 8.27 8.37 8.53 8.62
BALI 7.74 7.77 8.05 8.1 8.11 8.26 8.36 8.55 8.65
NUSA TENGGARA BARAT 5.73 6.07 6.33 6.54 6.67 6.71 6.79 6.9 7.03
NUSA TENGGARA TIMUR 6.5 6.6 6.71 6.76 6.85 6.93 7.02 7.15 7.3
KALIMANTAN BARAT 6.27 6.32 6.62 6.69 6.83 6.93 6.98 7.05 7.12

KALIMANTAN TENGAH 7.62 7.68 7.73 7.79 7.82 8.03 8.13 8.29 8.37

KALIMANTAN SELATAN 7.25 7.37 7.48 7.59 7.6 7.76 7.89 7.99 8

KALIMANTAN TIMUR 8.56 8.79 8.83 8.87 9.04 9.15 9.24 9.36 9.48

KALIMANTAN UTARA - - - 8.1 8.35 8.36 8.49 8.62 8.87

SULAWESI UTARA 8.66 8.68 8.71 8.79 8.86 8.88 8.96 9.14 9.24
SULAWESI TENGAH 7.65 7.69 7.73 7.82 7.89 7.97 8.12 8.29 8.52

SULAWESI SELATAN 7.29 7.33 7.37 7.45 7.49 7.64 7.75 7.95 8.02

SULAWESI TENGGARA 7.57 7.67 7.76 7.93 8.02 8.18 8.32 8.46 8.69

GORONTALO 6.85 6.89 6.92 6.96 6.97 7.05 7.12 7.28 7.46

SULAWESI BARAT 6.63 6.65 6.76 6.87 6.88 6.94 7.14 7.31 7.5
MALUKU 8.64 8.72 8.8 8.81 9.15 9.16 9.27 9.38 9.58
MALUKU UTARA 7.91 7.98 8.04 8.27 8.34 8.37 8.52 8.61 8.72

PAPUA BARAT 6.77 6.82 6.87 6.91 6.96 7.01 7.06 7.15 7.27
PAPUA 5.59 5.6 5.73 5.74 5.76 5.99 6.15 6.27 6.52
INDONESIA 7.46 7.52 7.59 7.61 7.73 7.84 7.95 8.1 8.17

Keterangan sumber
Subjek, Subject
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai IPM metode
baru silahkan klik link di bawah ini
("[Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia","[New https://ipm.bps.go.id/
-Booklet IPM metode Baru
Method] Human Development Index") assets/files/ipm
-Bahan Sosialisasi IPM metode baru
2. Harapan Lama Sekolah (HLS)

Selain rata-rata lama sekolah, komponen IPM dari unsur pendidikan adalah Harapan Lama
Sekolah (HLS). HLS didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan
dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang. HLS dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan di berbagai jenjang dan dihitung pada usia
7 tahun ke atas karena mengikuti kebijakan pemerintah yaitu program wajib belajar. Berikut
adalah table data HLS metode baru :

Provinsi / Kabupaten / Kota [Metode Baru] Harapan Lama Sekolah (Tahun)

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018


ACEH 12.9 13.03 13.19 13.36 13.53 13.73 13.89 14.13 14.27
SUMATERA UTARA 11.82 11.83 11.97 12.41 12.61 12.82 13 13.1 13.14
SUMATERA BARAT 12.22 12.52 12.81 13.16 13.48 13.6 13.79 13.94 13.95
RIAU 11.76 11.78 11.79 12.27 12.45 12.74 12.86 13.03 13.11
JAMBI 11.34 11.6 11.73 12.17 12.38 12.57 12.72 12.87 12.9
SUMATERA SELATAN 11.03 11.21 11.42 11.46 11.75 12.02 12.23 12.35 12.36
BENGKULU 11.59 11.88 12.2 12.78 13.01 13.18 13.38 13.57 13.58
LAMPUNG 10.88 11.04 11.37 11.9 12.24 12.25 12.35 12.46 12.61
KEP. BANGKA BELITUNG 10.48 10.7 10.79 10.96 11.18 11.6 11.71 11.83 11.87
KEP. RIAU 11.51 11.61 11.9 12.26 12.51 12.6 12.66 12.81 12.82

DKI JAKARTA 11.86 11.91 11.96 12.24 12.38 12.59 12.73 12.86 12.95
JAWA BARAT 10.69 10.91 11.24 11.81 12.08 12.15 12.3 12.42 12.45
JAWA TENGAH 11.09 11.18 11.39 11.89 12.17 12.38 12.45 12.57 12.63
DI YOGYAKARTA 14.15 14.61 14.64 14.67 14.85 15.03 15.23 15.42 15.56
JAWA TIMUR 11.49 11.62 11.74 12.17 12.45 12.66 12.98 13.09 13.1
BANTEN 11.02 11.41 11.79 12.05 12.31 12.35 12.7 12.78 12.85
BALI 11.71 12.12 12.26 12.4 12.64 12.97 13.04 13.21 13.23
NUSA TENGGARA BARAT 11.66 11.97 12.21 12.46 12.73 13.04 13.16 13.46 13.47
NUSA TENGGARA TIMUR 10.85 11.55 11.73 12.27 12.65 12.84 12.97 13.07 13.1
KALIMANTAN BARAT 10.79 10.8 11.11 11.6 11.89 12.25 12.37 12.5 12.55
KALIMANTAN TENGAH 11.09 11.15 11.22 11.71 11.93 12.22 12.33 12.45 12.55
KALIMANTAN SELATAN 10.86 11.14 11.54 11.67 11.96 12.21 12.29 12.46 12.5
KALIMANTAN TIMUR 11.87 12.06 12.46 12.85 13.17 13.18 13.35 13.49 13.67
KALIMANTAN UTARA - - - 12.3 12.52 12.54 12.59 12.79 12.82
SULAWESI UTARA 11.34 11.5 11.77 11.88 12.16 12.43 12.55 12.66 12.68
SULAWESI TENGAH 11.17 11.82 12.09 12.36 12.71 12.72 12.92 13.04 13.13
SULAWESI SELATAN 11.47 11.82 12.16 12.52 12.9 12.99 13.16 13.28 13.34
SULAWESI TENGGARA 12.15 12.3 12.45 12.45 12.78 13.07 13.24 13.36 13.53
GORONTALO 11.12 11.68 11.78 12.13 12.49 12.7 12.88 13.01 13.03
SULAWESI BARAT 10.58 11.21 11.28 11.46 11.78 12.22 12.34 12.48 12.59
MALUKU 12.62 12.85 12.96 13.35 13.53 13.56 13.73 13.91 13.92
MALUKU UTARA 11.74 11.79 12.19 12.48 12.72 13.1 13.45 13.56 13.62
PAPUA BARAT 11.1 11.21 11.45 11.67 11.87 12.06 12.26 12.47 12.53
PAPUA 8.57 8.92 9.11 9.58 9.94 9.95 10.23 10.54 10.83
INDONESIA 11.29 11.44 11.68 12.1 12.39 12.55 12.72 12.85 12.91

Subjek, Subject
Keterangan sumber
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai IPM metode
baru silahkan klik link di bawah ini
("[Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia","[New https://ipm.bps.go.id/
-Booklet IPM metode Baru
Method] Human Development Index") assets/files/ipm
-Bahan Sosialisasi IPM metode baru
B. Kesehatan

1. Angka Harapan Hidup Saat Lahir (AHH)

Angka harapan hidup waktu lahir (expectation of life at birth) yang biasanya dilambangkan
dengan simbol e0 dan sering disingkat dengan AHH adalah rata – rata hidup yang akan dijalani
oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. AHH ini merupakan salah satu indikator yang
biasa digunakan untuk menggambarkan tingkat kemajuan dibidang kesehatan. Dengan angka
harapan hidup, dapat dilihat perkembangan tingkat kesehatan pada suatu wilayah serta dapat pula
dilihat perbandingan tingkat kesehatan antar wilayah. Berikut adalah table data AHH metode
baru :

Provinsi / Kabupaten / [Metode Baru] Angka Harapan Hidup Saat Lahir (Tahun)
Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
ACEH 69.08 69.15 69.23 69.31 69.35 69.5 69.51 69.52 69.64
SUMATERA UTARA 67.46 67.63 67.81 67.94 68.04 68.29 68.33 68.37 68.61
SUMATERA BARAT 67.59 67.79 68 68.21 68.32 68.66 68.73 68.78 69.01
RIAU 70.15 70.32 70.49 70.67 70.76 70.93 70.97 70.99 71.19
JAMBI 69.89 70.04 70.19 70.35 70.43 70.56 70.71 70.76 70.89
SUMATERA SELATAN 68.34 68.51 68.67 68.84 68.93 69.14 69.16 69.18 69.41
BENGKULU 67.82 67.98 68.16 68.33 68.36 68.5 68.56 68.59 68.84
LAMPUNG 68.91 69.12 69.33 69.55 69.66 69.9 69.94 69.95 70.18
KEP. BANGKA BELITUNG 69.15 69.31 69.48 69.64 69.72 69.88 69.92 69.95 70.18

KEP. RIAU 68.42 68.63 68.85 69.05 69.15 69.41 69.45 69.48 69.64
DKI JAKARTA 71.71 71.87 72.03 72.19 72.27 72.43 72.49 72.55 72.67
JAWA BARAT 71.29 71.56 71.82 72.09 72.23 72.41 72.44 72.47 72.66
JAWA TENGAH 72.73 72.91 73.09 73.28 73.88 73.96 74.02 74.08 74.18
DI YOGYAKARTA 74.17 74.26 74.36 74.45 74.5 74.68 74.71 74.74 74.82
JAWA TIMUR 69.89 70.02 70.14 70.34 70.45 70.68 70.74 70.8 70.97
BANTEN 68.5 68.68 68.86 69.04 69.13 69.43 69.46 69.49 69.64
BALI 70.61 70.78 70.94 71.11 71.19 71.35 71.41 71.46 71.68
NUSA TENGGARA 63.82 64.13 64.43 64.74 64.89 65.38 65.48 65.55 65.87
BARAT
NUSA TENGGARA 65.28 65.45 65.64 65.82 65.91 65.96 66.04 66.07 66.38
TIMUR
KALIMANTAN BARAT 69.06 69.26 69.46 69.66 69.76 69.87 69.9 69.92 70.18
KALIMANTAN TENGAH 68.98 69.09 69.18 69.29 69.39 69.54 69.57 69.59 69.64

KALIMANTAN SELATAN 66.65 66.88 67.11 67.35 67.47 67.8 67.92 68.02 68.23

KALIMANTAN TIMUR 72.89 73.1 73.32 73.52 73.62 73.65 73.68 73.7 73.96

KALIMANTAN UTARA 71.39 71.6 71.82 72.02 72.12 72.16 72.43 72.47 72.5
SULAWESI UTARA 70.4 70.55 70.7 70.86 70.94 70.99 71.02 71.04 71.26
SULAWESI TENGAH 66.07 66.39 66.7 67.02 67.18 67.26 67.31 67.32 67.78
SULAWESI SELATAN 68.93 69.12 69.31 69.5 69.59 69.8 69.82 69.84 70.08
SULAWESI TENGGARA 69.65 69.85 70.06 70.28 70.39 70.44 70.46 70.47 70.72
GORONTALO 66.41 66.59 66.76 66.92 67 67.12 67.13 67.14 67.45
SULAWESI BARAT 62.5 62.78 63.04 63.32 64.04 64.22 64.31 64.34 64.58
MALUKU 64.46 64.61 64.77 64.93 65.01 65.31 65.35 65.4 65.59
MALUKU UTARA 66.7 66.87 67.05 67.24 67.33 67.44 67.51 67.54 67.8
PAPUA BARAT 64.59 64.75 64.88 65.05 65.13 65.19 65.3 65.32 65.55
PAPUA 64.31 64.46 64.6 64.76 64.84 65.09 65.12 65.14 65.36
INDONESIA 69.81 70.01 70.2 70.4 70.59 70.78 70.9 71.06 71.2

Keterangan sumber
Subjek, Subject
Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai IPM metode
baru silahkan klik link di bawah ini
("[Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia","[New https://ipm.bps.go.id/
-Booklet IPM metode Baru
Method] Human Development Index") assets/files/ipm
-Bahan Sosialisasi IPM metode baru
C. Ekonomi

1. Pengeluaran Perkapita di Sesuaikan

Pengeluaran perkapita yang di sesuaikan (dalam ribu rupiah) yaitu nilai pengeluaran
perkapita dan paritas daya beli (purchasing power parity). Rata-rata pengeluaran perkapita di
buat konstan atau rill dengan tahun dasar 2012=100. Penghitungan ppp menggunakan 96
komoditas di mana 66 merupakan komoditas makanan dan 30 komoditas merupakan komoditas
non pangan. Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity) merupakan indicator ekonomi yang
digunakan untuk melakukan perbandingan harga-harga riil antar wilayah. Dalam konteks PPP di
Indonesia, satu rupiah di suatu daerah (provinsi/kabupaten) memiliki daya beli yang sama
dengan satu rupiah di Jakarta. PPP ini dihitung berdasarkan pengeluaran riil per kapita yang telah
disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal yang dihitung
dengan formula Atkinson. Berikut adalah table data PPP metode baru :

Provinsi / [Metode Baru] Pengeluaran per Kapita Disesuaikan (Ribu Rupiah/Orang/Tahun)


Kabupaten / Kota
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
ACEH 7 934 8 044 8 134 8 289 8 297 8 533.05 8 768 8 957 9 186
SUMATERA UTARA 9 196 9 231 9 266 9 309 9 391 9 563.19 9 744 10 036 10 391
SUMATERA BARAT 9 339 9 409 9 479 9 570 9 621 9 803.74 10 126 10 306 10 638

RIAU 9 857 9 957 10 058 10 180 10 262 10 364.39 10 465 10 677 10 968

JAMBI 8 478 8 664 8 944 9 066 9 141 9 446.18 9 795 9 880 10 357
SUMATERA SELATAN 8 536 8 803 9 040 9 231 9 302 9 474.21 9 935 10 220 10 652

BENGKULU 8 459 8 572 8 682 8 803 8 864 9 122.88 9 492 9 778 10 162

LAMPUNG 7 964 8 118 8 273 8 415 8 476 8 729.32 9 156 9 413 9 858
KEP. BANGKA BELITUNG 10 707 10 808 11 218 11 657 11 691 11 780.86 11 960 12 066 12 666

KEP. RIAU 12 267 12 513 12 740 12 942 13 019 13 176.79 13 359 13 566 13 976

DKI JAKARTA 15 111 15 943 16 613 16 828 16 898 17 075.43 17 468 17 707 18 128

JAWA BARAT 9 174 9 249 9 325 9 421 9 447 9 777.61 10 035 10 285 10 790

JAWA TENGAH 8 992 9 296 9 497 9 618 9 640 9 929.71 10 153 10 377 10 777

DI YOGYAKARTA 12 080 12 115 12 137 12 261 12 294 12 684.24 13 229 13 521 13 946

JAWA TIMUR 9 002 9 396 9 797 9 978 10 012 10 383.37 10 715 10 973 11 380

BANTEN 10 777 10 933 11 008 11 061 11 150 11 261.48 11 469 11 659 11 994

BALI 12 074 12 307 12 530 12 738 12 831 13 078.34 13 279 13 573 13 886

NUSA TENGGARA BARAT 8 707 8 759 8 853 8 950 8 987 9 241.31 9 575 9 877 10 284
NUSA TENGGARA TIMUR 6 615 6 678 6 785 6 899 6 934 7 003.35 7 122 7 350 7 566

KALIMANTAN BARAT 7 654 7 825 8 002 8 127 8 175 8 279.34 8 348 8 472 8 860

KALIMANTAN TENGAH 9 257 9 472 9 557 9 641 9 682 9 809.46 10 155 10 492 10 931

KALIMANTAN SELATAN 10 304 10 437 10 553 10 655 10 748 10 890.97 11 307 11 600 12 062

KALIMANTAN TIMUR 10 790 10 927 10 944 10 981 11 019 11 228.81 11 355 11 612 11 917

KALIMANTAN UTARA 0 0 0 8 229 8 289 8 353.97 8 434 8 643 8 943

SULAWESI UTARA 8 935 9 113 9 430 9 583 9 628 9 729.11 10 148 10 422 10 731

SULAWESI TENGAH 7 988 8 077 8 286 8 501 8 602 8 767.73 9 034 9 311 9 488

SULAWESI SELATAN 9 331 9 459 9 560 9 632 9 723 9 991.72 10 281 10 489 10 814

SULAWESI TENGGARA 8 126 8 249 8 396 8 537 8 555 8 697.40 8 871 9 094 9 262

GORONTALO 8 207 8 293 8 673 8 719 8 762 9 035.12 9 175 9 532 9 839

SULAWESI BARAT 8 003 8 049 8 091 8 148 8 170 8 259.98 8 450 8 736 9 051

MALUKU 7 362 7 437 7 727 7 872 7 925 8 025.60 8 215 8 433 8 721
MALUKU UTARA 6 813 6 935 7 059 7 200 7 234 7 423.30 7 545 7 792 7 980
PAPUA BARAT 6 677 6 709 6 732 6 896 6 944 7 063.88 7 175 7 493 7 816
PAPUA 6 251 6 303 6 349 6 394 6 416 6 468.55 6 637 6 996 7 159
INDONESIA 9 437 9 647 9 815 9 858 9 903 10 149.67 10 420 10 664 11 059

Subjek, Subject Keterangan sumber


Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai IPM metode
baru silahkan klik link di bawah ini
("[Metode Baru] Indeks Pembangunan Manusia","[New https://ipm.bps.go.id/
-Booklet IPM metode Baru
Method] Human Development Index") assets/files/ipm
-Bahan Sosialisasi IPM metode baru
3. Manfaat Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia menjadi salah satu indikator yang penting dalam melihat sisi
lain dari pembangunan. Manfaat penting IPM antara lain sebagai berikur:
• IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya
membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk).
• IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah/negara. Gagasan
Pembangunan Manusia 11
• Bagi Indonesia, IPM merupakan data strategis karena selain sebagai ukuran kinerja
Pemerintah, IPM juga digunakan sebagai salah satu alokator penentuan Dana Alokasi
Umum (DAU).
B. Inovasi Dalam Penghitungan Pembangunan Manusia
1. Perubahan Metodologi IPM
a) Perjalanan Penghitungan IPM
Sejak pertama kali diperkenalkan oleh UNDP, IPM terus mendapat banyak sorotan.
Banyak dukungan yang mengalir, tetapi tidak sedikit kritikan terhadap indikator ini. Sebagian
pihak berpendapat bahwa indikator yang tercakup di dalam IPM kurang mewakili pembangunan.
Para pakar terus bekerja untuk mendalami lebih jauh tentang pembangunan manusia. Tidak
hanya itu, mereka terus melakukan kajian untuk menyempurnakan penghitungan IPM. Hal itu
terutama dilakukan pada indikator yang digunakan dalam penghitungan IPM. Tercatat bahwa
UNDP melakukan dua kali penyempurnaan pada tahun 1991 dan 1995 dan perubahan di tahun
2010.
Awalnya, UNDP memperkenalkan suatu indeks komposit yang mampu mengukur
pembangunan manusia. Ketika diperkenalkan pada tahun 1990, mereka menyebutnya sebagai
Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) yang kemudian secara rutin
dipublikasikan setiap tahun dalam Laporan Pembangunan Manusia (Human Development
Report). Kala itu, IPM dihitung melalui pendekatan dimensi umur panjang dan hidup sehat yang
diproksi dengan angka harapan hidup saat lahir, dimensi pengetahuan yang diproksi dengan
angka melek huruf dewasa, serta dimensi standar hidup layak yang diproksi dengan PDB per
kapita. Untuk menghitung ketiga dimensi menjadi sebuah indeks komposit, digunakan rata-rata
aritmatik. Setahun berselang, UNDP melakukan penyempurnaan penghitungan IPM denga
menambahkan variabel rata-rata lama sekolah ke dalam dimensi pengetahuan.
Setahun berselang, UNDP melakukan penyempurnaan penghitungan IPM dengan
menambahkan variabel rata-rata lama sekolah ke dalam dimensi pengetahuan. Akhirnya, terdapat
dua indikator dalam dimensi pengetahuan yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Karena terdapat dua indikator dalam dimensi pengetahuan, UNDP memberi bobot untuk
keduanya. Indikator angka melek huruf diberi bobot dua per tiga, sementara indikator rata-rata
lama sekolah diberi bobot sepertiga. Hingga tahun 1994, keempat indikator yang digunakan
dalam penghitungan IPM masih cukup relevan. Namun akhirnya, pada tahun 1995 UNDP
kembali melakukan penyempurnaan metode penghitungan IPM. Kali ini, UNDP mengganti
variabel rata-rata lama sekolah menjadi gabungan angka partisipasi kasar. Pembobotan tetap
dilakukan dengan metode yang sama seperti sebelumnya.
Catatan:
AHH : Angka Harapan Hidup saat Lahir
AMH : Angka Melek Huruf
RLS : Rata-rata Lama Sekolah
PDB : Produk Domestik Bruto
APK : Angka Partisipasi Kasar
HLS : Harapan Lama Sekolah
PNB : Produk Nasional Bruto

Pada tahun 2010, UNDP merubah metodologi penghitungan IPM. Kali ini perubahan
drastis terjadi pada penghitungan IPM. UNDP menyebut perubahan yang dilakukan pada
penghitungan IPM sebagai metode baru. Beberapa indikator diganti menjadi lebih relevan.
Indikator Angka Partisipasi Kasar gabungan (Combine Gross Enrollment Ratio) diganti dengan
indikator Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling). Indikator Produk Domestik
Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita. Selain itu, cara
penghitungan juga ikut berubah. Metode rata-rata aritmatik diganti menjadi rata-rata geometrik
untuk menghitung indeks komposit.
Perubahan yang dilakukan UNDP tidak hanya sebatas itu. Setahun kemudian, UNDP
menyempurnakan penghitungan metode baru. UNDP merubah tahun dasar penghitungan PNB
per kapita dari 2008 menjadi 2005. Tiga tahun berselang, UNDP melakukan penyempurnaan
kembali penghitungan metode baru. Kali ini, UNDP merubah metode agregasi indeks pendidikan
dari rata-rata geometrik menjadi rata-rata aritmatik dan tahun dasar PNB per kapita. Serangkaian
perubahan yang dilakukan UNDP bertujuan agar dapat membuat suatu indeks komposit yang
cukup relevan dalam mengukur pembangunan manusia.

b) . Perubahan metode IPM


Pada dasarnya, perubahan metodologi penghitungan IPM didasarkan pada alasan yang
cukup rasional. Suatu indeks komposit harus mampu mengukur apa yang diukur. Dengan
pemilihan metode dan variable yang tepat, indeks yang dihasilkan akan cukup relevan. Namun,
alasan utama yang dijadikan dasar perubahan metodologi penghitungan IPM setidaknya ada dua
hal mendasar.
Pertama, beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan
IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh
karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Sebelum penghitungan metode baru
digunakan, AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan
tingkat pendidikan antarwilayah dengan baik. Dalam konsep pembentukan indeks komposit,
variabel yang tidak sensitive membedakan akan menyebakan indikator komposit menjadi tidak
relevan. Oleh karena itu, indikator AMH dianggap sudah tidak relevan sebagai komponen dalam
penghitungan IPM. Selanjutnya adalah indikator PDB per kapita. Indikator ini pada dasarnya
merupakan proksi terhadap pendapatan masyarakat. Namun disadari bahwa PDB diciptakan dari
seluruh faktor produksi dan apabila ada investasi dari asing turut diperhitungkan. Padahal, tidak
seluruh pendapatan faktor produksi dinikmati penduduk lokal. Oleh karena itu, PDB per kapita
kurang dapat menggambarkan pendapatan masyarakat atau bahkan kesejahteraan masyarakat
pada suatu wilayah.
Kedua, penggunaan rumus rata-rata aritmatik dalam penghitungan IPM menggambarkan
bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi oleh capaian tinggi dari dimensi lain.
Pada dasarnya, konsep yang diusung dalam pembangunan manusia adalah pemerataan
pembangunan dan sangat anti terhadap ketimpangan pembangunan. Rata-rata aritmatik
memungkinkan adanya transfer capaian dari dimensi dengan capaian tinggi ke dimensi dengan
capaian rendah. Perumpamaan sederhana untuk dapat melihat kelemahan rata-rata aritmatik
misalnya dengan menghitung secara sederhana nilai ketiga dimensi pembangunan manusia.
c) . IPM yang mengalami perubahan

UNDP memperkenalkan penghitungan IPM metode baru dengan beberapa perbedaan


mendasar dibanding metode lama. Setidaknya, terdapat dua hal mendasar dalam perubahan
metode baru ini. Kedua hal mendasar terdapat pada aspek indikator dan cara penghitungan
indeks. Pada metode baru, UNDP memperkenalkan indikator baru pada dimensi pengetahuan
yaitu Harapan Lama Sekolah (Expected Years of Schooling). Indikator ini digunakan untuk
menggantikan indikator AMH yang memang saat ini sudah tidak relevan karena capaian di
banyak Negara sudah sangat tinggi.
UNDP juga menggunakan indikator PNB per kapita untuk menggantikan indikator PDB
per kapita. Selain indikator baru, UNDP melakukan perubahan cara penghitungan indeks. Untuk
menghitung agregasi indeks, digunakan rata-rata geometric (geometric mean). Cara
penghitungan indeks yang terbilang baru ini cederung sensitif terhadap ketimpangan. Tidak
seperti rata-rata aritmatik yang dapat menutupi ketimpangan yang terjadi antardimensi, rata-rata
geometrik menuntut keseimbangan ketiga dimensi IPM agar capaian IPM menjadi optimal.
IPM METODE BARU VERSI UNDP
IPM METODE BARU VERSI BPS

Kesehatan Pendidikan
d) . Dampak dari perubahan IPM
Perubahan mendasar yang terjadi pada penghitungan IPM tentunya membawa dampak.
Secara langsung, ada dua dampak yang terjadi akibat perubahan metode penghitungan IPM.
Pertama, perubahan level IPM. Secara umum, level IPM metode baru lebih rendah
dibanding IPM metode lama. Hal ini terjadi karena perubahan indikator dan perubahan cara
penghitungan. Penggantian indicator Angka Melek Huruf (AMH) menjadi Harapan Lama
Sekolah (HLS) membuat angka IPM lebih rendah karena secara umum AMH sudah di atas 90
persen sementara HLS belum cukup optimal. Selain itu, perubahan rata-rata aritmatik menjadi
rata-rata geometrik juga turut andil dalam penurunan level IPM metode baru. Ketimpangan yang
terjadi antardimensi akan mengakibatkan capaian IPM menjadi rendah.
Kedua, terjadi perubahan peringkat IPM. Perubahan indikator dan cara penghitungan
membawa dampak pada perubahan peringkat IPM. Perubahan indikator berdampak pada
perubahan indeks dimensi. Sementara perubahan cara penghitungan berdampak signifikan
terhadap agregasi indeks. Namun, perlu dicatat bahwa peringkat IPM antara kedua metode tidak
dapat dibandingkan karena kedua metode tidak sama. Beberapa negara yang telah mencoba
mengaplikasi metode baru penghitungan IPM mencacat perubahan peringkat yang terjadi di
tingkat regional. China misalnya, mengaplikasikan metode baru di tingkat regional mulai tahun
2013 dengan menggunakan data tahun 2011. Hasilnya cukup menggembirakan tetapi dampak
yang muncul juga cukup signifikan. Tercatat beberapa provinsi mengalami perubahan drastis,
antara lain Guangdong (4 menjadi 7), Hebei (10 menjadi 16), dan Henan (15 menjadi 20).
Filipina juga mengalami hal serupa dimana terjadi perubahan peringkat yang tajam di tingkat
regional. Misalnya, Abra (46 menjadi 51), Aklan (49 menjadi 63), Camiguin (28 menjadi 39),
dan Albay (30 menjadi 43).Standar
Hidup Layak
e) . Implementasi IPM Metode Baru di Indonesia
Indonesia juga turut ambil bagian dalam mengaplikasikan penghitungan metode baru.
Dengan melihat secara mendalam tentang kelemahan pada penghitungan metode lama, Indonesia
merasa perlu memperbarui penghitungan untuk menjawab tantangan masyarakat internasional.
Pada tahun 2014, Indonesia secara resmi melakukan penghitungan IPM dengan metode baru.
Untuk mengaplikasikan metode baru, sumber data yang tersedia di Indonesia antara lain:
Angka harapan hidup saat lahir (Sensus Penduduk 2010/SP2010, Proyeksi Penduduk)
Angka harapan lama sekolah dan rata-rata lama sekolah (Survei Sosial Ekonomi
Nasional/SUSENAS)
PNB per kapita tidak tersedia pada tingkat provinsi dan kabupaten/ kota, sehingga
diproksi dengan pengeluaran per kapita disesuaikan menggunakan data SUSENAS.
Indonesia melakukan beberapa penyesuaian terhadap metode baru. Penyesuaian ini dilakukan
pada indikator PNB per kapita karena masalah ketersediaan data. Dari empat indikator yang
digunakan dalam penghitungan IPM metode baru, tiga diantaranya sama persis dengan
UNDP. Khusus untuk PNB per kapita, indikator ini diproksi dengan pengeluaran per kapita.
Inovasi Dalam Pengukuran Pembangunan Manusia

21
22 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA 2014

Indikator angka harapan hidup saat lahir tidak mengalami perubahan pada metode baru.
Akan tetapi, sumber data yang digunakan dalam penghitungan indikator ini telah diperbarui
dengan menggunakan hasil Sensus Penduduk tahun 2010 (SP2010). Indikator ini menjadi
indicator penting untuk melihat derajat kesehatan suatu masyarakat. Indikator ini tetap
dipertahankan keberadaannya karena selain relevansinya, juga ketersediaan hingga tingkat
kabupaten/kota cukup memadai.
Indikator angka melek huruf diganti dengan indikator baru yang disebut harapan lama
sekolah. Seperti pada penjelasan sebelumnya, indicator angka melek huruf sudah tidak relevan
lagi dengan kondisi saat ini sehingga diganti dengan harapan lama sekolah. Indikator rata-rata
lama sekolah tetap dipertahankan karena menggambarkan stok yang terjadi
pada dunia pendidikan. Namun, cakupan penghitungan yang digunakan pada metode baru telah
diganti. Pada metode lama, cakupan penduduk yang dihitung adalah penduduk berusia 15 tahun
ke atas. Sementara pada metode baru, cakupan penduduk yang dihitung adalah penduduk
berusia 25 tahun ke atas sesuai dengan rekomendasi UNDP. Selain untuk keterbandingan dengan
internasional, alasan penting lain yaitu bahwa pada umumnya penduduk berusia 25 ke atas tidak
bersekolah lagi. Walaupun sebagian kecil ada yang masih bersekolah, jumlahnya tidak
signifikan. Penduduk usia 25 tahun ke atas merupakan stok pendidikan yang dimiliki oleh suatu
wilayah.
Indikator pengeluaran per kapita juga tetap dipertahankan keberadaannya
karena cukup operasional dari sisi ketersedian data. Pada dasarnya, indikator PNB per kapita
lebih menggambarkan kesejahteraan masyarakat dibanding pengeluaran per kapita. Namun data
ini tidak tersedia hingga tingkat kabupaten/kota. Meski pengeluaran per kapita tetap digunakan,
ada perubahan pada penghitungan paritas daya beli (purcashing power parity) yang digunakan.
Pada metode lama, terdapat 27 komoditas yang digunakan dalam penghitungan paritas daya beli.
Sementara pada metode baru terdapat 96 komoditas yang digunakan. Hal ini dilakukan karena
selama 1990 hingga 2014 telah terjadi banyak perubahan pola konsumsi masyarakat sehingga
komoditas penghitungan paritas daya beli juga harus diperbarui.
Pada metode lama, agregasi indeks komposit menggunakan ratarata aritmatik. Sementara
pada metode baru menggunakan rata-rata geometrik. Metode agregasi indeks komposit yang
digunakan pada metode baru merupakan penyempurnaan metode lama. Seperti pada penjelasan
sebelumnya, rata-rata geometrik memiliki keunggulan dalam mendeteksi ketimpangan dibanding
rata-rata aritmatik.23
Kecepatan perubahan IPM juga menjadi salah satu fokus dalam pembangunan manusia.
Pada metode lama, kecepatan perubahan IPM diukur dengan menggunakan reduksi shortfall.
Pada metode baru, kecepatan perubahan IPM diukur dengan menggunakan pertumbuhan
aritmatik.ata Aritmatik Rata-rata Geom
Ke
Bab III

Kesimpulan

Jika ditanya tentang pembangunan disekitar manusia atau manusia disekitar


pembangunan. Dari pertanyaan diatas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi kata kuncinya
adalah manusia. Dalam hal ini manusia merupakan penggerak pembangunan disetiap Negara
didunia.

Hal ini dapat ditempuh dengan memadainya sumber daya manusia yang terdapat dalam
suatu Negara dengan terus mencari generasi yang mempunyai intelektual special dalam hal ini
atau dengan kata lain mancari para ahli dalam pembangunan tersebut.

Pelayanan public yang mempermudah masyarakat untuk mengaksesnya sehingga tidak


menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti konflik ataupun penentangan kepada
pemerintah sehingga menyebabkan tidak terealisasinya program yang dibuat dengan maksimal.

Perlunya ada perhatian khusus untuk masalah ini, dikarnakan masalah-masalah yang
telah disebutkan diatas merupakan hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini perlu
adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat untuk menjalankan program maupun aturan
pemerintah yang menuju kearah pembangunan manusia.

Dipihak lain juga harus ada pembenahan disektor perangkat pemerintahan agar sasaran
dan tujuan yang ditujukan tidak meleset, dalam kata lain suntikan imun kepada yang
membutuhkan haruslah terpusat kepada sasaran sehingga masyarakat meresakan pelayanan
publik yang diserahkan oleh pemerintah kepada masayarakat yang membutukan.

Dalam melaksanakan program dan kegiatan menunjuk para pejabat pemerintah selaku
pelaksana teknis program yang mempunyai tugas antara lain mengendalikan pelaksanaan
kegiatan, melaporkan perkembangan pelaksanaan program dan menyiapkan dokumen dokumen
anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan program yang dijalankan.

Standar
Daftar pustaka
https://www.bps.go.id/subject/26/indeks-pembangunan-manusia.html#subjekViewTab11

http://digilib.unila.ac.id/6537/16/BAB%20I.pdf

https://ipm.bps.go.id/assets/files/ipm_2006_2007.pdf

254a4-ipm-2014-bps.pdf

Rata-rata Aritmatik Rata-rata G

Anda mungkin juga menyukai