Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA

INDEK PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

DOSEN PENGAMPU : JAJANG JAMALUDIN, SE., MM

KELOMPOK 7 :

AMAR YANUAR MALIK (10220123)


RASTI ENDRIYANI (11220332)
RIDHO RIZQI SAPUTRA (11220384)
YULI PUTRI LESTARI (11220744)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GUNADARMA

JAKARTA

2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Perkembangan Model Pembangunan Manusia di Indonesia .................... 2
1.3. IPM untuk Perencanaan Pembangunan .................................................... 5
1.4. Fungsi dan Keterbatasan .......................................................................... 7
BAB II METODOLOGI ........................................................................................ 9
2.1. Pengertian ................................................................................................. 9
2.2. Variabel yang Digunakan ......................................................................... 9
2.3. Formulasi Umum IPM/ Penyusunan Indeks .......................................... 10
2.3.1. Angka Harapan Hidup (e0) ............................................................. 11
2.3.2. Melek Huruf (Lit) dan Lama Sekolah (MYS)................................. 12
BAB III INDIKATOR DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA ............ 14
3.1. Indikator Pembangunan Manusia ........................................................... 14
3.1.1. Indikator Harapan Hidup ..................................................................... 15
3.1.2. Indikator Pendidikan ....................................................................... 15
3.2. Pencapaian Pembangunan Manusia ....................................................... 16
BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 19
4.1. SIMPULAN ............................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan, khususnya pembangunan manusia


dapat dinilai secara parsial dengan melihat seberapa besar permasalahan
yang paling mendasar di masyarakat dapat teratasi . Permasalahan-
permasalahan tersebut diantaranya adalah kemiskinan, pengangguran, buta
huruf, ketahanan pangan dan penegakan demokrasi. Namun persoalannya
adalah capaian pembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi
dimana beberapa aspek pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek
pembangunan lainnya gagal. Selanjutnya bagaimanakah keberhasilan
pembangunan manusia secara keseluruhan?

Dewasa ini persoalan mengenai capaian pembangunan manusia


telah menjadi perhatian para penyelenggara pemerintahan. Berbagai
macam ukuran pembangunan manusia dibuat namun tidak semuanya dapat
digunakan sebagai ukuran standar yang dapat dibandingkan antar wilayah
atau negara. Dengan demikian, Badan Perserikatan Bangsa-bangsa( PBB)
menetapkan suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Indeks
Pembangunan Manusia ( IPM) atau Human Development Index (HDI).

Dari tahun ke tahun perhatian pemerintah khususnya para elit


kekuasaan, politisi termasuk para pengamat, akademis dan peneliti tertuju
pada laporan Human Development Index (HDI) yang dipublikasikan setiap
tahun oleh United Nation Devlopment Programme (UNDP) yaitu lembaga
dunia yang bernaung di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Laporan penyajian pembangunan sumber daya manusia (SDM) atau
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) seringkali memunculkan polemik
dan pro-kontra, namun semuanya sepakat bahwa pembangunan SDM
sangat penting dan menjadi kunci keberhasilan pembangunan Daerah
maupun Nasional pada berbagai bidang terutama terkait dengan

1
kesejahteraan rakyat. Dengan kata lain, Indeks Pembangunan Manusia
merupakan tolok ukur keberhasilan pembangunan sosial, ekonomi dan
bidang-bidang lain.

Untuk itu peningkatan mutu sumber daya manusia adalah suatu


keharusan yang tidak saja bertumpu pada tanggung jawab pemerintah
(negara) namun semua pihak baik keluarga dan masyarakat secara
kelompok berkepentingan lainnya (stakeholders). Peningkatan kualitas
SDM ini perlu upaya sistematis sehingga harus terintegrasikan dalam
semua aspek kehidupan; ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik, budaya
dan kehidupan sosial lainnya.

1.2. Perkembangan Model Pembangunan Manusia di Indonesia

Menurut UNDP (1990) pembangunan manusia dirumuskan sebagai


perluasan pilihan bagi penduduk (enlarging the choices of people), yang
dapat dilihat sebagai proses upaya ke arah “perluasaan pilihan“ dan
sekaligus sebagai taraf yang dicapai dari upaya tersebut. Pada saat yang
sama, pembangunan manusia dapat dilihat juga sebagai pembangunan
(formation) kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan,
pengetahuan, dan keterampilan; sekaligus sebagai pemanfaatan
(utillization) kemampuan/keterampilan mereka tersebut. Konsep
pembangunan ini jauh lebih luas pengertiannya dibandingkan konsep
pembangunan ekonomi yang menekankan pada pertumbuhan ekonomi
(economic growth), kebutuhan dasar (basic needs), kesejahteraan
masyarakat (social wefare), dan pengembangan sumber daya manusia
(human resource development). Empat unsur utama yang terkandung
dalam paradigma Pembangunan Manusia tersebut adalah produktifitas
(productivity), pemerataan (equity), kesinambungan (sustainability), dan
pemberdayaan (empowerment).

Pembangunan manusia dapat juga dilihat dari sisi pelaku atau


sasaran yang ingin dicapai. Dalam kaitan ini, UNDP melihat pembangunan

2
manusia sebagai macam “model” pembangunan tentang penduduk, dan
oleh penduduk, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tentang penduduk; berupa investasi di bidang pendidikan, kesehatan,


dan pelayanan sosial lainnya.

b. Untuk penduduk; berupa penciptaan peluang kerja melalui perluasan


(pertumbuhan ekonomi dalam negeri).

c. Oleh penduduk; penduduk dalam menentukan harkat manusia dengan


cara berpartisipasi dalam proses politik dan pembangunan.

Untuk mengukur tingkat pemenuhan ke-tiga unsur diatas, UNDP


menyusun suatu indeks komposit berdasarkan 3 (tiga) indikator yaitu:
angka harapan hidup (life expectancy at age 0 : eo), angka melek huruf
penduduk dewasa (adult literacy rate : lit) dan rata-rata lama sekolah
(mean years of schooling : MYS ) dan daya beli masyarakat (purchasing
power parity) – yang merupakan ukuran pendapat yang sudah disesuaikan
dengan paritas daya beli. Indikator pertama mengukur “umur panjang dan
sehat”, dua indikator berikutnya mengukur “pengetahuan dan
keterampilan”, sedangkan indikator terakhir mengukur kemampuan dalam
mengakses sumber daya ekonomi dalam arti luas. Ketiga indikator inilah
yang digunakan sebagai kompenen dalam penyusun HDI yang dalam
publikasi ini diterjemahkan menjadi IPM.

Berdasarkan perhitungan IPM dapat digambarkan bahwa negara


yang baik adalah negara yang yang penduduknya mempunyai tingkat
kesehatan yang baik, pemikiran yang cerdas, dan kekuatan daya beli yang
baik. IPM bukan ukuran yang menyeluruh mengenai pembangunan
manusia, sehingga perlu dilengkapi dengan indikator lainnya yang
jumlahnya masih banyak (Ananta 1996, Agung 1997). Indeks ini memang
tidak melihat pelayanan kesehatan, kesehatan lingkungan, angka kematian,
status gizi, imunisasi, akses ke media masa, kematian maternal, angka

3
prevalensi kontrasepsi, dan sebagainya. Indeks ini memang hanya disusun
dari tiga indikator dasar yang data umumnya umumnya tersedia di setiap
negara sehingga bisa diperbandingkan.

Walaupun terjadi perubahan-perubahan berupa berbagai


penambahan atau penyesuaian, prinsip dasar pengukuran IPM tetap sama.
Pada intinya, kesehatan diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir,
pendidikan diukur dengan kombinasi antara angka melek huruf dewasa
yang memiliki timbangan 2/3 dan erollment ratio untuk pendidikan dasar,
menengah, dan atas yang memiliki timbangan 1/3, serta pendapatan per
kapita yang diukur dengan kemampuan daya beli (purchasing power
parity). Pada IPM sebelumnya, pendidikan diukur dengan tahun sekolah,
namun karena variabel ini tidak selalu tersedia di setiap negara, lalu
diganti dengan enrollment ratio.

Daya beli diukur dengan purchasing power parity (PPP) dalam


dolar Amerika (US$) yang mencoba menyesuaikan pendapatan per kapita
tiap negara dengan daya beli di negara yang bersangkutan. Penyesuaian ini
didasarkan pada kenyataan bahwa 10 US$ di Indonesia jauh lebih bernilai
dibandingkan 10 US$ di Amerika. Penyesuaian ini menjadi menarik
karena telah memperhitungkan perbedaan daya beli. Untuk perhitungan
IPM, BPS (1997) menggunakan pengeluaran riil per kapita. Sejauh ini,
belum ada hasil analisa yang memadai tentang penggunaan indikator PPP
yang diyakini lebih akurat untuk mengukur IPM di tingkat Kabupaten /
Kota.

4
1.3. IPM untuk Perencanaan Pembangunan

Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator


komposit tunggal yang digunakan untuk mengukur pencapaian
pembangunan manusia yang telah dilakukan disuatu wilayah tidak dapat
mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia yang dinilai
mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk.
Ketiga kemampuan dasar itu adalah umur panjang, dan sehat yang diukur
melalui angka harapan hidup waktu lahir, berpengetahuan dan
berketerampilan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah, serta akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk
mencapai standar hidup layak yang diukur dengan pendapatan perkapita
yang disesuaikan.

Usia hidup diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir (eo)
yang dihitung menggunakan metode tidak langsung (metode brass atau
varian trussel) berdasarkan variabel rata-rata anak lahir hidup dan rata-rata
anak yang masih hidup per wanita usia 15-49 tahun. Komponen
pengetahuan di ukur dengan menggunakan dua indikator yaitu melek
huruf penduduk 16 tahun ke atas dan rata-rata lama sekolah. Indikator
melek huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis,
sedangkan indikator rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan
tiga variabel secara simultan yaitu partisipasi sekolah, tingkat kelas yang
sedang/pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Komponen standar hidup layak diukur menggunakan indikator


konsumsi riil yang disesuaikan. Sebagai catatan, UNDP mengunakan
indikator PDB perkapita riil yang telah disesuaikan (adjust real percapita)
sebagai ukuran komponen tersebut karena tidak tersedia indikator lain
yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara atau wilayah.
Perhitungan ketiga komponen di atas menunjukan bahwa setiap komponen
merupakan hasil perhitungan tersendiri dan bukan merupakan hasil

5
perhitungan dari indikator-indikator lain. Sehingga tidak dapat dibentuk
suatu model yang terdiri dari indikator-indikator pembentukan setiap
komponen. Karena itu, pemanfaatan IPM dalam perencanaan
pembangunan daerah harus dilengkapi dengan kajian dan analisis situasi
terhadap indikator-indikator yang mempengaruhi perkembangan nilai
IPM.

Pendekatan logis yang dilakukan menghasilkan variabel-variabel


yang dianggap mempengaruhi setiap komponen IPM. Namun demikian,
variabel-variabel tersebut tidak secara mutlak mempunyai keterkaitan
langsung dengan komponen-komponen IPM. Sehingga besar kontribusi
masing-masing variabel terhadap komponen IPM belum terukur. Selain
itu, variabel-variabel tersebut bergerak secara dinamis, artinya variabel
yang mempengaruhi akan terus berubah sesuai dengan kajian dan analisis
situasi. Oleh karenanya belum dapat ditetapkan model keterkaitan yang
baku dari setiap variabel didalam komponen IPM yang dapat digunakan
dalam menentukan nilai IPM akan dicapai.

6
1.4. Fungsi dan Keterbatasan

Pada dasarnya IPM adalah suatu indeks komposit yang diharapkan


mampu mencerminkan kinerja pembangunan manusia sehingga dapat
dibandingkan antar wilayah bahkan antar waktu. Fungsi utama sebagai alat
banding ini sejalan dengan fungsi yang dikenal sebelumnya, yang disebut
Indeks Mutu Hidup (IMH) atau Psysical Quality of Life Index (PQLI),
yaitu suatu indeks komposit yang disusun dari tiga komponen :

1) Angka kematian bayi (AKB) atau IMR

2) Angka harapan hidup umur 1 tahun (e1)

3) Angka melek huruf (Lit)

Salah satu kritik mendasar terhadap IMH adalah bahwa dua


komponen pertama kurang lebih mengukur hal yang sama, seperti
dibuktikan oleh kuatnya korelasi antar keduanya, sehingga sebenarnya
cukup diwakili oleh salah satu saja. Kelemahan inilah yang antara lain
melatarbelakangi diperkenalkannya indeks komposit baru yakni Indeks
Pembangunan Manusia (IPM).

Namun demikian, IPM nampaknya meneruskan tradisi mengemban


nama \bombastis/ seperti halnya IMH, yaitu mencoba menggambarkan
suatu angka indeks. Adalah suatu kemustahilan bahwa pembangunan
manusia dalam artian yang luas dapat diukur hanya dengan satu indeks
komposit, tak peduli seberapa banyak komponen indikatornya – apalagi
jika diingat bahwa semakin banyak variabel yang dimasukan kedalam
indeks komposit tersebut semakin tinggi pula kemungkinan besarnya
kesalahan. Hal yang sama juga berlaku bagi IMH, karena mutu hidup
sendiri juga mempunyai arti yang sangat luas. Barangkali, persamaan ini
hanya untuk keperluan menarik perhatian.

7
Disamping itu, IPM juga masih mempunyai kelemahan
sebagaimana yang terkandung dalam IMH, yaitu dari segi data dan arti.
Dari segi data kelemahannya terletak pada kenyataan bahwa
konsep/definisi dan kualitas data yang digunakan antar negara sangat
beragam sehingga mengurangi kekuatan IPM sebagai alat banding
international.

Kelemahan yang bersifat umum dari suatu indeks komposit adalah


tidak memiliki arti tersendiri secara individual. Jelasnya IPM suatu
wilayah (provinsi, kabupaten /kota, misalnya) tidak bermakna tanpa
dibandingkan dengan IPM wilayah lain. Akhirnya, kelemahan lain yang
juga melekat (inherent) dalam suatu indeks komposit seperti IPM adalah
ketidakmampunya dalam memberikan saran kebijaksanaan (policy
implication) yang jelas. Dan ini memang bukan tujuan pembentukan
indeks tersebut.

8
BAB II
METODOLOGI

2.1. Pengertian

Secara khusus Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yaitu


mengukur tingkat pencapaian pembangunan manusia berbasis sejumlah
komponen dasar kualitas hidup. IPM dihitung berdasarkan data yang dapat
menggambarkan keempat komponen yaitu :
1) Angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan
2) Angka melek huruf
3) Rata- rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang
pendidikan
4) Kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok
yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai
pendekatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.

2.2. Variabel yang Digunakan

a. Umur panjang (longevity) : Sebagai pengukur kesehatan dan nutrisi.


Umur panjang diukur dengan merata-rata harapan hidup (dalam tahun)
dari tingkat kelahiran.

b. Pendidikan : Terdiri dari rata-rata terbobot antara tingkat melek huruf


dari kaum dewasa dalam % dan tahun-tahun utama dari masa sekolah
seseorang sepanjang 25 tahun dari umurnya.

c. Standar hidup : Indikator standar hidup adalah produk domestik bruto


(PDB) dengan dasar kebutuhan pendapatan yang dibutuhkan untuk
mencapai tingkat nutrisi minimal dan merefleksikan utilitas marginal
yang semakin menurun dari pendapatan.

9
2.3. Formulasi Umum IPM/ Penyusunan Indeks

Seperti dikemukakan sebelumnya komponen IPM adalah angka


harapan hidup (e0), angka melek huruf (Lit), rata-rata lama sekolah
(MYS), dan daya beli atau Purchasing Power Parity (PPP). Dipilihnya ke-
empat komponen tersebut mengikuti pembakuan komponen yang
dilakukan oleh UNDP. Dengan demikan sejauh mungkin hasilnya
terbandingkan secara internasional, nasional dan daerah. Rasionalitas
pemilihan komponen tersebut dibahas dalam laporan HDR (UNDP) yang
dipublikasikan setiap tahun sejak 1990 yang mempertimbangkan antara
lain
a. Makna dari masing-masing indikator dalam kaitannya dengan konsep
pembangunan manusia versi UNDP.
b. Ketersediaan data secara internasional.
Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung
indeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan
terbaik). Lebih lanjut komponen angka melek huruf dan rata-rata lama
sekolah digabung menjadi satu sebagai indikator pendidikan
(pengetahuan) dangan perbandingan 2 : 1. Dalam penyajiannya indeks
tersebut dikalikan 100 untuk mempermudah penafsiran. Teknik
penyusunan indeks tersebut pada dasarnya mengikuti formulasi sebagai
berikut :

X(i,j) = Nilai komponen IPM ke i

X(i –min) = Nilai komponen IPM ke i yang terendah

X( i- max) = Nilai komponen IPM ke I yang tertinggi

10
Untuk tujuan penghitungan indeks, dapat ditempuh berbagai cara
untuk menetapkan nilai maksimum dan minimum X(ij). Sebagai ilustrasi,
jika tujuannya hanya sekedar membandingkan kinerja propinsi/ kabupaten/
kota dalam satu tahun tertentu maka nilai tertinggi dan terendah X(ij) pada
tahun tersebut dapat dipilih sebagai nilai maksimum dan minimum (nilai
ekstrim).

2.3.1. Angka Harapan Hidup (e0)

Angka harapan hidup merupakan indikator penting dalam


mengukur longevity (panjang umur). Panjang umur seseorang tidak hanya
merupakan produk dari upaya yang bersangkutan melainkan juga seberapa
jauh masyarakat atau negara dengan penggunaan sumber daya yang
tersedia berusaha untuk memperpanjang hidup atau umur penduduknya.
Secara teori, seseorang dapat bertahan hidup lebih lama apabila dia sehat
dan bilamana menderita sakit dia harus mengatur untuk membantu
mempercepat kesembuhannya sehingga dia dapat bertahan hidup lebih
lama (datang kefasilitas/petugas kesehatan). Oleh karena itu,
pembangunan masyarakat dikatakan belum berhasil apabila pemanfaatan
sumber daya masyarakat tidak diarahkan pada pembinaan kesehatan agar
dapat tercegah warga meninggal lebih awal dari yang seharusnya.

11
Dengan demikian, variabel harapan hidup (e0) ini diharapkan
mencerminkan “lama hidup” sekaligus “hidup sehat” suatu masyarakat.
Hal ini sebenarya “berlebihan”, mengingat angka morbiditas (angka
kesakitan) akan lebih valid dalam mengukur “hidup sehat”. Walaupun
demikian, karena hanya sedikit negara yang memliliki data morbiditas
yang dapat dipercaya maka variabel tersebut tidak digunakan untuk tujuan
perbandingan. Sebenarnya dalam Susenas (Survei Sosial Ekonomi
Nasional), setiap tahun variabel morbiditas telah dikumpulkan datanya
sehingga dapat digunakan untuk tujuan perbandingan antar propinsi
kabupaten/kota, namun sejauh ini belum diketahui tingkat kecermatannya
sehingga belum digunakan dalam publikasi ini. Estimasi angka e0 yang
digunakan dalam publikasi ini diperoleh dari Susenas. Angka ini diperoleh
dengan menggunakan metode tidak langsung dengan menggunakan 2 data
dasar yaitu rata–rata anak lahir dan rata -rata anak masih hidup. Prosedur
penghitungan angka harapan hidup sejak lahir (AHH0) dilakukan dengan
menggunakan Sofware Mortpack Life. Setelah mendapatkan angka
harapan hidup sejak lahir selanjutnya dilakukan penghitungan indeks
dengan cara membandingkan angka tersebut terhadap angka yang telah
distandarkan (dalam hal ini UNDP).

2.3.2. Melek Huruf (Lit) dan Lama Sekolah (MYS)

Harkat dan martabat manusia akan meningkat apabila yang


bersangkutan mempunyai kecerdasan yang memadai. Tingkat kecerdasan
(intilligence) seseorang pada titik waktu tertentu merupakan produk
gabungan dari keturunan (heredity), pendidikan dan pengalamannya.

Prestasi pembangunan masyarakat akan diukur dengan melihat


seberapa jauh masyarakat di kawasan tersebut telah memanfaatkan sumber
dayanya untuk memberikan fasilitas kepada warganya agar menjadi lebih
cerdas. Hidup sehat dan cerdas diyakini akan meningkatkan kemampuan
produktivitas seseorang, sedang hidup yang panjang dalam keadaan tetap

12
sehat dan cerdas juga akan memperpanjang masa produktif tersebut
sehingga pada gilirannya akan meningkatkan mutu peran warga tersebut
sebagai pelaku (agent) pembangunan .

Dalam kaitannya dengan IPM ini, tersebut dua jenis indikator


pendidkan, yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Kedua
indikator pendidikan ini diharapkan mencerminkan tingkat pengetahuan
dan keterampilan penduduk. Pentingnya angka melek huruf (Lit) sebagai
kompenen IPM tidak banyak diperdebatkan. Permasalahannya adalah Lit
yang digunakan UNDP bervariasi antar negara dalam hal konsep
operasional dan kualitas data. Sebagai ilustrasi, konsep Lit yang
didefinisikan sebagai “mampu membaca dan menulis” diperkirakan akan
menghasilkan angka yang berbeda jika misalnya, didefinisikan sebagai
“mampu membaca pesan tertulis yang sederhana”.

Datanya diperkirakan juga berbeda jika pengumpulannya datanya


menggunakan suatu alat peraga. Dalam publikasi ini masalah tersebut
dapat dihindari karena konsep “mampu membaca dan menulis“ dan cara
menanyakannya (tanpa alat peraga) di Indonesia diberlakukan secara
seragam.

13
BAB III
INDIKATOR DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

3.1. Indikator Pembangunan Manusia

Pendekatan konseptual pembangunan manusia mencakup empat


elemen pokok yaitu; produktifitas, pemerataan, keberlanjutan dan
pemberdayaan masyarakat. Peningkatan kualitas hidup akan menjadi lebih
luas dan terjamin jika kemampuan dasar yang mencakup hidup panjang
dan sehat, berpangetahuan (serta menguasai IPTEK) dan mempunyai
akses terhadap sumbar daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara
layak (berdaya beli) dimiliki oleh panduduk. Produktivitas berarti manusia
harus dapat meningkatkan produktivitasnya dalam artian ekonomi, yaitu
untuk memperoleh pendapatan dan berpartisipasi dalam pasar kerja.
Pemerataan berarti semua mempunyai kesempatan yang sama
berpartisipasi dalam seluruh kegiatan, termasuk ekonomi, sosial dan
politik. Makna berkelanjutan adalah bahwa semua kegiatan dalam rangka
pembangunan manusia dilakukan terus menerus, sedangkan pemberdayaan
berarti semua lapisan masyarakat ikut berpartisipasi penuh dalam proses
pembangunan. Sehingga pada akhirnya, sasaran pembangunan manusia
diprioritaskan pada tiga tujuan dasar, yaitu:
1. Bidang kesehatan : usia hidup (longevity)
2. Bidang pendidikan : pengetahuan (knowledge)
3. Bidang ekonomi : standar hidup layak (decent living)
IPM merupakan salah satu indikator komposit selain banyak ragam
indikator lain yang dapat dibuat dari berbagai kegiatan pengumpulan data
oleh BPS selama ini. Indikator itu sendiri merupakan petunjuk yang
memberikan indikasi tentang sesuatu keadaan dan merupakan refleksi dari
keadaan tersebut. Dalam definisi lain, indikator dapat dikatakan sebagai
alat pengukur perubahan. Variabel-variabel ini terutama digunakan apabila
perubahan yang akan dinilai tidak dapat diukur secara langsung.

14
3.1.1. Indikator Harapan Hidup

Angka harapan hidup dapat menggambarkan tingkat kesehatan


yang telah dicapai masyarakat. Semakin baik tingkat kesehatan
masyarakat diharapkan kesempatan untuk hidupnya cenderung semakin
besar/lama. Sebaliknya tingkat kesehatan yang buruk akan cenderung
memperpendek usia hidup. Angka harapan hidup berbanding terbalik
dengan tingkat kematian bayi, artinya semakin tinggi angka kematian bayi
maka angka harapan hidup cenderung semakin pendek, demikian pula
sebaliknya.

3.1.2. Indikator Pendidikan

Angka melek huruf di ambil dari data kemampuan baca tulis, yang
dipandang sebagai modal dasar yang perlu dimiliki setiap individu, agar
mempunyai peluang yang sama untuk terlibat dan berpartisipasi dalam
pembangunan. Sedangkan tingkat pengetahuan dan keterampilan lainnya
secara umum dapat digambarkan melalui rata-rata lama sekolah, angka ini
dihitung dengan menggunakan 2 variabel secara simultan yaitu tingkat
kelas yang pernah atau sedang dijalani dan jenjang pendidikan yang
ditamatkan.

3.1.3. Standar Hidup Layak (Purchasing Power Parity/PPP)

Standar hidup layak merupakan komponen ketiga selain dua


komponen diatas yang juga diakui secara luas sebagai unsur dasar
pembangunan manusia. Berbeda dengan UNDP yang menggunakan GDP
riil perkapita yang disesuaikan untuk mengukur standar hidup layak, BPS
dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata
pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.

Berbeda dengan indikator untuk kedua unsur IPM lainnya,


indicator standar hidup layak diakui sebagai indikator input, bukan
indikator dampak, sehingga sebenarnya kurang sesuai sebagai unsur IPM.

15
Walaupun demikian UNDP tetap mempertahankannya karena indikator
lain yang sesuai tidak tersedia secara global. Selain itu dipertahankannya
indikator inipun juga merupakan argumen bahwa selain usia hidup dan
mengetahui masih banyak variabel input yang pantas diperhitungkan
dalam perhitungan IPM. Dilemanya, memasukan banyak variabel atau
indikator akan menyebabkan indikator komposit menjadi tidak sederhana.
Dengan alasan itu maka GDP riil per kapita yang telah disesuaikan
dianggap mewakili indikator input IPM lainnya. Untuk keperluan
perhitungan IPM propinsi atau kabupaten/kotamadya data dasar PDRB
perkapita tidak dapat digunakan untuk mengukur standar hidup layak
karena bukan ukuran ukuran yang peka untuk mengukur data beli
penduduk (yang merupakan fokus IPM). Sebagai penggantinya digunakan
konsumsi per kapita riil yang telah disesuaikan untuk keperluan yang
sama.

3.2. Pencapaian Pembangunan Manusia

Angka IPM suatu daerah memperlihatkan jarak yang harus ditempuh


untuk mencapai nilai ideal (100). Angka ini dapat diperbandingkan antar
daerah di Indonesia. Dengan demikian tantangan bagi semua daerah
adalah bagaimana menemukan cara yang tepat, dalam hal ini program
pembangunan yang diterapkan masing-masing daerah, untuk mengurangi
jarak terhadap nilai ideal.

IPM dapat digolongkan menurut skor/nilainya sebagai berikut:


1. Kelompok sangat tinggi : IPM > 80
2. Kelompok tinggi : 70 < IPM < 80
3. Kelompok sedang : 60 < IPM < 70
4. Kelompok rendah : IPM < 60

16
3.2.1. Tahapan Perhitungan Indeks Pembangunan Manusia

a. Tahapan Pertama

Tahapan pertama perhitungan IPM adalah menghitung indeks


masing-masing komponen IPM (eo, Pengetahuan, dan Standar Hidup
Layak) dengan formula sebagai berikut :

Indeks (Xi) = (Xi - Xmin)/(Xmaks - Xmin)


Dimana
Xi : Indikator komponen Indeks Pembangunan Manusia ke-i (i
=1,2,3)Xmin : Nilai minimum Xi
Xmaks : Nilai maksimum Xi
Persamaan (1) akan menghasilkan 0 < Xi < 1; untuk mempermudah
cara membaca skala dinyatakan dalam 100 (persamaan dikalikan 100,
sehingga 0 < Xi < 100).
Tabel 1
Nilai Maksimum dan Nilai Minimum Indikator Komponen IPM/HDI
Indiktor Nilai Nilai Catatan
Maksimum Minimum
1 2 3 4
Angka Harapan Hidup 85 25 Sesuai Standar Global
(UNDP)
Angka Melek Huruf 100 0 Sesuai Standar Global
(UNDP)
Rata-Rata Lama Sekolah 15 0 Sesuai Standar Global
(UNDP)
Konsumsi Per Kapita yang 732,720 300.000 UNDP menggunakan
Disesuaikan GDP per Kapita rill yang
disesuaikan
Tahapan Kedua

17
b. Tahapan Kedua perhitungan IPM adalah menghitung rata-rata
sederhana dari masing- masing indeks Xi dengan rumus :
Indeks Pembangunan Manusia = 1/3 Xi = 1/3[X(1)+X(2)+X(3)]
Dimana
X(1) = Indeks Angka Harapan Hidup
X(2) = 2/3 (Indeks Melek Huruf) + 1/3 (Indeks Rata-rata Lama
Sekolah)
X(3) = Indeks Konsumsi Per Kapita yang disesuaikan

18
BAB IV
PENUTUP

4.1. SIMPULAN

Pengukuran tingkat keberhasilan pembangunan sumber daya


manusia suatu negara atau wilayah dapat digambarkan melalui Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan indeks pembangunan
komposit dari tiga dimensi pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup,
pengetahuan dan standar kehidupan yang layak. Indeks ini diukur dengan
angka harapan hidup, capaian pendidikan dan tingkat pendapatan yang
disesuaikan. Ketiga indeks ini diharapkan dapat mencerminkan dan
mewakili indikator-indikator pembangunan manusia lainnya.

Dari ketiga komponen IPM, yang masih jauh dari pencapaian


maksimal adalah daya beli masyarakat yang berkaitan langsung dengan
pendapatan masyarakat yang pada umumnya masih rendah. Untuk
pencapaian bidang pendidikan melalui angka melek huruf (kemampuan
membaca dan menulis) penduduk dewasa usia 15 tahun keatas cukup
tinggi 98,39. Namun demikian pencapaian tingkat pendidikan formal
masih perlu diupayakan bersama dan dengan penuh kesungguhan karena
pencapaianya masih belum memuaskan yaitu baru mencapai 9,98 dengan
indeks 66,51 atau setara dengan kelas I SLTA. Sedangkan pencapaian
maksimal sesuai standar UNDP adalah setara dengan tamat D3. Dengan
demikian angka pencapaian indeks ini mempunyai arti bahwa capaian rata-
rata lama sekolah pada tahun 2010 ada pada status menengah atas. Kalau
kita amati lebih lanjut, dalam periode 5 tahun terakhir pencapaian
pendidikan formal menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada dua tahun
terakhir sehingga statusnya menjadi ada pada menengah atas.

19

Anda mungkin juga menyukai