“STANDAR ATESTASI”
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Dosen Pengampu :
Pirmansyah, SE, M.Ak
Prodi Akuntansi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bangkinang
Tahun 2020
KATA PENGANTAR
Makalah ini berjudul “Standar Atestasi”. Makalah ini disusun demi memenuhi
tugas mata kuliah Audit Eksternal dengan Dosen Pengampu Bpk, Firmansyah SE, M.Ak.
Didalam makalah ini akan dibahas pengertian, manfaat dan juga resiko dalam manajemen
asuransi..
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini terutama kepada Dosen Pengampu yang telah sudi membantu dan
membimbing dalam penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada
rekan-rekan teman belajar dikelas. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna. Maka dari itu penulis juga memerlukan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaannya makalah ini.
Sampaikanlah ilmu walau hanya satu ayat begitulah sabda Nabi Muhammad
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam. Wabillahi taufil wal hidayah, fastabiqul khairat.
21
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PEMBAHASAN
A. Astetasi Kepatuhan ...................................................................................... 3
B. Perikatan Prosedur yang Disepakati ............................................................ 12
C. Analisi dan Pembahasan Oleh Manajemen ................................................. 18
PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................................................ 21
31
PEMBAHASAN
A. Atestasi Kepatuhan
1. Berdasarkan Standar Auditing
Audit kepatuhan dalam audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan IAPI. Atestasi kepatuhan bertujuan untuk:
Atestasi kepatuhan ini tidak diterapkan dalam hal – hal sebagai berikut:
Praktisi dapat melaksanakan suatu perikatan atestasi kepatuhan jika kondisi berikut
dipenuhi:
41
Evaluasi manajemen dapat mencakup hal-hal seperti dokumentasi data
akuntansi dan statistik, panduan kebijakan entitas, memorandum berupa uraian,
panduan prosedur, bagan alir, pedoman akuntansi, kuesioner yang telah diiisi,
laporan audit intern. Untuk membantu proses evaluasi, manajemen bisa
menugasi praktisi untuk mengumpulkan informasi akan tetapi dilarang
menjadikan prosedur praktisi sebagai satu – satunya dasar.
c. Manajemen membuat asersi tentang kepatuhan entitas terhadap persyaratan
tertentu. Jika laporan hasil atestasi kepatuhan ditujukan untuk pihak umum,
maka asersi manajemen berbentuk surat representasi kepada praktisi dan dalam
laporan terpisah yang akan melampiri laporan praktisi. Jika laporan hasil
atestasi kepatuhan hanya ditujukan untuk pihak internal atau badan pengatur
tertentu, asersi manajemen dapat hanya berbentuk surat representasi.
Tujuan praktisi dalam perikatan prosedur yang disepakati adalah untuk
menyajikan temuan – temuan yang membantu pemakai dalam mengevaluasi
asersi manajemen tentang kepatuhan entitas. Prosedur yang digunakan praktisi
umumnya dapat terbatas atau luas sebagaimana ditentukan oleh keinginan
pemakai sepanjang pemakai setuju atas prosedur yang telah dilaksanakan atau
akan dilaksanakan dan bertanggungjawab atas memadainya prosedur yang
disepakati untuk memakai tujuan.
d. Asersi manajemen dapat dievaluasi, diestimasi dan diukur dengan
menggunakan kriteria yang masuk akal yaitu kriteria yang ditetapkan oleh
badan pengatur yang diakui. Asersi manajemen dinyatakan dalam asersi
secara cukup jelas dan komprehensif bagi pembaca yang berpengetahuan untuk
memahaminya.
Laporan praktisi tentang prosedur yang disepakatu harus dalam bentuk
prosedur dan temuan dan praktisi dilarang memberikan keyakinan negatif
tentang apakah asersi manajemen disajikan secara wajar. Laporan praktisi
harus memuat unsur – unsur sebagai berikut:
1) Judul yang berisi kata independen
2) Identifikasi pemakai tertentu
3) Suatu pengacuan ke asersi manajemen tentang kepatuhan entitas termasuk
periode atau titik waktu yang dicakup oleh asersi manajemen dan sifat
perikatan
4) Suatu pernyataan bahwa prosedur yang disepakati yang disebutkan dalam
laporan telah dilaksanakan untuk membantu pemakai dalam mengevaluasi
asersi manajemen terhadap kepatuhan.
5) Pengacuan ke standar yang ditetapkan IAPI.
6) Suatu pernyataan bahwa memadainya prosedur merupakan tanggung jawab
pemakai
7) Daftar prosedur yang telah dilaksanakan.
8) Jika berlaku, suatu penjelasan adanya batas materialitas yang disepakati.
9) Suatu pernyataan bahwa praktisi tidak mengadakan perikatan dan oleh
karena itu tidak melaksanakan pemeriksaan atas asersi kepatuhan, suatu
pernyataan tidak memberikan pendapat atas asersi tersebut dan suatu
51
pernyataan bahwa jika prktisi telah melaksanakan prosedur tambahan, hal
lain mungkin terungkap dan akan dilaporkan.
10) Suatu pernyataan tentag pembatasan atas penggunaan laporan keuangan
karena laporan hanya diperuntukkan bagi pemakai tertentu. Akan tetapi jika
laporan tersebut untuk kepentingan publik, maka praktisi harus
menambahkan kalimat “Namun, laporan ini merupakan catatan publik dan
distribusinya tidak terbatas”
11) Jika berlaku, pembatasan tentang prosedur atau temuan.
Jika berlaku, suatu penjelasan tentang sifat bantuan oleh spesialis.
e. Terdapat bukti yang cukup atau dapat dikembangkan untuk mendukung
evaluasi manajemen.
Tujuan prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan oleh praktisi atas asersi
manajemen tentang kepatuhan entitas adalah untuk menyatakan pendapat
tentang apakah asersi manajemen disajikan secara wajar dalam semua hal yang
material berdasarkan kriteria yang disepakati. Untuk menyatakan pendapat
semacam itu, praktisi harus mengumpulkan bukti dalam jumlah yang memadai
dan oleh karena itu membatasi risiko atestasi ke tingkat yang cukup rendah.
61
SA Seksi 316 [PSA No. 70] paragraf 03 menguraikan tanggung jawab auditor
untuk mendeteksi kekeliruan dan kecurangan sebagai berikut:
3. Entitas Pemerintahan
Auditor harus memperoleh pemahaman tentang kemungkinan dampak peraturan
perundang-undangan terhadap laporan keuangan yang umumnya diperkirakan oleh
auditor berdampak langsung dan material atas penentuan jumlah yang tercantum
dalam laporan keuangan. Auditor harus menentukan apakah manajemen telah
mengidentifikasi peraturan perundang-undangan yang mempunyai pengaruh
langsung dan material dalam penentuan jumlah-jumlah yang tercantum dalam
laporan keuangan entitas pemerintahan. Dalam suatu audit atas laporan keuangan
entitas pemerintahan, pemahaman ini mencakup pengetahuan tentang desain
71
pengendalian intern yang relevan dengan asersi laporan keuangan yang
dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah yang tercantum
dalam laporan keuangan dan tentang apakah pengendalian intern tersebut telah
dioperasikan. Dalam perencanaan audit, pengetahuan tersebut harus digunakan
untuk mengidentifikasikan tipe salah saji potensial, untuk mempertimbangkan
faktor-faktor yang berdampak terhadap risiko salah saji material, dan untuk
mendesain pengujian substantif. Penentuan risiko pengendalian oleh auditor atas
asersi yang dipengaruhi oleh kepatuhan terhadap peraturan perundang undangan
dapat dipengaruhi oleh pengendalian intern dalam semua komponen pengendalian
intern (lingkungan pengendalian, penaksiran risiko, aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, dan pemantauan).
81
5. Entitas Lain yang Menerima Bantuan Keuangan Pemerintah
Pemerintah memberikan bantuan keuangan kepada entitas lain, termasuk
organisasi nirlaba dan perusahaan. Di antara bantuan keuangan pemerintah adalah
bantuan (grant) berbentuk kas atau aktiva lain, pinjaman, jaminan pinjaman,
subsidi tariff bunga. Dengan menerima bantuan tersebut, baik entitas pemerintahan
maupun nonpemerintah dapat terkena peraturan perundang-undangan yang
mungkin berdampak langsung dan material terhadap penentuan jumlah yang
tercantum dalam laporan keuangan. Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi
salah saji material laporan keuangan sebagai akibat dari pelanggaran peraturan
perundang-undangan yang berdampak langsung dan material atas penentuan
jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan. Auditor harus
mendokumentasikan prosedur yang dilaksanakan untuk mengevaluasi kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berdampak langsung dan material
dalam penentuan jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan.
91
Ketidakpatuhan material didefinisikan sebagai kegagalan mematuhi persyaratan,
atau pelanggaran terhadap larangan, batasan dalam peraturan, kontrak, atau
bantuan yang menyebabkan auditor berkesimpulan bahwa kumpulan salah saji
(estimasi terbaik auditor tentang total salah saji) sebagai akibat kegagalan atau
pelanggaran tersebut adalah material bagi laporan keuangan. Bila prosedur yang
dilaksanakan oleh auditor mengungkapkan ketidakpatuhan material, auditor harus
memodifikasi pernyataan keyakinan positif dan negatif dalam laporan auditnya.
Auditor harus melaporkan hal material dari ketidakpatuhan terlepas apakah akibat
salah saji telah dikoreksi dalam laporan keuangan entitas. Auditor dapat
mengharapkan untuk memasukkan suatu pernyataan tentang apakah salah saji
sebagai akibat hal material dari ketidakpatuhan telah dikoreksi dalam laporan
keuangan atau suatu pernyataan yang menjelaskan dampak salah saji tersebut
dalam laporannya atas laporan keuangan pokok. Standar Audit Pemerintahan
mengharuskan auditor untuk melaporkan hal-hal atau indikasi unsur perbuatan
melanggar/melawan hukum yang dapat berakibat ke penuntutan pidana. Namun,
auditor tidak memiliki keahlian untuk menyimpulkan tentang apakah suatu unsur
pelanggaran hukum atau kemungkinan pelanggaran hukum dapat berakibat ke
penuntutan pidana. Oleh karena itu, dalam mematuhi persyaratan untuk
melaporkan hal-hal atau indikasi adanya unsur pelanggaran hokum yang dapat
berakibat ke penuntutan pidana, auditor dapat memilih untuk melaporkan semua
unsur pelanggaran hukum atau kemungkinan unsur pelanggaran hukum yang
ditemukan.
1. Suatu pernyataan bahwa auditor telah mengaudit laporan keuangan dan suatu
pengacuan ke laporan auditor atas laporan keuangan, termasuk suatu
penjelasan setiap penyimpangan dari laporan baku.
2. Suatu pernyataan bahwa audit telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing
yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia dan Standar Audit Pemerintahan
yang ditetapkan Badan Pemeriksa Keuangan.
3. Suatu pernyataan bahwa, dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas
laporan keuangan, auditor telah mempertimbangkan pengendalian intern entitas
untuk menentukan prosedur audit yang ditujukan untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan dan tidak untuk memberikan keyakinan atas
pengendalian intern.
4. Suatu pernyataan bahwa penyusunan dan pemeliharaan pengendalian intern
merupakan tanggung jawab manajemen.
5. Suatu penjelasan tujuan, lingkup, dan keterbatasan bawaan setiap pengendalian
intern.
6. Suatu gambaran pengendalian intern entitas, yang dipandang sebagai bagian
dari pemahaman auditor atas pengendalian intern entitas.
7. Suatu penjelasan lingkup pekerjaan auditor, yang menyatakan bahwa auditor
memperoleh suatu pemahaman tentang desain pengendalian intern yang
relevan, menentukan apakah pengendalian intern tersebut dioperasikan, dan
menentukan risiko pengendalian.
8. Definisi kondisi yang dapat dilaporkan, Definisi kelemahan material.
9. Suatu penjelasan kondisi yang dapat dilaporkan yang ditemukan dalam audit.
10. Suatu pernyataan tentang apakah auditor yakin bahwa setiap kondisi yang
dilaporkan sebagaimana dijelaskan dalam laporannya merupakan kelemahan
material, jika demikian, identifikasi kelemahan material yang ditemukan.
11. Jika berlaku, suatu pernyataan bahwa masalah-masalah lain tentang
pengendalian intern dan operasinya telah dikomunikasikan kepada manajemen
dalam surat terpisah.
12. Suatu pernyataan bahwa laporan dimaksudkan untuk memberikan informasi
kepada komite audit, manajemen, dan badan legislatif atau badan pengatur
tertentu, namun tidak dimaksudkan untuk membatasi distribusinya, jika hal ini
menyangkut catatan publik.
111
B. Perikatan Prosedur yang Disepakati
1. Pendahuluan
Akuntan publik sering kali diminta untuk melakukan suatu perikatan dengan
prosedur yang disepakati, misalnya, apabila klien meminta dilakukan suatu
pemeriksaan dengan prosedur tertentu atas suatu unsur, akun, atau item tertentu
dengan harapan mendapatkan temuan tertentu yang berguna untuk tujuan khusus
pemakai laporan tertentu. Di dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP),
pedoman mengenai perikatan dengan prosedur disepakati diatur dalam SA Seksi
622 tentang Perikatan untuk Menerapkan Prosedur yang Disepakati Atas Unsur,
Akun, atau Pos Suatu Laporan Keuangan, dan SAT Seksi 600 mengenai Perikatan
Prosedur yang Disepakati.
Perikatan dengan prosedur yang disepakati pada dasarnya adalah melaksanakan
prosedur yang telah disepakati antara akuntan publik dan entitas pemberi kerja,
serta pihak lain yang berpartisipasi (selanjutnya disebut “pihak yang bersepakat”)
dan melaporkan temuan (finding) dari pelaksanan prosedur tersebut. Oleh karena
itu perikatan ini sering disebut pula sebagai factual finding. Walaupun perikatan ini
nampak lebih sederhana dibandingkan dengan perkatan audit ataupun review
namun dalam pelaksanaannya masih sering dijumpai adanya salah pengertian.
Untuk memberikan tambahan penjelasan mengenai Perikatan Dengan Prosedur
Yang Disepakati, berikut ini disajikan ha1 ha1 yang perlu mendapatkan perhatian
dalam Perikatan Dengan Prosedur Yang Disepakati. Tulisan ini tidak untuk
membahas semua hal mengenai Perikatan Dengan Prosedur Yang Disepakati,
namun terbatas mendiskusikan beberapa hal yang sering menjadi pertanyaan. Hal
tersebut meliputi tanggung jawab atas prosedur yang disepakati, konsep
materialitas, bantuan spesialis, laporan akuntan, management latter, dan Perikatan
Dengan Prosedur Yang Disepakati pada standar internasional.
121
Karena prosedur yang akan dilaksanakan harus mendapatkan persetujuan lebih
dahulu dari entitas pemakai tertentu, maka tanggung jawab atas kecukupan
prosedur bukan pada Akuntan Puhlik namun terletak pada pemakai tertentu.
Alasan yang melandasi pada tanggung jawab kecukupan prosedur terletak pada
pemakai tertentu karena pemakai tertentu dipandang memahami dengan baik
prosedur yang diperlukan antuk memenuhi kebutuhan mereka.
Adapun tanggung jawab Akuntan Publik dalam Perikatan Dengan Prosedur Yang
Disepakati terletak pada pelaksanaan prosedur dan melaporkan temuan sesuai
standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan. Akuntan Publik
dapat dinyatakan bersalah apabila ia tidak melaksanakan prosedur dengan
semestinya. Risiko yang mungkin timbul dari kesalahan pelaksanaan prosedur
antara lain temuan yang tidak semestinya dilaporkan, atau temuan yang tidak
akurat. Namun sekali lagi Akuntan Publik tidak bertanggung jawab atas kecukupan
prosedur yang dilaksanakan.
3. Konsep Materialitas
Berbeda dengan perikatan audit yang mempertimbangkan konsep materialitas
dalam pelaksanaan perikatan, dalam Perikatan Dengan Prosedur Yang Disepakati,
konsep materialitas pada umumnya tidak berlaku. Akuntan Publik harus
melakukan prosedur yang disepakati dan melaporkan temuannya tanpa
mempertimbangkan apakah temuan tersebut material atau tidak. Demikian juga
dalam hal pemeriksaan bukti atau transaksi Akuntan Publik tidak perlu
mempertimbangkan materialitas. Namun demikian, dalam keadaan tertentu,
apabila konsep materialitas ini akan dimasukkan dalam pertimbangan pelaksanaan
perikatan maka definisi materialitas harus terlebih dahulu disepakati oleh para
pihak yang bersepakat. Pemahaman atas ukuran materialitas dalam hal keadaan ini
harus dipahami dan disetujui oleh para pihak yang bersepakat. Batasan materialitas
ini harus dijelaskan dalam laporan Akuntan Publik.
4. Bantuan Spesialis
Akuntan Publik mungkin memerlukan bantuan spesialis untuk melaksanakan
perikatan dengan prosedur yang disepakati. Dalam keadaan demikian, Akuntan
Publik dan pemakai tertentu harus secara eksplisit menyetujui keterlibatan spesialis
tersebut. Akuntan Publik harus menjelaskan sifat bantuan yang diberikan oleh
spesialis dalam laporamya. Persetujuan eksplisit atas penggunaan bantuan spesialis
dan penjelasan sifat bantuan spesialis dalam laporan Akuntan Publik antara lain
dimaksudkan untuk menghindari risiko terganggunya prosedur yang disepakati,
sekaligus menjaga agar kecukupan prosedur tetap menjadi tanggung jawab
pemakai tertentu.
5. Laporan Akuntan
a. Isi Laporan
Seperti dijelaskan di atas bahwa perikatan dengan prosedur yang disepakati
merupakan pekerjaan factual finding, yaitu melakukan prosedur yang
131
disepakati kemudian melaporkan temuan-temuan yang diperoleh dari
pelaksanaan prosedur tersebut. Oleh karena itu, pada intinya laporan akuntan
publik memuat prosedur yang disepakati dan temuan yang diperoleh. Diluar
itu, isi laporan akuntan publik untuk perikatan dengan prosedur yang disepakati
dapat dilihat pada paragraf 33 dari SA Seksi 622 dan SAT Seksi 600. Hal yang
perlu mendapat perhatian dari kedua seksi di atas, yaitu bahwa laporan akuntan
publik harus memuat identifikasi pada pemakai tertentu, pernyataan bahwa
prosedur yg dilaksanakan adalah prosedur yang disepakati oleh pemakai
tertentu yang diidentifikasi dalam laporan, pernyataan bahwa kecukupan
prosedur merupakan tanggungjawab pemakai tertentu dan tidak
bertanggungjawab atas kecukupan prosedur tersebut, dan pernyataan
pembatasan atas penggunaan laporan tersebut karena laporan dimaksudkan
untuk digunakan semata mata oleh pemakai tertentu. Dari apa yang diatur
dalam seksi ini sangat jelas bahwa laporan akuntan publik untuk perikatan
dengan prosedur yang disepakati harus secara eksplisit menjelaskan bahwa hal-
ha1 yang berkaitan dengan prosedur, tanggung jawab prosedur, dan pemakai
tertentu harus dinyatakan dalam laporan. Sedangkan mengenai temuan
disajikan dalam format prosedur kemudian temuan yang diperoleh.
b. No Assurance
Kriteria penting lain dalam laporan perikatan dengan prosedur yang disepakati
adalah tidak boleh menyajikan suatu pernyataan keyakinan (assurance), bahkan
keyakinan negatif (negative assurance) sekalipun tidak diperbolehkan. Dengan
demikian, pada waktu melaporkan temuan, akuntan publik harus menghindari
penulisan kalimat seperti: ” tidak ada satupun yang kami ketahui yang
menyebabkan kami yakin bahwa (unsur, akun atau item tertentu) tidak
disajikan secara wajar …” Kalimat yang dianjurkan dalam laporan apabila
tidak menemukan penyimpangan hasil pelaksanaan prosedur misalnya: ”Kami
tidak menemukan penyimpangan sebagai hasil dari prosedur . . . .”
141
d. Rekomendasi
Mungkin saja akuntan publik tergerak atau diminta untuk mencantumkan
rekomendasi pada laporannya dengan pertimbangan agar dapat memberikan
nilai tambah kepada pemakai tertentu. Timbul pertanyaan apakah suatu
rekomendasi, yang rnemuat saran saran perbaikan atau saran penyelesaian
suatu masalah yang ditemukan dari pelaksanaan prosedur diperbolehkan
ditambahkan pada laporan dengan perikatan dengan prosedur yang disepakati.
161
7. PDPD pada Standar Internasional
Perikatan dengan prosedur dalam Standar Internasional diatur pada ISRE 4400
mengenai Engagements to Perform Agreed Upon Procedures Regarding Financial
Information. Walaupun ISRE ini memberikan pedoman pelaksanaan Agreed Upon
Procedures pada informasi keuangan, namun juga dapat digunakan pada perikatan
Agreed Upon Procedures untuk bukan informasi keuangan (nonfinancial
information). Karena ISRE ini dapat digunakan pada kedua sifat informasi
tersebut, maka pada standar intemasional hanya terdapat satu standar yang
mengatur agreed upon procedures, sedangkan dalam Standar Profesional Akuntan
Publik ( SPAP ) diatur dalam 2 seksi, yaitu SA Seksi 622 dan SAT Seksi 600.
Dilihat dari segi pengelompokan standar, dalam Standar Internasional Perikatan
Dengan Prosedur Yang Disepakati dimasukkan dalam kelompok standard on
related service, bukan terletak pada kelompok assurance engagements.
Pengelompokkan ini berbeda dengan posisi standar PDSP pada Standar
Profesional Akuntan Publik ( SPAP ) yang dimasukkan dalam kelompok standar
audit dan SAT.
Dari segi isi, Standar Internasional disusun secara lebih ringkas dibandingkan
dengan SA seksi 622 maupun SAT Seksi 600, dan mengesankan hanya menyajikan
pokok-pokoknya saja. Namun demikian, terdapat beberapa perbedaan tertentu
yang bertujuan untuk rnenegaskan perlunya mematuhi kode etik, tambahan pada
syarat perikatan, judul dan isi iaporan, dan penegasan bahwa agreed upon
procedures bukan assurance engagements.
Berikut adalah uraian perbedaan tersebut :
1. ISRE menyebutkan secara ekplisit perlunya mematuhi pada kode etik profesi,
seperti Integrity, Objectivity, Professional Competency and Due Cure ,
Confidentiality, Professional Behavior dan Technical Standards. Sedangkan
lndependensi menurut lSRE bukan suatu syarat untuk dapat melakukan
perikatan dengan prosedur yang disepakati. Dalam ha1 akuntan publik tidak
independen maka menurut standar Internasional laporan akuntan harus
menyebutkan bahwa akuntan tersebut tidak independen. Dalam SA Seksi 522
paragraf 09 mengenai Kondisi Untuk Pelaksmaan Perikatan diatur bahwa
akuntan yang dapat melaksanakan perikatan dengan prosedur yang disepakati
adalah akuntan yang independen.
2. Dalam syarat perikatan, ISRE mengatur bahwa harus dinyatakan prosedur yang
dilaksanakan tidak akan merupakan suatu audit atau review dan karenanya
tidak ada assurance (no assurance) yang akan dinyatakan oleh AP. Sedangkan
dalam Standar Profesional Akuntan Publik ( SPAP ) tidak mengaitkan apapun
dengan perikatan review. Termasuk dalam syarat perikatan adalah draf type
laporan yang akan digunakan, yang dianjurkan untuk dilampirkan dalam surat
perikatan. Dalam SPAP tidak menyebut mengenai bentuk laporan dalam syarat
perikatan dengan prosedur yang disepakati.
3. Judul laporan akuntan publik tidak menyebutkan akuntan independen, laporan
perikatan dengan prosedur yang disepakati harus menyatakan bahwa prosedur
yang dilaksanakan bukan merupakan audit atau review, dan karenanya tidak
171
ada pernyataan assurance (no assurance is expressed). Sedangkan bentuk
laporan menurut Standar Profesional Akuntan Publik ( SPAP )memuat judul
yang berisi kata independen, dan tidak ada referensi apapun terhadap perikatan
review.
Diluar perbedaan di atas, pada umumnya standar perikatan dengan prosedur yang
disepakati pada satndar internasional adalah sama dengan SA Seksi 622 dan SAT
Seksi 600, terutama yang berkaitan dengan adanya prosedur yang disepakati oleh
pihak yang bersepakat, pemakai tertentu laporan yang terbatas (restricted to those
parties that have agreed to the procedures to be performed), dan konsep factual
finding dalam perikatan dengan prosedur yang disepakati. Khusus mengenai
pengambilan kesimpulan atas laporan hasil pelaksanaan prosedur, ISRE secara
ekplisit menjelaskanya pada paragraph 5 mengenai Objective of an Agreed-Upon
Procedures Engagement bahwa kesimpulan dilakukan oleh pemakai laporan.
Paragraf tersebut adalan sebagai berikut:
“As the auditor simply provides a report of the factual findings of agreed upon
procedures, no assurance is expressed. Instead, users ofthe report assess for
themselves the procedures and findings reported by the auditor and draw their
own conclusions from the auditor’s work”
181
C. Analisis dan Pembahasan oleh Manajemen
191
a. Tidak mengubah tanggung jawab auditor dalam suatu audit atas laporan
keuangan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia.
b. Tidak berlaku untuk situasi yang di dalamnya praktisi diminta untuk
memberikan rekomendasi kepada manajemen untuk memperbaiki APM, bukan
untuk memberikan keyakinan terbatas. Seorang praktisi yang mengadakan
perikatan untuk memberikan jasa nonatestasi seperti itu harus mengacu ke
panduan dalam SJK Seksi 100 [PSJK No. 01] Definisi dan Standar Jasa
Konsultansi.
c. Tidak berlaku dalam situasi yang di dalamnya seorang praktisi mengadakan
perikatan untuk memberikan jasa atestasi yang berkaitan dengan penyajian
APM yang disusun berdasarkan kriteria selain peraturan yang diberlakukan
oleh Bapepam. Praktisi yang mengadakan perikatan untuk memberikan jasa
semacam itu harus mengacu ke panduan dalam SAT Seksi 100 [PSAT 07] atau
SAT Seksi 600 [PSAT 09] Perikatan Proseduryang Disepakati atau SA Seksi
622 [PSA No. 51 ] Penugasan untuk Menerapkan Prosedur yang Disepakati
atas Unsur, Akun, dan Pos dalam Suatu Laporan Keuangan, bila praktisi
mengadakan perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati terhadap
elemen, akun, atau unsur khusus dalam laporan keuangan, termasuk APM). 04
Pada saat Seksi ini disusun, Peraturan Bapepam mengenai APM adalah sebagai
berikut:
(a) Peraturan No. VIII.G.2 mengenai "Laporan Tahunan" butir 3d.
(b) Peraturan No. IX.B.1 mengenai "Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Pernyataan Pendaftaran Perusahaan Publik" butir 7, Asersi seperti ini dapat
dibuat dengan memasukkan (a) suatu pernyataan bahwa APM telah
disajikan berdasarkan peraturan Bapepam atau (b) suatu asersi tertulis yang
terpisah yang melampiri APM.
Dalam Seksi ini, istilah praktisi atau akuntan umumnya dimaksudkan
sebagai seorang yang mengadakan perikatan untuk melaksanakan jasa
atestasi terhadap APM. Istilah akuntan dapat juga berarti seorang yang
mengadakan perikatan untuk me-review laporan keuangan. Istilah auditor
dimaksudkan untuk seorang yang mengadakan perikatan untuk mengaudit
laporan keuangan. Oleh karena Seksi ini mencakup persyaratan tertentu
bagi praktisi untuk mengaudit atau melakukan review atas laporan
keuangan sesuai dengan SA Seksi 722 [PSA No. 66] Informasi Keuangan
Interim, dalam Seksi ini istilah auditor, praktisi atau akuntan dapat berarti
orang yang sama. Panduan dalam Seksi ini dapat membantu praktisi pada
waktu pelaksanaan perikatan untuk menyediakan jasa atestasi berkaitan
dengan APM yang didasarkan pada kriteria selain peraturan Bapepam.
Kriteria lain tersebut akan cocok bila didasarkan atas Standar Atestasi
sebagaimana yang dibahas dalam bagian yang berjudul "Standar Umum"
dalam SAT Seksi 7000.
(c) Peraturan No. IX.C.2 mengenai "Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Prospektus Dalam Rangka Penawaran Umum" butir 5d,
201
(d) Peraturan No. IX.C.3 mengenai "Pedoman Mengenai Bentuk dan Isi
Prospektus Ringkas Dalam Rangka Penawaran Umum" butir 5,
(e) Peraturan No. IX.C.8 mengenai "Bentuk dan Isi Prospektus Dalam Rangka
Penawaran Umum Oleh Perusahaan Menengah atau Kecil' butir 11.
Kondisi untuk Pelaksanaan Perikatan Review 05 Tujuan review terhadap APM adalah
untuk melaporkan apakah informasi yang diketahui oleh praktisi menyebabkan ia
mempercayai bahwa: (a) Penyajian APM tidak mencakup, dalam semua hal yang
material, unsur yang diwajibkan dalam peraturan Bapepam. (b) Jumlah keuangan
historis yang tercantum di dalamnya tidak diperoleh secara akurat, dalam semua hal
yang material, dari laporan keuangan entitas. (c) Informasi, penentuan, estimasi, dan
asumsi yang dipakai sebagai dasar oleh entitas tidak memberikan basis yang memadai
untuk pengungkapan yang terdapat di dalamnya.
Review terutama terdiri dari penerapan prosedur analitik dan permintaan keterangan
dari orang yang bertanggung jawab atas masalah keuangan, akuntansi, dan operasi.
Review biasanya tidak mencakup (a) pengujian atas catatan akuntansi melalui
inspeksi, pengamatan, atau konfirmasi, (b) pemerolehan bukti audit pendukung
sebagai tanggapan terhadap permintaan keterangan, atau (c) penerapan prosedur lain
tertentu yang biasanya dilaksanakan selama pemeriksaan atas APM. Review
menyebabkan praktisi mengetahui mungkin ada masalah signifikan yang berdampak
terhadap APM, namun tidak memberikan keyakinan bahwa praktisi akan mengetahui
semua masalah signifikan yang akan diungkapkan jika praktisi melakukan
pemeriksaan. 0 6 Praktisi dapat menerima perikatan untuk me-review penyajian APM
entitas publik untuk periode tahunan dengan syarat praktisi telah melakukan audit,
berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, atas laporan
keuangan untuk paling tidak periode tahunan terakhir yang dicakup oleh APM dan
laporan keuangan peribde yang lain yang dicakup oleh APM telah diaudit oleh
praktisi atau auditor pendahulu.
211
PENUTUP
Kesimpulan
Auditor biasanya mempertimbangkan hukum dan peraturan yang dipahaminya
sebagai hal yang memiliki pengaruh langsung dan material dalam penentuan
jumlah jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan. Sebagai contoh, peraturan
perpajakan mempengaruhi besarnya accrual dan besarnya jumlah yang
diperlakukan sebagai beban dalam suatu periode akuntansi; demikian pula halnya
dengan penerapan hukum dan peraturan akan mempengaruhi jumlah piutang
pendapatan dalam kontrak kerja dengan pihak pemerintah. Namun, auditor lebih
mempertimbangkan hukum dan peraturan dari sudut pandang hubungan hukum
dan peraturan dengan tujuan audit yang ditentukan atas dasar pernyataan dalam
laporan keuangan, daripada tinjauan sematamata dari sudut pandang hukum.
Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi dan melaporkan salah saji sebagai
akibat adanya unsur pelanggaran hukum yang berdampak langsung dan material
terhadap penentuan jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan adalah
sama dengan tanggung jawab auditor untuk mendeteksi adanya salah saji yang
disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan sebagaimana dijelaskan dalam SA
Seksi 110 [PSA No. 02] Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen.
Meskipun kecurangan merupakan konsep hukum yang luas, kepentingan auditor
berkaitan secara khusus ke tindakan kecurangan yang berakibat terhadap salah saji
material dalam laporan keuangan. Faktor yang membedakan antara kecurangan
dan kekeliruan adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat
terjadinya salah saji dalam laporan keuangan, berupa tindakan yang disengaja atau
tidak disengaja. Oleh karena itu, auditor harus mendesain auditnya untuk
memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material sebagai akibat dari pelanggaran peraturan perundang-undangan yang
berdampak langsung dan material atas jumlah-jumlah yang tercantum dalam
laporan keuangan. Tanggung jawab ini berlaku untuk semua audit yang
dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia.
221