Anda di halaman 1dari 10

RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS

Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

Nama : Rulianti Wahyuni


NIM : 22730006
Program/Jurusan : S2 Akuntansi
Dosen : Dr. Basyiruddin Nur, M.Ak., CPI., CA., CPA
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

BAB. 3 JASA ASURANS LAINNYA

1. Jasa Review dan Kompilasi


Jasa review memungkinkan akuntan untuk mengekspresikan keyakinana yang terbatas
bahwa laporan keuangan telah sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi berterima
umum termasuk pengungkapan informasi yang layak atau dasar akuntansi lainnya yang
komprehensif seperti dasar akuntansi kas.

Prosedur yang disarankan untuk review:


a. Memperoleh pengetahuan mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan praktik dari
industri klien.
b. Memperoleh pengetahuan mengenai klien.
c. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen.
d. Melakukan prosedur analitis.
e. Memperoleh surat representasi.

Jasa Kompilasi
Dijelaskan dalam SSARS sebagai suatu jasa dimana akuntan menyiapkan laporan
keuangan dan menyajikannya kepada klien atau pihak ketiga tanpa menyiapkan
asurans akuntansi publik mengenai laporan tersebut.

Persyaratan Kompilasi
a. Menetapkan pemahaman dengan klien mengenai jenis dan batasan dari jasa yang
akan disediakan dan deskripsi dari laporan, jika laporan akan diterbitkan.
b. Memiliki pengetahuan mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan praktik dari industri
klien.
c. Mengetahui klien mencakup sifat dari transaksi bisnisnya, catatan akuntansi dan isi
dari laporan keuangan.
d. Mengajukan pertanyaan untuk menentukan apakah informasi klien memuaskan.
e. Membaca laporan keuangan yang dikompilasi dan waspada akan adanya
penghilangan yang nyata atau kesalahan dalam aritmatika dan prinsip-prinsip
akuntansi yang berterima umum
Bentuk Laporan
1) Kompilasi dengan pengungkapan lengkap.
2) Kompilasi dengan menghilangkan hampir semua pengungkapan.
3) Kompilasi tanpa independensi.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

2. Review Informasi Laporan Keuangan Interim untuk Perusahaan Publik


Review interim perusahaan publik memasukan lima persyaratan untuk penugasan jasa
kaji ulang. Auditor harus:
a. Memperoleh pengetahuan mengenai prinsip-prinsip akuntansi dari industri klien.
b. Memperoleh pengetahuan mengenai klien.
c. Mengajukan pertanyaan kepada manajemen.
d. Melaksanakan prosedur analitis.
e. Memperoleh surat representasi.

3. Penugasan Atestasi
Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang
diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi
(assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi
adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah
adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination),
(2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Salah satu tipe
pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur berdasarkan standar
auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan atas informasi keuangan
prospektif, diatur berdasarkan pedoman yang lebih bersifat umum dalam standar
atestasi. Standar atestasi ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia.

Standar Atestasi yang diterima umum


a. Standar Umum
1. Penugasan atestasi harus dilakukan oleh seorang praktisi yang memiliki pelatihan
teknis dan kemahiran yang memadai.
2. Penugasan harus dilakukan oleh seorang praktisi yang memiliki pengetahuan
mencukupi mengenai persoalan.
3. Praktisi harus melakukan penugasan hanya jika memiliki alasan untuk merasa
yakin bahwa persoalan dapat dievaluasi berdasarkan kriteria yang sesuai dan
tersedia bagi pemakai.
4. Dalam segala hal yang berhubungan dengan penugasan, independensi dalam sikap
mental harus dipertahankan oleh praktisi
5. Ketelitian profesional harus dilaksanakan dalam perencanaan dan pelaksanaan
penugasan serta persiapam audit dan penyusunan laporannya.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

b. Standar Pekerjaan Lapangan


1. Pekerjaan harus direncanakan oleh praktisi dengan memadai dan asisten, jika ada
harus disupervisi dengan semestinya
2. Bukti yang mencukupi harus diperoleh praktisi untuk meyediakan dasar yang
masuk akal bagi kesimpulan yang didreskripsikan dalam laporan
c. Standar Pelaporan:
1. Praktisi harus mengidentifikasi persoalan atau asersi yang dilaporkan dan
menyatakan karakter penugasan dalam laporan.
2. Praktisi harus menyatakan kesimpulan praktisi mengenai persoalan atau asersi
dalam hubungannya dengan kriteria mengevaluasi persoalan tersebut dalam
laporan.
3. Praktisi harus menyatakan seluruh pernyataan signifikan praktisi mengenai
penugasan, persoalan, dan jika memungkinkan asersi yang berhubungan dalam
laporan.
4. Praktisi harus menyatakan dalam laporan bahwa pemakai laporan dibatasi pada
pihak-pihak tertentu dan dalam situasi tertentu berikut ini:
 Jika yang digunakan untuk mengevaluasi persoalan ditentukan oleh praktisi
agar hanya berlaku bagi sejumlah pihak terbatas.
 Jika kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi persoalan hanya tersedia
bagi pihak tertentu.
 Jika pelaporan persoalan dan asersi tertulis tidak disediakan oleh pihak yang
bertanggung jawab.
 Jika laporan tentang penugasan atestasi menerapkan prosedur yang
disepakati pada persoalannya.
4. Laporan Tentang Pengendalian di Organisasi Jasa
Standar atestasi menyediakan pedoman bagi auditor jasa yang ditugaskan oleh
organisasi jasa untuk mengeluarkan salah satu dari dua jenis laporan tentang
pengendalian di organisasi jasa yang relevan dengan pengendalian internal atas
pelaporan keuangan entitas pemakai:
a. Laporan tentang deskripsi manajemen atas sistem organisasi jasa dan kelayakan
perancangan pengendalian. (laporan jenis I)
b. Laporam tentang deskripsi manajemen atas sistem organisasi jasa serta kelayakan
perancangan dan efektivitas operasi pengendalian (laporan jenis II)

5. Laporan Keuangan Prospektif


Peralamalan dan Proyeksi
Standar atestasi AICPA mendefinisikan dua jenis umum laporan keuangan prospektif:
a. Peramalan (forecasts) adalah laporan keuangan prospektif yang menyajikan posisi
keuangan entitas yang diharapkan, hasil operasi, dan arus kas, pada pengetahuan dan
keyakinan terbaik dari pihak yang bertanggung jawab. Bank biasanya mensyaratkan
informasi ini sebagao bagian dari permohonan pinjaman.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

b. Proyeksi (projections) adalah laporan keuangan prospektif yang menyajikan posisi


keuangan entutas, hasil operasi, dan arus kas, pada pengetahuan dan keyakinan
terbaik dari pihak yang bertanggung jawab, berdasarkan satu atau lebih asumsi
hipotesis

Penggunaan Laporan Keuangan Prospektif


Laporan keuangan prospektif disiapkan bagi salah satu dari dua audiens berikut:
a. Laporan penggunaan umum disiapkan untuk digunakan oleh pihak ketiga manapun,
seperti penyertaan peramalan keuangan dalam suatu propektus untuk penjualan
obligasi rumah sakit.
b. Laporan penggunaan terbatas disiapkan hanya untuk pihak ketiga dengan siapa
pihak yang bertanggung jawab berhadapan secara langsung, seperti penyertaan
proyeksi keuangan dalam dokumen aplikasi pinjaman bank.

Jenis Penugasan
a. Penugasan pemeriksaan dimana akuntan publik memperoleh kepuasan mengenai
kelengkapan maupun kewajaran semua asumsi.
b. Penugasan kompilasi dimana akuntan publik terutama terlibat dengan keakuratan
perhitungan laporan, dan bukan kewajaran asumsi.
c. Penugasan prosedur yang disepakati dimana akuntan publik dan semua pemakai
laporan menyetujui prosedur atestasi terbatas dan spesifik

6. Penugasan Prosedur Yang Disepakati


Ketika auditor dan manajemen atau pihak ketiga setuju bahwa audit akan terbatas pada
prosedur audit tertentu, audit dianggap sebagai penugasan prosedur yang disepakati.
Banyak akuntan publik menyebut hal tersebut sebagai penugasan prosedur dari temuan
karena menghasilkan laporan yang berfokus pada pelaksanaan prosedur audit spesifik
dan temuan yang dihasilkan setelah prosedur diselesaikan.
Dalam penugasaan prosedur yang disepakati berdasarkan standar atestasi, seorang
akuntan publik mungkin menghitung tingkat pengembalian internal, risiko beta dalam
mengukur tingkat perubahan, dan informasi relevan lain yang berkaitan dengan
kepentingan investor untuk dana bersama. Untuk penugasan SAS 75, akuntan publik
mungkin melakukan prosedur yang disepakati untuk akun penjualan kotor dalam
kesepakatan sewa.

7. Audit Atau Penugasan Asurans Terbatas Lainnya


Auditor seringkali mengaudit Laporan audit yang disusun menurut dasar basis selain
prinsip Akuntansi yang berlaku umum. Berikut dasar-dasar selain dari GAAP atau
IFRS yang mengatur penerbitan laporan antara lain:
a. Dasar Kas atau dasar kas yang dimodifikasi.Dengan Akuntansi berbasis kas hanya
penerimaan dan pengeluaran kas yang dibukukan.
b. Dasar yang digunakan untuk mematuhi persyaratan lembaga pembuat undang-
undang.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

c. Dasar Pajak Penghasilan. Aturan pengukuran yang sama digunakan untuk pengisian
surat pemberitahuan pajak yang seringkali digunakan untuk penyusunan laporan
keuangan, walaupun hal itu tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum.
d. Seperangkat kriteria tertentu yang memiliki dukungan substansial. Contohnya
akuntansi berdasar tingkat harga.

BAB .4 AUDITING KEUANGAN INTERN DAN PEMERINTAH DAN AUDITING


OPERASIONAL

Audit Keuangan Internal


Auditor intern bertanggung jawab mengevaluasi apakah struktur pengendalian
perusahaan telah dirancang dan berjalan efektif dan apakah LK telah disajikan dengan
wajar.
Pedoman audit intern tidak ditetapkan seperti audit ekstern. Auditor intern berdasarkan
standard internasional AICPA dan IIA. Standard praktek IIA meliputi 5 kategori,
independensi kemahiran professional, lingkup pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan audit
dan manajemen Departemen audit internal.
Perbedaan audit intern dan ekstern, auditor ekstern bertanggung jawab pada pemakai
laporan Keuangan yang mengadalakn auditor untuk memeberikan kredibilitas terhadap
LK. Auditor intern bertanggung jawab pada manajamen. Persamaannya adalah kompeten
dan objektif dalam melaksanakan pekerjaan dan melapor kan hasil audit.
Auditor ekstern mengandalkan auditor intern dalam ha penggunaan model risiko audit.
PSA 33 juga mengijinkan auditor ekstern menggunakan auditor intern untuk membantu
audit secara langsung.

Audit Keuangan Pemerintah


Audit Keuangan meliputi audit atas LK unit-unit pemerintah, kontrak dan bantuan
pemerintah, struktur pengendalian intern, kecurangan, dan ketidaktaatan terhadap hukum
dan peraturan.
BPK telah menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dengan
Peraturan BPK Nomor 1 Tahun 2017 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara,
sebagai pengganti dari SPKN yang ditetapkan sebelumnya melalui Peraturan BPK
Nomor 1 Tahun 2007. SPKN merupakan standar untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Dengan kata lain, pemeriksa, baik
pemerika BPK, akuntan publik atau pihak lain yang melakukan pemeriksaan atas
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK, akuntan
publik yang melakukan pemeriksaan keuangan negara berdasarkan ketentuan undang-
undang, serta Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang melakukan
pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu, wajib memedomani standar
pemeriksaan yang telah ditetapkan dalam SPKN.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

SPKN terdiri dari Kerangka Konseptual Pemeriksaan dan Pernyataan Standar


Pemeriksaan (PSP). PSP mencakup PSP Nomor 100 tentang Standar Umum, PSP Nomor
200 tentang Standar Pelaksanaan Pemeriksaan, dan PSP Nomor 300 tentang Standar
Pelaporan Pemeriksaan. Dalam melakukan kegiatan pemeriksaan, BPK dan/atau
pemeriksa wajib mengikuti standar umum, standar pelaksanaan dan standar pelaporan
pemeriksaan tersebut.
PSP 100 mengatur standar umum untuk melaksanakan pemeriksaan keuangan,
pemeriksaan kinerja dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT). Standar umum
ini berkaitan dengan etika, independensi, integritas dan profesionalisme, pengendalian
mutu, kompetensi, pertimbangan ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan,
komunikasi pemeriksaan, dokumentasi pemeriksaan dalam pelaksanaan dan pelaporan
hasil pemeriksaan, hubungan dengan standar profesi yang digunakan oleh akuntan publik,
serta kewajiban APIP dan akuntan publik dalam pemeriksaan keuangan negara.
PSP 200 mengatur tanggung jawab pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan yang
mencakup perencanaan, pengumpulan bukti pemeriksaan, pengembangan temuan
pemeriksaan dan supervisi.
PSP 300 mengatur kewajiban pemeriksa dalam menyusun Laporan Hasil Pemeriksaan
(LHP) untuk pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja dan PDTT.
Perbedaan utama dengan standar umum adalah luas laporannya. Laporan yang diterbitkan
tidak melibatkan syarat tambahan
1. Laporan harus mentepkan bahwa audit dilaksanakan sesuai standard audit umum
maupun audit pemerintah.
2. Auditor harus menerbitkan laporan hasil pengujian ketaatan atas undang-undang dan
peraturan.
3. Auditor harus menyiapkan laporan tentang pemahaman atas struktur pengedalian
intern dan perkiraan resiko pengendalian. Laporan ini harus termasuk ruang lingkup
pekerjaan, pengendalian intern atau struktur pengendalian yang diperlukan dan
pelaporan konidisi.

Audit Operasional
Tujuan pengujiannya untuk menentukan efektifitas atau efisiensi dari tiap bagian
organisasi. Perbedaannya dengan audit Keuangan adalah:
1. Tujuan audit. Audit keuangan menekankan apakah informasi dicatat dengan benar,
berorientasi pada masa lalu, audit opersional menekankan efektifitas dan efisiensi dan
berorientasi pada kinerja oparesi masa datang.
2. Distribusi laporan. Audit Keuangan ditujukan pada banyak pemakai laporan
Keuangan, audit operasional ditujukan untuk manajemen.
3. Keterlibatan bidang bukan kuangan. Audit operasional mencakup banyak aspek
efisiensi dan efektifitas sehingga banyak melibatkan kegiatan yang luas, audit
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

Keuangan dibatasi pada hal-hal yang langsung mempengaruhi kelayakan penyajian


LK.

Efektifitas mengacu pada pencapaian tujuan, sebelum audit untuk efektifitas dilakukan
harus ada kriteria tentang efektifitas, sedangkan efisiensi mengacu pada sumber daya
yang digunakan untuk mencapai tujuan, harus ada kriteria terntentu sebelum melakukan
audit.

Perbedaan evaluasi dan pengujian atas pengendalian intern untuk audit keuangan dan
operasional adalah:
1. Tujuan: Pada audit Keuangan untuk menentukan luas pengujian audit substantif, pada
audit operasional untuk menevaluasi efisiensi dan efektifitas struktur pengendalian
intern dan membuatrekomendasi.
2. Ruang Lingkup: pada audit Keuangan terbatas hal-hal yang mempengaruhi akurasi
LK, audit operasional mencakup pengendalian yang mempengaruhi efisiensi dan
efektifitas.
3. Jenis-jenis audit operasional :
a. Fungsional, merupakan audit yang berhubungan dengan sebuah fungsi atau lebih
dalam organisasi seperti penerimaan kas atau produksi. Keunggulannya :
memungkinkan adanya spesialisasi, auditor dapat mengembangkan keahlian dan
dapat lebih efisien. Kekuarangan : tidak dievaluasinya fungsi yang saling berkaitan.
b. Organisasional, audit yang menyangkut keseluruhan unit organisasi, untuk
mengetahui seberapa efisien dan efektif fungsi fungsi saling berkaitan.
c. Penugasan khusus, timbul atas permintaan manajemen.
4. Pelaksana audit operasional :
a. Auditor Intern
b. Auditor pemerintah
c. Akuntan publik terdaftar

4. perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk
penjualan
a. Memahami struktur pengendalian intern penjualan : mempelajari flow chart sistem
penjualan klien, menyiapkan kuisioner untuk pengendalian intern, dan menjalankan uji
“walkthrough” atas penjualan.
b. Menaksir resiko pengendalian yang direncanakan : terdiri dari empat tahap:
1) Menentukan kerangka acuan, terdapat 6 tujuan audit berkait transaksi yaitu:
a) Penjualan tercatat adalah untuk pengiriman aktual yang dilakukan kepada
pelanggan yang nonfiktif (existency)
b) Penjualan yang ada telah dicatat (kelengkapan)
c) Penjualan yang tercatat adalah untuk jumlah barang yang dikirim, ditagih dan
dicatat dengan benar (akurasi)
d) Transaksi penjualan diklasifikasi dengan sesuai
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

e) Penjualan dicatat dalam waktu yang tepat


f) Transaksi penjualan dimasukkan dengan pantas dalam berkas induk, dan
diikhtisarkan dengan benar (posting dan pengikhtisaran)
2) Mengidentifikasi pengendalian intern kunci untuk penjualan dan kelemahannya.
3) Memadukan pengendalian intern kunci dan kelemahannya tersebut dengan tujuan
audit
4) Menaksir resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi kelemahan
dan pengendalian tujuan
c. Evaluasi untung rugi pengujian atas pengendalian.
d. Merancang pengujian atas pengendalian untuk penjualan, untuk mengurangi resiko
pengendalian yang ditetapkan.
e. Merancang pengujian substantif atas transaksi penjualan, untuk menentukan apakah ada
kesalahan moneter atau penyimpangan dalam transaksi penjualan. Pengujian substantif
untuk transaksi penjualan antara lain sbb:
1) Untuk meyakini bahwa penjualan yang dicatat benar-benar ada
2) Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat
3) Penjualan dicatat secara akurat
4) Penjualan yang dicatat telah diklaisifikasikan dengan semestinya
5) Penjualan dicatat pada tanggal yang tepat
6) Transaksi penjualan dicatat dengan semestinya di berkas induk dan diikhtisarkan
dengan benar
5. Perancangan pengujian atas pengendalian, dan pengujian substantif transaksi penjualan
tersebut berguna untuk membantu auditor dalam merancang audit program yang efektif dan
efisien dalam memenuhi tujuan audit pada suatu situasi tertentu
6. Metodologi perancangan pengujian atas pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk penerimaan kas pada dasarnya sama dengan metode yang dikembangkan untuk
penjualan.
7. Tujuan audit berkait transaksi untuk penerimaan kas dikembangkan dari kerangka acuan
audit. Terdapat perbedaaan penekanan terhadap audit atas penerimaan kas. Yaitu identifikasi
kelemahan struktur pengendalian intern yang meningkatkan kemungkinan terjadinya
fraud/kecurangan. Beberapa hal yang harus diperhatikan auditor terhadap hal ini antara lain:
a. Menentukan apakah kas yang diterima telah dicatat; ini adalah jenis defalkasi uang yang
paling sulit dideteksi auditor. Prosedur yang lazim dilakukan adalah menelusuri dari nota
pembayaran yang prenumbered atau daftar penerimaan kas ke jurnal penerimaan kas dan
buku tambahan piutang, dengan catatan bahwa pengujian ini akan efektif kalau kas
didaftar di cash register tape
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

a. Menyiapkan pembuktian atas penerimaan kas; Untuk menguji apakah seluruh


penerimaan kas telah disetor ke rekening bank. Prosedur yang lazim dilakukan adalah
rekonsiliasi bank
a. Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha. Lapping adalah menangguhkan
pencatatan penerimaan piutang untuk menyembunyikan adanya kekurangan kas.
Biasanya pengujian ini dilakukan kalau diyakini auditor bahwa struktur pengendalian
intern penerimaan kas lemah, antara lain ditandai dengan tidak adanya pemisahan tugas
antara orang yang menerima pembayaran dari pelanggan dengan orang yang mencatat
penerimaan dari piutang tersebut.
8. Pertimbangan utama yang harus diperhatikan dalam pos piutang tak tertagih adalah
keberadaan dari penghapusan piutang tak tertagih. Pengujian dilakukan untuk mengetahui
adanya kemungkinan klien untuk menutupi defalkasi atas kas dengan menghapus piutang
yang telah ditagih dan membebankannya ke pos ini. Yang harus diperhatikan terhadap
pengendalian intern pos ini adalah otorisasi yang pantas atas penghapusan piutang oleh
tingkat manajemen yang telah ditentukan setelah suatu penyelidikan general tentang alasan
mengapa pelanggan tidak dapat membayar.
9. Pengendalian intern penjualan dan penerimaan kas di luar dari lima transaksi yang berkaitan
dengan siklus tersebut, yaitu nilai yang dapat direalisasi (realizable value), hak dan
kewajiban, serta penyajian da pengungkapan. Realizable value merupakan unsur yang
penting, karena kolektibilitas piutang sering menjadi perhatian utama suatu business entity.
Pengendalian yang lazim adalah:
a. Persetujuan kredit oleh orang yang berwenang,
b. Penyiapan neraca saldo piutang usaha menurut umur oleh orang yang berwenang dan
direview dengan semestinya
Kebijakan penghapusan piutang yang tidak tertagih.

Anda mungkin juga menyukai