Nama :
NIM :
Kelas :
B. LANDASAN TEORI
1. Tingkat Keyakinan
Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa secara umum, akuntan publik
dapat memberikan empat tingkat keyakinan (level of assurance) yang berbeda berkaitan
dengan penugasan. Keempat tingkat keyakinan dasar itu dapat diuraikan sebgai berikut :
a. Tingkat keyakinan audit atau pemeriksaan, dimana tujuan dari penugasan adalah
pernyataan positif dari suatu pendapat yang diberikan oleh akuntan publik mengenai
asersi manajemen yang diatur dalam standar profesional
b. Tingkat keyakinan review, di mana tujuan dari penugasan bagi akuntan publik adalah
menyatakan keyakinan negatif (negative assurance) bahwa tidak ada yang menarik
perhatiannya yang menyebabkan akuntan publik berpendapat bahwa asersi oleh
manajemen yang diatur dalam standar profesional akan menyesatkan.
c. Prosedur yang disepakati bersama, di mana tujuan dari penugasan bagi akuntan publik
adalah memberikan ikhtisar temuan-temuan berdasarkan prosedur yang disepakati
bersama yang berlaku atas suatu asersi oleh manajemen yang diatur dalam standar
profesional.Tingkat keyakinan dapat bervariasi tergantung pada prosedur yang berlaku
atas asersi itu.
d. Tidak ada keyakinan, di mana tujuan dari penugasan adalah membantu manajemen
dalam penyiapan informasi yang termasuk dalam suatu asersi yang diatur oleh standar-
1
standar profesional.Akuntan publik akan menyatakan secara eksplisit bahwa tidak ada
keyakinan yang diberikan dalam laporannya yang berkaitan dengan asersi manajemen.
2
dengan GAAP. AU 623, Special Reports (SAS 62 & 77), menunjukkan bahwa istilah laporan
khusus berlaku pada laporan auditor atas
a. Laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan dasar akuntansi komprehensif selain
dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
b. Unsur, akun, atau pos-pos spesifik dari laporan keuangan.
c. Ketaatan pada aspek-aspek perjanjian kontraktual atau persyaratan peraturan yang
berkaitan dengan laporan keuangan yang telh diaudit.
d. Penyajian keuangan agar sesuai dengan perjanjian kontraktual atau ketentuan
peraturan
e. Informasi keuangan yang disajikan dalam bentuk atau skedul yang ditetapkan yang
memerlukan bentuk laporan auditor yang ditetapkan.
3
telah menyatakan pendapat tidak wajar atau penolakan memberikan pendapat tentang laporan
keuangan, kecuali data spesifik itu hanya merupakan bagian yang tidak signifikan dari laporan
keuangan
- Prosedur yang Disepakati Bersama
Penerapan prosedur yang disepakati bersama (agreed-upon procedures) bukan
merupakan suatu audit. Jenis jasa ini dapat terjadi, misalnya, dalam akuisisi yang diusulkan
apabila calon pembeli meminta akuntan hanya merekonsiliasi saldo bank dan mengkonfirmasi
piutang usaha.AU 622, Special Reports – Applying Agreed-upon Procedures to Specified
Elements, Accounts, or Items of audit Financial Statement (SAS 75dan 87), menyatakan bahwa
seorang akuntan independen dapat menerima penugasan dengan menerapkan prosedur yang
disepakati bersama atas unsure, akun, atau pos spesifik dalam laporan keuangan menurut
kondisi-kondisi berikut:
a. Akuntan itu independent
b. Akuntan dan pihak-pihak tertentu menyetujui prosedur yang dilaksanakan atau akan
dilaksanakan oleh akuntan.
c. Pihak-pihak tertentu memikul tanggung jawab atas kecukupan prosedur yang disepakati
bersama untuk tujuan mereka
d. Prosedur yang dilaksanakan diharapkan dapat menghasilkan temuan yang cukup
konsisten
e. Dasar akuntansi dari unsur, akun, atau pos spesifik dalam laporan keuangan jelas
dipahami oleh pihak-pihak tertentu dan akuntan
f. Prosedur itu akan diterapkan pada hal-hal yang dapat diestimasi atau diukur secara
layak dan konsisten
g. Bukti-bukti yang berkaitan dengan penerapan prosedur tersebut diharapkan dapat
memberi dasar yang layak guna menyatakan temuan-temuan dalam laporan akuntan
h. Apabila dapat diterapkan, maka akuntan dan pihak yang ditetapkan akan menyetujui
setiap batas materialitas untuk tujuan pelaporan
i. Penggunaan laporan itu terbatas pada pihak-pihak yang ditentukan
Untuk memastikan bahwa semua pihak yang ditetapkan memahami prosedur yang
disepakati bersama, dan memikul tanggung jawab atas kecukupan prosedur tersebut, akuntan
biasanya akan berkomunikasi langsung dengan dan mendaptkan pemberitahuan yang
menguatkan atau afirmatif dari setiap pihak yang ditetapkan itu. Tanggung jawb akuntan dalam
prosedur yang disepakati bersama adalah melaksanakan prosedur itu dan melaporkan temuan
sesuai dengan standar umum, pekerjaan lapangan, dan pelaporan yang berlaku.
4
6. Laporan Ketaatan Yang Berkaitan
Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa perusahaan mungkin diwajibkan
oleh perjanjian kontraktual atau lembaga pemerintah untuk menyerahkan laporan ketaatan yang
dibuat oleh auditor independen.Selain mempersyaratkan laporan keuangan yang telah diaudit,
pemberi pinjaman atau wali amanatnya juga seringkali meminta kepastian dari auditor
independen bahwa peminjam menaati ketentuan akuntansi dan auditing dari perjanjian itu.
Auditor memenuhi permintaan ini dengan memberikan keyakinan negatif atas ketaatan dengan
menyatakan ”tidak ada yang menarik perhatian kami yang menunjukkan bahwa perusahaan
tidak menaati” AU 623.19 menyatakan bahwa keyakinan ini tidak boleh diberikan kecuali auditor
telah mengaudit laporan keuangan yang berkaitan dengan perjanjian atau persyaratan
pemerintah itu.Lebih lanjut, keyakinan tersebut tidak boleh diperluas hingga ketentuan yang
berkaitan dengan hal-hal yang belum menjadi pokok dari prosedur audit yang dilaksanakan
dalam audit atas laporan keuangan itu, dan tidak boleh diberikan jika audit menghasilkan
pendapat tidak wajar atau penolakan memberikan pendapat. Keyakinan auditor atas ketaatan
dapat diberikan dalam laporan terpisah atau dalam satu atau lebih paragraf penjelasan sesudah
paragraf pendapat dari suatu laporan atas laporan keuangan yang telah diaudir.
5
terjadinya serta (2) memilih pertanyaan yang akan diajukan dan prosedur analitis yang akan
memberikan dasar pelaporan apakah modifikasi yang material harus dilakukan terhadap IKI
agar sesuai dengan GAAP.
Sebagai hasil dari prosedur yang dilaksanakan dalam review SAS 71, akuntan dapat
menyimpulkan bahwa IKI yang diserahkan atau yang akan diserahkan kepada lembaga
pemerintah mungkin mengandung salah saji yang material karena penyimpangan dari
GAAP.Dalam kasus demikian, akuntan harus membahas hal itu dengan manajemen.Jika
manajemen tidak menanggapi secara layak, maka akuntan harus menyampaikan, baik secara
lisan ataupun tertulis, kepada komite audit sesegera mungkin. Jika komite audit juga tidak
menaggapi secara layak atau dalam jangka waktu yang wajar, maka akuntan harus
mengevaluasi apakah akan menarik diri (a) dari penugasan yang berkaitan dengan IKI, (b)
sebagai auditor entitas yang mengaudit laporan keuangan tahunannya.
Laporan Akuntan tentang Review SAS 71 atas IKI
Laporan standar untuk mereview IKI yang disajikan secara terpisah dari laporan keuangan yang
telah diaudit dimulai dengan judul yang mencakup kata-kata akuntan independen. Paragraf
pendahuluan mengidentifikasi jenis jasa yang diberikan (”kami telah mereview....”), informasi
yang direview, nama entitas, dan tanggung jawab manajemen atas informasi itu. Parsgraf
kedua, atau ruang lingkup, menegaskan bahwa review telah dilaksanakan sesuai dengan
standar AICPA, yang secara singkat menelaskan review itu, membedakan antara review
dengan audit, dan menolak pemberian pendapat atas informasi yang direview. Paragraf ketiga
berisi keyakinan negatif yang didasarkan atas review itu.
6
dilakukan dan menyertakan penolakan memberikan pendapat.Disamping itu, setiap halaman
dari laporan keuangan itu juga harus ditandai ”belum diaudit”.
7
f. Penugasan di mana par praktisi bertugas untuk memberi kesaksian sebagai saksi ahli
dalam masalah akuntansi, auditing, perpajakan, atau hal lain, dengan adanya fakta
tertentu yang diterapkan.
8
11. Penugasan Yang Dilaksanakan Menurut Standar Atestasi
Boynton, Johnson, dan Kell (2004) menjelaskan bahwa menurut Statements on
Standards for Attestation Enggements (SSAEs) memusatkan perhatian pada empat jenis
penugasan:
a. Prakiraan dan proyeksi keuangan
b. Pelaporan atas pengendalian internal entitas
c. Atestasi ketaatan
d. Pembahasan dan analisis manajemen
9
Seorang akuntan publik dapat menerima penugasan untuk melaksanakan salah satu
dari tiga jenis jasa berkenaan dengan laporan keuangan prospektif bila penggunaan oleh pihak
ketiga telah diantisipasi:
a. kompilasi
b. pemeriksaan
c. penerapan prosedur yang disepakati bersama.
10
b. Jika penyimpangan dari pedoman AICPA adalah karena kelalaian untuk
mengungkapkan asumsi-asumsi yang signifikan. Maka pendapat tidak wajar harus
dinyatakan.
c. Jika satu atau lebih asumsi yang signifikan tidak memberikan dasar yang layak untuk
prakiraan, atau untuk proyeksi, berdasarkan asumsi-asumsi hipotesis. Maka pendapat
tidak wajar harus dinyatakan.
d. Jika pemeriksaan akuntan tidak mencakup semua prosedur yang dipandang perlu
dalam situasi itu, maka penolakan memberikan pendapat harus dinyatakan.
Kompilasi
Prosedur yang ditempuh akuntan public untuk mengkompilasi suatu perkiraan atau proyeksi
digariskan dalam AT 200.68 dan mencakup hal-hal berikut:
a. Tetapkan pemahaman dengan klien mengenai jasa yang akan dilaksanakan.
b. Tanyakan mengenai prinsip akuntansi yang digunakan dalam penyiapan laporan
keuangan prospektif.
c. Tanyakan bagaimana pihak yang bertanggung jawab mengidentifikasi factor-faktor
kunci dan mengembangkan asumsi-asumsinya.
11
d. Buatlah daftar asumsi-asumsi signifikan dari pihak yang bertanggung jawab yang
memberikan dasar untuk laporan keuangan prospektif, dan pertimbangan apakah ada
penghilangan yang nyata mengingat factor-faktor kunci dimana hasil-hasil prosepektif
entitas tampak bergantung.
e. Pertimnbangan apakah ada inkonsistensi internal yang jelas dalam asumsi-asumis iut
f. Lakukan, atau uji ketepatan matematis, perhitungan yang menjabarkan asumsi ke
dalam laporan keuangan prospektif.
Laporan standar akuntan atas kompilasi laporan keuangan prospektif harus mencakup (AT
200.16);
a. Suatu identifikasi dari laporan keuangan prospektif yang disajikan oleh pihak yang
bertanggung jawab.
b. Suatu pernyataan bahwa akuntan telah mengkompilasi laporan keuangan prosepektif
sesuai dengan standar yang ditetapkan oelh America Institute if Certified Public
Accountants.
c. Suatu pernyataan bahwa kompilasi terbatas dalam ruang lingkup dan tidk
memungkinkan akuntan untuk menyatakan pendapat atau bentuk keyakinan lain atas
laporan keuangan prospektif atau asumsi–asumsinya.
d. Suatu peringatan bahwa hasil-hasil prospektif mungkin tidak tercapai.
e. Suatu pernyataan bahwa akuntan tidak memikul tanggung jawab untuk memutkhirkan
laporan peristiwa dan situasi yang terjadi sesudah tanggal laporan.
12
b. Rancangan dan efektivitas operasi dati segmen pengendalian internal entitas
c. Kecocokan rancangan dari pengendalian internbal entitas
d. Rancangan dan efektivitas operasi dari pengendalian internal entitas berdasarkan
criteria yang ditetapkan oleh lembaga pemerintah
Di samping melaksanakan jasa pemeriksaan atas jasa-jasa asersi di atas, akuntan
independent juga dapat melaksanakan lebih banyak penugasan prosedur yang disepakati
bersama yang terbatas dalam situasi tertentu. Akan tetapi, AT 400 melarang pelaksanaan jasa
review atau menerbitkan keyakinan negatif atas asersi manajemen tentang efektivitas
pengendalian internal.
13
penanganan berbagai situasi yang dapat timbul dalam suatu pemeriksaan atas beberapa jenis
asersi manajemen mengenai pengendalian internal entitas yang disebutkan sebelumnya.
Laporan Akuntan
Seperti pada Laporan J.H. Cohn , semua dalam semua hal , dengan bentuk laporan yang
direkomendasikan dalam AT 400.46 ketika akuntan tersebut telah memeriksa asersi
manajemen yang disajikan dalam laporan terpisah tentang efektivitas pengendalian internal
entitas pada tanggal tertentu
14
entitas terhadap persyaratan tertentu atau efektivitaspengendalian internal entitas atas
ketaatan, dan (3) manajemen memberikan kepada para praktisi asersi tertulisnya tentang
ketaatan entitas terhadap persyaratan tertentu atau tentang efektivitas pengendalian internal
entitas atas ketaatan.
Dalam penugasan prosedur yang disepakati bersama, klien dan pemakai laporan menetapkan
prosedur yang akan dilaksanakan. Laporan akuntan public harus memuat unsure-unsur berikut:
a. Suatu judul yang memuat kata independen
b. Identifikasi dari pemakai yang ditentukan.
c. Suatu referensi ke atau pernyataan asersi manajemen tentang ketaatan entitas
terhadap persyaratan tertentu, atau tentang efektivitas pengendalian internal entitas
atas ketaatan, termasuk periode atau titik waktu yang dikemukakan dalam asersi
manajemen, dan sifat penugasan.
d. Suatu pernyataan bahwa prosedur yang telah disepakati oleh pemakai tertentu yang
diidentifikasi alam laporan, telah dilaksanakan untuk membantu pemakai dalam
mengevaluasi ketaatan tertentu atau efektivitas pengendalian internalnya atas
ketaatan, atau asersi manajemen atas hal itu.
e. Suatu referensi ke standar atestasi yang ditetapkan oleh American Institute of
Certified Public Accountants.
f. Surat pernyataan bahwa kecukupan prosedur itu merupakan tanggung jawab
pemakai yang ditentukan dan penolakan untuk penerima tanggung jawab atas
kecukupan prosedur itu.
g. Suatu daftar prosedur yang dilaksanakan (atau referensi) dan temuan yang
berkaitan. Para praktisi tidak boleh memberikan keyakinan negatif.
h. Apabila dapat diterapkan, uraikan setiap batas materialitas yang disepakati-
bersama.
i. Suatu pernyataan bahwa para praktisi tidak bertugas untuk, dan tidak,
melaksanakan pemeriksaan atas asersi manajemen tentang ketaatan terhadap
persyaratan tertentu atau tentang efektivitas pengendalian internal atas ketaatan,
penolakan memberikan pendapat atas hal itu, dan pernyataan bahwa jika para
praktisi telah melaksanakan prosedur tambahan, maka hal-hal lain yang dapat
menarik perhatiannya harus dilaporkan.
j. Sutu pernyataan tentang pembatasan penggunaan laporan karena laporan itu
dimaksudkan hanya untuk digunakan oleh pemakai tertentu. Jika laporan itu
15
merupakan catatan publik, maka para praktisiharus memuat kalimat berikut:” Akan
tetapi, laporan ini merupakan catatan publik dan pembagiannya tidak terbatas.”
k. Apabila dapat diterapkan, uraikan sifat bantuan yang diberikan oleh seorang
spesialis.
Penugasan Pemeriksaan
AT 500, Compliances Attestation, memungkinkan penugasan pemeriksaan yang menghasilkan
suatu pernyataan pendapat dari akuntan independent atas ketaatan apabila kondisi-kondisi
tambahan tertentu dipenuhi, tetapi penugasan prosedu yang disepakati bersama juga
dianjurkan lebih cocok dengan kebutuhan pemakai. Karena dalam melakukan pemeriksaan
akuntan independen menentukan prosedur yang akan dilaksanakan dan bukti yang diperlukan
guna memberikan dasar yang layak untuk menyatakan suatu pendapat, maka penugasan ini
dapat melibatkan kerumitan yang lebih besar dalam menetapkan tingkat materialitas dan dalam
menilai serta mencapai komponen risiko inheren, pengendalian, dan deteksi dari risiko atestasi.
AT 500 tidak berlaku pada situasi di mana auditor melaporkan ketaatan terhadap persyaratan
tertentu hanya berdasarkan audit atas laporan keuangan.
16
laporan tentang review atas MD&A untuk periode tahunan, laporan keuangan dari periode-
periode yang tercakup oleh penyajian MD&A dan laporan yang berkaitan harus menyertai
penyajian MD&A itu. Laporan review akuntan publik harus memuat unsure-unsur berikut ini (AT
700.86):
a. Suatu judul yang memuat kata independen
b. Suatu identifikasi dari penyajian MD&A, termasuk periode yang tercakup.
c. Suatu pernyataan bahwa manajemen bertanggung jawab atas penyiapan MD&A itu
sesuai dengan aturan dan peraturan yang digunakan oleh SEC.
d. Suatu referensi ke laporan auditor mengenai laporan keuangan yang berkaitan, dan jika
laporan itu bukan merupakan laporan standar, maka alasannya bersifat substantif.
e. Suatu pernyataan bahwa review telah dilakukan sesuai dengan standar atestasi yang
ditetapkan oleh AICPA.
f. Suatu uraian mengenai prosedur review MD&A.
g. Suatu pernyataan bahwa review atas MD&A secara substansial lebih kecil lingkupnya
daripada pemeriksaan yang bertujuan menyatakan pendapat mengenai penyajian
MD&A, dan dengan demikian, tidak ada pendapat seperti itu dinyatakan.
h. Suatu paragraf yang menyatakan bahwa (1) penyiapan MD&A mengharuskan
manajemen untuk meninterpretasikan criteria, menentukan relevansi informasi yang
disertakan, dan membuat estimasi serta asumsi yang mempengaruhi informasi yang
dilaporkan, dan (2) hasil aktual di masa depan mungkin berbeda secara material dengan
penilaian manajemen saat ini atas informasi yang dilaporkan dengan pe4nilaian
manajemen saat ini atas informasi mengenai estimasi dampak masa depan dari
transaksi serta peristiwa yang telah terjadi atau diharapkan terjadi, sumber likuiditas dan
sumber daya modal yang diharapkan, tren operasi, komitmen, serta ketidak pastian.
i. Jika entitas merupakan entitas nonpublic, maka pernyataan bahwa meskipun entitas itu
tidak terkena aturan atau peratutan SEC, namun prnyajian MD&A dianggap sebagai
penyajian yang sesuai dengan aturan dan peraturan yang digunakan oleh SEC.
j. Suatu pernyataan tentang apakah setiap informasi yang menarik perhatian praktisi
mengakibatkan dia yakin bahwa:(1) penyajian MD&A tidak memasukkan, dalam semua
hal yang material, unsure yang diperlukan sesuai aturan dan peraturan yang digunakan
oleh SEC, (2) jumlah keuangan historis yang termasuk di dalamnya belum diturunkan
secara tepat, dalam semua hal yang material , dari laporan keuangan entitas itu, atau
(3)informasi, penetuan, estimasi, dan asumsi yang mendasari entitas itutidak
memberikan dasar yang memadai untuk pengungkapan yang termasuk di dalamnya.
17
k. Suatu pernyataan tentang pembatasan penggunaan laporan kepada pihak-pihak yang
ditetapkan , jika entitas itu merupakan entitas publik atau entitas nonpublik yang
melakukan atau telah menawarkan sekuritas ke bursa saham, dan sekuritas itu
kemudian terdaftar atau harus didaftarkan pada SEC atau lembaga regulator lain,
karena sekuritas itu tidak dimaksudkan untuk didaftarkan pada SEC sebagai laporan
menurut undang-undang tahun 1993 atau ungang-undang tahun 1934.
18
b. Bahwa akuntan akan memberi tahu tingkat manajemen yang tepat setiap kekeliruan
material yang menarik perhatiannya dan setiap kecurangan atau tindakan melawan
hukum yang menarik perhatiannya, kecuali hal itu jelas tidak berkaitan.
19
penting bagi auditor untuk mendapatkan pemahamn dengan klien mengenai tujuan dari
penugasan itu dan fakta bahwa kompilasi tidak dapat diandalkan untuk menemukan kesalahan
atau kecurangan.
Prosedur yang ditempuh akuntan berkaitan dengan penugasan kompilasi diarahkan
untuk menyiapkan informasi, bukan memberikan keyakinan tentang informasi itu. Ketika
melaksanakan kompilasi, AR 100.12 menyatakan bahwa akuntan tidak wajib untuk mengajukan
pertanyaan atau melaksanakan prosedur lain guna memverifikasi, mendukung, atau mereview
informasi yang diberikan oleh entitas itu. Akan tetapi, akuntan mungkin telah mengajukan
pertanyaan atau melaksanakan prosedur lainnya. Hasil dari pengajuan pertanyaan atau
prosedur tersebut, berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari penugasan sebelumnya, atau
dari laporan keuangannya sendiri dapat menyebabkan akuntan menyadari bahwa informasi
yang diberikan oleh entitas adalah tidak benar, tidak tengkap atau sebaliknya tidak memuaskan
untuk tujuan kompilasi laporan keuangan. Dalam situasi ini, akuntan harus memperoleh
informasi tambahan atau yang direvisi, maka akuntan harus dipertimbangkan apakah modifikasi
atas laporan standarnya telah memadai untuk mengungkapkan penyimpangan itu, atau apakah
ia harus menarik diri dari penugasan kompilasi.
Accounting and Review Service Committee sedang mengevaluasi exposure draft yang
memungkinkan akuntan untuk mengevaluasi risiko bahwa pihak ketiga akan menggunakan
laporan keuangan yang dikompilasi. Menurut exposure draft itu, apabila auditor menjawab
bahwa ada sedikit risiko pihak ketiga menggunakan laporan keuangan itu, akuntan dapat
a. Menerbitkan laporan kompilasi.
b. Mendapatkan surat penugassan yang ditandatangani oleh manajeman yang
mendokumentasikan suatu pemahamn dengan entitas mengenai jasa yang akan
dilaksanakan.
c. Mengeluarkan surat kepada manajemen yang mendokumentasikan pemahaman
dengan entitas tentang jasa yang akan dilaksanakan.
20
standar profesional. Faktor – faktor yang dapat membatasi akuntan publik dapat berubah
ketersediaan personil dan pertimbangan praktis yang bertalian dengan pendapatan waktu
pekerjaan. Sebaliknya, perubahan penugasan merupakan langkah turun (step down) bila
tingkat keyakinan yang lebih rendah diminta oleh klien. Perubahan ini dapat diterima oleh
akuntan publik jika terdapat pengertian mengenai penugasan semula atau situasi klien telah
berubah.
21
Pemeriksaan Keuangan dilakukan atas LKPP Tahun 2012, 92 LKKL termasuk LK
Bendahara Umum Negara (BUN) Tahun 2012, 415 LKPD Tahun 2012, serta 6 LK badan
lainnya termasuk Bank Indonesia dan Lembaga Penjamin Simpanan. Selain itu, BPK juga telah
melakukan pemeriksaan keuangan atas LK Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) dan 4 LKPD TA 2011. Pada semester I Tahun
2013, BPK memberikan opini WDP atas LKPP Tahun 2012. Terhadap 92 LKKL termasuk KL
BUN Tahun 2012, BPK memberikan opini WTP atas 68 LKKL, opini WDP atas 22 LKKL
termasuk LK BUN, dan opini TMP pada 2 LKKL. Sementara itu, terhadap LK BP Batam Tahun
2011, BPK memberikan opini TMP. Selain itu, pada Semester I Tahun 2013, BPK telah
melakukan pemeriksaan atas 6 LK badan lainnya Tahun 2012, yang meliputi LK Bank
Indonesia (BI) dengan opini WTP, LK Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan opini TMP,
LK Penyelenggara Ibadah Haji (PIH) Tahun 1433 H/2012 M dengan opini WDP, LK Loan ADB
No. 2575-INO pada Rural Infrastructure Support (RIS) to the Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri (PNPM) Project II Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan
Umum (PU) dengan opini WTP, LK Loan ADB No. 2654-INO pada Metropolitan Sanitation
Management and Health Project (MSMHP) Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU
dengan opini WTP, dan LK Loan ADB 2768-INO pada Urban Sanitation and Rural Infrastructure
(USRI) Support to PNPM Project Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU dengan opini
WTP.
Terhadap 415 LKPD Tahun 2012, BPK memberikan opini WTP atas 113 entitas, opini
WDP atas 267 entitas, opini TW atas 4 entitas, opini TMP atas 31 entitas, dan opini TMP atas 4
LKPD Tahun 2011. Hasil pemeriksaan atas LKPD menunjukkan peningkatan persentase opini
WTP, dan penurunan persentase opini WDP serta TMP. Kondisi tersebut secara umum
menggambarkan perbaikan yang dicapai oleh entitas pemerintahan daerah dalam menyajikan
suatu laporan keuangan yang wajar sesuai dengan prinsip yang berlaku. Selanjutnya, penyajian
suatu laporan keuangan yang wajar merupakan gambaran dan hasil dari pengelolaan keuangan
yang lebih baik. Adapun permasalahan-permasalahan atas LKPD Tahun 2012 yang tidak
memperoleh opini WTP antara lain adalah pada akun aset tetap yang belum dilakukan
inventarisasi dan penilaian, penatausahaan kas yang tidak sesuai dengan ketentuan, piutang,
investasi permanen dan non permanen, penyertaan modal belum disajikan dengan
menggunakan metode ekuitas, saldo dana bergulir belum disajikan dengan metode nilai bersih
yang dapat direalisasikan, penatausahaan persediaan tidak memadai, dan
pertanggungjawaban belanja hibah, belanja barang dan jasa, belanja pegawai, dan belanja
modal tidak sesuai dengan ketentuan. Hasil pemeriksaan atas laporan keuangan Semester I
22
Tahun 2013 menunjukan adanya 5.307 kasus kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan sebanyak 7.282 kasus senilai Rp7,82
triliun. Selama proses pemeriksaan keuangan, entitas telah menindaklanjuti temuan
ketidakpatuhan yang mengakibatkan kerugian, potensi kerugian, dan kekurangan penerimaan
dengan penyerahan aset dan/atau penyetoran uang ke kas negara/ daerah senilai Rp340,35
miliar.
Pemeriksaan kinerja dilakukan atas 9 objek pemeriksaan, terdiri atas 5 objek
pemeriksaan di lingkungan Pemerintah Pusat, 1 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah
provinsi, 1 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah kabupaten, 1 objek pemeriksaan di
lingkungan badan layanan umum daerah (BLUD), dan 1 objek pemeriksaan di lingkungan
BUMN. Hasil pemeriksaan kinerja Semester I Tahun 2013 menemukan 1 kasus
ketidakhematan/ ketidakekonomisan senilai Rp5,28 miliar, 3 kasus ketidakefisienan senilai
Rp22,95 miliar, dan 93 kasus ketidakefektifan senilai Rp19,45 miliar. Hasil pemeriksaan kinerja
juga mengungkapkan adanya 65 kasus kelemahan pengendalian intern yang mempengaruhi
kehematan/ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, serta 5 kasus ketidakpatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan senilai Rp1,36 miliar.
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) dilakukan atas 69 objek pemeriksaan.
PDTT tersebut meliputi 25 objek pemeriksaan di lingkungan Pemerintah Pusat, 5 objek
pemeriksaan di lingkungan pemerintah provinsi, 13 objek pemeriksaan di lingkungan
pemerintah kabupaten/kota, 21 objek pemeriksaan di lingkungan BUMN, 4 objek pemeriksaan
di lingkungan BUMD, dan 1 objek pemeriksaan di lingkungan BLUD. Cakupan pemeriksaan
atas 69 objek pemeriksaan tersebut adalah senilai Rp365,18 triliun atau sekitar 47,80% dari
realisasi anggaran senilai Rp763,88 triliun. Hasil PDTT dikelompokkan dalam enam tema yakni
pengelolaan pendapatan dan pelaksanaan belanja; pengelolaan Program Perluasan Akses dan
Peningkatan Mutu Sekolah Menengah Pertama (SMP); penyelenggaraan ujian nasional tingkat
pendidikan dasar dan pendidikan menengah Tahun 2012 dan 2013; pengelolaan dana Pekan
Olahraga Nasional (PON) XVIII Tahun 2012; pelaksanaan subsidi dan operasional BUMN; dan
pemeriksaan dengan tujuan tertentu lainnya.
Hasil PDTT Semester I Tahun 2013 mengungkapkan adanya 1.213 kasus yang terdiri
atas 375 kasus kelemahan SPI dan 838 kasus ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-
undangan senilai Rp49,11 triliun. Dari total kasus temuan PDTT tersebut, sebanyak 467 kasus
senilai Rp4,08 triliun merupakan temuan yang berdampak finansial yaitu temuan
ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan kerugian,
potensi kerugian, kekurangan penerimaan. Dari temuan kerugian, potensi kerugian, dan
23
kekurangan penerimaan senilai Rp4,08 triliun, selama proses pemeriksaan entitas telah
menindaklanjuti dengan penyerahan aset dan/atau penyetoran ke kas
negara/daerah/perusahaan milik negara/daerah senilai Rp32,05 miliar.
Hasil Pemeriksaan yang Signifikan pada Semester I Tahun 2013 yang perlu
mendapatkan perhatian dari pemerintah, lembaga perwakilan, dan seluruh pemangku
kepentingan antara lain:
1. Penyajian dan pengamanan aset tetap;
2. Kekurangan volume pekerjaan dan/atau barang pada pengadaan barang dan jasa;
3. Pengelolaan utang negara;
4. Pengelolaan Program Perluasan Akses dan Peningkatan Mutu Sekolah Menengah Pertama
(SMP);
5. Penyelenggaraan Ujian Nasional Tingkat Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Tahun 2012 dan 2013; dan
6. Pelaksanaan subsidi/kewajiban pelayanan umum.
Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan mengungkapkan bahwa
dalam periode Tahun 2009 s.d. Tahun 2013 (Semester I) secara keseluruhan dari Pemerintah
Pusat, pemerintah daerah, BUMN, Badan Hukum Milik Negara (BHMN), Kontraktor Kontrak
Kerja Sama (KKKS), Lembaga, Saham Pemerintah 50%, Penyertaan BUMN, dan Otorita,
terdapat 193.600 rekomendasi senilai Rp73,27 triliun. Sebanyak 98.227 rekomendasi (50,74%)
telah ditindaklanjuti sesuai dengan rekomendasi, sedangkan sebanyak 49.335 rekomendasi
(25,48%) belum sesuai rekomendasi dan/atau dalam proses tindak lanjut, dan sebanyak 45.830
rekomendasi (23,67%) belum ditindaklanjuti, serta sebanyak 208 rekomendasi (0,11%) tidak
dapat ditindaklanjuti. Dari 98.227 rekomendasi senilai Rp24,16 triliun yang ditindaklanjuti sesuai
rekomendasi, di antaranya telah ditindaklanjuti dengan penyerahan aset ke negara/penyetoran
ke kas negara secara kumulatif sejak Tahun 2009 s.d. Tahun 2013 (Semester I) senilai Rp15,17
triliun.
Pemantauan Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah pada Semester I Tahun 2013
menunjukkan bahwa kasus kerugian negara/daerah yang terjadi pada Semester I Tahun 2013
sebanyak 300 kasus senilai Rp39,29 miliar. Penyelesaian kasus kerugian negara/daerah
dimaksud di antaranya berupa angsuran sebanyak 90 kasus senilai Rp3,75 miliar dan
pelunasan sebanyak 87 kasus senilai Rp1,67 miliar. Sisa kasus kerugian negara/daerah
Semester I Tahun 2013 sebanyak 258 kasus senilai Rp33,87 miliar. Pemantauan Tindak Lanjut
terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK Mengandung Unsur Pidana yang Disampaikan
kepada Instansi yang Berwenang pada Semester I Tahun 2013 adalah sebanyak 14 laporan
24
yang mengungkapkan 42 temuan dengan nilai Rp246,98 miliar dan USD345,572.34 ribu atau
total setara dengan Rp3.678,16 miliar berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia per tanggal 28
Juni 2013.
Dengan demikian Laporan Hasil Pemeriksaan BPK mengandung unsur pidana yang
telah disampaikan kepada instansi yang berwenang sejak Tahun 2003 s.d. Semester I Tahun
2013 sebanyak 425 temuan senilai Rp40.522,64 miliar. Dari 425 temuan tersebut, BPK telah
menyampaikan kepada Kepolisian Negara RI sebanyak 60 temuan, Kejaksaan RI sebanyak
200 temuan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebanyak 165 temuan. Secara
keseluruhan instansi yang berwenang telah menindaklanjuti 282 temuan atau 66,35% yaitu
pelimpahan kepada jajaran/penyidik lainnya sebanyak 40 temuan, penyelidikan sebanyak 86
temuan, penyidikan sebanyak 32 temuan, proses penuntutan dan persidangan sebanyak 22
temuan, telah diputus peradilan sebanyak 88 temuan, dan penghentian penyidikan dengan
surat perintah penghentian penyidikan (SP3) sebanyak 14 temuan. Adapun sebanyak 143
temuan atau 33,65% belum ditindaklanjuti atau belum diketahui informasi tindak lanjutnya dari
instansi yang berwenang. Dalam sambutannya, Ketua BPK mengapresiasi dukungan Panitia
Akuntabilitas Publik (PAP) DPD RI yang telah menindaklanjuti hasil peeriksaan BPK dengan
sangat bersungguh-sungguh. BPK mengharapkan agar kerjasama tersebut dapat ditingkatkan
untuk perbaikan pengelolaan keuangan negara.
D. PEMBAHASAN ARTIKEL
1. Audit Services Fee, Non-Audit Services and the Reliability of Earnings
Artikel ini diteliti oleh Malek dan Saidin pada tahun 2013. Audit eksternal adalah penting
karena keyakinan bahwa hal itu dapat meningkatkan keandalan pengguna laporan keuangan.
Remunerasi yang diterima oleh auditor dari klien bisa dalam dua bentuk; biaya audit fee jasa
dan non-audit layanan Namun, persepsi negatif terhadap independensi auditor menurun
kehandalan investor terhadap laporan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek dari
biaya audit dan non-audit terhadap koefisien respon laba. persepsi negatif terhadap
independensi auditor mengenai jumlah tinggi biaya berkurang kehandalan investor pada
pendapatan diaudit dan dengan demikian, hasil di ERC yang lebih rendah.
Berdasarkan 270 perusahaan yang terdaftar di Bursa Malaysia pada tahun 2011, hasil
regresi OLS menunjukkan bahwa investor menempatkan keandalan yang lebih rendah pada
pendapatan diaudit oleh auditor sangat dibayar. Investor melihat biaya tinggi sebagai bentuk
kompensasi kepada auditor. Temuan ini konsisten dengan studi sebelumnya yang dirasakan
yang telah menemukan persepsi negatif pada biaya tinggi. Hal ini juga menemukan bahwa
25
investor melihat pada total biaya dan biaya audit tidak individu atau non-audit yang diterima
oleh auditor.
26
menunjukkan 'keprihatinan tentang kemampuan auditor independen bertindak sebagai
pengawas untuk menjamin kebenaran dan keadilan dari nasabah responden rekening, dan
pada saat yang sama untuk melakukan NAS tugas mereka untuk memberikan nasihat dan
berkonsultasi dengan klien. Temuan utama menunjukkan bahwa independensi auditor dianggap
dikompromikan ketika audit dan NAS yang bersama-sama ditawarkan oleh perusahaan audit.
Namun, ketika terdapat pemisahan yang tepat dari tugas di perusahaan audit yang
menawarkan kedua layanan, persepsi berubah.
E. PENUTUP
Suatu audit akan diakhiri dengan pernyataan pendapat mengenai kelayakan penyajian
unsur, akun, atau pos-pos spesifik. Dalam menyatakan pendapat. AU 662.13 menunjukkan
auditor harus mengakui bahwa konsep materialitas harus dikaitkan dengan masing-masing
unsur, akun, atau pos yang dilaporkan, bukan dengan laporan keuangan secara keseluruhan.
Lebih lanjut, auditor tidak boleh menyatakan pendapat atas data spesifik apabila ia telah
menyatakan pendapat tidak wajar atau penolakan memberikan pendapat tentang laporan
keuangan, kecuali data spesifik itu hanya merupakan bagian yang tidak signifikan dari laporan
keuangan. Secara umum akuntan publik dapat memberikan empat tingkatan keyakinan yang
berbeda berkaitan dengan penugasan, yaitu : (1) tingkat keyakinan audit, (2) tingkat keyakinan
review, (3) prosedur yang disepakati bersama, dan (4) tidak ada keyakinan.
27
Daftar Pustaka
Boynton, W. C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. 2004. Modern Auditing. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Malek, M., & Saidin, S. F. 2013. Audit Services Fee, Non-Audit Services and the Reliability of
Earnings. International Journal of Trade, Economics and Finance. Vol. 4, No. 5, Hal. 259-
264.( http://www.ijtef.org/papers/297-B00041.pdf)
Nida, Desak Ruric Pradnya Paramitha. 2014. Pengaruh Persaingan, Pemberian Jasa Lain, Dan
Sifat Machiavellian Pada Ndependensi Auditor. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Vol. 7, No. 3, Hal. 778-790. (http://ojs.unud.ac.id/index.php/Akuntansi/article/viewFile/7635
/6910)
Salehi, Mahdi. 2009. Non-Audit Service and Audit Independence: Evidences from Iran.
International Journal of Business and Management. Vol. 4, No. 2, Hal. 142-152. (http://cite
seerx.ist.psu.edu/viewdoc/download;jsessionid=8A752FF26FD751EC50264B2259F6F2A
0?doi=10.1.1.651.3368&rep=rep1&type=pdf)
Sori, Z. M., Karbhari, Y., & Mohamad, S. 2010. Commercialization of Accounting Profession:
The Case of Non-audit Services. Int. Journal of Economics and Management. Vol. 4, No.
2, Hal. 212-242. (http://econ.upm.edu.my/ijem/vol4no2/bab02.pdf)
28