Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH ISLAMIC HUMAN DEVELOPMENT INDEX

TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN RASIO GINI DI


D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2007-2018

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
GHILMAN MUHAMMAD HIFZANADDIN
15423050

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM


FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 3

B. Rumusan Masalah Penelitian ...................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................ 8

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................................... 8

E. Telaah Pustaka/ Literatur Review ............................................................................... 8

F. Landasan Teori.......................................................................................................... 15

F. 1. Human Development ......................................................................................... 15


F. 2. Human Development Index ............................................................................... 17
F. 3. Indikator Human Development Index (HDI) .................................................... 18
F. 4. Islamic-Human Development Index (I-HDI) .................................................... 20
F. 5. Alat Ukur Islamic Human Development Index ................................................. 21
F. 6. Tingkat Kemiskinan .......................................................................................... 26
F. 7. Rasio Gini ......................................................................................................... 29
G. Hipotesis ............................................................................................................... 30

H. Kerangka Berfikir ................................................................................................. 32

I. Metode Penelitian ..................................................................................................... 32

J. Sistematika Penelitian ............................................................................................... 39

K. Jadwal Penelitian .................................................................................................. 42

L. Daftar Pustaka ........................................................................................................... 43

ii
PENGARUH ISLAMIC HUMAN DEVELOPMENT INDEX
TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DAN RASIO GINI DI
D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2007-2018

A. Latar Belakang

Human Development Indeks (HDI) merupakan suatu indikator yang


dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara terukur
dan representative, atau dengan kata lain merupakan salah satu tolak ukur dalam
pencapaian pembangunan manusia yang lebih berkualitas. HDI juga dapat
disebut sebagai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). (Davies & Quinlivan,
2006)

Terdapat tiga komponen yang dapat digunakan untuk mengukur indeks


pembangunan manusia, antara lain umur panjang dan hidup yang sehat (a long
and healty life), pengetahuan (knowledge), dan standar hidup yang layak (desent
standart of living). Terdapat beberapa dimensi yang digunakan untuk mengukur
indicator – indicator tersebut misalnya dalam mengukur dimensi kesehatan
digunakan angka harapan hidup waktu lahir, untuk mengukur dimensi
pendidikan gabungan dari indikator rata-rata lama sekolah dan angka harapan
lama sekolah, dan untuk mengukur dimensi hidup yang layak dapat
menggunakan indikator kemampuan ekonomi dari daya beli masyarakat
terhadap kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per
kapita dalam pencapaian hidup yang layak. Berikut merupakan konsep HDI
menurut UNDP, namun dirasa ketiga komponen tersebut tidak sepenuhnya
kompatibel dan cukup untuk mengukur pembangunan manusia dalam
perspektif Islam. (Hanif, 2018)

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk yang mayoritas


beragama Islam, oleh karena itu untuk mengukur tingkat pembangunan manusia
di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam akan lebih tepat jika
dilakukan dengan menggunakan Islamic Human Development Index (I-HDI),

3
di mana teori dan konsepnya berdasarkan pada perspektif Islam. (Rafjansani,
2012)

Menurut bps, ipm mempunyai beberapa keunggulan atau kelebihan


dimana gimana indicator tersebut dapat- mengukur tingkat keberhasilan dalam
pembangunan atau peningkatan kualitas hidup manusia selain itu ipm juga
dapat menentukan peringkat atau level pembanugnan suatu wilayah atau
negara, dapat menklasifikasikan apakah negar itu termasuk kedalam goongan
maju, berkembang, atau terbelakang. Di Indonesia ipm merupakan salah satu
data strategi karena dapat mengukur kinerja pemerintah dan juga digunakan
sebagai salah satu alokator penentuan dana alokasi umum. Dana alokasi umum
merupakan sejumlah dana yang harus di alokasikan pemerintah pusat kepada
setiap daerah otonom (provinsi,/kabupaten/ kota)di Indonesia setiap tahunnya
sebagai dana pembangunan.

Namun indikator tersebut dirasa masih kurang sesuai dengan keadaan


negara di Indonesia, sehingga ukuran pembangunan manusia juga menjadi
kurang akurat.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk yang mayoritas


beragama Islam, oleh karena itu untuk mengukur tingkat pembangunan manusia
di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam akan lebih tepat jika
dilakukan dengan menggunakan Islamic Human Development Index (I-HDI),
di mana teori dan konsepnya berdasarkan pada perspektif Islam. (Rafjansani,
2012). Diketahui bahwa tujuan dari pembangunan ekonomi dalam perspektif
islam adalah untuk mencapai kesejahteraan yang komprehensif baik didunia
dan akhirat atau yang disebut falah, berdasarkan tujuan tersebut dan beberapa
karakteristik lain dari pengembangan eknomi islam maka indicator
konvensional pembangunan ekonomi atau ipm menjadi tidak cukup untuk
mengukur tingkat pembangunan ekonomi di negara muslim. Selai itu ihdi
merupakan indeks gabungan dari beberapa indicator yang berasal dari lima
kebutuhan dasar untuk mencapai falah.

4
Oleh karena itu, IHDI menjadi memiliki kelebihan pada hasil pengukuran
kualitas dan pembangunan manusia di suatu wilayah/negara jika dibandingkan
dengan indikator lain seperti IPM.

Islamic Human Development Index (I-HDI) merupakan salah satu alat


ukur yang digunakan untuk mngetahui dan mengukur pembangunan manusia
dalam perspektif Islam. I-HDI akan mengukur terkait bagaimana pencapaian
tingkat kesejahteraan manusia dengan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
tersebut agar manusia dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat (mencapai
falah). I-HDI akan dibangun berdasarkan indicator – indicator yang
mencerminkan dimensi imam asy-Syaṭibi. Terdapat lima dimensi tersebut
Maqāṣid Syarī‟ah dalam pemeliharaan kebutuhan dasar, yaitu dengan
pemeliharaan terhadap agama (hifdzu ad-dien), pemeliharaan terhadap jiwa
(hifdzu an-nafs), pemeliharaan terhadap akal (hifdzu al-„aql), pemeliharaan
terhadap keturunan (hifdzu an-nasl), dan pemeliharaan terhadap harta (hifdzu
al-māl). Beberapa hal tersebut merupakan kebutuhan manusia yang harus
dipenuhi supaya manusia dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Terdapat
beberapa hal yang dapat diukur dengan I-HDI, antara lain terkait pengaruh I-
HDI terhadap tingkat kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah.
(Rahmatullah, 2018)

Tingkat kemiskinan merupakan proporsi penduduk yang hidup dibawah


garis kemiskinan. Garis kemiskinan merupakan tingkat minimum pendapatan
yang harus dipenuhi untuk mendpatkan standar hidup yang mencukupi di suatu
wilayah atau negara. Hampir setiap wilayah atau negara mempunyai rakyat
yang hidup dalam kemiskinan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik DI
Yogyakarta garis kemiskinan di DI Yogyakarta pada September 2018 sebesar
414.899 rupiah perkapita per bulan dan dalam satu semester terakhir garis
kemiskinan meningkat 1,26 persen dari kondisi Maret 2018 dimana garis
kemiskinannya sebesar 409.744 rupiah perkapita perbulan. Jumlah penduduk
miskin pada bulan September di DI Yogyakarta pada bulan September
sebanyak 450,25 ribu orang dan 11,81 persen terhadap jumlah total penduduk

5
DI Yogyakarta. (Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta, 2019). Garis
kemiskinan dapat digunakan sebagai ukuran untuk mengukur rakyat miskin dan
mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi. Islamic Human
Development Index (I-HDI) merupakan salah satu alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengetahui dan menganalisis kesejahteraan masyarakat,
dalam hal ini adalah terkait tingkat kemiskinan masyarakat di provinsi DIY.
Dimana setiap peningkatan angka I-HDI akan menunjukkan semakin
membaiknya pembangunan manusia yang ditandai dengan meningkatnya
kualitas sumber daya manusia di wilayah tersebut. Semakin berkualitasnya
masyarakat di provinsi DI Yogyakarta maka akan menyebabkan peningkatan
produktivitas kerja dari masyarakat, yang mana hal tersebut dapat
meningkatkan perolehan pendapatan masyarakat. Meningkatnya pendapatan
masyarakat akan menurunkan jumlah penduduk miskin. Pernyataan tersebut
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Sukmaraga, 2011) yang
menyatakan bahwa I-HDI menunjukkan hubungan negative signifikan..

Dalam kamus Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI Pusat


Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI, rasio gini adalah alat mengukur
derajat ketidakmerataan distribusi penduduk. Rasio gini didasarkan pada kurva
Lorenz dimana kurva Lorenz yaitu kurva pengeluaran kumulatif yang
membandingkan distribusi suatu variabel tertentu dengan ditribusi uniform
yang mewakilkan persentase kumulatif penduduk. Menurut data dari Badan
Pusat Statistik Provinsi DI Yogyakarta, rasio gini mengalami peningkatan
dibandingkan kondisi pada semester yang lalu. Dimana angka rasio gini pada
bulan Maret 2018 provinsi DI Yogyakarta tercatat sebesar 0,441 dan meningkat
0,001 poin dibandingkan dengan bulan September 2017. Rasio gini merupakan
alat ukur pemerataan distribusi pendapatan masyarakat. IHDI merupakan salah
satu alat yang dapat digunakan untuk mengukur rasio gini, atau dalam hal ini
adalah tingkat pemerataan pendapatan masyarakat. Di mana setiap peningkatan
angka I-HDI akan berakibat meningkatkan kualitas dan pembangunan
masyarakat. Hal tersebut akan berakibat pada semakin baiknya produktivitas

6
kerja dari masyarakat. Perbaikan produktivitas kerja masyarakat ini akan
meningkatkan pemerataan disribusi perolehan pendapatan masyarakat dari
berbagai golongan (bawah, menengah, atas) sehingga menurunkan nilai rasio
gini.

Diketahui bahwa provinsi DI Yogyakarta memiliki tingkat kemiskinan


yang cukup tinggi dan kian meningkat, hal tersebut dibuktikan dengan data dari
Badan Pusat Statistik setempat yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya
menyatakan bahwa DI Yogyakarta kian mengalami kenaikan tingkat
kemiskinan per Maret 2018 dan September 2018. Selain karena dekat dengan
wilayah kampus, hal tersebut juga merupakan alasan penulis memilih provinsi
DI Yogyakarta sebagai lokasi penelitian. Hal lain yang menjadikan penelitian
ini menarik adalah di mana penelitian ini akan kembali mereplikasi penelitian
– penelitian terdahulu dengan alasan masih terdapat beberapa pertentangan dan
perbedaan hasil penelitian tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukannya
penelitian ulang dengan data terbaru yang ditinjau dari beberapa aspek terkait
Islamic Human Development Index (I-HDI) dan bagaimana pengaruhnya
terhadap tingkat kemiskinan dan rasio gini di DI Yogyakarta, sehingga nantinya
dapat dijadikan kesimpulan yang lebih akurat.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka secara


terperinci rumusan dalam masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Islamic Human Development Index (I-HDI) terhadap


tingkat kemiskinan di DI Yogyakarta tahun 2007-2018?
2. Bagaimana pengaruh Islamic Human Development Index (I-HDI) terhadap
gini rasio di DI Yogyakarta tahun 2007-2018?

7
C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh Islamic Human Development Index (I-HDI)


terhadap tingkat kemiskinan di DI Yogyakarta pada tahun 2007-2018.
2. Untuk mengetahui pengaruh Islamic Human Development Index (I-HDI)
terhadap rasio gini di DI Yogyakarta pada tahun 2007-2018.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penulisan ini dapat dibagi atas dua aspek yaitu :
1. Pihak Peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan peneliti dan
pembaca terkait konsep Islamic Human Development Index. Penelitian ini
dapat memberikan informasi mengenai bagaimana pengaruh Islamic
Human Development Index terhadap tingkat kemiskinan dan pertumbuhan
ekonomi di DI Yogyakarta. Penelitian ini juga telah mengimplementasikan
teori – teori yang sudah didapatkan peneliti selama di bangku kuliah. Selain
itu, penelitian ini dapat menjadi pembanding bagi penelitian– penelitian
terdahulu.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan dalam bidang ekonomi terutama
dalam rangka mengurangi tingkat kemiskinan.

E. Telaah Pustaka/ Literatur Review

Dalam pencarian data telaah pustaka, maka penulis menemukan hasil


dari beberapa jurnal yang terkait dengan penelitian ini untuk dijadikan referensi,
baik hal tersebut berupa tesis, skripsi, jurnal dan lain sebagainya yang memiliki
perbedaan pada lokasi dan permasalahannya. Adapun penelitian yang terkait
tersebut, ialah:

8
Rochmawati (2018) melakukan penelitian tentang Islamic Human
Development Index (I-HDI) Dalam Perspektif Maqāṣid Syarī’ah. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan data sekunder, yaitu berupa
data statistik sosial ekonomi yang di ambil dari Badan Pusat Statistik
KotaYogyakarta. Penelitian ini menggunakan rentang waktu pengamatan
selama 2 tahun yaitu dari tahun 2015-2016, dengan obyek penelitian adalah
Kota Yogyakarta. Tekhnik analisis data penelitian ini menggunakan model
interaktif Miles Hubberman yang dilakukan melalui tiga prosedur, yaitu reduksi
data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil pencapaian pembangunan
manusia di Kota Yogyakarta yang di ukur dengan perhitungan I-HDI melalui
perspektif maqāṣid syarī‟ah pada tahun 2015-2016 sudah mencerminkan
adanya penerapan nilai maqāṣid syarī‟ah pada masing- masing indeks
komponen meskipun belum tercapai sepenuhnya.
Nafilah (2016) melakukan penelitian tentang Pertumbuhan Ekonomi,
Pengangguran, dan Islamic Human Development Index terhadap Kemiskinan.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis regresi
berganda dan metode OLS dengan data timeseries tahun 2005 hingga 2014.
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa I-HDI berpengaruh negative tidak
signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Janeponto tahun 2005 – 2014.
Anto (2011) melakukan penelitian tentang memperkenalkan Islamic
Human Development Index (I-HDI) untuk pembangunan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa Islamic Human Development Index (I-HDI) akan
mempertimbangkan dimensi Muqashid Syariah dalam mengukur bagaimana
peforma dan atau tingkat ekonomi di suatu negara berkembang yang mayoritas
penduduknya adalah Muslim, yang mana indikator Muwashid Syariah akan
menciptakan pengukuran yang lebih komprehensif dan akurat.
Lestari (2017) melakukan penelitian tentang Pembangunan Manusia,
Pengangguran, dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Tingkat
Kemiskinan. Penelitian ini digolongkan menjadi ke dalam penelitian
dokumentasi atau studi pustaka (Library Research) dengan metode kuantitatif
mengunakan panel data dengan pendekatan model efek tetap (fixed effected

9
model). Hasil penelitian in adalah bahwa IPM akan berpengaruh secara negative
dan tidak signifikan di mana setiap kenaikan IPM 1 (satu) akan menurunkan
kemiskinan sebesar 3 jiwa. Diketahui bahwa kemskinan akan berupa
kemiskinan materiil dan spiritual.
Rahmatullah (2018) melakukan penelitian tentang Islamic Human
Development Index di Kawasan Eksplorasi Tambang Batu Bara di Batu Kajang
Kalimantan Timur. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Batu Sopang yang dijadikan kawasan
eksplorasi tambang batu bara oleh setidaknya 129 perusahaan yang telah
berlangsung kurang lebih 35 tahun. Hasil penelitian ini adalah 1) Index al-Maal
secara signifikan mempengaruhi tingginya nilai I-HDI. 2) Hasil perhitungan I-
HDI menunjukkan bahwa Kecamatan Batu Sopang masuk dalam kategori status
pembangunan tinggi, jika diukur menurut skala internasional. 3) Jika diukur
berdasarkan kesejahteraan materi dan non-materi, maka kesejahteraan materi
mempunyai nilai yang lebih tinggi dari pada kesejahteraan non-materi. 4)
Pencapaian I-HDI yang tinggi tidak dapat memastikan tidak adanya dampak
negatif dari kegiatan eksplorasi tambang batu bara, dampak negatif juga
ditimbulkan dari adanya pencemaran terhadap lingkungan masyarakat sekitar.
Rama & Yusuf (2019) melakukan penelitian tentang pembangunan
Islamic Human Development Index (I-HDI). Penelitian ini menggunakan
metode penelitian kuantitatif dengan data sekunder dikumpulkan dari 33
provinsi di Indonesia yang mencakup 16 indikator. Periode indikator berkisar
dari 2012 hingga 2016. Kecuali indikator pengumpulan zakāh, semua data
sekunder dari indikator yang ditargetkan diambil dari laporan tahunan yang
diterbitkan secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia. Penelitian
ini menemukan bahwa peringkat komposisi antara I-HDI dan HDI sedikit
berbeda. Namun, kedua indeks memiliki korelasi positif statistik yang
mengkonfirmasi asumsi bahwa I-HDI dapat berfungsi sebagai prediktor untuk
peringkat HDI. Temuan ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar provinsi
di Indonesia memiliki kinerja yang buruk dalam skor keseluruhan I-HDI.

10
Pradana & Sumarsono (2018) melakukan penelitian tentang pengaruh
Indeks Pembangunan Manusia, Belanja Modal, Desentralisasi Fiskal Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan Pendapatan di Jawa Timur di
Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan
menggunakan kombinasi antara deret waktu dan data antara tempat dan ruang
(penampang), untuk menentukan apakah ada hubungan antara dua variabel atau
pengaruh langsung atau tidak langsung yang lebih baik. Temuan menunjukkan
bahwa indeks pembangunan manusia (HDI) dan belanja modal memiliki
dampak positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Indeks
Pembangunan Manusia yang lebih tinggi dan belanja modal mempengaruhi
tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih besar. Namun, tingkat desentralisasi
fiskal tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, sementara pertumbuhan
ekonomi memiliki efek positif dan berpengaruh signifikan terhadap
ketimpangan pendapatan. Pertumbuhan ekonomi antar daerah menunjukkan
bervariasi, dalam meningkatkan pendapatan per kapita di beberapa bidang
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sementara beberapa daerah lain memiliki
pertumbuhan ekonomi yang rendah, mengakibatkan peningkatan ketimpangan
pendapatan.
Alvan (2009) melakukan penelitian terkait hubungan antara
pembangunan manusia dan ketimpangan pendapatan. Ketidaksetaraan global
dalam pendapatan dan standar hidup melebar antar negara maupun di dalam
negara menurut PBB pembangunan manusia tahunan terbaru dalam laporan
pembangunan. Bukti lintas negara tentang ketimpangan pendapatan dan
perkembangan manusia menunjukkan bahwa kedua faktor ini adalah
berkorelasi negatif dan kausalitas berjalan di kedua arah. Kapan pengembangan
manusia ditingkatkan (Pembangunan Manusia Tinggi), distribusi pendapatan
cenderung lebih adil, juga saat pendapatan distribusi lebih merata,
perkembangan manusia cenderung membaik. Di sisi lain, tingkat
perkembangan manusia sedang dan rendah cenderung meningkatkan
ketimpangan pendapatan.

11
No. Judul Penelitian Metode Penelitian Persamaan dan
Perbedaan

1. Analisis Islamic Metode penelitian Persamaannya sumber


Human yang digunakan data adalah data sekunder.
Development Index dalam penelitian ini
Perbedaannya terletak
(I-Hdi) Di Kota adalah
pada rentan tahun
Yogyakarta Tahun menggunakan
penelitian dan penelitian
2015 – 2016 Dalam metode kualitatif
ini menggunakan model
Perspektif Maqāṣid deskriptif
interaktif Miles
Syarī’ah
Hubberman.
(Rochmawati,
2018)

2. Pengaruh Metode penelitian Persamaannya adalah


Pertumbuhan yang digunakan menggunakan metode
Ekonomi, dalam penelitian ini kuantitatif dengan sumber
Pengangguran, dan menggunakan data sekunder.
Islamic Human metode kuantitatif
Perbedaannya, penelitian
Development Index dengan teknik
ini menggunakan teknik
terhadap analisis regresi
analisi regresi berganda
Kemiskinan di berganda dan
dan metode OLS.
Kabupaten metode OLS
Janeponto, Provinsi
Sulawesi Selatan
Tahun 2005 – 2014
(Nafilah, 2016)

12
3. Introducting an Metode penelitian Persamaannya adalah
Islamic Human yang digunakan menggunakan dimensi
Development Index dalam penelitian ini muqashid syariah untuk
(I-HDI) to Measure adalah mengukur indeks
Develpoment in menggunakan pembangunan manusia.
OIC Countries metode kualitatif
Perbedaannya adalah
(Anto, 2011) deskriptif
bahwa penelitian ini
menggunakan metode
kualitatif dengan data
primer.

4. Analisis Pengaruh Metode peneliti Persamaannya adalah


Indeks yang digunakan menggunakan metode
Pembangunan dalam penelitian ini kuantitatif.
Manusia, adalah
Perbedannya adalah
Pengangguran, dan menggunakan
penelitian ini tergolong
Produk Domestik metode kuantitatif
penelitian dokumentasi
Regional Bruto menggunakan
atau studi pustaka.
terhadap Tingkat panel data dengan
Kemiskinan di pendekatan model
Provinsi Lampung efek tetap.
dalam Perspektif
Ekonomi Islam
Tahun 2011 – 2015
(Lestari, 2017)

5. Islamic Human Metode penelitian Persamaannya adalah


Development Index yang digunakan penelitian ini
di Kawasan dalam penelitian ini menggunakan indeks Al

13
Eksplorasi adalah Maal untuk mengukur I-
Tambang Batu menggunakan HDI.
Bara di Batu metode kualitatif.
Perbedaannya adalah
Kajang Kalimantan
penelitian ini
Timur
menggguankan sumber
(Rahmatullah,
data primer.
2018)

6. Construction of Metode penelitian Persamaannya adalah


Islamic Human yang digunakan menggunakan sumber data
Development Index penelitian ini sekunder.
(Rama & Yusuf, adalah
Perbedaannya adalah
2019) menggunakan
penelitian ini
metode penelitian
mengguankan metode
kuantitatif dengan
analisis pararel dan
data sekunder.
perbandingan.

7. Human Metode penelitian Persamaannya adalah


Development yang digunakan menggunkan metode
Index, Capital dalam metode ini kuantitatif.
Expenditure, Fiscal adalah
Perbedaannya adalah
Desentralization to menggunakan
penelitian ini menggukan
Economic Growth metode kuantitatif
kombinasi antara time
and Income dengan
series dan cross section.
Inequality in East menggunakan
Java Indonesia kombinasi antara
(Pradana & deret waktu dan
Sumarsono, 2018) data antara tempat

14
dan ruang
(penampang).

8. Forging a Link Metode penelitian Persamaanya adalan


Between Human yang digunakan penelitian ini mengukur
Development and dalam penelitian ini pembangunan manusia
Income Inequality: adalah dan ketimpangan
Cross-Country menggunakan pendapatan.
Evidence (Alvan, metode kualitatif
Perbedaanya adalah
2009) dan kuantitatif dari
penelitian ini
laporan
menggunakan kombinasi
pembangun.
antara metode kualitatif
dan kuantitatif.

F. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

F. 1. Human Development

Sumber daya merupakan suatu fungsi operasional yang berasal dari


suatu substansi yang terintegrasi secara dinamis dalam factor – factor
produksi dalam sebuah proses yang dapat menghasilkan suatu kegiatan
produksi berupa barang dan jasa. Sumber Daya Manusia mempunyai
peranan yang cukup penting, yaitu berperan dalam menggali dan
mengembangkan sumberdaya potensial menjadi sumberdaya riil, dan
berperan dalam menintegrasikan sumberdaya dalam ratio/perbandingan
terbaik dalam upaya menghasilkan barang dan atau jasa. (Faqihudin, 2010)

15
Human Development atau yang sering disebut sebgai pembangunan
manusia adalah suatu proses untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi
manusia (“a process of enlarging people’s choices”). Konsep atau definisi
pembangunan manusia tersebut pada dasarnya mencakup dimensi
pembangunan yang sangat luas. Dalam konsep pembangunan manusia,
pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami dari sudut manusianya,
bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya. Sebagaimana dikutip dari
UNDP (United Nations Development Programme, 1995).

Dalam perspektif the United Nation Development Program


(UNDP), Human Development dirumuskan sebagai perluasan pilihan bagi
penduduk (enlarging the choice of people), yang dapat dilihat sebagai
proses upaya kearah perluasan pilihan sekaligus sebagai taraf yang dicapai
dari upaya tersebut (United Nations Development Programme, 1990)

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa


Human Development merupakan perluasan pilihan bagi penduduk yang
dijadikan sebagai upaya perluasan sebagai taraf yang dicapai dan dianalisis
dari sudut manusianya. Dengan kata lain, merupakan suatu pembanguna
pengetahuan dan keterampilan manusia dengan cara perbaikan taraf/
tingkat kesehatan, pengetahuan, dan juga keterampilan sebagai
pemanfaatan kemampuan dan keterampilan tersebut.

Menurut (United Nations Development Programme, 1990),


Konsep pembanggunan manusia UNDP mengandung beberapa unsur
yaitu produktivitas ( productivity ), pemerataan pembangunan tentang
penduduk (of people), untuk penduduk ( for people ) dan oleh penduduk
(by people ) dimana :

1. Tentang Penduduk ( of people ), adalah pemberdayaan penduduk


diupayakan melalui inveestasi bidang – bidang pendidikan,
keesehatan dan pelayanan sosial lainnya.

16
2. Untuk Penduduk ( for people ), adalah pemberdayaan penduduk yang
dapat diupayakan melalui program penciptaan lapangan pekerjaan dan
memperluas kesempatan berusaha ( dengan cara memperluas kegiatan
ekonomi suatu wilayah ).
3. Oleh Penduduk ( by people ), adalah pemberdayaan penduduk yang
dapat meninngkatkan harkat dan martabat melalui peningkatan
partisipasi dalam pengambilan keputusan dalam bidang politik dan
proses pembangunan.

F. 2. Human Development Index

Human Development Index (HDI) adalah merupakan salah satu alat


ukur yang dapat merefleksikan status pembangunan manusia. United
Nations Programme (UNDP) sejak tahun 1990 menggunakan IPM untuk
mengukur upaya pencapaian pembangunan manusia suatu negara dan
mempublikasikannya dalam laporan tahunan Human Development Report
(HDR).

Human Development Index (HDI) atau dikenal juga dengan Indeks


Pembangunan manusia merupakan salah satu tolak ukur dalam pencapaian
pembangunan manusia yang lebih berkualitas. (Hanif, 2018)

Human Development Index (HDI) / Indeks Pembangunan Manusia


(IPM) adalah pengukuran pebandingan dari harapan hidup, melek huruf,
pendidikan dan standar hidup untuk semua negara di seluruh dunia.
Human Development Index (HDI) digunakan untuk mengklasifikasi
apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara
terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dan kebijaksanaan
ekoknomi terhadap kualitas hidup (Davies & Quinlivan, 2006).

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa Human


Development Index merupakan salah satu alat ukur dalam capaian
pembangunan manusia yang digunakan untuk mengklasifikasi sebuah

17
negara adalah negara maju, negara berkembang, atau negara terbelakang.
Selain itu Human Development Index (HDI) merupakan ukuran
pembangunan manusia agar lebih berkualitas.

F. 3. Indikator Human Development Index (HDI)

Human Development Index (HDI) merupakan alat ukur yang dapat


merefleksikan kualitas pembangunan manusia. Human Development
Index (HDI) mempunyai tiga bidang yang mendasar dan digunakan
sebagai indikator. Indikator Human Development Index (HDI) menurut
UNDP 1993 adalah sebagai berikut:

1. Longevity, diukur dengan variabel harapan hidup saat lahir atau life
expectancy of birth dan angka kematian bayi per seribu penduduk atau
infant mortality rate.

2. Educational Achievement, diukur dengan dua indikator, yakni melek


huruf penduduk usia 15 tahun ke atas (adult literacy rate) dan tahun
rata-rata bersekolah bagi penduduk 25 ke atas (the mean years of
schooling).

3. Access to resource, dapat diukur secara makro melalui PDB rill


perkapita dengan terminologi purchasing power parity dalam dolar
AS dan dapat dilengkapi dengan tingkatan angkatan kerja. (United
Nations Development Programme, 1993)

Menurut (Todaro & Smith, 2006) pembangunan manusia ada tiga


komponen universal sebagai tujuan utama meliputi :

1. Kecukupan

Kebutuhan dasar manusia secara fisik. Kebutuhan dasar adalah


kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan
seseorang, meliputi pangan, sandang, papan, kesehatan dan keamanan.

18
Jika satu saja tidak terpenuhi akan menyebabkan keterbelakangan
absolut.

2. Jati Diri
Jati diri merupakan komponen dari kehidupan yang serba lebih baik
adalah adanya dorongan dari diri sendiri untuk maju, untuk menghargai
diri sendiri, untuk merasa diri pantas dan layak mengejar sesuatu, dan
seterusnya. Semuanya itu terangkum dalam self esteem (jati diri).
3. Kebebasan dari Sikap Menghamba
Kemampuan untuk memiliki nilai universal yang tercantum dalam
pembangunan manusia adalah kemerdekaan manusia. Kemerdekaan
dan kebebasan di sini diartikan sebagai kemampuan berdiri tegak
sehingga tidak diperbudak oleh pengejaran dari aspek-aspek materil
dalam kehidupan. Dengan adanya kebebasan kita tidak hanya semata-
mata dipilih tapi kitalah yang memilih.

Menurut UNDP 1993 dalam (Faqihudin, 2010), terdapat tiga bidang


mendasar yang digunakan sebagai indikator Human Development Index
(HDI) adalah sebagai berkut:

1. Bidang kesehatan : Usia Hidup (Logetivity)

Pembangunan manusia merupakan sebuah upaya bagi penuduk


agar dapat mencapai usia hidup yang panjang dan sehat. Banyak
indikator yang dapat digunakan untuk mengukur usia hidup, tetapi
dengan pertimbangan ketersediaan data secara global dipilih indikator
angka harapan hidup waktu lahir (life expantancy at birth).

Sejauh ini terdapat tiga macam data yang dapat digunakan untuk
memperoleh dua macam data dasar tersebut yaitu Sensus Penduduk
(SP), Survei Penduduk Antar Sensus (Supas), dan Survei Sosial
Ekonomi Nasional (Susenas).

19
2. Bidang Pendidikan : Pengetahuan (Knowledge)
Usia hidup juga merupakan salah satu unsur mendasar dari
pembangunan manusia. Dengan pertimbangan ketersediaan data,
pengetahuan diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf dan
rata-rata lama sekolah. Sebagai catatan UNDP dalam publikasi
tahunan Human Development Report (HDR) sejak 1995 mengganti
rata-rata lama sekolah denga partisipasi sekolah dasar, menengah dan
tinggi. Sementara itu, indikator angka melek huruf dapat diperoleh
dari variabel kemampuan membaca dan menulis.
3. Bidang Ekonomi : Standar Hidup Layak (Divent Living)
Terdapat banyak indikator alternative yang dapat digunakan
untuk mengukur standar hidup layak. UNDP memilih GDP perkapita
riil yang telah di sesuaikan sebagai indikator standar hidup layak.
Indikator standar hidup layak merupakan sebuah indikator input dan
bukan merupakan indikator dampak, namun UNDP tetap
menggunakan GDP perkapita riil sebagai indikator ini dikarenakan
sesuai dan tersedia secara global.

F. 4. Islamic-Human Development Index (I-HDI)

Islamic-Human Development Index (I-HDI) adalah konsep baru


yang konsep dasarnya tetap berawal dari Human Development Index
(HDI) kemudian dikembangkan dengan konsep maqashid syariah.
Pencapaian angka HDI dan I-HDI menjadi barometer seberapa kuat
kualitas syariah dalam agenda pembangunan ekonomi berbasis maqashid
syariah yang erat kaitannya dengan nilai kemaslahatan dan keadilan.
(Rochmawati, 2018)
Islamic-Human Development Index (I-HDI) merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur pembangunan manusia dalam perspektif
Islam. I-HDI mengukur pencapaian tingkat kesejahteraan manusia dengan

20
terpenuhinya kebutuhan dasar agar manusia dapat hidup bahagia di dunia
dan akhirat (mencapai falah). (Septiarini & Herianingrum, 2017)
Islamic-Human Development Index (I-HDI) adalah alat ukur yang
digunakan untuk mengukur pembangunan manusia dalam perspektif
islam. I-HDI mengukur pencapaian tingkat kesejahteraan manusia dengan
terpenuhiya kebutuhan (maslahah) dasar agar manusia dapat hidup
bahagia di dunia dana akhirat. (P3EI, 2014)
Dari beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Islamic-
Human Development Index (I-HDI) merupakan sebuat alat untuk
mengukur apakah pembangunan manusia itu sudah berkualitas atau belum,
yang diukur dalam prespektif islam. Tujuan dari pengukuran Islamic-
Human Development Index (I-HDI) adalah bahwa supaya manusia dapat
hidup sejahtera untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

F. 5. Alat Ukur Islamic Human Development Index

Indikator pengukuran Islamic Human Development Index adalah


dengan 5 dimensi, antara lain ad- dien, an-nafs, al-aql, an-nasl, dan al-
maal. Dalam penelitian (Rahmatullah, 2018) menyatakan bahwa terdapat
beberapa uraian terkait alat ukur Islamic Human Development Index,
sebagai berikut:
1. Hifdzu ad-Dien (Memelihara Agama)
Agama merupakan suatu kebutuhan manusia yang paling
penting. Dalam islam, agama bukan hanya tentang ritualitas, namun
agama berfungsi untuk menuntun keyakinan, memberikan ketentuan
atau aturan berkehidupan serta untuk membangun moralitas
manusia. Agama adalah diperlukan oleh manusia kapan dan di
manapun manusia itu berada, berdasarkan tingkatnya, dapat
dibedakan menjadi tiga tingkatan:
a. Memelihara agama dalam peringkat dharuriyyah, yaitu
memelihara dan melaksanakan kewajiban keagamaan yang
termasuk dalam tingkat primer, seperti adanya penutup aurat

21
dalam melaksanakan shalat, adanya pendidikan tata cara sholat,
jika hal ini tidak ada, maka akan mengancam eksistensi agama.
b. Memelihara dalam peringkat hajiyyah, yaitu melaksanakan
ketentuan agama, dengan maksud menghindari kesulitan,
misalnya adanya penutup aurat yang layak dalam melaksanakan
ibadah shalat, seandainya tidak ada pakaian yang layak maka
shalatnya akan tetap sah.
c. Memelihara agama dalam peringkat tahsiniyyah, yaitu
mengikuti petunjuk agama guna menjunjung tinggi martabat
manusia sekaligus melengkapi pelaksanaan kewajibanya
kepada Allah SWT. Misalnya adanya tempat shalat yang bagus,
sehingga membuat mushalli betah untuk beribadah lama dalam
mushalla tersebut. Kegiatan ini erat kaitanya dengan etika yang
baik. Jika hal ini tidak dilakukan karena tidak memungkinkan
maka tidak akan mengancam eksistensi agama dan mempersulit
orang yang bersangkutan(Rafsanjani, 2014).
d. Memelihara agama dalam peringkat al-wujud, yaitu memelihara
dan menjaga ibadah shalat dan zakat. Hal ini harus dijaga adalah
sebagai cara mencegah hal-hal yang menyebabkan eksistensi
agama menjadi terancam(Kasdi, 2014).
2. Hifdzu an-Nafs (Memelihara Jiwa)
Dalam hal ini, jiwa yang dimaksud adalah kebutuhan utama
seseorang dalam rangka untuk menjalankan keberlangsungan hidup
seperti pemenuhan pangan, sandang, papan, kesehatan, fasilitas
jalan, transportasi, keamanan, lapangan kerja dan pelayanan sosial
(Jajuli, 2016), berdasarkan tingkat kepentinganya juga dapat
dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu:
a Memelihara jiwa dalam peringkat dharuriyyah seperti
memenuhi kebutuhan pokok berupa makanan untuk
mempertahankan hidup dan obat-obatan untuk menghilangkan
penyakit. Jika kebutuhan pokok ini diabaikan, maka akan

22
berakibat terancamnya eksistensi jiwa manusia, atau apabila
obat-obatan ini tidak ada maka juga sama.
b Memelihara jiwa dalam peringkat hajiyyah, seperti dibolehkan
menikmati makanan yang lezat dan halal. Jika kegiatan ini
diabaikan, maka tidak akan mengancam eksistensi manusia
melainkan hanya akan mempersulit hidupnya.
c Memelihara jiwa dalam peringkat tahsiniyyah seperti tata cara
makan dan minum. Kegiatan ini hanya berhubungan dengan
kesopanan atau etika, sama sekali tidak akan mengancam
eksistensi jiwa manusia, ataupun mempersulit kehidupan
seseorang. (Rafjansani, 2012)
3. Hifdzu al-‘Aql (Memelihara Akal)
Akal adalah merupakan tempat sumber ilmu. Jika akal akan
dimanfaatkan dengan baik, hal ini akan membuat jiwa seseorag itu
menjadi lebih berharga. Oleh karena itu, perlindungan akal
ditempatkan setelah perlindungan jiwa (Jajuli, 2016). Di lihat dari
segi kepentingan dalam menjaga akal, hal tersebut dapat dibedakan
menjadi tiga tingkatan, antara lain:
a. Memelihara akal dalam peringkat dharuriyyah adalah
memelihara akal di tingkat dasar seperti diharamkan
mengkonsumsi narkoba atau hal-hal yang menyebabkan pikiran
hilang. Jika ketentuan ini tidak dilaksanakan, maka akan
berakibat terancamnya eksistensi akal/hilang pikiran.
b. Memelihara akal dalam peringkat hajiyyah seperti dianjurkan
untuk menuntut ilmu pengetahuan yang dibutuhkanya. Apabila
kegiatan ini tidak dilakukan, maka tidak akan merusak akal
seseorang tetapi hanya akan mempersulit diri orang tersebut
dalam hal ilmu pengetahuan, tetapi kalau pendidikan itu skala
besar maka tingkatanya bukan hajiyyah lagi melainkan
dharuriyyah.

23
c. Memelihara akal dalam peringkat tahsiniyyah erat kaitanya
dengan etika dan jika tidak dilakukan tidak akan mengancam
eksistensi akal secara langsung. Misalnya menghindarkan diri
dari mendengarkan sesuatu yang tidak bermanfaat, pemberian
beasiswa untuk studi di strata yang tinggi. (Rafjansani, 2012)
4. Hifdzu an-Nasl (Memelihara Keturunan)
Dalam hal ini, perlindungan keturunan di sini meliputi lembaga
perkawinan, pelayanan bagi anak, memelihara anak yatim dan
sebagainya (Jajuli, 2016). Memelihara keturunan ditinjau dari segi
tingkat kebutuhanya, dibedakan menjadi tiga tingkatan antara lain:
a. Memelihara keturunan dalam peringkat dharuriyyah seperti
anjuran untuk menikah. Jadi dapat dikatakan upaya untuk
menjaga eksistensi keturunan adalah dengan menikah, dengan
membantu kegiatan melahirkan agar bayi yang lahir dalam
keadaan selamat dan yang lain.
b. Memelihara keturunan dalam peringkat hajiyyah seperti
memberikan suplement-suplement tambahan yang dibutuhkan
bayi, supaya bayi menjadi tumbuh sehat.
c. Memelihara keturunan dalam peringkat tahsiniyyah seperti
menyediakan tempat yang kondusif, enak dan tenang bagi ibu
yang mau melahirkan, sehingga para ibu senang untuk
melahirkan dan merawat bayinya di sana. (Rafjansani, 2012)
5. Hifdzu al-Maal (Memelihara Harta)
Perlindungan kekayaan meliputi pemeliharaan keuangan,
regulasi, pekerjaan, transaksi bisnis, penyadaran tentang pentingnya
halal haram dan penegak hukum yang berkaitan dengan harta (Jajuli,
2016), di lihat dari segi kepentinganya dapat dibedakan menjadi tiga
tingkatan, antara lain:
a. Memelihara harta dalam peringkat dharuriyyah seperti larangan
mengambil harta orang lain yang bukan merupakan hak kita
dengan cara yang tidak benar.

24
b. Memelihara harta dalam peringkat hajiyyah adalah memenuhi
kebutuhan tingkat kedua dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari seperti menginvestasikan hartanya atau mengajak
orang bekerjasama dalam bisnis.
c. Memelihara harta dalam peringkat tahsiniyyah erat kaitanya
dengan etika bermuamalah atau berbisnis. Misalnya mengikuti
pendidikan muamalah / berbisnis modern. (Rafjansani, 2012)

Telah didefinisikan sebagai angka I-HDI di Provinsi DI


Yogyakarta dengan jenis data tahunan dan dinyatakan dalam satuan
persen. Yang diperoleh dari hasil perhitungan indeks dengan data – data
sebagai berikut:
a. Dimensi Ad-Dien, di mana dimensi ini akan mengukur selisih nilai
aktual kriminalitas dengan nilai aktual kriminalitas terendah
dibandingkan dengan selisih nilai aktual kriminalitas tertinggi
dengan nilai aktual kriminalitas terendah.
b. Dimensi An-Nafs, di mana dimensi ini akan mengukur selisih nilai
aktual harapan hidup dengan nilai aktual harapan hidup terendah
dibandingkan dengan selisih dari nilai aktual hidup tertinggi dan
ni;ai aktual hidup terendah.
c. Dimensi Al-Aql, yang mana akan menjumlahkan antara ½ dari
angka melek huruf dengan 1/3 rata – rata lama sekolah.
d. Dimensi An-Nasl, dimensi ini akan mengukurnya dengan
menghitung 50% dari jumlah kelahiran total dan kematian bayi.
e. Dimensi Al-Maal, yang mana dimensi ini akan mengukurnya dengan
menghitung 50% dari jumlah Distributional Equiti Index (DEI) dan
pengeluaran perkapita indeks. (Rafjansani, 2012)

25
F. 6. Tingkat Kemiskinan

F.6.1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan sebuah situasi yang dihadapi oleh
individu dimana mereka tidak mempunyai kecukupan sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan hidup yang nyaman, baik dilihat
dari segi ekonomi, social, maupun psikologis. (Shirazi, 1994) dan
(Pramanik, 1998)
Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa kemiskinan
merupakan ketidakmampuan dalam memenuhi standar minimal
kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makanan maupun non-
makanan.
Menurut Edwin G. Dolan 1980 (Jusmaliani & Soekarni,
2005) sterdapat beberapa pandangan mengenai kemiskinan,
kemiskinan merupakan kurangnya pendapatan untuk memenuhi
kebutuhan yang paling mendasar untuk menjaga
keberlangsungan hidup. Selain itu, diketahui bahwa kemiskinan
merupakan rendahnya pendapatan yang diukur secara subjektif
lebih rendah terhadap pendapatan orang lain dalam masyarakat.
F.6.2. Penyebab Kemiskinan
(Rianto & Arif, 2010) Menyatakab bahwa terdapat tiga
macam penyebab kemiskinan:
1. System approach
Merupakan pendekatan yang menekankan pada adanya
keterbatasan pada aspek-aspek geografi, ekologi, teknologi,
dan demografi. Kondisi kemiskinan yang disebabkan oleh
factor-faktor tersebut dianggap akan lebih banyak menekan
masyarakat yang tinggal diwilayah perdesaan.
2. Decision-making model
Penyebab kemiskinan ini dipicu oleh kurangnya
pengetahuan, keterampilan, dan keahlian sebagian warga
masyarakat dalam merespon sumber daya ekonomi. Atau

26
dengan kata lain, kemiskinan disebabkan oleh kurangnya
inovasi masyarakat untuk berwirausaha.
3. Structural approach
Penyebab kemiskinan karena terdapat ketimpangan
dalam kepemilikan atas factor produksi seperti teknologi,
produktivitas, dan lain-lain.

Menurut (Kuncoro, 1997) berdasarkan teori kemiskinan


Nurkse (1953) diketahui bahwa penyebab kemiskinan adalah :
1. Adanya keterbelakangan dan ketertinggalan Sumber Daya
Manusia (SDM) yang tercermin dari rendahnya Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).
2. Ketidaksempurnaan pasar
3. Kurangnya modal yang menyebabkan rendahnya
produktivitas. Rendahnya produktivitas tersebut akan
mengakibatkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.

F.6.3. Indikator Kemiskinan


(Foster, Greer, & Thorbecke, 1984) memperkenalkan tiga
indikator yang digunakan untuk mengukur kemiskinan antara lain
:
1. The incidence of poverty
Presentase dari populasi yang hidup di dalam keluarga dengan
pengeluaran konsumsi perkapita di bawah garis kemiskinan.
2. The depth of poverty
Indikator ini menggambarkan dalamnya kemiskinan pada
suatu wilayah yang diukur dengan poverty gap index. Indeks
tersebut akan mengestimasi perbedaan rata-rata pendapatan
masyarakat miskin dan garis kemiskinan sebagai suatu
proporsi dari garis tersebut.
3. The severity of poverty

27
Indikator ini diukur dengan Indeks Keparahan Kemiskinan
(IKK), yang mana indeks ini pada prinsipnya sama dengan
poverty gap index. Namun terdapat perbedaan dari keduanya
yaitu diketahui bahwa IKK juga mengukur ketimpangan
diantara penduduk miskin.

F.6.4. Kemiskinan dalam Perspektif Islam


Kata miskin dalam Bahasa Arab, miskin berasal dari kata
“sakana” yag berarti diam atau tenang, sementara fakr diambil
dari kata “faqr” yang berarti punggung. Atau dengan kata lain,
faqir diartikan sebagai orang yang patah tulang punggungnya
yang artinya di mana orang tersebut mempunyai beban yang berat
untuk dipikulnya sehingga hal tersebut dapat mematahkan tulang
punggungnya. Dalam islam, kata miskin biasanya bersanding
dengan faqir, yang mana memiliki arti yaitu orang yang hidup
melarat dan membutuhan bantuan.
(Nafilah, 2016) menyatakan bahwa fakir miskin dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Fakir miskin yang mampu bekerja
Di mana fakir miskin ini termasuk pada golongan
orang yang miskin namun masih bekerja dan mampu
berusaha dalam mmenuhi kebutuhan hidupnya sendiri seperti
pedagang, tukang, ataupun petani namun mereka mempunyai
kesulitan dan masalah yaitu tidak memiliki peralatan, modal,
atau lahan yang memadai.
2. Fakir miskin yang tidak mampu bekerja
Di mana fakir miskin ini termasuk pada golongan
orang yang miskin karena tidak mampu untuk bekerja
maupun berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya
sendiri. Misalnya seperti orang yang sakit keras, lumpuh,
sunanetra, jopo, anak – anak terlantar dan lain – lain. Yang

28
mana kelompok kedua ini harus diberi bantuan yang cukup
secara berkala.

Dalam Al Qur’an dijelaskan bahwa pandangan Islam terkait


kemiskinan, ditemukan beberapa ayat Al-Qur’an yang
menganjurkan untuk memperoleh kelebihan, seperti yang tertera
pada surat Al-Jumu’ah ayat 10:

َّ ‫َّللاِ َوا ْذ ُك ُروا‬


َ‫َّللا‬ َّ ‫ض ِل‬ ِ ‫ص ََلة ُ فَا ْنتَش ُِروا فِي ْاْل َ ْر‬
ْ َ‫ض َوا ْبتَغُوا ِم ْن ف‬ َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَإِذَا ق‬
ِ َ‫ضي‬
َ‫يرا لَعَلَّ ُك ْم ت ُ ْف ِل ُحون‬
ً ِ‫َكث‬
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka
bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung.

F. 7. Rasio Gini

Pengertian Rasio Gini

Todaro & Smith (2006) pendekatan yang sederhana dalam


masalah distribusi pendapatan dan kemiskinan adalah dengan
memakai kerangka kemungkinan produksi. Untuk melukiskan
permasalahannya, produksi dalam suatu daerah atau negara
dibedakan menjadi dua kelompok barang, yaitu barang kebutuhan
pokok (makanan, minuman, pakaian dan perumahan) serta barang
mewah. Dengan asumsi semua faktor produksi telah
dimanfaatkan secara penuh, maka permasalahan yang muncul
adalah bagaimana menentukan kombinasi barang yang akan
diproduksi dan bagaimana masyarakat menurut pilihannya.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi


Republik Indonesia Nomor Per.25/MEN/IX/2009 Tentang
Tingkat Pengembangan Pemukiman Transmigrasi, gini rasio
merupakan ukuran pemerataan pendapatan yang dihitung

29
berdasarkan kelas pendapatan dalam 10 kelas pendapatan
(decille). (Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik
Indonesia, 2009)

Dalam kamus (Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian


DPR RI, 2019). Rasio gini atau koefisien adalah alat yang
digunakan untuk mengukur derajat ketidakmerataan distribusi
dari penduduk. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran
ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan)
yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga
satu (ketimpangan yang sempurna).

G. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, dan manfaat


penelitian, serta landasan teori yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya,
maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

G.1. Pengaruh Islamic Human Development Index (I-HDI) terhadap


tingkat kemiskinan di DI Yogyakarta.
Islamic Human Development Index (I-HDI) atau dapat disebut
sebagai indeks pembangunan manusia merupakan salah satu tolok ukur
pembangunan manusia yang lebih berkualitas. Manusia yang
berkualitas merupakan manusia atau masyarakat yang mampu
memaksimalkan produktivitas dalam berkerja, masyarakat yang
mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dapat menigkatkan
pendapatan mereka. Jika pendapatan masyarakat meningkat maka
tingkat kemiskinan masyarakat akan menurun. Oleh karena itu Islamic
Human Development Index (I-HDI) berpengaruh negatif terhadap
tingkat kemiskinan.

30
Pernyataan tersebut didukung oleh beberapa penelitian terdahulu,
antara lain penelitian dari (Sukmaraga, 2011) yang menyatakan bahwa
I-HDI menunjukkan hubungan negative signifikan.
H1 = Islamic Human Development Index (I-HDI) berpengaruh
negative terhadap tingkat kemiskinan di DI Yogyakarta.

G.2. Pengaruh Islamic Human Development Index (I-HDI) terhadap


Rasio Gini di DI Yogyakarta.
Islamic Human Development Index (I-HDI) atau dapat disebut
sebagai indeks pembangunan manusia merupakan salah satu tolok ukur
pembangunan manusia yang lebih berkualitas. Manusia yang
berkualitas merupakan manusia atau masyarakat akan mampu
memaksimalkan produktivitas dalam berkerja, masyarakat yang
mempunyai produktivitas kerja yang tinggi dapat meningkatkan
pendapatan mereka. Jika mayoritas masyarakat mampu
memaksimalkan produktivitasnya terutama dalam bekerja, maka hal
tersebut anak menaikan pendapatan mereka yang berasal dari berbagai
kalangan masyarakat, dari masyarakat kelas bawah, menengah, sampai
atas. Sehingga hal tersebut dapar meningkatkan pemerataan distribusi
pendapatan mereka. Oleh karena itu Islamic Human Development
Index (I-HDI) berpengaruh negatif terhadap rasio gini.
H2 = Islamic Human Development Index (I-HDI) berpengaruh
positif terhadap rasio gini di DI Yogyakarta.

31
H. Kerangka Berfikir

I. Metode Penelitian

I.1. Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif akan menitikberatkan pada
pembuktian atau menguji kebenaran sebuah hipotesis. Pendekatan
kuantitatif akan lebih mengarah pada hasil generalisasi, menjelaskan
fenomena secara lebih terukur dengan disertai berbagai pembuktian. Dalam
pelaksanaan atau implementasinya, pendekatan ini lebih sering menjelaskan
rumusan masalah dalam bentuk hubungan dari berbagai variabel.
I.2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif merupakan data yang yang dapat diukur atau
dinyatakan dengan skala numerik.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data
sekunder. Sumber data sekunder merupakan data yang sudah dikumpulkan

32
orang atau pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari Badan Pusat Statistik wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

I.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan didefinisikan


sebagai berikut:

1. Tingkat Kemiskinan
Tingkat kemiskinan merupakan perbandingan antara garis
kemiskinan tahun sekarang dikurangi dengan garis kemiskinan tahun
sebelumnya dengan garis kemiskinan tahun sebelumnya. Data akan
diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi DI Yogyakarta, secara
sistematis dirumuskan sebagai berikut:

𝐠𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐤𝐞𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐤𝐚𝐫𝐚𝐧𝐠 − 𝐠𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐤𝐞𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚


𝑮𝑲 =
𝐠𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐤𝐞𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦𝐧𝐲𝐚

2. Rasio Gini
Rasio gini merupakan jumlah persen penerima pendapatan dibagi
dengan jumlah kumulatif pendapatan, yang mana hasil dari perkalian tersebut
akan dikurangkan dengan 1, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
𝑘
𝑃𝑖 (𝑄𝑖 + 𝑄𝑖−1 )
𝐆𝐑 = 1 − ∑
10.000
𝑖=1

Keterangan :

Pi = Persentase penduduk pada kelas pengeluaran ke-i

Qi = Persentase kumulatif jumlah pengeluaran kelas pengeluaran ke-i

K = Jumlah kelas pengeluaran yang dibentuk

3. Islamic Human Development Index (I-HDI)

33
Didefinisikan sebagai angka I-HDI di Provinsi DI Yogyakarta
dengan jenis data tahunan dan dinyatakan dalam satuan persen. Yang
diperoleh dari hasil perhitungan indeks dengan data – data sebagai
berikut:
a. Dimensi ad-dien, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐤𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 − 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐤𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡
𝑰𝑫 =
𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐤𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 − 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐤𝐫𝐢𝐦𝐢𝐧𝐚𝐥𝐢𝐭𝐚𝐬 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡

b. Dimensi An-Nafs, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:


𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 − 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡
𝑰𝑵𝑭 =
𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐭𝐞𝐫𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐢 − 𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐚𝐤𝐭𝐮𝐚𝐥 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩𝐚𝐧 𝐡𝐢𝐝𝐮𝐩 𝐭𝐞𝐫𝐞𝐧𝐝𝐚𝐡

c. Dimensi Al-Aql, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:


𝟏 𝟏
𝑰𝑨 = (𝑨𝒏𝒈𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒌 𝒉𝒖𝒓𝒖𝒇) + (𝑹𝒂𝒕𝒂 − 𝒓𝒂𝒕𝒂 𝒍𝒂𝒎𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒐𝒍𝒂𝒉)
𝟐 𝟑

d. Dimensi An-Nasl, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:


𝟏
𝑰𝑵𝑺 = (𝑲𝒆𝒍𝒂𝒉𝒊𝒓𝒂𝒏 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 + 𝒌𝒆𝒎𝒂𝒕𝒊𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒚𝒊)
𝟐

e. Dimensi Al-Maal, secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:


𝟏
𝑰𝑴 = (𝑫𝑬𝑰 + 𝑷𝑷𝑰)
𝟐
PPI diperoleh dari:
𝒂𝒄𝒕𝒖𝒂𝒍 𝑷𝑷 − 𝒎𝒊𝒏𝒊𝒎𝒂𝒍 𝑷𝑷
𝑷𝑷𝑰 =
𝐦𝐚𝐱 𝑷𝑷 − 𝐦𝐢𝐧 𝑷𝑷
DEI diperoleh dari:
𝟏
𝑫𝑬𝑰 = (𝑮𝒄𝟏 + 𝑷𝟏)
𝟐

𝟐 𝟏
𝑰𝑯𝑫𝑰 = (𝑰𝑫) + (𝑰𝑵𝑭 + 𝑰𝑨 + 𝑰𝑵𝑺 + 𝑰𝑴) 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝟓 𝟓

34
I.4. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah dengan uji
asumsi klasik dan kemudian pengujian hipotesis dilakukan dengan analisis
regresi linear berganda. untuk mengelola dan membahas data yang telah
diperoleh. Pengujian dilakukan dengan software SPSS. Sebelum dilakukan
pengujian hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang
terdiri dari uji normalitas, uji multikolineritas, uji autokorelasi, dan uji
heteroskedatsitas.

I.4.1. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik dilakukan untuk melihat apakah data dalam
penelitian tersebut terdistribusi secara normal atau tidak. Saat
melakukan uji asumsi klasik, terdapat beberapa syarat yang harus
diperhatikan, antara lain:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah dalam sebuah
model regresi, variabel independen dan variabel dependen dan atau
keduanya memiliki distribusi yang normal atau tidak (Prasidina,
2018). Model regresi yang baik adalah ketika memiliki distribusi
data yang normal dan atau mendekati normal.
2. Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas dilakukan untuk mengetahui dan
menguji apakah dalam penelitian ini terdapat multikolineritas antar
variabel dependen. Model regresi yang baik adalah yang tidak
terjadi korelasi antar variabel dependen.
Adapun uji multikolineritas dalam penelitian ini dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut (Prasidina, 2018):
a. Variance Inflation Factors (VIF) pada model regresi linier
berganda. Variabel dikatakan tidak terjadi adanya
multikolineritas apabila VIF < 5.

35
b. Nilai Tolerence, jika nilai tolerence > 0,05 maka tidak terjadi
adanya multikolineritas.

3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah dalam
model regresi linier berganda ada korelasi antara kesalahan yang
muncul pada data yang telah diurutkan. Data yang digunakan
dalam uji autokorelasi biasanya berupa data serial waktu (time
series).
Pada penelitian ini uji autokorelasi menggunakan uji
dusbinwaston (DW-Test) dengan kriteria sebagai berikut
(Ghozali, 2018):

Hipotesis nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi Tolak 0 < DW < dl


positif

Tidak ada autokorelasi No decision dl ≤ DW ≤ du


positif

Tidak ada korelasi Tolak 4-dl < d < 4


negatif

Tidak ada korelasi No decisison 4-du ≤ DW ≤ 4-


negative dl

36
Tidak ada Tidak ditolak du < DW < 4-
autokorelasi, positif du
atau negative

Keterangan : DL : Batas bawah DW

DU : Batas atas DW

4. Uji Heterosketdasitas
Uji heterosketdatsitas digunakan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan antara varians dan residual satu pengamatan
ke pengamatan lalin dalam model regresi linier berganda. Jika
varians residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homosketdasitas dan jika terdapat perbedaan maka
disebut homosketdasitas.

1.4.3. Analisis Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui
bagaimana atau ada tidaknya pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Analisis regresi linear berganda juga digunakan
untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel
dependen dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya. Variabel
dependen pada penelitian ini adalah tingkat kemiskinan dan rasio gini.
Sementara variabel independen pada penelitian ini adalah IHDI. Pada
penelitian ini, persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
IHDI = β0 + β1GK + β2GR + e

Keterangan :
IHDI = Islamic Human Development Index
β0 = Konstanta

37
GK = Garis Kemiskinan
GR = Rasio Gini
e = Error

1.4.4. Koefisien Determinasi Berganda (R2)


Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel independen dalam menjelaskan secara
keseluruhan terhadap variabel dependen. Koefisien determiansi akan
mengukur bagaimana kemampuan model dalam menjelaskan variasi
variabel dependen.
Nilai R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar model
regresi yang diteliti terhadap variabel dependen. Interval nilai R2 adalah
antara 0 sampai dengan 1. Semakin besar R2 (mendekati 1) maka akan
semakin baik model regresi, karena nilai R2 yang besar berarti memiliki
variabel – variabel independen yang dapat memberikan semua
informasi untuk memprediksi variai variabel dependen. Semakin kecil
R2 (mendekati 0) maka akan semakin kecil model regresi, karena nilai
R2 yang kecil berarti hanya memiliki kemampuan yang terbatas dalam
menjelaskan dan memberikan informasi variabel dependen.

1.4.5. Pengujian Hipotesis


Pengujian hipotesis merupakan sebuah metode pengambilan
keputusan dari analisa data. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menguji hipotesis yang telah diajukan dalam penellitian ini, pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel – variabel yang
diteliti.
Uji t adalah pengujian yang dilakukan dengan pengujian
koefisien regresi secara parsial. Uji t dilakukan untuk mengetahui ada
tidaknya pengaruh variabel independen (Y) terhadap variabel dependen
(X) secara parsial. Variabel dependen pada penelitian ini adalah tingkat
kemiskinan da rasio gini. Sementara variabel independen pada

38
penelitian ini adalah IHDI. Perumusan hipotesis dilakukan dengan
prosedur sebagai berikut:

1. Membuat formulasi pengujian hipotesis


a. Pengaruh I-HDI terhadap Tingkat Kemiskinan
Ho1 : β1 ≤ 0, maka I-HDI tidak berpengaruh positif terhadap
tingkat kemiskinan.
Ha1 : β1 > 0, maka I-HDI berpengaruh positif terhadap uji t.
b. Pengaruh I-HDI terhadap Rasio Gini
Ho1 : β1 ≤ 0, maka I-HDI tidak berpengaruh positif terhadap
rasio gini.
Ha1 : β1 > 0, maka I-HDI berpengaruh positif terhadap uji t.

2. Menentukan kriteria pengujian


a. Jika nilai signifikan uji t ≤ 0,05 maka Ho ditolak. Artinya IHDI
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat
kemiskinan.
b. Jika nilai signifikan uji t > 0,05 maka Ho diterima. Artinya
IHDI cara parsial tidak berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan.

J. Sistematika Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis telah menyusun sepuluh bagian uraian sebagai
berikut :
Bagian A Latar Belakang
Pada bagian ini penulis menjelaskan tentang latar belakang
masalah penelitian.

Rumusan Masalah Penelitian


Bagian B

39
Pada bagian ini penulis menjelaskan rumusan masalah dan
rumusan pertanyaan dari penelitian.

Tujuan Penelitian
Bagian C
Pada bagian ini penulis menguraikan tujuan dari penelitian.

Manfaat Penelitian
Bagian D
Pada bagian ini penulis menguraikan manfaat dari penelitian.

Telaah Pustaka/ Literature Review


Bagian E
Pada bagian ini penulis menjelaskan penelitian-penelitian
terdahulu berkaitan pengaruh Islamic Human Development
Idex terhadap tingkat kemiskinan dan rasio gini.

Landasan Teori
Bagian F
Pada bagian ini penulis menguraikan teori yang berkaitan
dengan permasalahan pada penelitian.

Kerangka Berfikir
Bagian G
Pada bagian ini penulis memetakan sistematika dari kerangka
penelitian yang digunakan.

Metode Penelitian
Bagian H
Pada bagian ini penulis menguraikan metode yang digunakan
dalam penelitian.

Sistematika Penulisan
Bagian I
Pada bagian ini penulis mengguraikan sistematika penulisan.

Jadwal Penelitian
Bagian J
Pada bagian ini penulis menguraikan jadwal dalam melakukan
penelitian.

Daftar Pustaka
Bagian K

40
Pada bagian ini penulis menguraikan sumber-sumber referensi
yang digunakan dalam penelitian.

41
K. Jadwal Penelitian

2020
2019

Jan
Kegiatan Sep Okt Nov Des
No
1
1-2 2-4 1-4 1-4 2

Pengajuan outline dan


1
rekomendasi pembimbing
Konsultasi awal dan
2
menyusun rencana kegiatan

Proses bimbingan untuk


3
menyelesaikan proposal
Seminar proposal skripsi
4
Pengumpulan dan
5
pengolahan data
Proses bimbingan untuk
6
menyelesaikan skripsi
Ujian skripsi (Munaqasah)
7
Revisi dan persetujuan
8
skripsi

42
L. Daftar Pustaka

Alvan, A. (2009). Forging a Link Between Human Develpment and Income Inequality :
Cross-Country Evidence. Review of Social, Economic & Business Studies, 7(8), 31-
43.

Anto, M. H. (2011). Introducing an Islamic Human Development (I-HDI) to Measure


Development in OIC Countries. Islamic Economic Studies.

Badan Pusat Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta. (2019). Retrieved from


https://yogyakarta.bps.go.id

BPS-BAPPENAS-UNDP. (2001-2004). Indonesia Human Development Report . Jakarta:


Bappenas dan UNDP Indonesia.

Davies, A., & Quinlivan, G. (2006). A Panel Data Analysis of the Impact od Trade on
Human Development. Journal of Socioeconomics.

Faqihudin, M. (2010). Human Development Index (HDI) Salah Satu Indikator Yang
Populer Untuk Mengukur Kinerja Pembangunan Manusia. Cermin.

Foster, J. E., Greer, J., & Thorbecke, E. (1984). A Class of Decomposable Poverty
Measure. Econometrica: Journal of The Econometric Society, 761-766.

Ghozali, I. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hanif, S. (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia


(IPM) di Wilayah Karesidenan Surakarta Dalam Tinjauan Maqoshid Syariah
Tahun 2011-2015.

Jajuli, M. S. (2016). Ekonomi Islam Umar bin Khattab. Deepublish.

Jusmaliani, & Soekarni, M. (2005). Kebijakan Ekonomi Dalam Islam. Yogyakarta: Kreasi
wacana.

Kuncoro, M. (1997). Ekonomi Pembangunan: Teori, Masalah, dan Kebijakan. Yogyakarta:


Unit Penerbit Dan Percetakan PN.

Lestari, R. P. (2017). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, Pengangguran,


Dan Produk Domestik Regional Bruto Terhadap Tingkat Kemiskinan Di Provinsi
Lampung Dalam Perspektif Ekonomi Islam Tahun 2011-2015.

Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia. (2009). PERATURAN


MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REBPUBLIK INDONESIA NOMOR
PER.24/ME/IX/2009. Retrieved from
https://jdih.kemnaker.go.id/data_puu/peraturan_file_PER25.pdf

43
Nafilah, A. A. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Islamic
Human Development Index Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Jeneponto,
Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2005-2014.

P3EI. (2014). Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Pradana, A. N., & Sumarsono, H. (2018). Human Development Index, Capital


Expenditure, Fiscal Desentralization to Economic Growth and Income Inequality
in East Java Indonesia. Quantitative Economics Research, 1(2), 108-118.

Pramanik, A. H. (1998). Poverty from Multidimensional Perspectives: A Micro Level Study


of Seven Malaysian Kamupungs (Villages). Kuala Lumpur: Cahaya Pantai.

Prasidina, D. G. (2018). Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Dan Kesempatan


Investasi Terhadap Kebijakan Deviden Pada Manufaktur yang Terdaftar Di BEI
Periode 2013 - 2016.

Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI. (2019). Retrieved from
https://berkas.dpr.go.id/puskajianggaran/kamus/file/kamus-17.pdf

Rafjansani, H. (2012). Analisis Islamic Human Development Index Di Indonesia. Jurnal


Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga, 8.

Rahmatullah, R. (2018). Islamic Human Development Index Di Kawasan Eksploitasi


Tambang Batu Bara Di Batu Sopang Kalimantan TImur. Yogyakarta.

Rama, A., & Yusuf, B. (2019). Construction of Islamic Human Developmetn Index. JKAU:
Islamic Econ, Vol. 32(1), 43-64.

Rianto, N., & Arif, A. (2010). Teori Makroekonomi Islam: Konsep, Teori dan Analisis.
Bandung: Alfabeta.

Rochmawati, T. (2018). Analisis of Islamic Human Development Index (I-HDI) DI Kota


Yogyakarta Tahun 2015-2016 Dalam Perspektif Maqasid Syariah.

Septiarini, M. M., & Herianingrum, S. (2017). Analisis I-HDI (Islamic Human Development
Index) Di Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan, 381-395.

Shirazi, N. S. (1994). An Analysis of Pakistan's Poverty and its Alleviation Throught Infaq.
Islamabad: Unpublished doctoral dissertation). International Islamic University.

Sukmaraga, P. (2011). Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia PDRB Perkapita


dan Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa
Tengah.

Todaro, M. P., & Smith, S. C. (2006). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

United Nations Development Programme. (1990). Human Development Report.


Newyork: Oxford University Press.

44
United Nations Development Programme. (1993). Human Development Report.
Newyork: Oxford University Press.

United Nations Development Programme. (1995). Human Development Report.


Newyork: Oxford University Press.

45

Anda mungkin juga menyukai