Anda di halaman 1dari 29

JASA DAN PELAPORAN LAIN

Nama :
NIM :
Kelas :

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU EKONOMI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016/2017
A. PENDAHULUAN
Arus globalisasi membuka peluang bagi pengusaha dan wirausahawan untuk
mengembakan usahanya. Agar dapat tumbuh dan bertahan dalam persaingan perusahaan
harus didukung oleh sistem akuntansi yang baik, dan hasil akhir dari proses akuntansi adalah
laporan keuangan (Nida, 2014). Untuk memastikan kewajaran maka laporan keuangan tersebut
harus diaudit oleh akuntan yang independen. Para pengguna laporan keuangan ingin
memperoleh keyakinan dari pihak akuntan independen bahwa informasi tersebut bebas dari
bias manajemen dan netral terhadap berbagai kelompok pengguna dalam arti informasi yang
disajikan bukan untuk menguntungkan suatu pihak pengguna. Profesi akuntan publik adalah
seseorang yang telah memperoleh izin untuk memberikan jasa Asurans berupa jasa audit atas
informasi keuangan historis, jasa review atas informasi keuangan historis, dan jasa Asurans
lainnya, serta jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, dan manajemen sesuai
dengan ketentuan perundangan-undangan yang berlaku (Silalahi, 2014).

B. LANDASAN TEORI
1. Tingkat Keyakinan
Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa secara umum, akuntan publik
dapat memberikan empat tingkat keyakinan (level of assurance) yang berbeda berkaitan
dengan penugasan. Keempat tingkat keyakinan dasar itu dapat diuraikan sebgai berikut :
a. Tingkat keyakinan audit atau pemeriksaan, dimana tujuan dari penugasan adalah
pernyataan positif dari suatu pendapat yang diberikan oleh akuntan publik mengenai
asersi manajemen yang diatur dalam standar profesional
b. Tingkat keyakinan review, di mana tujuan dari penugasan bagi akuntan publik adalah
menyatakan keyakinan negatif (negative assurance) bahwa tidak ada yang menarik
perhatiannya yang menyebabkan akuntan publik berpendapat bahwa asersi oleh
manajemen yang diatur dalam standar profesional akan menyesatkan.
c. Prosedur yang disepakati bersama, di mana tujuan dari penugasan bagi akuntan publik
adalah memberikan ikhtisar temuan-temuan berdasarkan prosedur yang disepakati
bersama yang berlaku atas suatu asersi oleh manajemen yang diatur dalam standar
profesional.Tingkat keyakinan dapat bervariasi tergantung pada prosedur yang berlaku
atas asersi itu.
d. Tidak ada keyakinan, di mana tujuan dari penugasan adalah membantu manajemen
dalam penyiapan informasi yang termasuk dalam suatu asersi yang diatur oleh standar-

1
standar profesional.Akuntan publik akan menyatakan secara eksplisit bahwa tidak ada
keyakinan yang diberikan dalam laporannya yang berkaitan dengan asersi manajemen.

2. Jenis – Jenis Penugasan


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa semua jenis penugasan yang
dibahas dalam diliput oleh standar profesional yang dikembangkan oleh AICPA. Standar
profesional ini mempromosikan keseragaman mutu praktik dan mempertinggi pemahaman
pemakai atas perbedaan jenis-jenis jasa yang diberikan serta tingkat keyakinan yang berkaitan
dengannya. Akuntan publik yang melaksanakan banyak jenis jasa ini juga harus bersedia dinilai
praktiknya melalui peer review yang teratur. Standar profesional dasar yang diterbitkan oleh
Accounting Standards Board yang berkaitan dengan jasa ini adalah sebagai berikut :
a. Statements on Auditing Standards (SAS). SAS adalah interpretasi dari standar audit
yang berlaku umum dan pada umumnya berkaitan dengan asersi manajemen tentang
unsur-unsur yang termasuk dalam laporan keuangan .Jenis-jenis penugasan yang
dibahas dalam bab ini mencakup pelaporan laporan keuangan yang disiapkan atas
dasar akuntansi komprehensif selain dari GAAP, pelaporan unsur, akun, atau pos-pos
spesifik dari suatu laporan keuangan, dan laporan ketaatan yang berkaitan dengan
laporan keuangan yang telah diaudit.
b. Statement on Standards for Attestation Engagements (SSAE). SSAE menetapkan
kerangka kerja yang luas untuk berbagai jasa atestasi yang diminta dari profesi
akuntansi. Standar ini dan komentar interpretasi yang bertalian dirancang untuk
memberikan pedoman profesional yang akan mempertinggi baik konsistensi maupun
mutu pelaksanaan jasa-jasa tersebut.
c. Statements on Standards for Accounting and Review Services (SSARS). SSARS
mendefinisikan jasa yang berkaitan dengan review atau kompilasi laporan keuangan
dari entitas nonpublic dan memberikan pedoman bagi akuntan berkenaan dengan
standar serta prosedur yang berlaku untuk kedua penugasan ini. Jasa ini hanya tersedia
bagi entitas nonpublik.

3. Penugasan Sas Lain


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa laporan khusus (special reports)
adalah laporan yang dihasilkan dari audit atas, atau penerapan prosedur yang disepakati
bersama atas, data keuangan histories selain dari laporan keuangan yang disiapkan sesuai

2
dengan GAAP. AU 623, Special Reports (SAS 62 & 77), menunjukkan bahwa istilah laporan
khusus berlaku pada laporan auditor atas
a. Laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan dasar akuntansi komprehensif selain
dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
b. Unsur, akun, atau pos-pos spesifik dari laporan keuangan.
c. Ketaatan pada aspek-aspek perjanjian kontraktual atau persyaratan peraturan yang
berkaitan dengan laporan keuangan yang telh diaudit.
d. Penyajian keuangan agar sesuai dengan perjanjian kontraktual atau ketentuan
peraturan
e. Informasi keuangan yang disajikan dalam bentuk atau skedul yang ditetapkan yang
memerlukan bentuk laporan auditor yang ditetapkan.

4. Dasar Komprehensif Lain Dari Akuntansi


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa empat dasar akuntansi
komprehensif selain dari GAAP diakui dalam AU 623.04:
a. Suatu dasar yang digunakan untuk memenuhi persyaratan atau ketentuan pelaporan
keuangan dari lembaga pengatur pemerintah
b. Suatu dasar yang digunakan untuk mengarsip SPT pajak penghasilan entitas
c. Dasar penerimaan dan pengeluaran kas dari akuntansi dan modifikasi dasar kas yang
mempunyai dukungan substansial
d. Suatu dasar yang menggunakan seperangkat kriteria tertentu yang mempunyai
dukungan substansial seperti dasar akuntansi tingkat harga.

5. Unsur, Akun, Atau Pos-Pos Spesifik Dari Laporan Keuangan


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa data ini dapat mencakup sewa,
royalti, rencana bagi-laba, atau ketentuan untuk pajak penghasilan. Suatu laporan khusus dapat
dikeluarkan atas data-data ini sebagai hasil dari audit atau penerapan prosedu yang disepakati
bersama
- Audit
Suatu audit akan diakhiri dengan pernyataan pendapat mengenai kelayakan penyajian
unsur, akun, atau pos-pos spesifik. Dalam menyatakan pendapat. AU 662.13 menunjukkan
auditor harus mengakui bahwa konsep materialitas harus dikaitkan dengan masing-masing
unsur, akun, atau pos yang dilaporkan, bukan dengan laporan keuangan secara
keseluruhan.Lebih lanjut, auditor tidak boleh menyatakan pendapat atas data spesifik apabila ia

3
telah menyatakan pendapat tidak wajar atau penolakan memberikan pendapat tentang laporan
keuangan, kecuali data spesifik itu hanya merupakan bagian yang tidak signifikan dari laporan
keuangan
- Prosedur yang Disepakati Bersama
Penerapan prosedur yang disepakati bersama (agreed-upon procedures) bukan
merupakan suatu audit. Jenis jasa ini dapat terjadi, misalnya, dalam akuisisi yang diusulkan
apabila calon pembeli meminta akuntan hanya merekonsiliasi saldo bank dan mengkonfirmasi
piutang usaha.AU 622, Special Reports – Applying Agreed-upon Procedures to Specified
Elements, Accounts, or Items of audit Financial Statement (SAS 75dan 87), menyatakan bahwa
seorang akuntan independen dapat menerima penugasan dengan menerapkan prosedur yang
disepakati bersama atas unsure, akun, atau pos spesifik dalam laporan keuangan menurut
kondisi-kondisi berikut:
a. Akuntan itu independent
b. Akuntan dan pihak-pihak tertentu menyetujui prosedur yang dilaksanakan atau akan
dilaksanakan oleh akuntan.
c. Pihak-pihak tertentu memikul tanggung jawab atas kecukupan prosedur yang disepakati
bersama untuk tujuan mereka
d. Prosedur yang dilaksanakan diharapkan dapat menghasilkan temuan yang cukup
konsisten
e. Dasar akuntansi dari unsur, akun, atau pos spesifik dalam laporan keuangan jelas
dipahami oleh pihak-pihak tertentu dan akuntan
f. Prosedur itu akan diterapkan pada hal-hal yang dapat diestimasi atau diukur secara
layak dan konsisten
g. Bukti-bukti yang berkaitan dengan penerapan prosedur tersebut diharapkan dapat
memberi dasar yang layak guna menyatakan temuan-temuan dalam laporan akuntan
h. Apabila dapat diterapkan, maka akuntan dan pihak yang ditetapkan akan menyetujui
setiap batas materialitas untuk tujuan pelaporan
i. Penggunaan laporan itu terbatas pada pihak-pihak yang ditentukan
Untuk memastikan bahwa semua pihak yang ditetapkan memahami prosedur yang
disepakati bersama, dan memikul tanggung jawab atas kecukupan prosedur tersebut, akuntan
biasanya akan berkomunikasi langsung dengan dan mendaptkan pemberitahuan yang
menguatkan atau afirmatif dari setiap pihak yang ditetapkan itu. Tanggung jawb akuntan dalam
prosedur yang disepakati bersama adalah melaksanakan prosedur itu dan melaporkan temuan
sesuai dengan standar umum, pekerjaan lapangan, dan pelaporan yang berlaku.

4
6. Laporan Ketaatan Yang Berkaitan
Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa perusahaan mungkin diwajibkan
oleh perjanjian kontraktual atau lembaga pemerintah untuk menyerahkan laporan ketaatan yang
dibuat oleh auditor independen.Selain mempersyaratkan laporan keuangan yang telah diaudit,
pemberi pinjaman atau wali amanatnya juga seringkali meminta kepastian dari auditor
independen bahwa peminjam menaati ketentuan akuntansi dan auditing dari perjanjian itu.
Auditor memenuhi permintaan ini dengan memberikan keyakinan negatif atas ketaatan dengan
menyatakan ”tidak ada yang menarik perhatian kami yang menunjukkan bahwa perusahaan
tidak menaati” AU 623.19 menyatakan bahwa keyakinan ini tidak boleh diberikan kecuali auditor
telah mengaudit laporan keuangan yang berkaitan dengan perjanjian atau persyaratan
pemerintah itu.Lebih lanjut, keyakinan tersebut tidak boleh diperluas hingga ketentuan yang
berkaitan dengan hal-hal yang belum menjadi pokok dari prosedur audit yang dilaksanakan
dalam audit atas laporan keuangan itu, dan tidak boleh diberikan jika audit menghasilkan
pendapat tidak wajar atau penolakan memberikan pendapat. Keyakinan auditor atas ketaatan
dapat diberikan dalam laporan terpisah atau dalam satu atau lebih paragraf penjelasan sesudah
paragraf pendapat dari suatu laporan atas laporan keuangan yang telah diaudir.

7. Review Sas 71 Atas Laporan Keuangan Interim


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa SAS 71 bersangkutan dengan
review atas laporan keuangan interim (IKI) untuk jangka waktu kurang dari satu tahun atau
untuk periode duabelas bulan yang berakhir pada tanggal selain akhir tahun fiskal entitas. IKI
mencakup data mengenai posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas dalam bentuk laporan
keuangan yang lengkap atau ringkas atau data keuangan yang diringkas.
Jasa review SAS 71 jauh lebih kecil lingkupnya daripada suatu audit. Akan tetapi,
akuntan harus memiliki (1) pengetahuan yang memadai tentang prinsip dan praktik akuntansi
dari entitas yang beroperasi dan (2) pemahaman tentang bisnis entitas, termasuk
organisasinya, karateristik operasi, sifat aktiva, kewajiban, pendapatan, dan bebannya.
Persyaratan Tambahan dalam Review SAS 71
Review SAS 71 atas IKI hanya dilaksanakan untuk entitas yang laporan keuangan tahunannya
telah diaudit. Dengan demikian, akuntan independen yang melakukan review diharapkan
mempunyai pemahaman atas kebijakan dan prosedur struktur pengendalian internal relevan
yang berkaitan dengan penyusunan baik informasi keuangan tahunan maupun interim. Lebih
lanjut, akuntan tersebut diharapkan menggunakan pengetahuannya untuk (1) mengidentifikasi
jenis potensi salah saji yang material dalam IKI dan mempertimbangkan kemungkinan

5
terjadinya serta (2) memilih pertanyaan yang akan diajukan dan prosedur analitis yang akan
memberikan dasar pelaporan apakah modifikasi yang material harus dilakukan terhadap IKI
agar sesuai dengan GAAP.
Sebagai hasil dari prosedur yang dilaksanakan dalam review SAS 71, akuntan dapat
menyimpulkan bahwa IKI yang diserahkan atau yang akan diserahkan kepada lembaga
pemerintah mungkin mengandung salah saji yang material karena penyimpangan dari
GAAP.Dalam kasus demikian, akuntan harus membahas hal itu dengan manajemen.Jika
manajemen tidak menanggapi secara layak, maka akuntan harus menyampaikan, baik secara
lisan ataupun tertulis, kepada komite audit sesegera mungkin. Jika komite audit juga tidak
menaggapi secara layak atau dalam jangka waktu yang wajar, maka akuntan harus
mengevaluasi apakah akan menarik diri (a) dari penugasan yang berkaitan dengan IKI, (b)
sebagai auditor entitas yang mengaudit laporan keuangan tahunannya.
Laporan Akuntan tentang Review SAS 71 atas IKI
Laporan standar untuk mereview IKI yang disajikan secara terpisah dari laporan keuangan yang
telah diaudit dimulai dengan judul yang mencakup kata-kata akuntan independen. Paragraf
pendahuluan mengidentifikasi jenis jasa yang diberikan (”kami telah mereview....”), informasi
yang direview, nama entitas, dan tanggung jawab manajemen atas informasi itu. Parsgraf
kedua, atau ruang lingkup, menegaskan bahwa review telah dilaksanakan sesuai dengan
standar AICPA, yang secara singkat menelaskan review itu, membedakan antara review
dengan audit, dan menolak pemberian pendapat atas informasi yang direview. Paragraf ketiga
berisi keyakinan negatif yang didasarkan atas review itu.

8. Laporan Keuangan Yang Belum Diaudit Dari Sebuah Entitas Publik


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa seorang akuntan publik dapat
bersangkutan dengan laporan keuangan perusahaan publik sekalipun ia tidak mengauditnya.
SAS 26, Association with Financial Statement (AU 504.03), menyatakan bahwa seorang
akuntan publik akan bersangkutan dengan laporan keuangan apabila dia (1) telah setuju atas
penggunaan namanya dalam suatu laporan, dokumen, atau komunikasi tertulis yang berisi
laporan itu, atau (2) menyatakan pada laporan keuangan klien atu pihak lain bahwa ia telah
menyiapkan atau membantu penyiapan sekalipun namanya tidak dicantumkan dalam laporan
itu.
Jika akuntan bersangkutan dengan laporan keuangan yang belum diaudit dari entitas
publik, maka ia diwajibkan untuk menyatakan dalam laporannya bahw suatu audit belum

6
dilakukan dan menyertakan penolakan memberikan pendapat.Disamping itu, setiap halaman
dari laporan keuangan itu juga harus ditandai ”belum diaudit”.

9. Menerima Dan Melaksanakan Audit


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa pada tahun 1996, AICPA
menerbitkan untuk pertama kali seri baru pernyataan otoritatif yang berjudul Statements on
Standards for Attestation Enggaments (SSAEs). Dengan tujuan memberikan pedoman dan
menetapkan kerangka kerja yang luas untuk pelaksanaan serta pelaporan jasa atestasi, SSAEs
1, Attestation Standards (AT 100.01) mendefinisikan penugasan atestasi sebagai berikut:
Penugasan atestasi (attest engagement) adalah satu penugasan di mana seorang praktisi
(akuntan public) bertugas untuk menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu
kesimpulan mengenia reliabilitas asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab pihak lain.
Dalam melaksanakan suatu penugasan atestasi, seorang akuntan publik:
a. mengumpulkan bukti untuk mendukung asersi.
b. secara objektif menilai pengukuran serta komunikasi dari pribadi yang menbuat asersi.
c. melaporkan temuan-temuannya.
Berbagai jasa tidak melibatkan atestasi atas reliabilitas dari asersi tertulis yang
merupakan tanggung jawab pihak lain. Contoh jasa-jasa akuntan public yang tidak dianggap
sebagai penugasan atestasi adalah:
a. penugasan konsultasi manajemen di mana para praktisi bertugas memebrikan nasihat
atau rekomendasi kepada klien.
b. Penugasan di mana para praktisi bertugas untuk mendukung posisi klien, misalnya
mengenai masalah perpajakan yang direview Dinas Perpajakan (IRS)
c. Penugasan pajak dimana para praktisi bertugas menyiapkan SPT pajak dan
memberikan nasihat pajak.
d. Penugasan di mana para praktisi mengkompilasi laporan keuangan, karena ia tidak
diwajibkan untuk memeriksa atau mereview setiap bukti yang mendukung informasi
yang diserahkan oleh klien dan tidak menyatakan setiap kesimpulan atas
reliabilitasnya.
e. Penugasan di mana peranan para praktisi semata-mata adalah membantu klien
misalnya, bertindak sebagai akuntan perusahaan dalam menyiapkan informasi selain
laporan keuangan.

7
f. Penugasan di mana par praktisi bertugas untuk memberi kesaksian sebagai saksi ahli
dalam masalah akuntansi, auditing, perpajakan, atau hal lain, dengan adanya fakta
tertentu yang diterapkan.

10. Standar Atestasi


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa standar atestasi, seperti halnya
GAAS diklasifikasikan menjadi tiga kategori: umum, pekerjaan lapangan, dan pelaporan.
Perbandingan standar-standar ini dalam setiap kategori mengungkapkan bhawa standar
atestasi adalah perluasan alami dari GAAS untuk menampung aturan yang lebih luas dari jasa
atestasi. Meskipun demikian, ada beberapa perbedaan konseptual yang signifikan di antara
kedua perangkat standar itu dapat kita amati. Secara khusus, standar atestasi:
a. Memperluas fungsi atestasi di luar laporan historis. Jadi, standar itu menghilangkan
referensi ke laporan keuangan dan ke GAAP.
b. Memungkinkan akuntan public memberikan keyakinan atas asersi di bawah tingkat
“pernyataan pendapat positif” yang berkaitan dengan audit laporan keuangan
tradisional.
c. Memberikan jasa atestasi yang dikhususkan untuk kebutuhan pemakai tertentu
berdasarkan “produser yang disepakati bersama” dan “penggunaan-terbatas” laporan.
Dua standar umum baru menetapakan batas-batas jasa atestasi. Jenis jasa ini terbatas
pada penugasan di mana
a. akuntan public mempunyai pengetahuan yang memadai tentang pokok dari asersi.
b. asersi itu dapat diukur secara cukup konsisten dengan menggunakan criteria yang
telah ditetapkan atau dinyatakan.
Standar pekerjaan lapangan kedua menurut GAAS mewajibkan auditor untuk
mendapatkan pemahaman atas pengendalian internal. Standar ini dihilangkan dari standar
pekerjaan lapangan atestasi karena dua alasan:
a. apabila mendapatkan suatu pemahaman atas pengendalian internal yang ditetapkan,
maka hal itu merupakan aktivitas yang bersangkutan dengan pengumpulan cukup
bukti sebagaimana yang diisyaratkan oleh standar pekerjaan lapangan atestasi kedua.
b. Perolehan pemahaman atas pengendalian internal tidak dapat diterapkan dalam
semua penugasan atestasi.

8
11. Penugasan Yang Dilaksanakan Menurut Standar Atestasi
Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa menurut Statements on
Standards for Attestation Enggements (SSAEs) memusatkan perhatian pada empat jenis
penugasan:
a. Prakiraan dan proyeksi keuangan
b. Pelaporan atas pengendalian internal entitas
c. Atestasi ketaatan
d. Pembahasan dan analisis manajemen

12. Pelaporan Informasi Keuangan Prospektif


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa informasi keuangan prospektif
pada umumnya diberikan dalam penawaran obligasi dan sekuritas lainnya kepada publik. Di
samping itu, bank serta lembaga pemberi pinjaman lainnya seringkali meminta proyeksi laba
masa depan dalam memberikan kredit kepada para pribadi dan perusahaan, serta lembaga
pemerintah terkadang meminta prakiraan atas permohonan hibah dan kontrak pemerintah.
Untuk mempertinggi reliabilitas informasi keuangan prospektif, akuntan public dapat diminta
untuk terlibat dengan data itu.
AICPA telah menerbitkan dua dokumen berikut berkenaan dengan asosiasi akuntan public
dengan informasi keuangan prospektif:
a. Statements on Standards for Accountants’ Services on Prospektive Financial
Information yang berjudul Finanacial Forecasts and Projections.
b. Guide for Prospektive Financial Statements.
Statement on Financial Forecasts and Projections (AT 200) memiliki wewenang yang
sama dengan SAS. Pedoman adalah interpretasi dari Pernyataan itu.
Jenis Informasi Keuangan Prospektif
AT 200.06 mengakui dua jenis informasi keuangan prospektif (prospective financial information)
sebagai berikut:
a. Prakiraan Keuangan. Laporan keuangan prospektif yang menyajikan, yang terbaik dari
pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab, posisi keuangan, hasil
operasi, dan arus kas yang diharapkan dari suatu entitas.
b. Proyeksi Keuangan. Laporan keuangan prospektif yang menyajikan, yang terbaik dari
pengetahuan dan keyakinan pihak yang bertanggung jawab, dengan satu atau lebih
asumsi hipotesis, posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas yang diharapkan dari
suatu entitas.

9
Seorang akuntan publik dapat menerima penugasan untuk melaksanakan salah satu
dari tiga jenis jasa berkenaan dengan laporan keuangan prospektif bila penggunaan oleh pihak
ketiga telah diantisipasi:
a. kompilasi
b. pemeriksaan
c. penerapan prosedur yang disepakati bersama.

Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Prospektif


AT 200.27 menunjukkan bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif
melibatkan
a. evaluasi atas penyiapan dan pendukung yang mendasari asumsi-asumsi laporan
keuangan prospektif.
b. penentuan apakah penyajian laporan tersebut telah sesuai dengan pedoman
penyajian yang ditetapkan dalam AICPA Guide for Prospektive Financial Statements
c. penerbitan laporan pemeriksaan
Laporan Standar Atas Laporan Keuangan Prospektif AT 200.31 menetapkan bahwa
laporan standar akuntan public atas pemeriksaan laporan keuangan prospektif harus
mencakup:
a. suatu identifikasi dari laporan keuangan prospektif yang disajikan
b. suatu pernyataan bahwa pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif telah
dilakukan sesuai dengan standar AICPA dan uraian singkat tentang sifat pemeriksaan
tersebut.
c. Pendapat akuntan bahwa laporan keuangan prospektif telah disajikan sesuai dengan
pedoman penyajian AICPA dan asumsi yang memprakirakan atau dasar yang layak
untuk menetapkan proyeksi menurut asumsi-asumsi hipotesis.
d. Suatu peringatan bahwa hasil-hasil prospektif mungkin tidak dapat tercapai.
e. Suatu pernyataan bahwa akuntan tidak memikul tanggung jawab untuk
memutakhirkan laporan tentang peritiw dan situasi yang terjadi sesudah tanggal
laporan.
Penyimpangan Dari Laporan Standar seperti dalam kasus laporan tentang laporan
keuangan histories, jenis-jenis pendapat lain dapat dinyatakan pada laporan keuangan
prospektif. Situasi dan pengaruhnya terhadap pendapat akuntan public adalah sebagai berikut:
a. Jika laporan keuangan prospektif menyimpang dari pedoman penyajian AICPA, maka
pendapat wajar dengan pengecualian atau tidak wajar harus dinyatakan.

10
b. Jika penyimpangan dari pedoman AICPA adalah karena kelalaian untuk
mengungkapkan asumsi-asumsi yang signifikan. Maka pendapat tidak wajar harus
dinyatakan.
c. Jika satu atau lebih asumsi yang signifikan tidak memberikan dasar yang layak untuk
prakiraan, atau untuk proyeksi, berdasarkan asumsi-asumsi hipotesis. Maka pendapat
tidak wajar harus dinyatakan.
d. Jika pemeriksaan akuntan tidak mencakup semua prosedur yang dipandang perlu
dalam situasi itu, maka penolakan memberikan pendapat harus dinyatakan.

Penerapan Prosedur yang Disepakati Bersama


AT 200.50 menyatakan bahwa seorang akuntan dapat melasanakan penugasan atestasi
dengan prosedur yang disepakati bersama atas laporan keuangan prospektif asalkan:
a. Akuntan itu independen
b. Akuntan dan pemakai yang ditentukan setuju dengan prosedur yang dilaksanakan
atau akan dilaksanakan oleh akuntan.
c. Pemakai yang ditentukan mmikul tanggung jawab atas kecukupan prosedur yang
disepakati bersama untuk tujuan mereka.
d. Laporan keuangan prospektif mencakup suatu ikhtisar dari asumsi-asumsi yang
signifikan.
e. Laporan keuangan prosepktif di mana prosedur itu akan diterapkan merupakan pokok
dari estimasi dan pengukuran yang cukup konsisten.
f. Criteria yang akan digunakan dalam penentuan temuan-temuan telah disetujui di
antara akuntan dan pemakai yang ditentukan.
g. Apabila dapat diterapkan, ada uraian dari setiap batas materialitas yang disetujui
bersama untuk tujuan pelaporan

Kompilasi
Prosedur yang ditempuh akuntan public untuk mengkompilasi suatu perkiraan atau proyeksi
digariskan dalam AT 200.68 dan mencakup hal-hal berikut:
a. Tetapkan pemahaman dengan klien mengenai jasa yang akan dilaksanakan.
b. Tanyakan mengenai prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyiapan laporan
keuangan prospektif.
c. Tanyakan bagaimana pihak yang bertanggung jawab mengidentifikasi factor-faktor
kunci dan mengembangkan asumsi-asumsinya.

11
d. Buatlah daftar asumsi-asumsi signifikan dari pihak yang bertanggung jawab yang
memberikan dasar untuk laporan keuangan prospektif, dan pertimbangan apakah ada
penghilangan yang nyata mengingat factor-faktor kunci dimana hasil-hasil prosepektif
entitas tampak bergantung.
e. Pertimnbangan apakah ada inkonsistensi internal yang jelas dalam asumsi-asumis iut
f. Lakukan, atau uji ketepatan matematis, perhitungan yang menjabarkan asumsi ke
dalam laporan keuangan prospektif.

Laporan standar akuntan atas kompilasi laporan keuangan prospektif harus mencakup (AT
200.16);
a. Suatu identifikasi dari laporan keuangan prospektif yang disajikan oleh pihak yang
bertanggung jawab.
b. Suatu pernyataan bahwa akuntan telah mengkompilasi laporan keuangan prosepektif
sesuai dengan standar yang ditetapkan oelh America Institute if Certified Public
Accountants.
c. Suatu pernyataan bahwa kompilasi terbatas dalam ruang lingkup dan tidk
memungkinkan akuntan untuk menyatakan pendapat atau bentuk keyakinan lain atas
laporan keuangan prospektif atau asumsi–asumsinya.
d. Suatu peringatan bahwa hasil-hasil prospektif mungkin tidak tercapai.
e. Suatu pernyataan bahwa akuntan tidak memikul tanggung jawab untuk memutkhirkan
laporan peristiwa dan situasi yang terjadi sesudah tanggal laporan.

13. Pelaporan Atas Pengendalian Internal


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa berbagai faktor telah
menyebabkan berkembangnya pengakuan akan pentingnya pengendalian internal suatu
entitas. Bersamaan dengan berkembangnya pengakuan ini, meningkat pula kepentingan puhak
investor, pemerintah, Kongres AS, serta pihak lainnya agar manajemen menerbitkan asersi
tertulis tentang pengendalian internal entitas, dan agar akuntan independen melakukan atestasi
pada asersi manajemen. AICPA telah merekomendasikan agar perusahaan public disyaratkan
untuk menerbitkan laporan tersebut, termasuk atestasi akuntan independen.
AT 400 memberikan pedoman mengenai penugasan untuk memeriksa dan melaporkan
asersi manajemen tentang setiap aspek berikut dari pengendalian internal atas pelaporan
keuangan entitas:
a. Rancangan dan efektivitas operasi dari pengendalian internal entitas

12
b. Rancangan dan efektivitas operasi dati segmen pengendalian internal entitas
c. Kecocokan rancangan dari pengendalian internbal entitas
d. Rancangan dan efektivitas operasi dari pengendalian internal entitas berdasarkan
criteria yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah
Di samping melaksanakan jasa pemeriksaan atas jasa-jasa asersi di atas, akuntan
independent juga dapat melaksanakan lebih banyak penugasan prosedur yang disepakati
bersama yang terbatas dalam situasi tertentu. Akan tetapi, AT 400 melarang pelaksanaan jasa
review atau menerbitkan keyakinan negatif atas asersi manajemen tentang efektivitas
pengendalian internal.

Kondisi-kondisi untuk Pelaksanaan Penugasan


Seorang akuntan independen harus melaksanakan jenis-jenis penugasan terdahulu hanya bila
manajemen (1) menerima tanggung jawab atas efektivitas pengendaliab internal entitas itu, (2)
mengevaluasi efektivitas pengendalian internalnya dengan menggunakan criteria yang layak
yang ditetapkan oleh lembaga yang diakui, dan (3) mengacu criteria itu dalam laporan yang
memuat asersi tertulisnya. Selain itu, bukti yang mencukupi juga harus ada atau dapat
dikembangkan untuk mendukung evaluasi manajemen.

Merencanakan dan Melaksanakan Penugasan


Walaupun terdapat banyak kemiripan dalam metodologi untuk mempertimbangkan
pengendalian internal pada audit atas laporan keuangan dan ketika melaksanakan suatu
penugasan untuk memeriksa asersi tertulis manajemen tentang efektivitas pengendalian
internal, namun hal yang terakhir ini jauh lebih luas. Sebagai contoh, dalam suatu audit,
pengujian pengendalian hanya perlu dilakukan atas kebijakan dan prosedur pengendalian
apabila auditor menilai risiko pengendalian berada di bawah maksimum sebagai bagian dari
strategi untuk mengurangi pengujian substantif. Dalam suatu penugasan untuk memeriksa
asersi manajemen tentang pengendalian internal, pengujian pengendalian tergantung pada sifat
asersi dan ktiteria yang disebutkan oleh manajemen dalam laporan yang berisi asersi tersebut.
Periode waktu yang tercakup oleh pengujian pengendalian, yang merupakan periode audit
keseluruhan dalam suatu audit atas laporan keuangan, juga dapat bervariasi berdasarkan sifat
asersi dalam pemeriksaan menurut AT 400. akan tetapi, baik dalam audit maupun pemeriksaan
suatu pemahaman atas pengendalian internal harus diperoleh, dan setiap kondisi yang sapat
dilaporkan serta kelemahan material yang timbul dari pemahaman atau pengujian pengendalian
harus dikomunikasikan kepada komite audit. AT 400 memuat pedoman ekstensif tentang

13
penanganan berbagai situasi yang dapat timbul dalam suatu pemeriksaan atas beberapa jenis
asersi manajemen mengenai pengendalian internal entitas yang disebutkan sebelumnya.

Laporan Akuntan
Seperti pada Laporan J.H. Cohn , semua dalam semua hal , dengan bentuk laporan yang
direkomendasikan dalam AT 400.46 ketika akuntan tersebut telah memeriksa asersi
manajemen yang disajikan dalam laporan terpisah tentang efektivitas pengendalian internal
entitas pada tanggal tertentu

14. Atestasi Ketaatan


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa bidang lain di mana akuntan
public semakin diperlukan oleh lembaga pemerintah dan pihak lain untuk melaksanakan jasa
tambahan adalah ketaatan suatu entitas terhadap persyaratan tertentu seperti hukum,
peraturan, kontrak, aturan, atau hibah. Persyaratan ini dapat bersifat keuangan dan
nonkeuangan. Sebagai contoh, Federal Depository Insurance Corporation Improvement Act
tahun 1991 (FDICIA), mempersyaratkan bahwa lembaga simpan-pinjam tertentu yang
diasuransikan untuk menugaskan akuntan independent guna melaksanakan prosedur yang
disepakati bersama ketika menguji ketaatan lembaga tersebut terhadap undang-undang, serta
pa\eraturan “keamanan dan kesehatan” yang dirancang FDIC. Contoh untuk hal yang bersifat
nonkeuangan adalah persyaratan Environmental Protection Agency (EPA) bahwa entitas
tertentu menugaskan akuntan independen untuk melaksanakan prosedur yang disepakati
bersama mengenai ketaatan terhadap peraturan EPA, yaitu bensin yang digunakan paling
sedikit harus mengandung 2% oksigen.

Penugasan Prosedur yang Disepakati Bersama


AICPA mengeluarkan Compliance Attestation (AT 500) dalam memberikan pedoman kepada
akuntan public yang bertugas untuk melaksanakan prosedur yang disepakati bersama atas
asersi tertulis manajemen tentang (1) ketaatan entitas terhadap persyaratan tertentu, (2)
efektivitas pengendalian internal entitas atas ketaatan (yakni, proses di mana manajemen akan
mendapatkan keyakinan yang layak mengenai ketaatan terhadap persyaratan tertentu), atau (3)
keduanya. Untuk mengurangi risiko salah pengertian antara pemakai dan akuntan independen,
penugasan tersebut harus dilaksanakan hanya apabila kondisi-kondisi berikut terpenuhi: (1)
manajemen menerima tanggung jawab atas ketaatan entitas terhadap persyaratan tertentu dan
efektivitas pengendalian internal entitas atas ketaatan, (2) manajemen mengevaluasi ketaatan

14
entitas terhadap persyaratan tertentu atau efektivitaspengendalian internal entitas atas
ketaatan, dan (3) manajemen memberikan kepada para praktisi asersi tertulisnya tentang
ketaatan entitas terhadap persyaratan tertentu atau tentang efektivitas pengendalian internal
entitas atas ketaatan.
Dalam penugasan prosedur yang disepakati bersama, klien dan pemakai laporan menetapkan
prosedur yang akan dilaksanakan. Laporan akuntan public harus memuat unsure-unsur berikut:
a. Suatu judul yang memuat kata independen
b. Identifikasi dari pemakai yang ditentukan.
c. Suatu referensi ke atau pernyataan asersi manajemen tentang ketaatan entitas
terhadap persyaratan tertentu, atau tentang efektivitas pengendalian internal entitas
atas ketaatan, termasuk periode atau titik waktu yang dikemukakan dalam asersi
manajemen, dan sifat penugasan.
d. Suatu pernyataan bahwa prosedur yang telah disepakati oleh pemakai tertentu yang
diidentifikasi alam laporan, telah dilaksanakan untuk membantu pemakai dalam
mengevaluasi ketaatan tertentu atau efektivitas pengendalian internalnya atas
ketaatan, atau asersi manajemen atas hal itu.
e. Suatu referensi ke standar atestasi yang ditetapkan oleh American Institute of
Certified Public Accountants.
f. Surat pernyataan bahwa kecukupan prosedur itu merupakan tanggung jawab
pemakai yang ditentukan dan penolakan untuk penerima tanggung jawab atas
kecukupan prosedur itu.
g. Suatu daftar prosedur yang dilaksanakan (atau referensi) dan temuan yang
berkaitan. Para praktisi tidak boleh memberikan keyakinan negatif.
h. Apabila dapat diterapkan, uraikan setiap batas materialitas yang disepakati-
bersama.
i. Suatu pernyataan bahwa para praktisi tidak bertugas untuk, dan tidak,
melaksanakan pemeriksaan atas asersi manajemen tentang ketaatan terhadap
persyaratan tertentu atau tentang efektivitas pengendalian internal atas ketaatan,
penolakan memberikan pendapat atas hal itu, dan pernyataan bahwa jika para
praktisi telah melaksanakan prosedur tambahan, maka hal-hal lain yang dapat
menarik perhatiannya harus dilaporkan.
j. Sutu pernyataan tentang pembatasan penggunaan laporan karena laporan itu
dimaksudkan hanya untuk digunakan oleh pemakai tertentu. Jika laporan itu

15
merupakan catatan publik, maka para praktisiharus memuat kalimat berikut:” Akan
tetapi, laporan ini merupakan catatan publik dan pembagiannya tidak terbatas.”
k. Apabila dapat diterapkan, uraikan sifat bantuan yang diberikan oleh seorang
spesialis.

Penugasan Pemeriksaan
AT 500, Compliances Attestation, memungkinkan penugasan pemeriksaan yang menghasilkan
suatu pernyataan pendapat dari akuntan independent atas ketaatan apabila kondisi-kondisi
tambahan tertentu dipenuhi, tetapi penugasan prosedu yang disepakati bersama juga
dianjurkan lebih cocok dengan kebutuhan pemakai. Karena dalam melakukan pemeriksaan
akuntan independen menentukan prosedur yang akan dilaksanakan dan bukti yang diperlukan
guna memberikan dasar yang layak untuk menyatakan suatu pendapat, maka penugasan ini
dapat melibatkan kerumitan yang lebih besar dalam menetapkan tingkat materialitas dan dalam
menilai serta mencapai komponen risiko inheren, pengendalian, dan deteksi dari risiko atestasi.
AT 500 tidak berlaku pada situasi di mana auditor melaporkan ketaatan terhadap persyaratan
tertentu hanya berdasarkan audit atas laporan keuangan.

15. Pembahasan Dan Analisis Manajemen


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa AT 700, Management’s
Discussions and Analysis (MD&A), menyatakan bahwa penyajian pembahasan dan analisis
manajemen merupakan asersi tertulis di mana suatu penugasan atestasi dapat dilaksanakan.
Seorang akuntan publik dapat menerbitkan suatu laporan pemeriksaan atau review atas MD&A.
tujuan dari penugasan review adalah mengumpulkan cukup bukti guna memberi para praktisi
suatu dasar pelaporan apakah setiap informasi yang menarik perhatian praktisi mengakibatkan
ia yakin bahwa:
a. Penyajian MD&A tidak memasukkan, dalam semua hal yang material, unsur yang
disyaratkan dari aturan atau peraturan yang digunakan oleh SEC.
b. Jumlah keuangan histories yang termasuk di dalamnya belum diturunkan secara akurat,
dalam semua hal yang material, dari laporan keuangan entitas.
c. Informasi, penentuan, estimasi dan asumsi yang mendasari entitas tersebut tidak
memberikan dasar yang memadai untuk pengungkapan yang terkandung di dalamnya.
Dalam melaksanakan suatu penugasan review, akuntan harus mendapatkan
pemahaman tentang aturan serta peraturan yang digunakan oleh SEC untuk MD&A dan
metode manajemen dalam menyiapkan MD&A. agar seorang akuntan public dapat menerbitkan

16
laporan tentang review atas MD&A untuk periode tahunan, laporan keuangan dari periode-
periode yang tercakup oleh penyajian MD&A dan laporan yang berkaitan harus menyertai
penyajian MD&A itu. Laporan review akuntan publik harus memuat unsure-unsur berikut ini (AT
700.86):
a. Suatu judul yang memuat kata independen
b. Suatu identifikasi dari penyajian MD&A, termasuk periode yang tercakup.
c. Suatu pernyataan bahwa manajemen bertanggung jawab atas penyiapan MD&A itu
sesuai dengan aturan dan peraturan yang digunakan oleh SEC.
d. Suatu referensi ke laporan auditor mengenai laporan keuangan yang berkaitan, dan jika
laporan itu bukan merupakan laporan standar, maka alasannya bersifat substantif.
e. Suatu pernyataan bahwa review telah dilakukan sesuai dengan standar atestasi yang
ditetapkan oleh AICPA.
f. Suatu uraian mengenai prosedur review MD&A.
g. Suatu pernyataan bahwa review atas MD&A secara substansial lebih kecil lingkupnya
daripada pemeriksaan yang bertujuan menyatakan pendapat mengenai penyajian
MD&A, dan dengan demikian, tidak ada pendapat seperti itu dinyatakan.
h. Suatu paragraf yang menyatakan bahwa (1) penyiapan MD&A mengharuskan
manajemen untuk meninterpretasikan criteria, menentukan relevansi informasi yang
disertakan, dan membuat estimasi serta asumsi yang mempengaruhi informasi yang
dilaporkan, dan (2) hasil aktual di masa depan mungkin berbeda secara material dengan
penilaian manajemen saat ini atas informasi yang dilaporkan dengan pe4nilaian
manajemen saat ini atas informasi mengenai estimasi dampak masa depan dari
transaksi serta peristiwa yang telah terjadi atau diharapkan terjadi, sumber likuiditas dan
sumber daya modal yang diharapkan, tren operasi, komitmen, serta ketidak pastian.
i. Jika entitas merupakan entitas nonpublic, maka pernyataan bahwa meskipun entitas itu
tidak terkena aturan atau peratutan SEC, namun prnyajian MD&A dianggap sebagai
penyajian yang sesuai dengan aturan dan peraturan yang digunakan oleh SEC.
j. Suatu pernyataan tentang apakah setiap informasi yang menarik perhatian praktisi
mengakibatkan dia yakin bahwa:(1) penyajian MD&A tidak memasukkan, dalam semua
hal yang material, unsure yang diperlukan sesuai aturan dan peraturan yang digunakan
oleh SEC, (2) jumlah keuangan historis yang termasuk di dalamnya belum diturunkan
secara tepat, dalam semua hal yang material , dari laporan keuangan entitas itu, atau
(3)informasi, penetuan, estimasi, dan asumsi yang mendasari entitas itutidak
memberikan dasar yang memadai untuk pengungkapan yang termasuk di dalamnya.

17
k. Suatu pernyataan tentang pembatasan penggunaan laporan kepada pihak-pihak yang
ditetapkan , jika entitas itu merupakan entitas publik atau entitas nonpublik yang
melakukan atau telah menawarkan sekuritas ke bursa saham, dan sekuritas itu
kemudian terdaftar atau harus didaftarkan pada SEC atau lembaga regulator lain,
karena sekuritas itu tidak dimaksudkan untuk didaftarkan pada SEC sebagai laporan
menurut undang-undang tahun 1993 atau ungang-undang tahun 1934.

16. Jasa Akuntansi Dan Review


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa Statements on Standards for
Accounting and Reviews Service (SSARSs) dikembangkan pertama kali pada tahun 1979
ketika akuntan publik (CPA) hanya dapat memberikan dua tingkat keyakinan atas laporan
keuangan. Akuntan publik dapat mengaudit laporan keuangan, memberikan keyakinan layak
bahwa laporan keuangan itu telah bebas dari salah saji yang material, atau tidak memberikan
keyakinan tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang meterial dalam
bentuk laporan keuangan yang belum diaudit. Jasa review SSARSs semula dikembangkan
sebagai alternatif biaya yang lebih rendah dan keyakinan yang lebih rendah dari suatu audit
atas laporan keuangan perusahaan non publik.
Kondifikasi Statements on Standard for Accounting Reviews Service dirujuk oleh nomor
seksi AR yang berkaitan dengan jasa akuntansi dan review. AR 100.04 mendefinisikan
perusahaan nonpublik sebagai suatu entitas selain dari (a) perusahaan yang sekuritasnya
diperdagangkan di pasar umum baik pada bursa saham (domestik atau luar negeri) maupun di
pasar over-the-counter, termasuk sekuritas yang hanya dikutip secara lokal atau regional, (b)
perusahaan yang mendaftar pada lembaga pemerintah dalam persiapan untuk melakukan
penjualan setiap kelas sekuritasnya di pasar umum, atau (c) anak perusahaan, perusahaan
joint venture, atau entitas lain yang dikendalikan oleh suatu entitas yang tercakup dalam (a) dan
(b). SSARSs juga memberikan pedoman tentang pelaporan laporan keuangan pribadi, dan
memuat pengecualian untuk penyiapan laporan keuangan pribadi yang termasuk dalam
rencana keuangan pribadi yang disiapkan oleh seorang akuntan.
Dalam setiap penugasan yang dilaksanakan menurut SSARSs, akuntan harus
menetapkan suatu pemahaman atas entitas bersangkutan, lebih baik dalam bentuk tertulis,
mengenai jasa – jasa yang akan dilaksanakan. Jasa – jasa ini jauh lebih kecil dari audit.
Dengan demikian, pemahaman itu juga harus menentukan
a. Bahwa penugasan itu tidak dapat diandalkan untuk mengungkapkan kekeliruan,
kecurangan, atau tindakan melawan hukum.

18
b. Bahwa akuntan akan memberi tahu tingkat manajemen yang tepat setiap kekeliruan
material yang menarik perhatiannya dan setiap kecurangan atau tindakan melawan
hukum yang menarik perhatiannya, kecuali hal itu jelas tidak berkaitan.

17. Review Atas Laporan Keuangan


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa tujuan dari penugasan review
(review engagement) atas laporan keuangan perusahaan nonpublik adalah melaksanakan
tanya-jawab dan prosedur analitis, yang memberikan akuntan dasar memadai guna
menyatakan keyakinan yang terbatas bahwa tidak ada modifikasi material yang harus dibuat
pada laporan agar sesuai dengan GAAP (atau OCBOA, jika dapat diterapkan).
Prosedur yang ditempuh akuntan itu terutama didasarkan pada pengajuan pertanyaan
dan prosedur analitis. Akuntan harus mempunyai pengetahuan tentang prinsip dan praktik
akuntansi yang digunakan oleh industri serta pengetahuan tentang perusahaan itu, organisasi
dan karakteristik operasinya, serta sifat aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban yang
mendukung penggunaan pengajuan pertanyaan serta prosedur analitis secara efektif.
Pengetahuan tentang perusahaan seringkalinmeliputi pemahaman atas produk dan jasa entitas
itu serta karakteristik operasi yang penting dari organisasinya. Prosedur analitis yang ditempuh
serupa dengan dilaksanakan pada tahap perencanaan audit. Akuntan biasanya memusatkan
perhatian pada pemahaman atas strategi entitas dengan mengajukan pertanyaan mengenai
tindakan yang akan diambil dalam rapat dewan komisaris. Selanjutnya, akuntan mengajukan
pertanyaan kepada orang – orang yang mempunyai tanggung jawab atas masalah keuangan
dan akuntansi tentang prinsip akuntansi entitas itu, serta sistem akuntansi untuk transaksi dan
untuk mengembangkan informasi bagi laporan keuangan, serta masalah – masalah seperti
perubahan aktiva bisnis entitas atau praktik akuntansi atau tentang peristiwa kemudian.

18. Kompilasi Laporan Keuangan


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa tujuan dari penugasan
kompilasi (compilation engagement) adalh menyajikan dalam bentuk informasi laporan
keuangan yang merupakan representasi manajeman, tanpa harus menyatakan suatu keyakinan
atas laporan itu. Akuntan publik juga melaksanakan jenis jasa yang sama untuk perusahaan
kecil yang dapat dilaksanakan oleh seorang pejabat keuangan kepala atau kontroler dalam
menyiapkan informasi untuk manajeman perusahaan besar. Penugasan kompilasi diarahkan
guna membantu manajeman dalam penyiapan informasi keuangan-bukan memberikan
keyakinan tentang apakah informasi itu telah bebas dari salah saji yang material. Akibatnya,

19
penting bagi auditor untuk mendapatkan pemahamn dengan klien mengenai tujuan dari
penugasan itu dan fakta bahwa kompilasi tidak dapat diandalkan untuk menemukan kesalahan
atau kecurangan.
Prosedur yang ditempuh akuntan berkaitan dengan penugasan kompilasi diarahkan
untuk menyiapkan informasi, bukan memberikan keyakinan tentang informasi itu. Ketika
melaksanakan kompilasi, AR 100.12 menyatakan bahwa akuntan tidak wajib untuk mengajukan
pertanyaan atau melaksanakan prosedur lain guna memverifikasi, mendukung, atau mereview
informasi yang diberikan oleh entitas itu. Akan tetapi, akuntan mungkin telah mengajukan
pertanyaan atau melaksanakan prosedur lainnya. Hasil dari pengajuan pertanyaan atau
prosedur tersebut, berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari penugasan sebelumnya, atau
dari laporan keuangannya sendiri dapat menyebabkan akuntan menyadari bahwa informasi
yang diberikan oleh entitas adalah tidak benar, tidak tengkap atau sebaliknya tidak memuaskan
untuk tujuan kompilasi laporan keuangan. Dalam situasi ini, akuntan harus memperoleh
informasi tambahan atau yang direvisi, maka akuntan harus dipertimbangkan apakah modifikasi
atas laporan standarnya telah memadai untuk mengungkapkan penyimpangan itu, atau apakah
ia harus menarik diri dari penugasan kompilasi.
Accounting and Review Service Committee sedang mengevaluasi exposure draft yang
memungkinkan akuntan untuk mengevaluasi risiko bahwa pihak ketiga akan menggunakan
laporan keuangan yang dikompilasi. Menurut exposure draft itu, apabila auditor menjawab
bahwa ada sedikit risiko pihak ketiga menggunakan laporan keuangan itu, akuntan dapat
a. Menerbitkan laporan kompilasi.
b. Mendapatkan surat penugassan yang ditandatangani oleh manajeman yang
mendokumentasikan suatu pemahamn dengan entitas mengenai jasa yang akan
dilaksanakan.
c. Mengeluarkan surat kepada manajemen yang mendokumentasikan pemahaman
dengan entitas tentang jasa yang akan dilaksanakan.

19. Pertimbangan Lain Perubahan Penugasan


Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa pada saat memberikan jasa
profesional, seorang akuntan dapat diminta untuk mengubah satu jenis jasa ke yang lain. Suatu
perubahan merupakan langkah naik (step up) bila hal itu menghasilkan tingkat keyakinan yang
lebih tinggi daripada yang semula disepakati. Akuntan publik dapat menyetujui jenis perubahan
ini bila (1) terdapat bukti yang mencukupi untuk mendukung tingkat keyakinan yang lebih tinggi
dan (2) kemungkinan besar penugasan yang direvisi tampak dapat diselesaikan sesuai dengan

20
standar profesional. Faktor – faktor yang dapat membatasi akuntan publik dapat berubah
ketersediaan personil dan pertimbangan praktis yang bertalian dengan pendapatan waktu
pekerjaan. Sebaliknya, perubahan penugasan merupakan langkah turun (step down) bila
tingkat keyakinan yang lebih rendah diminta oleh klien. Perubahan ini dapat diterima oleh
akuntan publik jika terdapat pengertian mengenai penugasan semula atau situasi klien telah
berubah.

C. KASUS JASA DAN PELAPORAN LAIN


BPK melampiran hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan berbagai jenis jasa dan
pelaporan lain yang dilaksanakan pada tahun 2013. Pada Semester I Tahun 2013, BPK
memprioritaskan pemeriksaannya pada pemeriksaan keuangan yakni Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian Lembaga (LKKL), Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), dan Laporan Keuangan Badan Lainnya termasuk Bank
Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan. Hal tersebut disebabkan pemeriksaan atas
laporan keuangan bersifat mandatory audit yang harus dilaksanakan BPK. Prioritas
pemeriksaan terhadap laporan keuangan tersebut dilaksanakan tanpa mengurangi program-
program pemeriksaan lain yang telah direncanakan yaitu pemeriksaan kinerja dan PDTT.
Dengan demikian, pemeriksaan kinerja dan PDTT dapat berjalan paralel dengan pemeriksaan
laporan keuangan sesuai dengan agenda prioritas tiap-tiap jenis pemeriksaan.
IHPS I Tahun 2013 mengungkapkan sebanyak 13.969 kasus kelemahan sistem
pengendalian intern dan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan senilai
Rp56,98 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.589 kasus merupakan temuan yang
berdampak finansial yaitu temuan ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundangundangan
yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan senilai Rp10,74
triliun. Rekomendasi BPK terhadap kasus-kasus tersebut antara lain adalah penyerahan aset
dan/atau penyetoran ke kas negara/daerah/ perusahaan milik negara/daerah. Adapun
sebanyak 5.747 kasus merupakan kelemahan SPI, sebanyak 2.854 kasus penyimpangan
administrasi, serta ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan sebanyak 779 kasus
senilai Rp46,24 triliun. Rekomendasi BPK atas kasus tersebut adalah perbaikan SPI dan/atau
tindakan administratif dan/atau tindakan korektif lainnya. Selama proses pemeriksaan, entitas
telah menindaklanjuti temuan ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian,
dan kekurangan penerimaan dengan penyerahan aset atau penyetoran ke kas
negara/daerah/perusahaan senilai Rp372,40 miliar.

21
Pemeriksaan Keuangan dilakukan atas LKPP Tahun 2012, 92 LKKL termasuk LK
Bendahara Umum Negara (BUN) Tahun 2012, 415 LKPD Tahun 2012, serta 6 LK badan
lainnya termasuk Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan. Selain itu, BPK juga telah
melakukan pemeriksaan keuangan atas LK Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) dan 4 LKPD TA 2011. Pada semester I Tahun
2013, BPK memberikan opini WDP atas LKPP Tahun 2012. Terhadap 92 LKKL termasuk KL
BUN Tahun 2012, BPK memberikan opini WTP atas 68 LKKL, opini WDP atas 22 LKKL
termasuk LK BUN, dan opini TMP pada 2 LKKL. Sementara itu, terhadap LK BP Batam Tahun
2011, BPK memberikan opini TMP. Selain itu, pada Semester I Tahun 2013, BPK telah
melakukan pemeriksaan atas 6 LK badan lainnya Tahun 2012, yang meliputi LK Bank
Indonesia (BI) dengan opini WTP, LK Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan opini TMP,
LK Penyelenggara Ibadah Haji (PIH) Tahun 1433 H/2012 M dengan opini WDP, LK Loan ADB
No. 2575-INO pada Rural Infrastructure Support (RIS) to the Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM) Project II Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum (PU) dengan opini WTP, LK Loan ADB No. 2654-INO pada Metropolitan Sanitation
Management and Health Project (MSMHP) Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU
dengan opini WTP, dan LK Loan ADB 2768-INO pada Urban Sanitation and Rural Infrastructure
(USRI) Support to PNPM Project Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU dengan opini
WTP.
Terhadap 415 LKPD Tahun 2012, BPK memberikan opini WTP atas 113 entitas, opini
WDP atas 267 entitas, opini TW atas 4 entitas, opini TMP atas 31 entitas, dan opini TMP atas 4
LKPD Tahun 2011. Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukkan peningkatan persentase opini
WTP, dan penurunan persentase opini WDP serta TMP. Kondisi tersebut secara umum
menggambarkan perbaikan yang dicapai oleh entitas pemerintahan daerah dalam menyajikan
suatu laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku. Selanjutnya, penyajian
suatu laporan keuangan yang wajar merupakan gambaran dan hasil dari pengelolaan keuangan
yang lebih baik. Adapun permasalahan-permasalahan atas LKPD Tahun 2012 yang tidak
memperoleh opini WTP antara lain adalah pada akun aset tetap yang belum dilakukan
inventarisasi dan penilaian, penatausahaan kas yang tidak sesuai dengan ketentuan, piutang,
investasi permanen dan non permanen, penyertaan modal belum disajikan dengan
menggunakan metode ekuitas, saldo dana bergulir belum disajikan dengan metode nilai bersih
yang dapat direalisasikan, penatausahaan persediaan tidak memadai, dan
pertanggungjawaban belanja hibah, belanja barang dan jasa, belanja pegawai, dan belanja
modal tidak sesuai dengan ketentuan. Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Semester I

22
Tahun 2013 menunjukan adanya 5.307 kasus kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan sebanyak 7.282 kasus senilai Rp7,82
triliun. Selama proses pemeriksaan keuangan, entitas telah menindaklanjuti temuan
ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan
dengan penyerahan aset dan/atau penyetoran uang ke kas negara/ daerah senilai Rp340,35
miliar.
Pemeriksaan kinerja dilakukan atas 9 objek pemeriksaan, terdiri atas 5 objek
pemeriksaan di lingkungan Pemerintah Pusat, 1 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah
provinsi, 1 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah kabupaten, 1 objek pemeriksaan di
lingkungan badan layanan umum daerah (BLUD), dan 1 objek pemeriksaan di lingkungan
BUMN. Hasil pemeriksaan kinerja Semester I Tahun 2013 menemukan 1 kasus
ketidakhematan/ ketidakekonomisan senilai Rp5,28 miliar, 3 kasus ketidakefisienan senilai
Rp22,95 miliar, dan 93 kasus ketidakefektifan senilai Rp19,45 miliar. Hasil pemeriksaan kinerja
juga mengungkapkan adanya 65 kasus kelemahan pengendalian intern yang mempengaruhi
kehematan/ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, serta 5 kasus ketidakpatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan senilai Rp1,36 miliar.
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) dilakukan atas 69 objek pemeriksaan.
PDTT tersebut meliputi 25 objek pemeriksaan di lingkungan Pemerintah Pusat, 5 objek
pemeriksaan di lingkungan pemerintah provinsi, 13 objek pemeriksaan di lingkungan
pemerintah kabupaten/kota, 21 objek pemeriksaan di lingkungan BUMN, 4 objek pemeriksaan
di lingkungan BUMD, dan 1 objek pemeriksaan di lingkungan BLUD. Cakupan pemeriksaan
atas 69 objek pemeriksaan tersebut adalah senilai Rp365,18 triliun atau sekitar 47,80% dari
realisasi anggaran senilai Rp763,88 triliun. Hasil PDTT dikelompokkan dalam enam tema yakni
pengelolaan pendapatan dan pelaksanaan belanja; pengelolaan Program Perluasan Akses dan
Peningkatan Mutu Sekolah Menengah Pertama (SMP); penyelenggaraan ujian nasional tingkat
pendidikan dasar dan pendidikan menengah Tahun 2012 dan 2013; pengelolaan dana Pekan
Olahraga Nasional (PON) XVIII Tahun 2012; pelaksanaan subsidi dan operasional BUMN; dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu lainnya.
Hasil PDTT Semester I Tahun 2013 mengungkapkan adanya 1.213 kasus yang terdiri
atas 375 kasus kelemahan SPI dan 838 kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-
undangan senilai Rp49,11 triliun. Dari total kasus temuan PDTT tersebut, sebanyak 467 kasus
senilai Rp4,08 triliun merupakan temuan yang berdampak finansial yaitu temuan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian,
potensi kerugian, kekurangan penerimaan. Dari temuan kerugian, potensi kerugian, dan

23
kekurangan penerimaan senilai Rp4,08 triliun, selama proses pemeriksaan entitas telah
menindaklanjuti dengan penyerahan aset dan/atau penyetoran ke kas
negara/daerah/perusahaan milik negara/daerah senilai Rp32,05 miliar.
Hasil Pemeriksaan yang Signifikan pada Semester I Tahun 2013 yang perlu
mendapatkan perhatian dari pemerintah, lembaga perwakilan, dan seluruh pemangku
kepentingan antara lain:
1. Penyajian dan pengamanan aset tetap;
2. Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang pada pengadaan barang dan jasa;
3. Pengelolaan utang negara;
4. Pengelolaan Program Perluasan Akses dan Peningkatan Mutu Sekolah Menengah Pertama
(SMP);
5. Penyelenggaraan Ujian Nasional Tingkat Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Tahun 2012 dan 2013; dan
6. Pelaksanaan subsidi/kewajiban pelayanan umum.
Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan mengungkapkan bahwa
dalam periode Tahun 2009 s.d. Tahun 2013 (Semester I) secara keseluruhan dari Pemerintah
Pusat, pemerintah daerah, BUMN, Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Kontraktor Kontrak
Kerja Sama (KKKS), Lembaga, Saham Pemerintah 50%, Penyertaan BUMN, dan Otorita,
terdapat 193.600 rekomendasi senilai Rp73,27 triliun. Sebanyak 98.227 rekomendasi (50,74%)
telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi, sedangkan sebanyak 49.335 rekomendasi
(25,48%) belum sesuai rekomendasi dan/atau dalam proses tindak lanjut, dan sebanyak 45.830
rekomendasi (23,67%) belum ditindaklanjuti, serta sebanyak 208 rekomendasi (0,11%) tidak
dapat ditindaklanjuti. Dari 98.227 rekomendasi senilai Rp24,16 triliun yang ditindaklanjuti sesuai
rekomendasi, di antaranya telah ditindaklanjuti dengan penyerahan aset ke negara/penyetoran
ke kas negara secara kumulatif sejak Tahun 2009 s.d. Tahun 2013 (Semester I) senilai Rp15,17
triliun.
Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah pada Semester I Tahun 2013
menunjukkan bahwa kasus kerugian negara/daerah yang terjadi pada Semester I Tahun 2013
sebanyak 300 kasus senilai Rp39,29 miliar. Penyelesaian kasus kerugian negara/daerah
dimaksud di antaranya berupa angsuran sebanyak 90 kasus senilai Rp3,75 miliar dan
pelunasan sebanyak 87 kasus senilai Rp1,67 miliar. Sisa kasus kerugian negara/daerah
Semester I Tahun 2013 sebanyak 258 kasus senilai Rp33,87 miliar. Pemantauan Tindak Lanjut
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Mengandung Unsur Pidana yang Disampaikan
kepada Instansi yang Berwenang pada Semester I Tahun 2013 adalah sebanyak 14 laporan

24
yang mengungkapkan 42 temuan dengan nilai Rp246,98 miliar dan USD345,572.34 ribu atau
total setara dengan Rp3.678,16 miliar berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal 28
Juni 2013.
Dengan demikian Laporan Hasil Pemeriksaan BPK mengandung unsur pidana yang
telah disampaikan kepada instansi yang berwenang sejak Tahun 2003 s.d. Semester I Tahun
2013 sebanyak 425 temuan senilai Rp40.522,64 miliar. Dari 425 temuan tersebut, BPK telah
menyampaikan kepada Kepolisian Negara RI sebanyak 60 temuan, Kejaksaan RI sebanyak
200 temuan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebanyak 165 temuan. Secara
keseluruhan instansi yang berwenang telah menindaklanjuti 282 temuan atau 66,35% yaitu
pelimpahan kepada jajaran/penyidik lainnya sebanyak 40 temuan, penyelidikan sebanyak 86
temuan, penyidikan sebanyak 32 temuan, proses penuntutan dan persidangan sebanyak 22
temuan, telah diputus peradilan sebanyak 88 temuan, dan penghentian penyidikan dengan
surat perintah penghentian penyidikan (SP3) sebanyak 14 temuan. Adapun sebanyak 143
temuan atau 33,65% belum ditindaklanjuti atau belum diketahui informasi tindak lanjutnya dari
instansi yang berwenang. Dalam sambutannya, Ketua BPK mengapresiasi dukungan Panitia
Akuntabilitas Publik (PAP) DPD RI yang telah menindaklanjuti hasil peeriksaan BPK dengan
sangat bersungguh-sungguh. BPK mengharapkan agar kerjasama tersebut dapat ditingkatkan
untuk perbaikan pengelolaan keuangan negara.

D. PEMBAHASAN ARTIKEL
1. Audit Services Fee, Non-Audit Services and the Reliability of Earnings
Artikel ini diteliti oleh Malek dan Saidin pada tahun 2013. Audit eksternal adalah penting
karena keyakinan bahwa hal itu dapat meningkatkan keandalan pengguna laporan keuangan.
Remunerasi yang diterima oleh auditor dari klien bisa dalam dua bentuk; biaya audit fee jasa
dan non-audit layanan Namun, persepsi negatif terhadap independensi auditor menurun
kehandalan investor terhadap laporan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek dari
biaya audit dan non-audit terhadap koefisien respon laba. persepsi negatif terhadap
independensi auditor mengenai jumlah tinggi biaya berkurang kehandalan investor pada
pendapatan diaudit dan dengan demikian, hasil di ERC yang lebih rendah.
Berdasarkan 270 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada tahun 2011, hasil
regresi OLS menunjukkan bahwa investor menempatkan keandalan yang lebih rendah pada
pendapatan diaudit oleh auditor sangat dibayar. Investor melihat biaya tinggi sebagai bentuk
kompensasi kepada auditor. Temuan ini konsisten dengan studi sebelumnya yang dirasakan
yang telah menemukan persepsi negatif pada biaya tinggi. Hal ini juga menemukan bahwa

25
investor melihat pada total biaya dan biaya audit tidak individu atau non-audit yang diterima
oleh auditor.

2. Non-Audit Service and Audit Independence: Evidences from Iran


Artikel ini diteliti oleh Salehi pada tahun 2009. Hari ini audit dan akuntansi perusahaan
juga melakukan jasa akuntansi terkait lainnya, seperti layanan pajak, dan menyediakan
beragam layanan audit non, seperti penasihat manajemen atau jasa konsultasi non akuntansi.
Dari beberapa tahun terakhir pada, karena beberapa alasan independensi auditor menjadi
dirusak, sejauh beberapa faktor mengakui bahwa yang merusak independensi, terutama
layanan non-audit demikian, dalam kondisi ini mungkin muncul untuk mempengaruhi
independensi. Untuk menguji pengaruh NAS signifikan untuk mengaudit independensi antara
dua pihak responden, Mann-Whitney U test digunakan yang merupakan non-parametrik setara
dengan t-test, dianggap tepat untuk pengukuran ordinal, seperti timbangan Likert digunakan
dalam penelitian ini.
Profesi audit diatur di seputar beberapa konflik sentral. Klien menyewa auditor dan
membayar biaya tetapi auditor seharusnya melakukan audit dalam mode independen
berpegang pada independensi profesi. Apa saja faktor dapat mempengaruhi audit kemerdekaan
harus dihilangkan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemegang saham sangat percaya
bahwa NAS merusak independensi auditor. Selain itu, hasil penelitian pemisahan internal audit
dan fungsi konsultasi dalam perusahaan audit yang sama tidak dipandang sebagai
menguntungkan di Iran.

3. Commercialization of Accounting Profession: The Case of Non-audit Services


Artikel ini diteliti oleh Sori, Karbhari, dan Mohamad pada tahun 2010. Selama dekade
terakhir, profesi akuntansi telah menyaksikan komersialisasi perusahaan audit melalui
penawaran jasa non-audit (yaitu jasa konsultasi bisnis) untuk klien audit mereka. Regulator dan
pemangku kepentingan telah menempatkan perhatian besar pada potensi ancaman
komersialisasi jasa audit atas independensi auditor dirasakan. Penelitian ini melaporkan efek
pemberian bersama jasa audit dan non-audit (NAS) dan jenis NAS pada independensi auditor
dirasakan.
Studi ini mengkaji persepsi auditor Malaysia, petugas kredit dan manajer senior dari
perusahaan terdaftar publik tentang pengaruh pemberian gabungan jasa audit dan non-audit
atas independensi auditor. Mayoritas responden setuju bahwa penyediaan NAS untuk
mengaudit klien oleh tim perikatan audit akan mengancam kemerdekaan. Mungkin, ini mungkin

26
menunjukkan 'keprihatinan tentang kemampuan auditor independen bertindak sebagai
pengawas untuk menjamin kebenaran dan keadilan dari nasabah responden rekening, dan
pada saat yang sama untuk melakukan NAS tugas mereka untuk memberikan nasihat dan
berkonsultasi dengan klien. Temuan utama menunjukkan bahwa independensi auditor dianggap
dikompromikan ketika audit dan NAS yang bersama-sama ditawarkan oleh perusahaan audit.
Namun, ketika terdapat pemisahan yang tepat dari tugas di perusahaan audit yang
menawarkan kedua layanan, persepsi berubah.

E. PENUTUP
Suatu audit akan diakhiri dengan pernyataan pendapat mengenai kelayakan penyajian
unsur, akun, atau pos-pos spesifik. Dalam menyatakan pendapat. AU 662.13 menunjukkan
auditor harus mengakui bahwa konsep materialitas harus dikaitkan dengan masing-masing
unsur, akun, atau pos yang dilaporkan, bukan dengan laporan keuangan secara keseluruhan.
Lebih lanjut, auditor tidak boleh menyatakan pendapat atas data spesifik apabila ia telah
menyatakan pendapat tidak wajar atau penolakan memberikan pendapat tentang laporan
keuangan, kecuali data spesifik itu hanya merupakan bagian yang tidak signifikan dari laporan
keuangan. Secara umum akuntan publik dapat memberikan empat tingkatan keyakinan yang
berbeda berkaitan dengan penugasan, yaitu : (1) tingkat keyakinan audit, (2) tingkat keyakinan
review, (3) prosedur yang disepakati bersama, dan (4) tidak ada keyakinan.

27
Daftar Pustaka
Boynton, W. C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. 2004. Modern Auditing. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Malek, M., & Saidin, S. F. 2013. Audit Services Fee, Non-Audit Services and the Reliability of
Earnings. International Journal of Trade, Economics and Finance. Vol. 4, No. 5, Hal. 259-
264.( http://www.ijtef.org/papers/297-B00041.pdf)

Nida, Desak Ruric Pradnya Paramitha. 2014. Pengaruh Persaingan, Pemberian Jasa Lain, Dan
Sifat Machiavellian Pada Ndependensi Auditor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Vol. 7, No. 3, Hal. 778-790. (http://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/viewFile/7635
/6910)

Salehi, Mahdi. 2009. Non-Audit Service and Audit Independence: Evidences from Iran.
International Journal of Business and Management. Vol. 4, No. 2, Hal. 142-152. (http://cite
seerx.ist.psu.edu/viewdoc/download;jsessionid=8A752FF26FD751EC50264B2259F6F2A
0?doi=10.1.1.651.3368&rep=rep1&type=pdf)

Silalahi, Sem Paulus. 2014. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Membutuhkan


Jasa Kantor Akuntan Publik (Studi Empiris Pada Perusahaan Menengah Di Kota Medan).
Jurnal Akuntansi. Vol. 3, No. 1, Hal. 29-42. (http://download.portalgaruda.org/article.php?a
rticle=291416&val=5118&title=FAKTOR%C3%A2%E2%82%AC%E2%80%9CFAKTOR%
20YANG%20MEMPENGARUHI%20PERUSAHAAN%20MEMBUTUHKAN%20JASA%20
KANTOR%20AKUNTAN%20PUBLIK%20(Studi%20Empiris%20Pada%20Perusahaan%2
0Menengah%20Di%20Kota%20Medan)

Sori, Z. M., Karbhari, Y., & Mohamad, S. 2010. Commercialization of Accounting Profession:
The Case of Non-audit Services. Int. Journal of Economics and Management. Vol. 4, No.
2, Hal. 212-242. (http://econ.upm.edu.my/ijem/vol4no2/bab02.pdf)

28

Anda mungkin juga menyukai