Anda di halaman 1dari 25

RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS

Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

Nama : Rulianti Wahyuni


NIM : 22730006
Program/Jurusan : S2 Akuntansi
Dosen : Dr. Basyiruddin Nur, M.Ak., CPI., CA., CPA
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

BAB. 9 MENILAI DAN RESPON TERHADAP RISIKO FRAUD


(KECURANGAN)

9.1 Jenis-Jenis Kecurangan


Dalam konteks audit atas laporan keuangan, kecurangan didefinisikan sebagai salah saji
dalam laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja. Dua kategori utama kecurangan
adalah kecurangan dalam laporan keuangan dan penyalahgunaan aset.
• Kecurangan dalam Laporan Keuangan
Kecurangan dalam laporan keuangan merupakan salah saji atau penghapusan terhadap
jumlah atau pun pengungkapan yang disengaja dilakukan dengan tujuan untuk mengelabui
para penggunanya.
• Penyalahgunaan Aset
Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan pencurian atas aset milik
suatu entitas. Dalam banyak kasus, namun tidak semuanya, jumlah nominal yang terlibat
tidak material terhadap laporan keuangan. Namun demikian, pencurian aset perusahaan
sering kali menjadi perhatian penting manajemen, tanpa melihat tingkat materialitasnya,
karena pencurian-pencurian kecil dapat dengan mudah meningkat ukurannya setiap saat.
Istilah penyalahgunaan aset seringkali digunakan untuk mengacu pada pencurian yang
dilakukan oleh pegawai dan pihak-pihak internal lainnya di dalam suatu organisasi.
Menurut perkiraan Association of Certified Fraud Examiners, rata-rata perusahan merugi 6
persen dari pendapatannya disebabkan oleh kecurangan, meskipun sebagian besar dari
pencurian tersebut melibatkan pihak-pihak eksternal, seperti pengutilan yang dilakukan
oleh pelanggan dan penipuan yang dilakukan oleh pemasok.
Biasanya pelaku penyalahgunaan aset berada di tingkat hirarki organisasi yang lebih
rendah. Namun demikian, dalam beberapa kasus penting, manajemen puncak terkadang
terlibat dalam pencurian aset perusahaan. Karena otoritas manajemen yang lebih besar
serta kendali terhadap aset-aset perusahaan, penggelapan yang melibatkan manajemen
puncak dapat melibatkan jumlah yang signifikan. Hasil survei mengenai kecurangan yang
diselenggarakan oleh Association of certified Fraud Examiners, menemukan bahwa rata-
rata jumlah kerugian yang disebabkan oleh kasus-kasus kecurangan yang melibatkan
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

manajemen puncak tiga kali lebih besar daripada kecurangan yang melibatkan pegawai
lainnya.

9.2. Kondisi yang Menyebabkan Terjadinya Kecurangan

Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan


keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316).
Terdapat 3 kondisi yang menyebabkan kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan
(fraud triangle).
1. Insentif/tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memilik insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan.
2. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan.
3. Sikap/rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai etika yang
memungkinkan menajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur,
atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan mereka tekanan yang
cukup besar sehingga mengakibatkan mereka membenarkan melakukan perilaku yang
tidak jujur tersebut.

Segitiga kecurangan (The Fraud Triangle)

Insentif/Tekanan

Kesempatan Sikap / Rasionalisasi


RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

9.3 Menilai Risiko Kecurangan

Standar audit (SA 240) memberi pedoman bagi auditor untuk menilai risiko kecurangan.
Auditor harus menjaga tingkat skeptisisme profesional ketika ia mempertimbangkan
sejumlah informasi, termasuk faktor-faktor risiko kecurangan untuk mengidentifikasi dan
merespons risiko kecurangan. Auditor bertanggung jawab untuk merespons risiko
kecurangan dengan merencanakan dan melaksanakan audit untuk mendapatkan keyakinan
memadai bahwa kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kesalahan
maupun kecurangan bisa terdeteksi.
• Skeptisisme Profesional

Berdasarkan SA 200, auditor harus mempertahankan skeptisisme profesional sepanjang


audit, menyadari kemungkinan bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh
kecurangan dapat terjadi, walaupun pengalaman masa lalu auditor menunjukkan adanya
kejujuran dan integritas manajemen entitas dan pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola.
Untuk mempertahankan skeptisisme profesional diperlukan pengajuan pertanyaan
secara berkelanjutan tentang apakah informasi dan bukti audit yang telah diperoleh
memberi petunjuk bahwa kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
mungkin terjadi. Hal tersebut meliputi mempertimbangkan keandalan informasi yang akan
digunakan sebagai bukti audit dan pengendalian atas penyiapan dan pemeliharaannya, jika
relevan. Oleh karena karakteristik kecurangan tersebut, sikap skeptisisme profesional
auditor menjadi penting terutama ketika mempertimbangkan risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan.
Walaupun auditor tidak dapat diharapkan untuk mengabaikan pengalaman masa lalu
tentang kejujuran dan integritas manajemen dan pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola, skeptisisme profesional auditor penting terutama dalam mempertimbangkan risiko
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, karena kondisi mungkin
sudah berubah.
• Penilaian Kritis atau Bukti Audit

Ketika menemukan informasi atau kondisi lain yang mengindikasikan adanya kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan, auditor harus dengan cermat
menanggapi permasalahannya, meminta tambahan bukti yang diperlukan dan berkonsultasi
dengan anggota tim yang lain. Auditor harus hati-hati untuk tidak membenarkan ataupun
berasumsi bahwa suatu kesalahan penyajian adalah suatu kejadian terisolasi. Sebagai
contoh, misalkan seorang auditor menemukan suatu penjualan tahun ini yang seharusnya
mencerminkan suatu penjualan di tahun yang akan datang. Auditor harus mengevaluasi
alasan kesalahan penyajian ini, menentukan apakah hal itu terjadi karena disengaja ataukah
merupakan suatu kecurangan dan perimbangan pula apalakah terjadi juga kesalahan
penyajian lain semacam itu.
Suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan Standar Audit jarang mencakup pembuktian
keaslian dokumen, karena auditor tidak terlatih atau diharapkan dapat menjadi ahli dalam
pembuktian keaslian seperti itu. Namun, ketika auditor mengidentifikasi kondisi yang
menyebakan auditor percaya bahwa sebuah dokumen mungkin tidak asli atau hal-hal lain
dalam dokumen tersebut telah dimodifikasi tetapi tidak diungkapkan kepada auditor, maka
prosedur mungkin dilaksanakan untuk menginvetigasi lebih lanjut hal tersebut dalam
meliputi:
o Mengonfirmasi secara langsung kepada pihak ketiga
o Menggunakan tenaga ahli untuk menilai keaslian dokumen.

9.4 Pengawasan Tata Kelola Perusahaan untuk Mengurangi Risiko Fraud

Kecuali apabila semua pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola terlibat dalam
pengelolaan entitas, auditor harus memperoleh pemahaman tentang bagaimana pihak
yang bertanggung jawab atas tata kelola melakukan pengawasan terhadap proses yang
diterapkan manajemen dalam mengidentifikasi dan merespons risiko kecurangan dalam
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

entitas dan pengendalian internal yang telah ditetapkan oleh manajemen untuk
mengurangi risiko tersebut.
Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola bertugas mengawasi sistem entitas
untuk memantau risiko, mengendalikan keuangan, dan kepatuhan terhadap hukum. Di
beberapa entitas, praktek tata kelola telah dikembangkan dengan baik dan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola berperan aktif dalam mengawasi penilaian risiko
kecurangan serta pengendalian internal yang relevan oleh entitas. Oleh karena tanggung
jawab pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dan manajemen mungkin berbeda
di antara entitas , maka auditor harus memahami tanggung jawab mereka masing-
masing, agar auditor memperoleh pemahaman tentang apa yang dilakukan oleh
individu yang tepat.
Pemahaman atas pengawasan yang dilakukan oleh pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola dapat menyediakan wawasan tentang kerentanan adanya kecurangan
dalam entitas yang dilakukan oleh manajemen, kecukupan pengendalian internal atas
risiko kecurangan, dan kompetensi serta intergritas manajemen,. Auditor dapat
memperoleh pemahaman ini dengan berbagai cara , seperti menghadiri rapat yang
membahas kecurangan, membaca ringkasan hasil rapat yang bersangkutan, atau
mewawancarai pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.

9.5 Respon terhadap Risiko Kecurangan

Standar Audit (SA 330) menetapkan sebagai berikut:


“Auditor harus menentukan respons keseluruhan terhadap hasil penilaian risiko
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan
keuangan.”
Apabila risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
teridentifikasi, auditor pertama-tama harus mendiskusikan temuan tersebut dengan
manajemen tentang potensi kecurangan dan adanya rancangan pengendalian untuk
mencegah dan mendeteksi kesalahan penyajian material. Seperti telah disinggung di atas,
manajemen seyogyanya memiliki program yang dirancang untuk mencegah, menghalangi
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

dan mendeteksi kecurangan, begitu pula pengendalian yang dirancang untuk memitigasi
risiko spesifik kecurangan. Selanjutnya auditor harus mempertimbangkan apakah program
inti kecurangan dan pengendalian tersebut memitigasi risiko kesalahan penyajian material
yang diakibatkan kecurangan yang teridentifikasi atau apakah pengendalian tidak dapat
mengurangi meningkatnya risiko kecurangan. Respons auditor terhadap terhadap risiko
kecurangan hal-hal berikut:
1. Menentukan respons keseluruhan.
2. Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang responsive terhadap penilaian risiko
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan.
3. Merancang dan melaksanakan prosedur audit yang responsive terhadap risiko yang
terkait dengan pengabaian pengendalian oleh manajemen.

• Menentukan Respon Keseluruhan

Menentukan respon keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko kesalahan


penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada umumnya mencakup
pertimbangan tentang bagaimana pelaksanaan keseluruhan audit dapat mencerminkan
peningkatan skeptisisme professional.
Dalam menentukan respon keseluruhan untuk menanggapi hasil penilaian risiko
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan
keuangan, auditor dapat memilih di antara respons-respons berikut:
a. Apabila risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
meningkat, auditor harus menugasi dan mengawasi personel dengan
mempertimbangkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan individual mereka untuk
diberi tanggung jawab perikatan signifikan dan penilaian auditor atas risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan untuk perikatan tersebut. Dalam
kasus tertentu, spesialis kecurangan bisa dlibatkan menjadi anggota tim audit.
b. Pelaku kecurangan seringkali individu yang mengerti tentang prosedur audit. Oleh
karena itu standar audit mengharuskan auditor untuk memasukkan unsur tidak dapat
diprediksi dalam pemilihan sifat, saat, dan luas prosedur audit yang akan dilakukan
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

merupakan hal penting karena individu-individu dalam entitas yang terbiasa dengan
prosedur audit yang umumnya dilakukan dalam suatu perikatan mungkin lebih dapat
menyembunyikan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan. Sebagai contoh,
hal ini dapat diperoleh dari:
- Melaksanakan prosedur substantive terhadap saldo akun dan asersi-asersi yang tidak
terpilih untuk dilakukan pengujian berdasarkan materialitas atau risiko.
- Melakukan perubahan waktu pelaksanaan prosedur audit dari yang diperkirakan.
- Menggunakan metode sampling yang berbeda.
- Melakukan prosedur audit di lokasi berbeda atau pada lokasi yang tidak diberitahukan
sebelumnya.

• Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit yang Responsif Terhadap Penilaian


Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Diakibatkan oleh Kecurangan pada
Tingkat Asersi

Sesuai dengan SA 330, auditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit
lanjutan yang sifat, saat, dan luasnya responsif terhadap penilaian risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi.
Respon auditor terhadap hasil penilaian risiko terhadap kesalahan penyajian material
yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat asersi mencakup perubahan sifat, saat, dan
luas prosedur dalam beberapa cara di bawah ini:
• Sifat prosedur audit yang dilakukan mungkin membutuhkan perubahan dalam
memperoleh bukti audit yang lebih dapat diandalkan dan relevan atau untuk
memperoleh informasi tambahan yang dapat menguatkan. Hal ini berdampak pada tipe
prosedur audit yang akan dilakukan dan kombinasi diantara keduanya.
• Waktu pelaksanaan prosedur substantif mungkin perlu dimodifikasi. Auditor dapat
menyimpulkan bahwa pelaksanaan pengujian substantif di akhir periode atau mendekati
akhir periode lebih baik dalam menanggapi hasil penilaian risiko atas kesalahan
penyajian material karena kecurangan.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

• Luasnya prosedur yang diterapkan mencerminkan penilaian risiko kesalahan penyajian


material yang diakibatkan oleh kecurangan. Sebagai contoh, peningkatan ukuran
sampel, atau melakukan prosedur analitis secara lebih rinci dapat lebih tepat.

Jika auditor mengidentifikasi risiko kesalahan penyajian material karena kecurangan


yang berdampak terhadap kuantitas persediaan, dengan menguji catatan persediaan entitas
dapat membantu untuk mengidentifikasi lokasi atau jenis persediaan yang membutuhkan
perhatian spesifik selama atau setelah perhitungan fisik persediaan. Penelaahan tersebut
dapat menuntun kepada suatu keputusan untuk melakukan observasi perhitungan fisik
persediaan pada beberapa lokasi dengan cara yang tidak diumumkan atau melakukan
perhitungan persediaan di seluruh lokasi pada tanggal yang sama.
Auditor dapat mengidentifikasi kesalahan penyajian material karena kecurangan yang
berdampak pada beberapa akun dan asersi. Hal ini mencakup penilaian asset, estimasi yang
terkait dengan transaksi spesifik (seperti akuisisi, restrukturisasi, atau pelepasan segmen
bisnis), dan kewajiban akrual lainnya (seperti pensiun dan kewajiban imbalan pasca kerja
lainnya, atau liabilitas pemulihan lingkungan). Risiko ini juga dapat berkaitan dengan
perubahan signifikan dalam asumsi yang berkaitan dengan estimasi yang sudah ada.
• Merancang dan Melaksanakan Prosedur Audit yang Responsif Terhadap Risiko
yang Terkait dengan Pengabaian Pengendalian oleh Manajemen

Risiko manajemen melakukan pengabaian pengendalian ada hampir pada setiap audit.
Manajemen berada pada posisi yang unik untuk melakukan kecurangan karena
kemampuan manajemen untuk memanipulasi catatan akuntansi dan menyusun laporan
keuangan yang mengandung kecurangan melalui pengabaian pengendalian yang
seharusnya berjalan secara efektif. Meskipun tingkat risiko pengabaian pengendalian oleh
manajemen berbeda antara entitas yang satu dengan entitas yang lain, risiko tersebut akan
selalu ada pada semua entitas. Mengingat tidak dapat diprediksi terjadinya pengabaian
pengendalian oleh manajemen, maka hal ini merupakan risiko kesalahan penyajian
material yang diakibatkan oleh kecurangan dan oleh karena itu, merupakan risiko
signifikan.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

Ada 3 (tiga) prosedur yang harus dilakukan pada setiap audit seperti diuraikan di bawah
ini.
1. Menguji ketepatan entri jurnal yang tercatat dalam buku besar dan penyesuaian lain
yang dibuat dalam penyusunan laporan keuangan. Dalam merancang dan melaksanakan
prosedur audit untuk pengujian tersebut, auditor harus:
a. Mewawancarai individu yang terlibat dalam proses pelaporan keuangan mengenai
aktivitas yang tidak semestinya atau tidak biasa yang terkait dengan pemrosesan
entri jurnal dan penyesuaian lain.
Kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang diakibatkan oleh
kecurangan sering melibatkan manipulasi proses pelaporan keuangan dengan
mencatat entri jurnal yang tidak tepat atau yang tidak diotorisasi. Hal ini dapat terjadi
sepanjang tahun atau pada akhir periode, atau melalui penyesuaian yang dilakukan
oleh manajemen terhadap jumlah yang dilaporkan dalam laporan keuangan yang
tidak dicerminkan dalam entri jurnal, seperti melalui penyesuaian dan reklasifikasi
konsolidasi.
b. Memilih entri jurnal dan penyesuaian lain yang dibuat pada akhir periode
pelaporan.
Pertimbangan auditor atas risiko kesalahan penyajian material yang terkait dengan
pengabaian pengendalian yang tidak semestinya terhadap entri jurnal adalah penting,
sebab proses dan pengendalian otomatis dapat mengurangi risiko kekeliruan yang
tidak disengaja, tetapi tidak dapat mengatasi risiko bahwa individu dapat
mengabaikan proses otomatis tersebut dengan tidak semestinya, sebagai contoh
melalui perubahan jumlah yang secara otomatis dibukukan ke buku besar atau ke
sistem pelaporan keuangan.
c. Mempertimbangkan apakah perlu dilakukan pengujian terhadap entri jurnal dan
penyesuaian lain sepanjang periode laporan keuangan.
Ketika melakukan pengidentifikasian dan pemilihan entri jurnal dan penyesuaian
lain untuk menguji dan menentukan metode yang tepat atas pengujian pendukung
yang mendasari entri yang dipilih, hal-hal berikut ini relevan:
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

• Penilaian risiko kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh


kecurangan: keberadaan faktor risiko kecurangan dan informasi lain yang
diperoleh selama penilaian auditor atas risiko kesalahan penyajian material
yang diakibatkan oleh kecurangan dapat membantu auditor untuk
mengidentifikasi kelompok spesifik dari entri jurnal dan penyesuaian lain
untuk dilakukan pengujian.
• Pengendalian yang telah diimplementasikan terhadap entri jurnal dan
penyesuaian lainnya: pengendalian efektif terhadap penyiapan dan
pembukuan entri jurnal dan penyesuaian lainnya dapat mengurangi luas
pengujian substantif yang diperlukan, selama auditor telah menguji efektivitas
operasi pengendalian tersebut.
• Proses pelaporan keuangan entitas dan sifat bukti yang dapat diperoleh: bagi
kebanyakan entitas, proses rutin transaksi melibatkan suatu kombinasi tahapan
dan prosedur manual dan otomatis. Sama halnya, proses entri dan jurnal
penyesuaian lainnya dapat melibatkan prosedur dan pengendalian manual dan
otomatis. Ketika teknologi informasi digunakan dalam proses pelaporan
keuangan, entri jurnal dan penyesuaian lainnya hanya tersedia dalam bentuk
elektronik.
• Karakteristik entri jurnal dan penyesuaian lainnya yang mengandung
kecurangan: Entri jurnal atau penyesuaian lainnya yang tidak semestinya
sering memiliki karakteristik yang unik untuk diidentifikasi, Karakteristik
tersebut dapat mencakup entri yang: (a) dibuat kea kun yang tidak terkait,
tidak biasa atau jarang digunakan, (b) dibuat oleh individu yang umumnya
tidak melakukan entri jurnal, (c) dicatat pada akhir periode atau sebagai entri
pasca penutupan yang memiliki sedikit atau tanpa penjelasan atau uraian, (d)
dibuat baik sebelum atau selama penyiapan laporan keuangan yang tidak
memiliki nomor akun, atau (e) mengandung jumlah yang bulat atau angka
akhir yang konsisten.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

• Sifat dan kompleksitas akun: entri jurnal atau penyesuaian lainnya yang tidak
semestinya mungkin diterapkan pada akun yang: (a) mengandung transaksi
yang bersifat komples atau tidak biasa sifatnya, (b) mengandung estimasi
signifikan dan penyesuaian akhir periode, (c) telah terbukti terjadi kesalahan
penyajian di masa lalu, (d) belum direkonsiliasi secara tepat waktu atau
mengandung perbedaan yang tidak terekonsiliasi, (e) mengandung transaksi
antar perusahaan yang berelasi atau (f) terkait dengan risiko kesalahan
penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Dalam mengaudit
entitas yang memiliki beberapa lokasi atau kompenen, pertimbangan
diberikan atas kebutuhan untuk memilih entri jurnal dari berbagai lokasi.
• Entri jurnal atau penyesuaian yang lainnya yang diproses di luar kegiatan
bisnis normal. Entri jurnal yang tidak standar mungkin tidak terkena
pengendalian internal yang sama dengan entri jurnal yang digunakan secara
berulang untuk mencatat transaksi seperti penjualan, pembelian, dan
pengeluaran kas bulanan.

2. Menelaah estimasi akuntansi untuk menemukan hal bias dan mengevaluasi apakah
kondisi yang menyebabkan hal bias tersebut, merupakan kesalahan penyajian material
yang diakibatkan kecurangan.
Dalam melaksanakan penelaahan tersebut, auditor harus:
a. Mengevaluasi apakah pertimbangan dan keputusan yang dibuat oleh manajemen
dalam memasukkan estimasi akuntansi tersebut dalam laporan keuangan, meskipun
jika estimasi akuntansi tersebut masuk akan secara individu, mengindikasikan suatu
hal bias yang mungkin terjadi pada manajemen entitas yang mungkin merupakan
kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan. Jika demikian
auditor harus mengevaluasi kembali estimasi akuntansi secara keseluruhan.
Penyusunan laporan keuangan, mensyaratkan manajemen untuk membuat
sejumlah pertimbangan atau asumsi yang memengaruhi estimasi akuntansi signifikan
dan untuk memantau kelayakan estimasi tersebut secara berkelanjutan. Pelaporan
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

keuangan yang mengandung kecurangan sering dicapai melalui kesalahan penyajian


estimasi akuntansi yang disengaja. Sebagai contoh: hal ini dapat dicapai dengan
menyajikan secara lebih rendah atau lebih tinggi seluruh provisi atau cadangan yang
dirancang untuk baik meratakan pendapatan selama dua atau lebih periode akuntansi,
atau untuk mencapai suatu tingkat pendapatan yang ditargetkan untuk menyesatkan
pengguna laporan keuangan dengan cara memengaruhi persepsi mereka atas kinerja
dan probabilitas entitas.
b. Melakukan penelaahan retrospektif atas pertimbangan dan asumsi manajemen yang
terkait dengan estimasi akuntansi signifikan yang tercermin dalam laporan
keuangan tahun lalu.
Tujuan pelaksanaan penelaahan retrospektif terhadap pertimbangan dan asumsi
manajemen yang terkait dengan estimasi akuntansi signifikan yang tercermin dalam
laporan keuangan periode lalu adalah untuk menentukan apakah terdapat indikasi
terjadinya kemungkinan penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen. Hal ini
tidak dimaksudkan untuk mempertanyakan pertimbangan professional auditor pada
tahun lalu yang dibuat berdasarkan informasi yang tersedia pada saat itu.

3. Mengevaluasi dasar bisnis untuk transaksi signifikan yang tidak biasa.


Bagi transaksi signifikan di luar aktivitas bisnis normal entitas, atau sebaliknya
terlihat tidak biasa berdasarkan pemahaman auditor atas entitas dan lingkungannya serta
informasi lain yang diperoleh selama audit, auditor harus mengevaluasi apakah dasar
bisnis yang ada (atau yang kurang atau tidak ada) atas transaksi tersebut menunjukkan
bahwa transaksi tersebut mungkin telah dilakukan dengan tujuan untuk melaksanakan
kecurangan dalam pelaporan keuangan atau untuk menyembunyikan terjadinya
penyalahgunaan asset.
Indikator yang dapat menunjukkan adanya transaksi signifikan di luar kegiatan
normal entitas, atau yang nampaknya tidak biasa, yang mungkin telah dilakukan dengan
tujuan untuk melakukan pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan atau untuk
menyembunyikan penyalahgunaan aset, mencakup:
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

• Bentuk transaksi yang terlihat terlalu kompleks (sebagai contoh, transaksi melibatjab
berbagai entitas dalam suatu kelompok entitas yang dikonsolidasi atau berbagai
pihak ketiga yang tidak terkait).
• Manajemen belum mendiskusikan sifat dan perlakuan akuntansi untuk transaksi
tersebut dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entitas, dan tidak
terdapat pendokumentasian yang memadai.
• Manajemen lebih menekankan pada kebutuhan perlakuan akuntansi tertentu daripada
substansi ekonomi yang mendasari transaksi tersebut.
• Transaksi yang melibatkan pihak berelasi yang tidak dikonsolidasi, termasuk entitas
bertujuan khusus, belum ditelaah atau disetujui secara tepat oleh pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola entitas.
• Transaksi yang melibatkan pihak berelasi yang tidak teridentifikasi sebelumnya atau
pihak yang tidak memiliki substansi atau kekuatan keuangan untuk mendukung
transaksi tersebut tanpa bantuan dari entitas yang sedang diaudit.

9.6 Area Risiko Kecurangan Spesifik


1. Risko Kecurangan Pendapatan Dan Piutang Usaha

Akun-akun pendapatan, dan piutang usaha yang bersangkutan, serta kas sangat
rentan terhadap manipulasi dan pencurian. Suatu studi yang disponsori oleh Committee
Of Sponsoring Organization (COSO) menunjukkan bahwa 50% dari kecurangan
pelaporan keuangan di Amerika Serikat menyangkut akun pendapatan dan piutang
usaha. Demikian pula, karena penjualan sering kali dilakukan secara tunai atau segera
bisa dikonversi ke kas, maka kas juga sangat rentan terhadap pencurian.
Risiko Pelaporan Keuangan yang Mengandung Kecurangan untuk Pendapatan
Sebagai akibat dari tingginya frekuensi pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan, IFRS menerbitkan pedoman untuk pengakuan pendapatan. Standar audit
juga secara khusus mewajibkan auditor untuk mengidentifikasi pengakuan pendapatan
sebagai risiko kecurangan pada kebanyakan audit.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

Ada sejumlah alasan yang membuat pendapatan rentan terhadap manipulasi. Paling
utama adalah karena pendapatan hampir selalu merupakan akun terbesar dalam laporan
laba-rugi, sehingga oleh karenanya suatu persentase yang kecil dalam kesalahan
penyajian pendapatan masih dapat berpengaruh besar terhadap laba. Suatu pelaporan
lebih saji pendapatan sering kali meningkatkan laba bersih dengan jumlah yang sama,
karena harga pokok penjualan yang bersangkutan biasanya tidak diakui dalam
pengakuan pendapatan fiktif atau prematur. Perkembangan pendapatan sering kali
merupakan indikator kunci kinerja bagi para analis dan investor, sehingga menjadi
pendorong yang besar untuk menggelembungkan pendapatan. Alasan lain mengapa
pendapatan rentan terhadap manipulasi adalah karena dalam banyak situasi terdapat
kesulitan dalam penentuan saat yang tepat untuk mengakui pendapatan.
Ada tiga tipe utama manipulasi pendapatan yaitu:
1. Pendapatan fiktif
2. Pengakuan pendapatan prematur
3. Manipulasi penyesuaian terhadap pendapatan

Tanda Peringatan untuk Kecurangan Pendapatan


Banyak tanda peringatan potensial atau gejala menunjukkan adanya kecurangan
pendapatan. Dua diantaranya yang paling berguna adalah prosedur analitis dan
ketidakcocokan dokumen.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis sering memberi peringatan tentang adanya kecurangan pendapatan,
terutama analisis persentase laba kotor dan kecepatan perputaran (turnover) piutang
usaha. Pendapatan fiktif akan menaikkan besarnya persentase laba kotor, dan pengakuan
pendapatan prematur juga akan menaikkan laba kotor apabila harga pokok penjualan
yang bersangkutan tidak diakui. Pendapatan fiktif juga akan mengurangi kecepatan
perputaran piutang usaha, karena pendapatan fiktif juga dimasukkan kedalam piutang
tak tertagih.
Dalam kecurangan tertentu, manajemen membuat pendapatan fiktif agar hasil
prosedur analitis, misalnya laba kotor, sama dengan tahun sebelumnya. Dalam
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

kecurangan semacam ini, prosedur analitis biasanya tidak bermanfaat untuk memberi
peringatan adanya kecurangan.
Ketidakcocokan Dokumen
Auditor harus waspada dengan tanda-tanda tak lazim dan perubahan dalam dokumen,
dan sebaiknya mengandalkan pada dokumen asli, bukan pada dokumen duplikat.
Karena pelaku kecurangan berusaha untuk menyembunyikan kecurangan-kecurangan,
satu saja transaksi tidak bisa ditemukan dalam sampel harus dipandang sebagai indikasi
potensi kecurangan yang harus diselidiki.
Penggelapan Penerimaan Menyangkut Pendapatan
Meskipun penggelapan penerimaan kas jarang sematerial kecurangan pelaporan
pendapatan, kecurangan semacam ini bisa sangat berarti bagi persahaan karena
menimbulkan kerugian aset secara langsung. Suatu contoh tipikal penggelapan kas
adalah dengan tidak mencatat penjualan atau piutang untuk menyembunyikan
pencurian.
Tidak Mencatat Penjualan
Salah satu kecurangan yang paling sulit ditemukan adalah apabila penjualan tidak
dicatat dan penerimaan kas dari penjualan tersebut kemudian dicuri. Kecurigaan
semacam ini akan lebih mudah dideteksi apabila barang dijual kepada konsumen secara
kredit. Penelusuran dokumen pengiriman barang ke jurnal penjualan dan penghitungan
semua dokumen pengiriman dapat digunakan untuk memeriksa apakah semua penjualan
telah dicatat.
Akan jauh lebih sulit untuk memeriksa apakah semua penjualan tunai telah dicatat,
terutama apabila tidak digunakan dokumen pengiriman barang yang dapat digunakan
untuk memeriksa kelengkapan penjualan, dan tidak ada catatan ke buku pembantu
pelanggan yang mendukung penjualan. Dalam situasi semacam itu, jenis bukti dokumen
dibutuhkan untuk memeriksa bahwa semua penjualan telah dicatat. Sebagai contoh,
pada perusahaan yang menjual barang secara eceran, semua penjualan wajib dilakukan
dengan melalui register kas. Penjualan menurut catatan selanjutnya bisa dibandingkan
dengan total jumlah penjualan yang tercatat dalam pita kertas register kas. Apabila
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

penjualan tidak dilakukan dengan melalui register kas, hampir tidak mungkin untuk
mendeteksi kecurangan.
Pencurian Penerimaan Kas setelah Penjualan Dicatat
Akan jauh lebih sulit untuk menyembunyikan pencurian penerimaan kas setelah
penjualan dicatat. Apabila pembayaran konsumen dicuri, bagian penagihan akan dengan
cepat menemukan kecurangan. Akibatnya, untuk menyembunyikan pencurian, pelaku
kecurangan harus menurunkan jumlah dalam akun pelanggan dengan salah satu dari tiga
cara berikut :
1. Mencatat suatu retur atau pengurangan harga penjualan.
2. Menghapus akun pada pelanggan.
3. Menerapkan pembayaran dari pelanggan yang satu ke akun pelanggan yang lain,
yang biasa disebut lapping.

Tanda Peringatan Penggelapan Pendapatan dan Penerimaan Kas


Relatif sedikit pencurian penjualan dan penerimaan kas terkait yang bisa dicegah dan
dideteksi oleh pengendalian internal yang dirancang untuk meminimumkan biaya
kesempatan kecurangan. Untuk mendeteksi kecurangan yang lebih beasr, prosedur
analitis dan pembandingan lainnya dapat digunakan.
2. Risiko Kecurangan Persediaan

Pada banyak perusahaan, persediaan sering kali merupakan akun terbesar, dan
auditor sering menghadapi masalah dalam memeriksa keberadaan dan penilaian
persediaan. Akibatnya, persediaan menjadi rentan terhadap manipulasi oleh manajemen
yang berkeinginan untuk mecapai suatu tujuan pelaporan tertentu. Selain itu, karena
persediaan sering kali juga berbentuk barang yang siap dijual, maka perusahaan juga
rentan terhadap penggelapan.
Risiko Pelaporan Keuangan Mengandung Kecurangan untuk Persediaan
Standar audit mewajibkan auditor untuk memeriksa keberadaan fisik persediaan yang
dalam pelaksanaannya pengujian audit dilakukan atas dasar sampel, dan tidak pada
persediaan disemua lokasi. Dalam beberapa kasus yang melibatkan persediaan fiktif,
auditor memberi informasi di muka kepada klien tentang lokasi persediaan yang akan
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

diuji. Akibatnya, menjadi mudah bagi klien untuk memindahkan barang ke lokasi yang
akan diuji.
Tanda Peringatan untuk Kecurangan Persediaan
Sama dengan kecurangan yang melibatkan piutang usaha, banyak tanda peringatan
potensial atau gejala menunjuk pada kecurangan persediaan. Prosedur analitis adalah
salah satu teknik yag berguana untuk mendeteksi kecurangan persediaan.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis, terutama persentase laba kotor dan kecepatan perputaran (turnover)
persediaan, sering membantu dalam mengungkapkan kecurangan persediaan.
Persediaan fiktif akan membuat harga pokok penjualan menjadi lebih rendah, dan
akibatnya membuat laba kotor menjadi lebih tinggi. persediaan fiktif juga membuat
kecepatan perputaran menjadi lebih rendah.
3. Risiko Kecurangan Pembelian Dan Utang Usaha

Pelaporan kurang saji utang usaha biasanya mengakibatkan pembelian dan harga
pokok penjualan menjadi lebih rendah, dan laba bersih menjadi lebih tinggi. Kecuranga
signifikan yang melibatkan pembelian dapat juga terjadi dalam bentuk pembayaran ke
pemasok fiktif, dan juga melalui pengaturan-pengaturan melanggar hukum dengan
pemasok.
Risiko Pelaporan Keuangan yang Mengandung Kecurangan untuk Utang Usaha
Perusahaan bisa saja melaporkan utang usaha lebih rendah dan melaporkan laba
bersih tinggi. Hal ini bisa dicapai dengan tidak mencatat utang usaha hingga periode
berikutnya atau dengan mencatat pengurangan fiktif atas utang usaha.
Semua pembelian yang diterima sebelum akhir tahun harus dicatat sebagai liabilitas.
Hal ini relatif mudah diperiksa apabila perusahaan memeriksa penggunaan laporan
penerimaan barang yang bernomor urut tercatat (prenumbered). Namun apabila laporan
penerimaan barang tidak bernomor urut tercetak, atau perusahaan secara sengaja
menghilangkan laporan penerimaan barang dari catatan akuntansi, akan menjadi sulit
bagi auditor untuk memeriksa apakah semua liabilitas telah dicatat. Dalam situasi
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

semacam itu, bukti analitis, seperti misalnya perubahan rasio yang tidak biasa, bisa
menjadi petunjuk bahwa utang usaha dilaporkan lebih rendah.
Perusahaan sering kali memiliki kesepakatan yang kompleks dengan pemasok yang
mengakibatkan pengurangan utang usaha untuk pemasangan advertensi yang telah
dilakukan perusahaan dan pengurangan-pengurangan harga lainnya. Pengaturan-
pengaturan ini sering kali tidak didokumentasikan sebaik transaksi pembelian. Sejumlah
perusahaan menggunakan pengurangan fiktif atas utang usaha untuk membuat laba
bersih menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, auditor harus membaca dengan cermat
kesepakatan dengan pemasok apabila jumlahnya material dan memastikan bahwa
laporan keuangan mencerminkan substansi dari kesepakatan tersebut.
Kecurangan Dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran
Kecurangan yang paling umum terjadi dalam bidang pembelian adalah si pelaku
kecurangan melakukan pembayaran kepada pemasok fiktif dan menyetorkan kas ke
akun fiktif. Kecurangan seperti ini bisa dicegah apabila pembayaran hanya
dimungkinkan dilakukan kepada pemasok yang telah disetujui oleh perusahaan dan
setelah dokumen pendukung pembelian diperiksa dengan teliti oleh petugas yang telah
ditetapkan perusahaan setelah pembayaran dilakukan. Dalam kasus kecurangan lain,
pegawai bagian utang usaha mecuri check yang akan dikirimkan ke pemasok yang sah.
Dokumen-dokumen pendukung pembelian tersebut kemudian diajukan kembali untuk
permohonan check yang akan dibayarkan kepada pemasok yang tadi. Kecurangan
seperti ini bisa dicegah dengan cara memberi tanda (cap atau dipervorasi) pada
dokumen pendukung agar tidak dapat digunakan kembali untuk dimintakan pembayaran
ulang.
4. Area Lain Risiko Kecurangan

Meskipun sejumlah akun lebih rentan daripada akun lainnya, pada hakekatnya setiap
akun bisa dimanipulasi. Berikut beberapa akun yang dengan risiko spesifik untuk
terjadinya pelaporan yang mengandung kecurangan atau penyelewengan.
1. Aset Tetap
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

Aset tetap sering menjadi target manipulasi, terutama pada perusahaan-perusahaan


yang tidak memiliki persediaan atau piutang usaha yang material. Sebagai contoh,
perusahaan bisa mengkapitalisasi beban reparasi atau beban operasi lainnya sebagai
aset tetap. Kecurangan semacam ini mudah terdeteksi apabila auditor memeriksa
bukti pendukung penambahan aset tetap. Meskipun demikian, kasus-kasus pelaporan
keuangan yang mengandung kecurangan di masa lalu, seperti kasus WorldCom,
ternayata telah melibatkan pengkapitalisasian aset yang tidak tepat.
Karena nilainya yang tinggi dan kemudahan untuk dijual, aset tetap sering
menjadi target pencurian. Hal seperti itu terjadi pada aset-aset tetap yang mudah
diangkat (portable) seperti misalnya komputer laptop. Untuk mengurangi
kemungkinan pencurian, jika memungkinan aset tetap harus dilindungi secara fisik,
diberi label permanen, dan harus diperiksa keberadaan dan keadaannya secara
periodik.
2. Beban Gaji

Perusahaan bisa melaporkan persediaan dan laba bersih dengan jumlah yang lebih
tinggi dengan cara menambahkan beban gaji pada persediaan. Pegawai perusahaan
juga kadang-kadang digunakan untuk mengkonstruksi aset tetap. Dalam situasi
demikian, tambahan beban gaji atau upah bisa dikapitalisasi sebagai aset tetap.
Tunjangan-tunjangan lain yang material bisa juga menjadi sasaran manipulasi.
Kecurangan gaji yang melibatkan penyalahgunaan aset sering juga terjadi, tetap
jumlahnya biasanya tidak material. Dua area kecurangan yang sering dijumpai adalah
menciptakan karyawan fiktif dan menggelembungkan jam karyawan. Keberadaan
karyawan fiktif biasanya bisa dicegah dengan menggadakan pemisahaan antara
bagian SDM dengan fungsi penggajian. Penggelembungan jam kerja biasanya bisa
dicegah dengan menggunakan mesin pencatat jam kerja atau pemberian persetujuan
atas jam kerja.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

9.7 Mendokumentasi Penilaian Kecurangan


Standar Audit (SA 240. Para. 44-47) mengatur tentang dokumentasi yang harus
dilakukan auditor sehubungan dengan kecurangan.
1. Berkaitan dengan pemahaman auditor atas entitas dan lingkungannya:
Auditor harus memasukkan hal-hal berikut dalam dokumentasi audit tentang
pemahaman auditor atas entitas dan lingkungannya serta penilaian risiko kesalahan
penyajian material yang disyaratkan oleh SA 315:
a. Keputusan signifikan yang dicapai selama pembahasan di antara tim perikatan terkait
dengan dugaan kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan entitas yang
diakibatkan oleh kecurangan, dan
b. Risiko kesalahan penyajian material yang telah diidentifikas dan ditentukan yang
diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan dan asersi.
2. Berkaitan dengan respons auditor atas risiko:
Auditor harus memasukkan hal berikut dalam dokumentasi audit tentang respons
auditor atas risiko yang ditentukan atas kesalahan penyajian material, yang disyaratkan
oleh SA 330:
a. Respons keseluruhan terhadap risiko kesalahan penyajian material yang telah
ditentukan yang diakibatkan oleh kecurangan pada tingkat laporan keuangan dan
sifat, saat, dan luas prosedur audit, serta hubungan prosedur tersebut dengan risiko
yang ditentukan atas kesalahan penyajian material yang diakibatkan oleh kecurangan
pada tingkat asersi, dan
b. Hasil pelaksanaan prosedur audit tersebut, termasuk prosedur audit yang dirancang
untuk merespons risiko pengabaian pengendalian oleh manajemen.

3. Berkaitan dengan pengomunikasian kecurangan


Auditor harus memasukkan dalam dokumentasi audit, berkomunikasi tentang
kecurangan yang telah dilakukan dengan manajemen, pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola, badan pengatur, dan pihak-pihak lainnya.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

BAB 10 DAN BAB 11 PENGENDALIAN INTERNAL DAN KERANGKA KERJA COSO


1. Kepentingan klien
a. Keandalan laporan keuangan
b. Mendorong efisiensi dan efektifitas operasional
c. Ketaatan kepada hukum dan peraturan
a. Kepentingan auditor
a) Keandalan pelaporan keuangan
b) Penekanan pada pengendalian atas golongan transaksi.
3. Beberapa hal yang harus dipahami:
a) Tanggung jawab managemen : Menetapkan dan melakukan pengendalian usaha, bertanggung
jawab dalam penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b) Keyakinan memadai : struktur pengendalian intern seharusnya memberikan keyakinan
memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
c) Keterbatasan bawaan : Efektifitas struktur pengendalian intern tergantung pada kompetensi
sumber daya manusia. Struktur pengendalian intern selalu memiliki risiko pengendalian.
d) Metode pemrosesan data : Perhatikan perbedaan utama antara sistem akuntansi sederhana
dan mikro komputer dengan menggunakan perangkat lunak yang dibeli perusahaan kecil
dengan sistem EDP yang komplek bagi usaha manufaktur internasional.
4, Elemen struktur pengendalian intern
a) Lingkungan pengendalian
b) Penetapan risiko managemen
c) Sistem informasi dan komunikasi akuntansi
d) Aktifitas pengendalian
e) Pemantauan.
5. Sub elemen lingkungan pengendalian
a) Integritas dan nilai-nilai etika.
b) Komitmen terhadap kompetensi.
c) Falsafah managemen dan gaya operasi.
d) Struktur organisasi.
e) Dewan komisaris dan komite audit.
f) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab.
g) Kebijakan dan prosedur kepegawaian.
6. Penetapan risiko oleh managemen
Managemen menetapkan risiko sebagai bagian dari desain dan operasi struktur pengendalian
intern, untuk meminimalkan salah saji dan ketidakberesan. Auditor menetapkan risiko untuk
memutuskan bahan bukti yang dibutuhkan dalam audit. Jika managemen secara efektif
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

menilai dan bereaksi terhadap risiko, auditor biasanya mengumpulkan lebih sedikit bahan
bukti.
7. Sistem akuntansi
Kegunaaan sistem akuntansi adalah untuk mengidentifikasikan, menggabungkan,
mengklasifikasikan, menganalisa, mencatat dan melaporkan transaksi, dan untuk mengelola
akuntabilitas atas aktiva terkait.
8. Prosedur pengendalian
a. Pemisahan tugas yang cukup
b. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas
c. Dokumen dan catatan yang memadai
d. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
e. Pengecekan independen atas pelaksanaan.
9. Pemantauan merupakan penilaian efektifitas rancangan dan operasi struktur pengendalian
intern secara periodik dan terus menerus oleh manajemen.
10. Pentingnya memahami struktur pengendalian intern untuk perencanaan audit.
a. Auditability : yaitu mendapat informasi yang cukup memuaskan mengenai integritas
managemen dan sifat dan luas catatan akuntansi.
b. Potensi salah saji yang material, dengan mengidentifikasi jenis kekeliruan dan
ketidakberesan yang potensial.
c. Risiko penemuan yaitu menetapkan risiko pengendalian bagi setiap tujuan pengendalian,
yang selanjutnya mempengaruhi risiko penemuan yang direncanakan.
d. Perancangan pengujian yaitu memungkinkan auditor untuk merancang pengujian saldo
laporan keuangan yang efektif.
11. Pemahaman struktur pengendalian intern untuk rancangan dan operasi
a. Rancangan berbagai kebijakan dan prosedur dalam masing-masing elemen SPI.
b. Operasi dari elemen-elemen SPI.
12. Penetapan dan keputusan
a. Menetapkan apakah laporan keuangan dapat diaudit
b. Menetapkan tingkat risiko pengendalian yang didukung oleh pemahaman yang diperoleh
c. Menetapkan apakah diharapkan tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah dapat
didukung
d. Memutuskan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang pantas untuk digunakan.
13. Pengujian atas pengendalian
Apabila hasil pengujian atas pengendalian mendukung rancangan kebijakan dan prosedur
pengendalian seperti yang diharapkan, auditor dapat terus menggunakan tingkat risiko
pengendalian seperti yang direncanakan. Akan tetapi, apabila kebijakan dan prosedur
tersebut tidak beroperasi secara efektif, tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan tersebut
harus dipertimbangkan kembali.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

14. Risiko penemuan dan rencana pengujian atas saldo laporan keuangan
Jika tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan ada dibawah maksimum, hal ini akan
didukung oleh pengujian atas pengendalian yang spesifik. Penetapan ini kemudian dikaitkan
dengan tujuan spesifik audit untuk akun-akun yang dipengaruhi oleh transaksi utama.
Tingkat penemuan yang sesuai untuk setiap tujuan audit spesifik ditentukan kemudian
dengan memakai model risiko audit.
15. Prosedur untuk memperoleh pemahaman
a. Pengalaman auditor dalam periode sebelumnya atas satuan usaha tersebut
b. Tanya jawab dengan pegawai klien
c. Kebijakan dan pedoman sistem klien
d. Inspeksi dokumen dan catatan
e. Pengamatan atas aktivitas dan operasi satuan usaha.
16. Dokumentasi dari pemahaman
a. Deskripsi naratif adalah deskripsi tertulis dari struktur pengendalian intern klien.
b. Bagan arus adalah menggambarkan dengan simbol, diagram atas dokumen klien dan
urutan arus dalam organisasi.
c. Kuesioner pengendalian intern yang menanyakan satu rangkaian pertanyaan mengenai
pengendalian dalam tiap bidang audit, termasuk lingkungan pengendalian, sebagai alat
auditor untuk mengindikasikan aspek struktur pengendalian intern yang mungkin tidak
memadai.
17. Penetapan risiko pengendalian
Hal ini biasanya dilakukan terpisah untuk masing-masing jenis transaksi dalam masing-
masing siklus operasi.
Identifikasi tujuan audit berkait transaksi yang dinyatakan dalam bentuk umum, bagi masing-
masing jenis transaksi utama suatu satuan usaha.
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kebijakan dan prosedur yang berperan dalam
pencapaian masing-masing tujuan.
18. Identifikasi dan evaluasi kelemahan
a. Identifikasikan pengendalian yang ada
b. Identifikasikan ketiadaan pengendalian kunci
c. Tentukan salah saji yang besar dan potensial yang mungkin dihasilkan
d. Pertimbangkan kemungkinan pengendalian pengganti.
19.Pengujian atas pengendalian
a. Tanya jawab dengan pegawai suatu satuan usaha yang tepat
b. Pemeriksaan dokumen, catatan dan laporan
c. Pengamatan aktifitas berkenaan dengan pengendalian
d. Pelaksanaan ulang prosedur klien.
e. Luas pengujian tergantung kepada tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan.
RESUME BUKU AUDITING & JASA ASURANS
Alvin A. Arens, Randal J Elder, Marks S. Beasley dan Chris E. Hogan

Referensi:
1. AEBH Bab 9 dan 10
2. SA 200- Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Suatu
Standar Audit
3. SA 240- Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit atas
Laporan Keuangan
4. SA 316
5. SA 315- Pengindentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material Melalui
Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
6. SA 330- Respon Auditor Terhadap Risiko yang Telah Dinilai
7. SPAP

Anda mungkin juga menyukai