Anda di halaman 1dari 47

Nama : Rulianti Wahyuni

NIM : 22730006
Program/Jurusan : S2 Akuntansi
Dosen : Dr. Basyiruddin Nur, M.Ak., CPI., CA., CPA
Tujuan Pelaksanaan Pengauditan
Laporan Keuangan
PSA 02 (SA 110)
Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor
independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Tanggung Jawab Manajemen
 menerapkan kebijakan akuntansi yang memadai
 Mendesaian dan mengaplikasikan pengendalian
internal
 menyajikan laporan keuangan yang wajar.
Tanggung Jawab Auditor
PSA 1 (SA 110)
auditor memiliki tanggung jawab untuk merencanakan
dan menjalankan audit untuk memperoleh keyakinan
yang memadai mengenai apakah laporan keuangan
telah bebas dari salah saji material, yang disebabkan
oleh kesalahan atau kecurangan.
Dalam memenuhi tanggung jawabnya, auditor
harus memperhatikan :
 Salah saji material vs. Tidak material
 Keyakinan yang memadai
 Kesalahan vs. Kecurangan (PSA 70 SA 316)
 Skeptisme profesional (PSA 04 SA 230)
Salah saji material vs. Tidak material
 Kesalahan saji biasanya dianggap material jika
gabungan dari kesalahan-kesalahan yang belum
dikoreksi dan kecurangan dalam laporan keuangan
akan mengubah atau mempengaruhi keputusan
orang-orang yang menggunakan laporan keuangan
tersebut.
Keyakinan yang memadai
 Keyakinan merupakan suatu ukuran atas tingkat
kepastian yang telah didapatkan oleh auditor saat
pengauditan telah diselesaikan.
 Konsep “memadai, namun bukan absolute”
menandakan bahwa auditor bukanlah penjamin
kebenaran atas laporan keuangan
Kesalahan vs. Kecurangan
(PSA 70 SA 316)
 Kesalahan merupakan salah saji dalam pelaporan
keuangan yang tidak disengaja, contohnya yaitu
kesalahan dalam mengalikan harga dengan kuantitas
dalam faktur penjualan
 Kecurangan merupakan salah saji yang disengaja. Ada
dua jenis kecurangan yaitu penyalahgunaan asset,
atau yang sering disebut sebagai kecurangan
karyawan, dan kecurangan dalam pelaporan keuangan,
atau yang sering disebut sebagai kecurangan
manajemen.
Skeptisme Profesional
(PSA 04 SA 230)
 Skeptisme professional merupakan suatu perilaku
pemikiran yang secara kritis dan penilaian kritis atas
bahan bukti audit.
 pengauditan didesain untuk menghasilkan keyakinan
yang memadai untuk mendeteksi baik kesalahan-
kesalahan yang material maupun kecurangan dalam
laporan keuangan.
 Auditor tidak harus menganggap bahwa manajemen
telah berlaku tidak jujur, namun kemungkinan bahwa
adanya ketidakjujuran harus dipertimbangkan.
Tanggungjawab auditor dalam
mendeteksi kesalahan saji material
 Auditor menekan beragam kesalahan yang
diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan dalam
perhitungan, kealpaan, kesalahpahaman dan
kesalahan penerapan standar akuntansi, serta
kesalahan dalam pengelompokkan penjelasan.
Tanggung jawab auditor dalam
mendeteksi kecurangan material
 Kecurangan dalam pelaporan keuangan
membahayakan para pengguna dengan cara
memberikan informasi laporan keuangan yang salah
untuk membuat keputusan.
 Secara khas kecurangan dalam pelaporan keuangan
dilakukan oleh manajemen karena manajemen berada
dalam posisi yang mampu menentukan keputusan-
keputusan terkait dengan akuntansi dan
pelaporannya tanpa sepengetahuan karyawan
Tanggung jawab auditor untuk
membongkar tindakan illegal
 Berdasarkan PSA 31 (SA 317) tindakan ilegal adalah
pelanggaran terhadap hukum atau peraturan pemerintah
selain kecurangan
 Tindakan ilegal berdampak langsung : mengevaluasi
apakah terdapat bahan bukti yang tersedia dan
mengindikasikan adanya pelanggaran yang signifikan
terhadap peraturan perpajakan pemerintah
 Tindakan ilegal berdampak tidak langsung misalnya
melanggar hukum perlindungan lingkungan, insider
trading, hukum hak sipil, dan peraturan keselamatan
karyawan
Tiga tingkat tanggung jawab untuk menemukan
dan melaporkan tindakan-tindakan illegal
 Akumulasi bukti ketika tidak ada alasan untuk
meyakini adanya tindakan illegal berdampak tidak
langsung
 Akumulasi bukti ketika tidak ada alasan untuk
meyakini adanya tindakan illegal berdampak
langsung atau tidak langsung yang mungkin timbul
 Tindakan ketika auditor mengetahui adanya tindakan
illegal
Siklus Laporan Keuangan
 Pengauditan dilakukan dengan membagi laporan
keuangan menjadi segmen atau komponen yang lebih
kecil, untuk memudahkan pelaksanaan audit dan
membantu pembagian tugas kepada anggota tim
audit.
 Pendekatan siklus merupakan cara yang umum dalam
mengelompokkan audit adalah dengan tetap menjaga
jenis atau kelompok transaksi dan saldo akun yang
terkait erat dalam satu kelompok yang sama.
Pendekatan siklus dalam
pengelompokan audit
 Siklus penjualan dan penagihan
 Siklus pembelian dan pembayaran
 Siklus penggajian dan kepegawaian
 Siklus persediaan dan pergudangan
 Siklus akuisisi modal dan pelunasan
Hubungan di antara siklus
Menetapkan Tujuan Pengauditan
 Cara yang paling efektif dan efisien untuk melakukan
pengauditan dengan mendapatkan beberapa
kombinasi keyakinan untuk setiap kelompok
transaksi dan untuk saldo akhir akun-akun terkait.
 Tujuan audit terkait transaksi adalah beberapa
tujuan audit harus terpenuhi sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa transaksi tersebut telah dicatat
dengan tepat.
 Tujuan audit terkait saldo adalah beberapa tujuan
audit harus terpenuhi oleh masing-masing saldo akun.
 Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan
informasi laporan keuangan.
Tujuan Audit Terkait Transaksi
 untuk memberikan kerangka untuk membantu
auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang
memadai yang diharuskan oleh standar ketiga
pekerjaan lapangan dan untuk memutuskan bukti
yang tepat untuk dikumpulkan bagi setiap kelompok
transaksi sesuai dengan kondisi kontrak kerja tersebut.
Tujuan umum audit terkait transaksi
1. Keterjadian – transaksi yang dicatat benar-benar ada
2. Kelengkapan – transaksi yang ada telah dicatat
3. Akurasi – transaksi yang dicatat disajikan dalam
jumlah yang benar
4. Pemindahbukuan dan pengikhtisaran – transaksi yang
dicatat telah dimasukkan dalam arsip utama dengan
tepat dan telah diikhtisarkan dengan benar
5. Klasifikasi – transaksi yang dimasukkan dalam jurnal
klien telah diklasifikasikan dengan tepat
6. Penetapan waktu – transaksi dicatat pada tanggal
yang benar
Tujuan khusus audit terkait transaksi
 Setelah tujuan umum audit terkait transaksi
ditentukan, tujuan khusus audit terkait transaksi
untuk setiap kelompok transaksi yang penting dapat
dikembangkan. Kelompok-kelompok transaksi
tersebut biasanya termasuk penjualan, penerimaan
kas, pembelian barang dan jasa, gaji, dan sebagainya.
Tujuan Audit Terkait Saldo
 memberikan kerangka kerja untuk membantu auditor
untuk mengumpulkan bahan bukti yang memadai
terkait saldo akun. Tujuan audit terkait saldo ada yang
bersifat umum dan ada juga yang bersifat khusus.
Tujuan umum audit terkait saldo
1. Keberadaan – jumlah yang dicatat memang benar-benar ada
2. Kelengkapan – jumlah yang ada telah dicatat
3. Akurasi – jumlah yang dimasukkan dinyatakan dalam jumlah
yang benar
4. Klasifikasi – jumlah yang dimasukkan pada daftar milik klien
telah diklasifikasikan dengan benar
5. Pisah batas – transaksi mendekati tanggal neraca dicatat dalam
periode yang benar
6. Keterikatan perincian saldo akun sesuai dengan jumlah di arsip
utama yang terkait sesuai dengan jumlah total saldo akun dan
sesuai dengan jumlah di buku besar
7. Nilai terealisasi – aset dicatat pada estimasi jumlah yang dapat
terealisasi
8. Hak dan kewajiban – sebagai pelengkap asersi manajemen
tentang hak dan kewajiban untuk saldo akun
Tujuan khusus audit terkait saldo
 Setidaknya ada satu tujuan audit khusus terkait saldo
yang harus dimasukkan ke dalam setiap tujuan umum
audit terkait saldo kecuali jika auditor yakin bahwa
tujuan umum audit terkait transaksi tidak relevan dan
tidak penting dalam situasi tersebut.
Asersi Manajemen
 Asersi manajemen adalah pernyataan yang tersirat
atau tertulis oleh manajemen mengenai kelompok-
kelompok transaksi akun-akun terkait serta
pengungkapan dalam laporan keuangan.
 PSA 07 (SA 326) mengelompokkan asersi ke dalam
tiga kategori, sebagai berikut:
1. Asersi mengenai kelompok-kelompok transaksi dan
kejadian-kejadian selama periode yang diaudit.
2. Asersi mengenai saldo akun di akhir periode
pembukuan.
3. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.
Hubungan antara asersi manajemen
dengan tujuan audit terkait saldo
Asersi Tujuan Audit Umum Tujuan Audit Spesifik Terkait Saldo Yang Diterapkan
Manajemen Terkait Saldo Pada Persediaan Barang
Keberadaan Keberadaan Semua persediaan yang dicatgat memang terdapat
pada tanggal neraca
Kelengkapan Kelengkapan Semua persediaan yang telah dihitung dan
dicantumkan dalam ikhtisar persediaan
Penilaian atau Akurasi Jumlah persediaan sesuai dengan setiap rincian
Alokasi barang-barang yang secara fisik ada ditangan.
Harga yang digunakan untuk menilai persediaan sudah
wajar
Perhitungan harga dikalikan jumlah yang sudah benar
dan rincia di tambahkan secara benar
Klasifikasi Pos-pos persediaan telah diklasifikasikan dengan
pantas menurut bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi
Pisah batas Pisah batas pembelian pada akhir tahun adalah pantas
Pisah batas penjualan pada akhir tahun adalah pantas
Keterkaitan rincian Total persediaan sesuai dengan buku besar
Nilai terealisasikan Persediaan telah diturunkan nilainya dimana ada
pengurangan nilai bersih yang direalisasikan
Hak dan Hak dan kewajiaban Perusahaan berhak atas semua persediaan yang
kewajiban tercantum.
Persediaan tidak digunakan sebagai jaminan
Tujuan Audit Terkait Penyajian dan
Pengungkapan
 Tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan
sama dengan asersi manajemen untuk penyajian dan
pengungkapan. Konsep yang sama yang diterapkan
untuk tujuan audit terkait saldo juga diterapkan
untuk tujuan audit penyajian dan pengungkapan.
Bagaimana Memenuhi Tujuan-
Tujuan Audit
 auditor menjalankan sebuah proses audit yang
merupakan sebuah metodologi yang sangat jelas
untuk pengorganisasian sebuah audit untuk
meyakinkan bahwa bukti yang dikumpulkan memadai
dan tepat serta semua tujuan audit yang diperlukan
telah dinyatakan dengan jelas dan terpenuhi.
Empat Fase dalam Proses Audit
 (Fase I) Merencanakan dan Merancang Sebuah
Pendekatan Audit
 (Fase II) Melaksanakan Pengujian Pengendalian
dan Pengujian Substantif Transaksi
 (Fase III) Melakukan Prosedur Analitis dan
Pengujian atas Rincian Saldo
 (Fase IV) Menyelesaikan Audit dan Menerbitkan
Laporan Audit
(Fase I) Merencanakan dan Merancang
Sebuah Pendekatan Audit
 Pertimbangan untuk memilih pendekatan untuk mengaudit :
1. Bukti memadai dalam jumlah yang cukup harus dikumpulkan
untuk memenuhi tanggung jawab profesional dari auditor
2. Biaya pengumpulan bahan bukti sebaiknya diminimalisir
 Aspek kunci pendekatan audit :
1. Mendapatkan pemahaman atas entitas klien dan
lingkungannya
2. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko
pengendalian, yaitu auditor mengidentifikasi pengendalian
internal dan mengevaluasi efektivitasnya
3. Menilai risiko salah saji material dengan memahami industri
dan strategi bisnis klien serta efektivitas dalam pengendalian
internal
(Fase II) Melaksanakan Pengujian Pengendalian
dan Pengujian Substantif Transaksi
 Pengujian pengendalian adalah menguji efektivitas
pengendalian.
 Tes substantif transaksi adalah auditor mengevaluasi
catatan transaksi klien dengan melakukan verifikasi
jumlah nominal transaksi.
(Fase III) Melakukan Prosedur Analitis
dan Pengujian atas Rincian Saldo
 Prosedur analitis menggunakan perbandingan dan
keterkaitan untuk menilai apakah saldo akun atau
data lain disajikan secara wajar.
 Menguji rincian saldo merupakan prosedur khusus
yang dimaksudkan untuk menguji salah saji nilai
nominal saldo akun di laporan keuangan.
(Fase IV) Menyelesaikan Audit dan
Menerbitkan Laporan Audit
 Ketika audit telah diselesaikan, seorang akuntan
publik harus menerbitkan laporan audit untuk
menyertai laporan keuangan yang diterbitkan oleh
klien.
 Laporan audit berisi gabungan informasi yang
didapatkan untuk mencapai kesimpulan menyeluruh
mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar.
Audit Evidence (bukti audit)
 Pertimbangan yang utama yang dihadapi oleh auditor
adalah menentukan jenis dan jumlah bukti audit yang
tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan
keyakinan yang memadai bahwa berbagai komponen
dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan
laporan lainnya telah disajikan secara wajar
 Bukti audit merupakan informasi yang digunakan
auditor untuk menentukan apakah informasi
kuantitatif yang sedang diaudit disajikan sesuai
kriteria yang ditetapkan.
Sifat bukti
 Penggunaan bukti tidak semata-mata hanya oleh
auditor
 Bukti juga digunakan oleh ilmuwan, pengacara
ataupun sejarawan
Keputusan/pertimbangan auditor
dalam pengumpulan bukti
 Prosedur audit apa yang akan digunakan
 Ukuran sample yang akan dipilih untuk prosedur
tertentu
 Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi
 Kapankah berbagai prosedur akan dilakukan
Audit Program
 Audit program adalah daftar berbagai prosedur audit
tertentu atau untuk keseluruhan proses audit
 Audit prosedur adalah rincian instruksi untuk
pengumpulan jenis bukti audit yang diperoleh pada
suatu waktu tertentu saat berlangsungnya proses audit
Bukti audit yang meyakinkan
 Competence (kompeten), menunjukkan tingkat dapat
dipercayainya suatu bahan bukti
ü 1)Relevan, berkaitan terhadap tujuan pengujian auditor
ü 2)Independensi penyedia data
ü 3)Efektifitas struktur pengendalian intern
ü 4)Pengetahuan yang diperoleh sendiri oleh auditor
ü 5)Kualifikasi penyedia bukti
ü 6)Objektivitas bukti
ü 7)Ketepatan waktu (kapan dilaksanakan dan bagian periode
yang diaudit)
 Sufficiency (cukup)
ü a.Ukuran sampel memadai
ü b.Memilih item-item populasi yang tepat
7 jenis bukti yang digunakan
dalam auditing
 Pemeriksaan fisik
 Konfirmasi
 Dokumentasi
 Pengamatan
 Tanya jawab dengan klien
 Hitung uji (Reperformance)
 Prosedur analitis
Analitical procedures
 Menggunakan berbagai perbandingan dan hubungan-
hubungan untuk menilai apakah saldo-saldo akun
atau data lainnya nampak wajar
 Contoh : Perbandingan laba kotor (gross profit) antara
tahun berjalan dan tahun lalu
 Prosedur analitis digunakan secara luas dalam
 praktek
Tujuan prosedur analitis :
 Memahami industri dan bisnis klien
 Menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas
 Menunjukkan munculnya kemungkinan
 kesalahan penyajian dalam laporan keuangan
 Mengurangi pengujian audit rinci (substantive test)
Jenis Prosedur Analistis
 a.Membandingkan data klien dengan industri sejenis.
 b.Membandingkan data klien dengan data yang serupa pada periode
sebelumnya
1)Perbandingan antara saldo tahun berjalan dengan saldo tahun lalu.
2)Membandingakan rincian total saldo dengan rincian serupa pada
tahun sebelumnya.
3)Membandingkan rasio dan hubungan persentase dengan tahun
sebelumnya.
 c.Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh klien.
 d.Membandingkan data klien dengan data yang diperkirakan oleh auditor.
 e.Membandingkan data klien dengan hasil perkiraan yang menggunakan data
non keuangan.
Audit technique (teknik audit)
Penggunaan Data Analitis Dan
Teknologi Canggih Lainnya.
Data analitis audit adalah ilmu dan seni menemukan
dan menganalisa pola-pola, mengidentifikasikan
kejanggalan-kejanggalan dan mengekstrak informasi
lain di dalam data pokok atau yang terkait kepada hal-
hal yang subjek dari suatu audit melalui analisis,
percontohan dan visualisasi atas tujuan dari
perencanaan atau pelaksanaan audit.
Rasio-rasio Keuangan Umum.
Prosedur analitis auditor sering memasukkan atas
penggunaan rasio keuangan umum selama perencanaan
dan review akhir dari laporan keuangan yang telah
diaudit. Hal ini penuh manfaat untuk memahami
peristiwa-peristiwa yang terjadi dan status keuangan
dari usaha dan untuk melihat laporan-laporan dari
perspektif para pengguna laporan.
Dokumentasi audit
Adalah catatan utama tentang prosedur audting yang
diterapkan, bukti yang diperoleh, dan kesimpulan yang
dicapai auditor dalam melaksanakan penugasan. Tujuan
dokumentasi audit adalah untuk membantu auditor
dalam meberikan kepastian yang layak bahwa audit
yang memadai telah dilakukan sesuai dengan standar
audit. Secara lebih khusus dokumentasi audit yang
berkaitan dengan audit tahun berjalan memberikan:
1. Dasar bagi perencanaan audit.
2. Catatan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian.
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang
tepat.

Anda mungkin juga menyukai