Anda di halaman 1dari 4

Tes Ketaatan (Compliance Text) atau test of recorded transactions adalah tes terhadap butki-bukti

pembukuan yang mendukung transaksi yang dicatat perusahaan untuk mengetahui apakah setiap
transaksi yang terjadi sudah diproses dan dicatat sesuai dengan sistem dan prosedur yang ditetapkan
manajemen.

Dalam melaksanakan compliance test, auditor harus memperhatikan hal-hal

berikut:

a. kelengkapan bukti pendukung (supporting documents)

b. kebenaran perhitungan matematis (footing, cross footing, extension)

c. otorisasi dari pejabat perusahaan yang berwenang

d. kebenaran nomor perkiraan yang didebit/dikredit e. kebenaran posting ke buku besar dan sub buku
besar

Substantive test adalah tes terhadap kewajaran saldo-saldo perkiraan laporan keuangan (Laporan Posisi
Keuangan [neraca] dan Laporan Laba Rugi). Prosedur pemeriksaan yang dilakukan dalam substantive
test antara lain:

✓ inventarisasi aset tetap observasi atas stock opname konfirmasi piutang, utang dan bank subsequent
collection dan subsequent payment

✓ kas opname

✓ pemeriksaan rekonsiliasi bank dan lain-lain

Jika pada waktu melakukan substantive test, auditor menemukan kesalahan- kesalahan, harus
dipertimbangkan apakah kesalahan tersebut jumlahnya material atau tidak. Jika kesalahannya material,
auditor harus mengusulkan audit adjustment secara tertulis (dalam bentuk daftar audit adjustment). Jika
usulan adjustment tidak disetujui klien, dan auditor yakin usulan adjustment tersebut benar, maka
auditor tidak boleh memberikan unqualified opinion.

Untuk kesalahan yang jumlahnya tidak material (immaterial), auditor tetap perlu mengajukan usulan
adjustment, tetapi tidak perlu dipaksakan karena tidak akan mempengaruhi opini akuntan publik. Dalam
melakukan substantive test, auditor perlu membuat kertas kerja dalam bentuk Working Balance Sheet.
Working Profit and Loss, Top Schedule dan Supporting Schedule.

Menurut ISA 300-Planning an Audit of Financial Statements dalam Hayes

(2014:18.2) Tujuan auditor adalah untuk merencanakan auditnya agar bisa dilakukan secara efektif.
Auditor harus menetapkan strategi audit menyeluruh yang mengatur scope, timing dan direction dari
audit, dan mengarahkan pengembangan audit plan (perencanaan
audit). Tujuan planning adalah untuk menentukan jumlah dan tipe bukti audit dan penelaahan yang
diperlukan untuk memberikan auditor keyakinan bahwa tidak erdapat salah saji material dalam laporan
keuangan.

Isi audit plan:

1. Hal-hal mengenai klien.

2. Hal-hal yang mempengaruhi klien.

3 Rencana kerja auditor.

Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan
yang harus dilaksanakan.

Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang menurut keyakinan auditor
diperlukan untuk mencapai tujuan audit

Audit program yang baik harus mencantumkan:

Tujuan pemeriksaan

o Prosedur audit yang akan dijalankan

o Kesimpulan pemeriksaan

RISIKO AUDIT & MATERIALITAS

1. Kesalahan penyajian, termasuk penghilangan, dianggap material bila kesalahan penyajian tersebut,
secara individual atau agregat, diperkirakan dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil
berdasarkan laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan tersebut:

2. Pertimbangan tentang materialitas dibuat dengan memperhitungkan berbagai

kondisi yang melingkupinya dan dipengaruhi oleh ukuran atau sifat kesalahanpenyajian, atau kombinasi
keduanya: dan

3. Pertimbangan tentang hal-hal yang material bagi pengguna laporan keuangan didasarkan pada
pertimbangan kebutuhan informasi keuangan yang umum yang diperlukan oleh pengguna laporan
keuangan sebagai suatu grup. Kemungkinan dampak kesalahan penyajian terhadap pengguna laporan
keuangan individual tertentu, yang kebutuhannya beragam, tidak dipertimbangkan.

a. Risiko Bawaan
Risiko Bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji
material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait. Risiko salah saji demikian
adalah lebih besar pada saldo akun atau golongan transaksi tertentu dibandingkan dengan yang lain.
Sebagai contoh, perhitungan yang rumit lebih mungkin disajikan salah jika dibandingkan dengan
perhitungan yang sederhana.

b. Risiko Pengendalian Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian
intern entitas.

c. Risiko Deteksi

Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat
dalam suatu asersi.

Angka-angka dalam Top Schedule akan didukung oleh angka-angka dalam Supporting Schedule, untuk
itu antara Top Schedule dan Supporting Schedule harus dilakukan cross index. Top Schedule
memperlihatkan saldo Per Book (bersumber dari Trial Balance Klien), audit adjusment, saldo per audit,
serta saldo tahun lalu (bersumber dari kertas kerja pemeriksaan tahun lalu).

Dalam Top Schedule biasanya dicantumkan kesimpulan atas pos yang bersangkutan. Sifat perkiraan,
prosedur audit yang dilakukan beserta tick mark, audit adjusment yang diusulkan auditor dan diterima
klien, harus tercantum di Supporting Schedule. Di semua Top Schedule dan Supporting Schedule harus
dicantumkan index working

paper.

7.3. CURRENT FILE DAN PERMANENT FILE

Kertas kerja pemeriksaan biasanya dikelompokkan dalam a. Berkas tahun berjalan (Current File)

b. Berkas permanen (Permanent File) c. Berkas surat-menyurat (Correspondence File)

a. Current File

Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk tahun berjalan, misalny Neraca saldo

o Berita Acara Kas Opname

o Rekonsiliasi Bank o Rincian Piutang

o Rincian Persediaan
o Rincian Liabilities o Rincian Biaya, dan lain-lain.

b. Permanent File

Berisi kertas kerja yang mempunyai kegunaan untuk beberapa tahun, misalnya o Akta Pendirian

Buku Pedoman Akuntansi (Accounting Manual)

o Kontrak-kontrak

○Notulen Rapat

c. Correspondence File

Berisi korespondensi dengan klien, berupa surat-menyurat, faksimile, e-mail, lain-lain.

MANAGENENT LETTER

Anda mungkin juga menyukai