Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG taraf kemakmuran di antara negara maju dan negara

MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN berkembang. Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi
MANUSIA DI SUMATERA BARAT sangat dibutuhkan untuk menunjang pembangunan yang
sedang berlangsung saat sekarang ini. Pengembangan sumaber
Oleh: daya manusia saat ini diarahkan untuk merubah sumber daya
David Rahmat dan Nasri Bachtiar manusia yang potensial menjadi tenaga kerja yang produktif
Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, Padang (Elfindri dan Nasri, 2004).
Masyarakat yang lebih produktif memiliki peran andil
Abstract untuk memajukan pembangunan ekonomi dan juga
This study aims to analyze the factors that influence the human pertumbuhan ekonomi negara, karna dengan produktivitas
development index in West Sumatera. This research uses masyarakat terus meningkat maka bisa dikatakan faktor-faktor
Klassen Typology method and panel data regeresi with Fixed ekonomi digunakan dengan baik oleh masyarakat dan bisa
Effect Model (FEM). Dependent variable in this research is menaikkan pertumbuhan ekonomi negara. Menurut paradigma
Human Development Index and independent variable is ekonomi, telah terjadi tolak ukur keberhasilan dalam ekonomi
government expenditure in education sector and health sector, melalui pendekatan pertumbuhan ekonomi menjadi pendekatan
economic growth and poverty. The time period in this study is pembangunan manusia.
six years from 2010-2015. The results revealed that in West Menurut UNDP (United Nation Development
Sumatera Province there are four regional quadrants based on Programme) pembangunan manusia adalah suatu proses dalam
Klassen Tipology. In addition, from panel data regression perluasan pilihan kepada masyarakat melalui berbagai upaya-
results, government expenditures in the education, health and upaya untuk pemberdayaan yang tujuan utamanya adalah untuk
poverty sectors has a positive and significant effect on human peningkatan kemampuan dasar manusia sepenuhnya agar dapat
development index in West Sumatera province, while berpartisipasi disegala bidang pembangunan demi kepentingan
economic growth has positive and not significant effect on HDI masyarakatnya.Pembangunan manusia merupakan salah satu
value in West Sumatera. indikator bagi kemajuan suatu negara, sebuah negara yang
Keywords: FEM, Klassen Tipology, HDI, government dikatakan maju bukan hanya di hitung dari pendapatan
expenditure in education and health sector, economic growth domestik brutonya saja akan tetapi juga mencakup aspek
and poverty harapan hidup serta pendidikan dan kesehatan masyarakatnya
juga dihitung. (Widodo dkk, 2011)
PENDAHULUAN Paradigma pembangunan yang sedang berkembang saat
Pembangunan menjadi hal yang sangat penting ini adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan
terutama bagi negara yang sedang berkembang. Perbandingan pembangunan manusia dengan tingkat kualitas hidup manusia
pendapatan dan pembangunan diberbagai negara membuktikan di setiap negara. Salah satu tolak ukur yang digunakan dalam
adanya tingkat perbedaan yang relatif besar dalam mengukur melihat kualitas hidup manusia adalah dengan Indeks

1
Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur melalui tiga pembangunan yang terpenting adalah mengartikan
indikator yakni tingkat pendidikan, kesehatan dan daya beli pertumbuhan ekonomi menjadi meningkatkan pembangunan
(ekonomi). Melalui ketiga indikator tersebut diharapkan akan manusia. Untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi
terjadi peningkatan kualitas hidup manusia. Hal ini pada suatu wilayah adalah dengan menghitung pendapatan
dikarenakan adanya perbedaan tingkat upah/ pendapatan dalam domestik regional bruto (PDRB).
masyarakat, disparitas geografi serta kondisi sosial masyarakat Kemiskinan juga merupakan faktor yang
yang beragam sehingga menyebabkan tingkat pendapatan tidak mempengaruhi IPM. Kemiskinan mempunyai dampak terhadap
lagi menjadi tlak ukur utama dalam menghitung tingkat pembangunan karna kemiskinan terjadi akibat dari keterbatasan
keberhasilan pembangunan, namun keberhasilan pembangunan dan ketidakmampuan masyarakat dalam memcukupi
manusia tidak dapat lepas dari kinerja pemerintah yang kebutuhannya sehari-hari dan mengabaikan kesehatan serta
berperan dalam menciptakan regulasi bagi tercapainya keadilan pendidikan mereka.
sosial. Berdasarkan penjelasan dari latar belakang yang telah
Pengeluaran pemerintah dapat digunakan juga sebagai diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan
cerminan dari kebijakan yang diambil pemerintah dalam satu menganalisa sejauh mana Indeks Pembangunan Manusia di
wilayah. Pengeluaran pemerintah digunakan untuk membiayai Sumatera Barat serta apa saja faktor-faktor yang
sektor-sektor publik yang penting yang menunjang mempengaruhi IPM tersebut. Selain itu dalam penelitian ini
meningkatkan kesejahtearaan masyarakat, diantarnya dijadikan akan dibahas juga klasifikasi daerah berdasarkan tipologi
sebagai perioritas pemerintah dalam mencapai pembangunan klassen. Secara khusus penulis mengambil judul penelitian
kualitas sumber daya manusia dalam kaitannya yang tercermin “Analisi faktor-faktor yang mempengaruhi indeks
dari IPM adalah investasi pada sektor pendidikan dan sektor pembangunan manusia di sumatera barat”
kesehatan, yang diharapkan dapat berpengaruh pada Rumusan Masalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia dan dapat Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas maka
mengurangi kemiskinan. rumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dari 1. Bagaimana klasifikasi kabupaten/kota di berdasarkan
pembangunan yang mendasar. Kesehatan merupakan Tipologi Daerah di Provinsi Sumatera Barat?
kesejahteraan dan pendidikan merupakan hal yang wajib dalam 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Indeks
mencapai kehidupan yang layak dan berharga, dalam hal ini Pembangunan Manusia di Sumatera Barat?
baik pendidikan atau kesehatan,kedua-duanya merupakan hal 3. Bagaimana Implikasi kebijakan yang bisa dilakukan
yang sangat penting dalam membentuk kapabilitas manusia dari hasil penelitian ini?
yang lebih luas yang berada pada inti dari makna pembangunan
(Todaro, 2003) TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan ekonomi juga menjadi hal yang sering 2.1 Definisi Pembangunan Manusia
dikaitkan dengan pembangunan manusia. Salah satu tugas Konsep pembangunan manusia yang direkomendasikan
oleh United Nation Development Program (UNDP) mencakup

2
4 komponen yaitu kesetaraan memperoleh akses sumber daya ( )
Index () =
ekonomi dan politik yang menjadi hak dasar Negara, ( ) ( )

produktivitas yang merupakan usaha-usaha yang bertujuan


meningkatkan kegiatan ekonomi, pemberdayaan yang Dimana:
merupakan upaya untuk membangun kualitas masyarakat () = komponen IPM untuk i
dengan cara melakukan perubahan potensi dankemampuan ( ) = Nilai minimum dari komponen IPM
masyarakat, berkelanjutan yang berarti bahwa dalam mengelola ( ) = Nilai maksimum daari komponen IPM
modal pembangunan manusia, bisa dimanfaatkan pada periode-
periode selanjutnya 2.2 Pengeluaran Pemerintah
.  Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Pendidikan
2.1.1 Indeks Pembangunan Manusia Menurut Michael P. Todaro (2000) ada dua biaya
IPM ini juga disebut Human Development Indeks yang pendidikan, yaitu; biaya-biaya pendidikan individual dan
pertama kali dikembangkan Amarta Sen peraih nobel asal India biaya-biaya pendidikan tidak langsung. Biaya pendidikan
dan Seorang ekonom asal Pakistan yang bernama Mahbub ul langsung individual ini yang kemudian berkenaan langsung
Haq.IPM adalah suatu komposit yang mengukur tingkat rata- pada pendapatan per kapita masyarakat. Biaya pendidikan
rata pencapaian sebuah negara, ada 3 hal dasar suatu langsung individual adalah segenap biaya moneter atau uang
pembangunan manusia, yaitu pertama, panjang kehidupan yang harus dipikul oleh siswa dan keluarganya untuk
(length of life) dengan mengukur angka harapan hidup sejak membiayai pendidikan. Dewasa ini permintaan terhadap
lahir; kedua, pendidikan(education) dengan mengukur dan pendidikan sejalan dengan semakin dibutuhkannya pendidikan
mengkombinasikan pada jumlah orang dewasa yang melek formal didalam pasar kerja. Hal ini akan berpengaruh langsung
huruf (dengan dua pertiga berat badan) dan rata-rata lamanya terhadap anggaran pendidikan, didalam penyediaan sarana dan
sekolah (dengan bobot sepertiga); ketiga, standar hidup yang prasarana pendidikan seperti gedung maupun tenaga pengajar,
layak, dengan mengukur pengeluaran rata-rata penduduk yang tenaga administrasi dan buku-buku pelajaran oleh pemerintah,
telah ditentukan(PPP Rupiah). Cara menghitung IPM disamping anggaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga
digunakan rumus sebagai berikut: sendiri (Elfindri dan Nasri, 2004)
IPM = (Index X1 + Index X2+ Index X3)  Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Kesehatan
Dimana: Undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai
Index1 = Harapan hidup (length of life) anggaran kesehatan adalah UU No 36 tahun 2009 yang
Index2 = Tingkat pendidikan (education) menyebutkan bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah
Index3 = Standar hidup yang layak(decent standard of living) pusat dialokasikan minimal 5 persen dari APBN di luar gaji,
Sebelum menghitung IPM, setiap komponen dari masing- sementara besar anggaran kesehatan pemerintah daerah
masing indeks terlebih dahulu dihitung dengan rumus provinsi dan Kabupaten/Kota dialokasikan minimal 10 persen
perhitungan sebagi berikut. dari APBD di luar gaji.

3
2.3 Pertumbuhan Ekonomi pertumbuhan ekonnomi bisa dipengaruhi oleh tenaga kerja,
2.3.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi sedangkan teknologi yang mencerminkan tingkat efisiensi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan adalah variabel eksogen dan dianggap sebagai sisa.
domestik bruto tanpa memandang tingkat pertumbuhan 2.4 Kemiskinan
penduduk dan perubahan struktur ekonomi. Menurut Sukirno Menurut Kuncoro (2000) mengatakan kemiskinan itu
(2011) pertumbuhan ekonomi adalah suatu kegiatan ekonomi adalah ketidakmampuan dalam hal untuk memenuhi kebutuhan
yang mengalami perkembangan dari waktu kewaktu yang bisa hidup sehari-hari. Pengukuran untuk menentukan standar hidup
menyebabkan berubahnya pendapatan nasional rill. Kenaikan dinegara dihitung dari beberapa indikator, antara lain Gross
pendapatan nasional riil menunjukkan persentase dari National Product atau GNP perkapita, pertumbuhan relatif
pertumbuhan ekonomi pada tahun tertentu yang apabila nasional dan pendapatan perkapita, distribusi pendapatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. nasional, kemiskinan, dan kesejahteraan sosial. Standar hidup
2.3.2 Teori Klasik yang masih rendah dari masalah hidup dapat berhubungan
Adam Smith, bapak ekonomi adalah tokoh yang dengan total pendapatan sedikit, kurangnya tempat tinggal
mengenalkan berbagai istilah ekonomi, termasuk juga yang layak, layanan kesehatan yang kurang memadai,
pertumbuhan ekonomi. Adam Smith memperkenalkan teori pendidikan yang tidak tinggi serta kurangnya lapangan
yang lebih dikenal dikalangan akademis adalah ekonomi pekerjaan menghasilkan kualitas sumberdaya manusia yang
klasik. Adam smith mengajarkan didalam teori ekonomi klasik, lebih rendah.
bahwa dalam sistem ekonomi, pasar bebas akan menbentuk Safi’i (2004) menyatakan bahwa penyebab kemiskinan
sebuah efisiensi, dimana ekonomi dalam kondisi kerja penuh dapat di analisis dari dua aspek yaitu aspek sosial dan aspek
atau full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi ekonomi, karna kedua aspek tersebut memiliki interkoneksi.
sampai tercapai posisi stasioner (stationary state).
2.3.3 Teori NeoKlasik METODE PENELITIAN
Menurut Nordhaus dan Samuelson (2004) mengatakan 3.1 Lokasi Penelitian
teori Neoklasik berfungsi sebagai alat dasar untuk memahami Lokasi Penelitian dilakukan di Sumatera Barat,
proses pertumbuhan dinegara-negara maju dan telah diterapkan Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan
dalam studi empiris tentang sumber pertumbuhan. kuantitatif. Analisis deskriptif menggunakan analisis Matriks
Robert M. Solow merupakan ahli ekonom yang telah Tipologi Klassen. Pendektan kuantitatif dengan teknik panel
mengembangkan teori neoklasik ini yang disebut oleh data untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
Samuelson sebagai Rasul Pertumbuhan ekonomi. Model Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera Barat. Alat analisa
pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan sebagai referensi menggunakan aplikasi eviews 8.
adalah model pertumbuhan Solow eksogen. Dalam Asumsi 3.2 Jenis dan Sumber data
Model Solow yaitu bahwa perubahan faktor-faktor modal Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
fisik(tabungan & investasi) dan (pertumbuhan penduduk) atau data sekunder yang telah diolah oleh Badan Pusat Statistik

4
Provinsi Sumatera Barat dan instansi terkait lainnya yang Expenditures, Economic Growth And Poverty On Human
terdiri dari data indeks pembangunan manusia, pengeluaran Development In Central Kalimantan”. Model analisis data
pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan, pertumbuhan panel dalam penelitian ini dapat diinterpretasikan sebagai
ekonomi dan kemiskinan masing-masing kabupaten/kota di berikut:
Sumatera Barat, tahun 2010 s/d 2015 yang bersifat kuantitatif IPMit = β + β1LnPDit + β2LnKSit + β3PEit + β4TKit + µit
yaitu data yang berbentuk angka-angka. Selain itu, penelitian Dimana:
ini juga menggunakan referensi studi kepustakaan yang IPM= Indeks Pembangunan Manusia
dilakukakan dengan melakukan kajian terhadap jurnal, artikel, PD = Pengeluran Pemerintah sektor pendidikan
bahan-bahan lain dari perpustakaan dan internet yang masih KS = Pengeluaran Pemerintah sektor kesehatan
relevan dengan penelitian ini. PE = Pertumbuahan Ekonomi (persen)
TK = Tingkat Kemiskinan (persen)
3.3 DefinisiOperasional Variabel
Ln = Logaritma Natural
 Indeks Pembangunan Manusia (Y)
β0 β0, β1, β2, β3 = Koefisien
Indeks Pembangunan Manusia merupakan variabel
dependen dalam penelitian ini. Pembangunan manusia yang it= Kesalahan penganggu (term of error)
diukurdari angka Indeks Pembangunan Manusia di Kab/Kota di t= Datatime-series,tahun2010-2015
Sumatera Barat yang diukur dalam satuan skor. Analisis data dilakukan dengan menguji secara statistic
variabel-variabel yang telah dikumpulkan dengan bantuan
 Pengeluaran Pemerintah (X1)
program EViews 8.
Pengeluaran pemerintah disektor pendidikan dan
kesehatan yang diukur dari realisasi APBD 19 kabupaten/kota
3.5 Teknik Analisis
di sektor pendidikan dan kesehatan di Sumatera Barat, dalam
satuan juta rupiah.  Matrik Tipologi Klassen
Menurut Sjafrizal (2014) pengelompokan daerah menurut
 Pertumbuhan Ekonomi (X2)
strukturpertumbuhan dan tingkat pembangunan ini antara lain
Merupakan tingkat pertumbuhan perekonomian Sumatera
dapat dilakukan dengan menggunakan Matrik Tipologi
Barat tahun 2010-2015 yang di ukur dengan PDRB menurut
Klassen. Dalam hal ini, pengelompokan daerah dilakukan
harga konstan 2010 dalam satuan persen (%).
dengan menggunakan dua indikator utama yaitu: laju
 Kemiskinan (X3) pertumbuhan dan tingkat pendapatan perkapita. Dengan cara
Angka kemiskinan yang diukur dari persentase penduduk
demikian, akan terdapat empat kelompok daerah yaitu:
miskin regional di kabupaten/kota di Sumatera Barat. Adapun
periode kajian studi ini adalah tahun 2010-2015 yang diukur
dalam satuan persen (%).
3.4 Metode Analisa Data
Penelitian ini merujuk pada model yang dilakukan oleh
Alexandra Hukom (2015) yang berjudul “Effect Ofcapital

5
Tabel 1.1 Pengelompokan Ekonomi Daerah 18 Payakumbuh 6,49 76,07
Berdasarkan Tipologi Klassen 19 Pariaman 5,63 73,88
20 Sumatera Barat 5,81 68,61
Lajupertumbuhan LajuPertumbuhan di LajuPertumbuhan di
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat, data diolah
Atas Rata-rata Bawah Rata-rata
IPM
IPM di Atas Daerah Maju Daerah Majutapitertekan Tabel 5.2Pengelompokan Kab/Kota Sumatera Barat
Rata-rata (Kuadran I) (Kuadran II)
Daerah
Menggunakan IPM BerdasarkanTipologi Klassen Tahun
IPM di Daerah Tertinggal 2010-2015
Berkembang (Kuadran
Bawah Rata-rata (Kuadran IV) Laju Laju Pertumbuhan di Atas Laju Pertumbuhan di
III)
Sumber : Sjafrizal, 2014 pertumbuhan Rata-rata Bawah Rata-rata
IPM

HASIL DAN PEMABAHASAN Daerah Maju dan Cepat Daerah Maju tapi
5.1 Tipologi Klassen Tumbuh (Kuadran I) tertekan (Kuadran II)
1. Kota Padang 1. Kota Sawahlunto
Tabel 5.1 Laju Pertumbuhan dan IPM Menurut 2. Kota Solok 2. Kota Pariaman
IPM di atas
3. Kota Padang
Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat 2010-2015 Rata-rata
Panjang
Laju ertumbuhan 4. Kota Bukittinggi
No Kabupaten/Kota IPM 5. Kota Payakumbuh
PDRB (%)
1 Kep. Mentawai 5,12 56,34 Daerah Berkembang Daerah tertinggal
2 Pesisir Selatan 5,57 66,75 (Kuadran III) (Kuadran IV)
3 Solok 5,93 65,86 1. Kab. Padang Pariaman 1. Kab. Kep. Mentawai
4 Sijunjung 5,85 63,98 2. Kab. Agam 2. Kab. Pesisir Selatan
5 Tanah Datar 5,81 67,80 3. Kab. Solok
6 Padang Pariaman 5,57 66,67 IPM di
4. Kab. Dharmasraya
Bawah Rata-
7 Agam 5,93 68,15 5. Kab. Pasaman Barat
rata
8 Lima Puluh Kota 6,08 66,07 6. Kab. Tanah Datar
9 Pasaman 5,93 62,49 7. 50 Kota
10 Solok Selatan 6,00 65,61 8. Sijunjung
11 Dharmaraya 6,44 68,26 9. Kab. Solok Selatan
12 Pasaman Barat 6,30 63,57 10. Pasaman
13 Padang 6,17 79,26 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat, data diolah
14 Solok 5,97 75,44 Dari matriks diatas, terlihat bahwa semua
15 Sawahlunto 5,53 68,78 kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat berada
16 Padang Panjang 6,16 74,47
pada semua klasifikasi daerah berdasarkan Tipologi Klassen,
17 Bukittinggi 6,11 77,29
yaitu pada Kuadran I, Kuadran II, Kudran III dan Kuadran IV.

6
Kuadran I merupakan daerah yang maju dan cepat tumbuh, memacu dan mendorong pembangunan ekonomi dan
maksudnya dimana laju pertumbuhan dan Peningkatan IPM meningkatkan kualitas masyarakat di daerah tersebut.
kabupaten/kota lebih tinggi dari rata-rata Provinsi Sumatera 5.2 Pemilihan Model
Barat. Daerah Kuadran II merupakan daerah maju tapi tertekan, Pemilihan model yang terbaikdari Pooled Least Square
maksudnya dimana tingkat IPM lebih tinggi dari rata-rata (PLS), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect Model
provinsi, tetapi laju pertumbuhan ekonominya lebih rendah dari (REM)merupakan hal yang utama.Nilai yang tertinggi pada
rata-rata. Daerah Kuadran III merupakan daerah model mendukung hasil uji bahwa model yang terbaik itu
berkembang dimana tingkat IPM masih berada dibawah rata- adalah model yang dipilih.
rata provinsi, tetapi laju pertumbuhan daerah ini telah berada Tabel 5.3
diatas rata-rata provinsi. Selanjutnya, daerah Kuadran IV Pemilihan model terbaikantara PLS, FEM dan REM
merupakan daerah tertinggal dimana laju pertumbuhan maupun Pooled Least Fixed Effect Random Effect
Parameter
tingkat IPM daerah ini di bawah nilai rata-rata provinsi. Square PLS Model FEM Model REM
Pada daerah Kuadran I yang merupakan daerah maju IPM 0.0000 0.0000 0.0000
dan cepat tumbuh dicapai oleh 5 kota yang ada di Sumatera LNPD 0.1634 0.0003 0.0003
Barat, yakni Padang, Solok, Padang Panjang, Bukittinggi dan LNKS 0.0456 0.0000 0.0000
Payakumbuh. Kelima daerah kota tersebut boleh dibilang wajar PE 0.0009 0.9290 0.9484
jika kita kategorikan sebagai daerah maju dan cepat tumbuh, TK 0.0000 0.0000 0.0000
mengingat kelima kota ini merupakan kota dari segi wilayah R- Squared 0.365830 0.995308 0.790962
cukup kecil dan jumlah penduduk tidak terlalu besar sehingga Adjusted R- Squared 0.348535 0.994173 0.783291
Prob. (F-statistic) 0,000000 0,000000 0,000000
tingkat IPM dan laju pertumbuhan ekonomi nya tinggi. Selain
Sumber: HasilOlahan (2017)
itu, kota-kota tersebut, tidak mengandalkan sektor pertanian
sebagai faktor utama dalam menggerakkan perekonomian Tabel 5.3 menunjukkan bahwa hasil dari olahan
mereka. menggunakan modelPooled Least Square (PLS). Hanya
Sementara daerah yang diklasifikasikan sebagai daerah variabel Pertumbuhan Ekonomi (PE) dan Tingkat Kemiskinan
berkembang. Seperti Kab. Padang Pariaman, Kab. Agam, (TK) yang signifikan pada taraf nyata 5% terhadap Indeks
Kab.Solok, Kab. Dharmasraya, Pasaman Barat, Tanah datar, 50 Pembangunan Manusia (IPM), dengan nilai R-
Kota, Sijunjung, Solok Selatan, dan merupakan daerah yang squared0,348535. SedangkanvariabellainnyayakniPengeluaran
sedang gencar-gencarnya melakukan pembangunan ekonomi Pemerintah di Sektor Pendidikan (LNPD), Pengeluaran
karena terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi masing-masing Pemerintah di Sektor Kesehatan (LNKS)
daerah tersebut melebihi laju pertumbuhan provinsi Sumatera tidaksignifikanterhadapIPM. Hasil olahan dengan
Barat. Sedangkan daerah yang relatif tertinggal seperti Kep. menggunakan modelfixed effect juga menjelaskan bahwa
Mentawai dan Pesisir Selatan sudah harus menjadi perhatian variabel Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan
serius bagi pemerintahan Provinsi Sumatera Barat agar bisa (LNPD), Pengeluaran Pemerintah di Sektor Kesehatan (LNKS)
dan Tingkat Kemiskinan (TK) signifikan pada taraf nyata 5%

7
terhadap IPM, sedangkan variabel Pertumbuhan Ekonomi (PE) Hasil Uji Hausman menunjukkan bahwa cross-section
tidak signifikan .Dengannilai R-squared fixed effect lebih random signifikan yaitu 0,0065 yang berarti H0 ditolak dan H1
unggul dari pooled least square dengan nilai 0,995308. diterima, karena hasil uji menunjukkan probabilitas kurang 5
Selanjutnya hasil olahan dengan menggunakan %, maka kita kembali mengikuti model fixed effect dan
modelrandom effectvariabel Pengeluaran Pemerintah di Sektor pengujian berhenti disini.
Pendidikan (LNPD), Pengeluaran Pemerintah di Sektor 5.3 Uji Asumsi Klasik
Kesehatan (LNKS) dan Tingkat Kemiskinan (TK) signifikan Uji asumsi klasik di lakukan untuk memperoleh model
pada taraf nyata 5% terhadap IPM, sedangkan variabel yang efisien, visible dan konsisten. Uji ini dilakukan dengan
Pertumbuhan Ekonomi (PE) tidak signifikan. Dengan nilai R- mendeteksi gangguan antar waktu, antar individu, antar sektor
squared lebih rendah dari fixed effectsebesar0,790962. Jadi ekonomi atau antar keduanya. Beberapa uji asumsi klasik yang
dapat disimpulkan dari ketiga metode tersebut, fixed effect akan dilakukan dalam penelitian ini diantaranya:
adalah model yang paling unggul dari dua model yang lain. 5.3.1Uji Heteroskedastisitas
Selanjutnya dilakukan beberapa pengujian untuk menperkuat Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah
FEM sebagai model terbaik. residual dari model yang terbentuk memiliki varians yang
5.2.1 Uji Chow atau Uji Redundant konstan atau tidak. Suatu model yang baik adalah model yang
Hasil Uji Chow yang telah diolah dengan nilai statistik memiliki varians dari setiap gangguan atau residualnya
Uji Chow sebesar 471.527806 dengan menggunakan tingkat konstan.
signifikan pada taraf 5 %, diperoleh hasil sebagai berikut: Pada tabel 5.6, pada hasil estimasi terlihat bahwa salah
Tabel 5.4 satu dari variabel bebas yakni PE (pertumbuhan ekonomi)
Hasil Uji Chow/Redundant Fixed Effect tidak signifikan secara statistic dengan Prob. 0,9290 (α 10 %
Effect Test Statistics Df Probabilitas signifikan), sementara 3 variabel lainnya yaitu LNPD
Cross-section F 471.527806 (18,91) 0.0000 (pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan), LNKS
(pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan) dan TK (tingkat
Sumber: Data diolah kemiskinan) memperlihatkan hasil signifikan secara statistik
Dari tabel 5.4 diatas dapat diketahui bahwa probability dengan prob. 0,000 tingkat α 5 %. Oleh karena itu dicurigai
cross-section F bernilai 0.0000 yang lebih kecil dari 0.05 (0.00 bahwa salah satu variabel ada yang mengalami
< 0.05) berarti H1 diterima dan metode yang paling tepat heteroskedastisitas. Untuk itu dilakukan pengujian dengan uji
digunakan adalahFixed-Effect. white cross-section.
5.2.2 Uji Hausman (Fixed Effect vs Random Effect)
Tabel 5.5 Hasil Uji Hausman
Test Summary Chi-Sq Statistics Chi-Sq. Df Probabilitas
Cross-section random 14.266624 4 0.0065
Sumber: Data diolah

8
Tabel 5.6 5.3.2 UjiMultikolinearitas
Perbandingan Hasil Estimasi Fixed Effect Sebelum dan Multikolinearitas berarti adanya hubungan linear yang
Sesudah Uji White sempurna di antara beberapa atau semua variabel yang terjadi
Sebelum: dalam model regresi. Ada atau tidaknya multikolinearitas dapat
Variabel Coefficient Std. Error t-Statistik Prob diketahui dengan melihat koefisien masing-masing variabel
C
bebas. Jika serial korelasi di antara masing-masing variabel
42.43172 4.810323 8.820971 0.0000 lebih besar dari 0,8 maka dalam model estimasi terdapat
LNPD 0.356346 0.093920 3.794166 0.0003 multikolinearitas (Ajija. et al, 2011).
LNKS Tabel 5.7
0.847328 0.177251 4.780375 0.0000
HasilUjiMultikolinearitas
PE 0.009856 0.110323 0.089341 0.9290 LNPD LNKS PE TK
TK -0.493911 0.057554 -8.581683 0.0000 1 0.655815 0.160112 0.001019
LNPD
Sumber: Hasil Olahan (2017) 0.655815 1 0.036027 0.089176
Sesudah: LNKS

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistik Prob 0.160112 0.036027 1 -0.251307


PE
C 42.43172 5.120799 8.286153 0.0000 0.001019 0.089176 -0.251307 1
TK
LNPD 0.356346 0.097104 3.669742 0.0004
Sumber: Data Olahan (2017)
LNKS 0.847328 0.179163 4.729362 0.0000
PE 0.009856 0.105672 0.093274 0.9259 Tabel diatas merupakan nilai r (absolute) dari masing-
TK -0.493911 0.064996 -7.599038 0.0000
masing variabel independen. Dari tabel tersebut dapat diketahui
bahwa pada model tidak terjadi gejala multikolinieritas karena
Sumber: Hasil Olahan (2017) nilai r (absolute) masing-masing variabel lebih kecil atau
Berdasarkan Uji White tabel 5.6diatas, pada dasarnya kurang dari (<) 0.8. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perubahan yang cukup signifikan terhadap 4 masing-masing variabel independen tidak berhubungan satu
variabel bebas. Dimana variabel pertumbuhan ekonomi tetap sama lain.
tidak signifikan meskipun angka probality sedikit lebih rendah
dari pada sebelum uji white section namun tetap tidak 5.3.3 Uji Normalitas
signifikan pada alpha 5%. Begitu juga dengan ketiga variabel Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
bebas lainnya, tidak terjadi perubahan yang begitu yang digunakan terdistribusi dengan normal atau tidak. Dalam
berarti.Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada model ini tidak penelitian ini uji normalitas menggunakan Jarque-Bera test.
terjadi masalah heterokedastisitas. Hasil dari uji normalitas dalam penelitian ini dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

9
Dari gambar di bawah dapat diketahui nilai Jarque-Bera dalamnya sebesar 99 persen dan sisanya 1 persen dijelaskan
adalah 2.842044 dan probabilitasnya sebesar 0.241467. Karena oleh variabel lain di luar model.
nilai probabilitynya lebih besar dari tingkat signifikansi 5.4.2 Pengujian Koefisien Regresi Parsial (Uji t)
(0.241467> 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa variabel Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
pengganggu terdistribusi dengan normal. independen secara individual mempengaruhi variabel
Tabel 5.8 dependen. Dari hasil uji akan diperoleh hubungan yang
HasilUjiNormalitas siginifikan atau tidak signifikan antara variabel independen
NilaiJarque- Data Terdistribusi Normal (P value < secara individual terhadap variabel dependen. Uji statistik-t
Model Probability
Bera 0,05) dilakukan dengan membandingkan nilai t-statistik dengan t-
FEM 2.842044 0.241467 H1 diterima, Terdistribusi Normal tabel. Pengambilan keputusan dilakukan dengan mengacu
Sumber : Data Olahan (2017) kepada hipotesis berikut ini:
Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik t
Gambar 5.1 Uji Normalitas Variabel t-statistik t-tabel Prob. α5%
20 LNPD (Pengeluaran
Series: Standardized Residuals 8.820971 > 1.65895 0.0000 Signifikan
Sample 2010 2015 di bidang pendidikan)
Observations 114
16
LNKS (pengeluaran
3.794166 > 1.65895 0.0003 Signifikan
Mean 8.47e-17 di bidng kesehatan)
12 Median -0.046839
PE (pertumbuhan Tidak
Maximum 1.055800 0.089341 > 1.65895 0.9290
Minimum -1.002304 ekonomi) Signifikan
8 Std. Dev. 0.398186
Skewness 0.386484 TK (tingkat -
> 1.65895 0.0000 Signifikan
Kurtosis 3.029051 kemiskinan) 8.581683
4
Jarque-Bera 2.842044 Sumber: data diolah
Probability 0.241467
0 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dengan
-1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
menggunakan tingkatsignifikan 5% terdapat satu variabel yaitu
Pertumbuhan Ekonomi yang memiliki nilai t-statistik< dari t-
5.4 Pengujian Statitik
tabel. Dari hasil tersebut berarti hipotesis H0 diterima
5.4.1 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Dari hasil analisis estimasi pada uji FEM menunjukkan yangmenunjukkan bahwa variabel independen pertumbuhan
koefisien determinasi (R2) atau R-squared bernilai ekonomi secara individual tidakberpengaruh signifikan
0.995308(99,00 persen). Artinya seluruh variabel bebas pada terhadap variabel dependen IPM.Sedangkan untuk variabel
model secara bersamaan memberi pengaruh yang cukup besar independen LNPD (pengeluaran pemerintah disektor
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera pendidikan), LNKS (pengeluaran pemerintah disektor
Barat. Hal ini menunjukkan bahwa uji ketepatan perkiraan kesehatan) dan TK (tingkatkemiskinan) berlaku H1 yang
(goodness of fit) model adalah cukup baik. Artinya model berarti secara individual variabel independentersebut
tersebut mampu dijelaskan oleh variabel-variabel bebas di

10
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Indeks Keterangan:
Pembangunan Manusia.. * =Variabel signifikan pada tingkat 5%
5.4.3 Pengujian Koefisien Regresi Simultan (Uji F) ** =Variabel signifikan pada tingkat 10%
Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua
variabel independen dalam model secara bersamaan Nilai konstanta dari hasil estimasi adalah sebesar
berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengujian ini 42,43172yang artinyaapabila variabel yang terdapat di dalam
dilakukan dengan membandingkan F-statistik dengan F-tabel. model dianggap bernilai nol maka tingkatketimpangan
hipotesis dalam pengujian ini adalah sebagai berikut: pembangunan ekonomi adalah sebesar 42,43172.Selain itu 19
H0 (F-statistik < F-tabel) = variabel independen secara kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat memilki individual
bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen. effect atau konstanta yang berbeda beda,terdapat 6 daerah
H1 (F-statistik > F-tabel) = variabel independen secara memilikikonstanta positif yaitu Kota Padang, Kota Solok, Kota
bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Padang Panjang, Kota Bukittinggi, Kota Payakumbuh dan Kota
Tabel 5.01 Hasil Uji Statistik F Pariaman. Sementara 13 daerah lagi memiliki konstanta negatif
F-statistik 877.3771 Prob. 0.00000 yaitu Kepulauan Mentawai, Kab. Pessel, Kab.Solok, Kab.
F-tabel 2.45 0.05 Sijunjung,Kab.Tanah Datar, Kab. Agam, kab. Padang
Sumber: Olahdata eviews Pariaman, Kab. 50 Kota, Kab. Pasaman, Kab. Solok, kab.
Dari tabel diketahui bahwa nilai F-statistik > dari F- Solok Selatan, Kab. Dhamasraya, Kab. Pasaman Barat dan
tabel (877.3771> 2.45) dan nilai Probabiliti F-statistik < dari Kota Sawahlunto. Konstanta positifmengindikasikan bahwa
tingkat signifikan (0.0000 < 0.05). Hal ini berarti hipotesis H0 masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi
ditolak dan terima H1 yang menunjukkan bahwa variabel variabeldependen dalam persamaan. Sedangkan konstanta
independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel negatif menandakan bahwasemua variabel sudah mampu
dependen. menjelaskan variabel dependen dalam persamaan.
Interpretasi dari hasil estimasi tersebut adalah sebagai
5.5 Pembahasan berikut:
Dalam analisis data panel untuk Fixed Effect Model,
jika asumsi yang dipakai slope koefisien konstan, tetapi 5.5.1 Pengaruh variable pengeluaran pemerintah sektor
bervariasi antar individu, maka setiap konstanta dari cross- pendidikan dengan Indeks Pembangunan Manusia
section memiliki nilai yang berbeda-beda. Dari olahan data Nilai koefisien regresi variabel pengeluaran disektor
menggunakan eviews 8 dengan metode panel data diperoleh pendidikan diperoleh sebesar sebesar 0.356346dalam korelasi
hasil estimasi sebagai berikut: yang positif artinya setiap kenaikan pengeluran pemerintah
IPMit = 42,43172 + 0.356346LNPDit + 0.847328LNKSit + 0.009856PEit - 0.493911TKit sektor pendidikan 1% maka akan menyebabkan kenaikan IPM
(8.820971)(3.794166) *(4.780375) *(0.089341)** (-8.581683) *
sebesar 0.356346 % dengan asumsi faktor lain tetap (cateris
paribus). Selain itu nilai probabilita sebesar 0.0000 yang

11
berarti lebih kecil dari nilai signifiknasi α = 0.05 menunjukan ekonomi sebesar 0.009856 artinya jika terjadi perubahan
bahwa pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1% maka akan terjadi
berpengaruh signifikan terhadap indeks pembangunan manusia perubahan terhadap IPM sebesar 0.009856 persen. Dengan
pada taraf nyata lima persen. Hal ini sesuai dengan hipotesis asumsi faktor lain tetap.
peneliti yang telah disampaikan dibab awal dimana variable
pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif Hasil ini sebenarnya sesuai dengan hipotesis penelitian
dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di di bab awal bahwa pertumbuhan ekonomi akan berpengaruh
Sumatera Barat. Hubungan positif ini sesuai dengan penelitian positif terhadap indeks pembangunan manusia. Namun
yang dilakukan oleh Septiana, dkk (2015) dengan pembuktian sekarang muncul pertanyaan , mengapa pertumbuhan ekonomi
bahwa pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan tidak mampu secara signifikan meningkatkan IPM di Sumatera
memiliki pengaruh signifikasi yang kuat terhadap IPM di Barat? Menurut Chalid dan Yusuf (2014) dalam Novita (2017)
daerah Sulawesi Utara. mengatakan perlu diperhatikan bahwa pertumbuhan ekonomi
melmperlihatkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan
5.5.2 Pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat dalam periode
terhadap IPM tertentu. Perekonomian dianggap mengalami kenaikkan bila
Nilai koefisien regresi variabel indeks pembangunan seluruh balas jasa rill terhadap penggunaan faktor produksi
manusia diperoleh sebesar sebesar 0.847328 dalam korelasi pada tahun tertentu lebih besar dari tahun sebelumnya dan
yang positif artinya setiap kenaikan pengeluran pemerintah indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhann
sektor kesehatan 1% maka akan menyebabkan kenaikan IPM ekonomi yaitu tingkat pertumbuhan produk domestik bruto
sebesar 0.847328 % dengan asumsi faktor lain tetap (cateris (PDRB) berdasarkan harga konstan. Dengan meningkatnya
paribus). Selain itu nilai probabilita sebesar 0.0003 yang pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita masyarakat juga
berarti lebih kecil dari nilai signifiknasi α = 0.05 menunjukan akan meningkat, sehingga IPM juga akan mengalami
bahwa pengeluaran pemerintah di sektor Kesehatan peningkatan. Pendapatan daerah yang semakin tinggi, harapan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap indeks untuk pembukaan kapasitas produksi baru semakin besar,
pembangunan manusia di Sumatera Barat tahun 2010-2015 sehingga akan menyerap tenaga kerja baru. Pendapatan yang
pada taraf nyata lima persen. tinggi terlihat dari tingginya pendapatan perkapita, secara
5.5.3 Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap IPM positif dan berarti. Dengan begitu semakin meningkatnya
Berdasarkan hasil estimasi dapat dijelaskan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi, maka pendapatan perkapita masyarakat
pertumbuhan ekonomi (PE) memiliki koefisien sebesar juga akan naik sehingga mendorong meningkatnya IPM
0.009856. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi (Putong, 2009)
memiliki hubungan positif namun tidak signifikan secara
statistik, prob. 0.9290 terhadap indeks pembangunan manusia Dengan demikian pertumbuhan ekonomi tidak bisa
di Sumatera Barat pada 2010-2015. koefisien pertumbuhan secara langsung mempengaruhi IPM, pertumbuhan ekonomi
tahun sekarang akan mempengaruhi IPM ditahun selanjutnya.

12
Pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi di Sumatera Barat pemerintah kab/kota di sumatera Barat. Dengan
dalam 3 tahun terakhir mengalami fluktuasi dimana cenderung semakin meningkatnya mutu pendidikan, maka
turun, oleh sebab itu pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat kualitas hidup seseorang akan meningkat, karena
tidak serta merta bisa langsung menaikkan IPM. Pendidikan adalah hal sangat penting dalam
5.5.4 Tingkat Kemiskinan terhadap Indeks Pembagunan menjalani hidup, karena dengan mendapatkan
Manusia pendidikan yang layak seseorang aakan mempunyai
Nilai koefisien tingkat kemiskinan pada hasil regresi pengetahuan, keterampilan, dan wawasan yang
diatas adalah 0.493911, artinya setiap penurunan tingkat lebih dibandingkan dengan orang yang tidak
kemiskinan 1% maka menyebabkan peningkatan IPM sebesar mendapatkan pendidikan. Untuk itu pengeluaran
0.493911, dan pada hasil regresi nilai probability tingkat pemerintah untuk pendidikan sangat diperlukan
kemiskinan adalah sebesar 0.0000 yang berarti lebih kecil dari untuk meningkatkan kualitas sumbaer daya
nilai signifiknasi α = 0.05 menunjukan bahwa tingkat manusia.
kemiskinan memiliki korelasi negative dan signifikan terhadap 2. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengeluran
indeks pembangunan manusia di Sumatera Barat dengan pemerintah disektor kesehatan berpengaruh secara
asumsi faktor lain tetap. Penelitian ini sejalan dengan penelitian positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan
yang dilakukan Alexandra Hukom (2015) dalam penelitiannya manusia di Sumatera Barat. Upaya dalam
diperoleh Hasil bahwa tingkat kemiskinan memiliki pengaruh meningkatkan pembangunan manusia, Peran
negatif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia pemerintah sangat dibutuhkan dalam hal
di Kalimantan Tengah. peningkatan pada anggaran pendapatan belanja
daerah khususnya disektor kesehatan. Karena
5.6 Implikasi Kebijakan Hasil Penelitian dengan biaya yang besar yang dialokasikan oleh
Dari hasil penelitian mengenai tipologi daerah dan pemerintah disektor kesehatan, dapat digunakan
analisis regresi data panel dengan variabel independen indeks sebagai pembangunan infrastruktur dan pelayanan
pembangunan manusia dan variabel terikat pengeluaran kesehatan masyarakat. Dengan begitu akan
pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan, pertumbuhan meningkatkan kesehatan serta produktivitass
ekonomi dan tingkat dapat disimpulkan beberapa implikasi masyarakat sehingga nantinya dapat meningkatkan
kebijakan sebagai berikut: pembangunan manusia.
1. Dari hasil penelitian diketahui variabel pengeluran 3. Pertumbuhan ekonomi berpengaruh secara positif
pemerintah disektor pendidikan berpengaruh secara namun tidak signifikan terhadap Indeks
positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan pembangunan manusia di Sumatera Barat. Hal ini
manusia di Sumatera Barat. Dengan melihat hasil disebabkan kurangnya peranan sumber daya
ini dapat diketahui bahwa pendidikan adalah hal manusia dalam membantu perekonomian. Disini
yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh pemerintah harus meningkatkan pendidikan dan

13
kesehatan tiap individu atau kelompok masyarakat, KESIMPULAN DAN SARAN
agar bisa lebih kreatif dan lebih produktif, dengan
masyarakat yang lebih produktif akan membantu 6.1 Kesimpulan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Berdasarkan hasil empiris penelitian faktor-faktor yang
Selain itu pemerintah daerah maupun mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera
pemerintah pusat melakukan pembangunan yang Barat tahun 2010-2015, kesimpulan yang dapat diambil adalah
lebih intensif didaerah yang terutama terpencil. sebagai berikut:
Seperti melakukan pembangunan infrastruktur yang 1. Dari matriks Tipologi Klassen, terlihat bahwa semua
lebih memadai dan lebih menggali lagi potensi- kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Barat
potensi SDA maupun SDM yang ada didaerah berada pada semua klasifikasi daerah berdasarkan
tersebut, agar pertumbuhan ekonomi dan Tipologi Klassen, yaitu pada Kuadran I, Kuadran II,
pembangunan ekonomi lebih merata. Kudran III dan Kuadran IV.Dari analisa Tipologi
4. Tingkat kemiskinan memliki pengaruh negatif dan Klassen tersebut, bisa juga kita pahami ternyata daerah
signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di kota sudah lebih baik dari pada daerah kabupaten,
sumatera barat. Maksudnya jika tingkat kemiskinan terbukti tidak ada satupun daerah Kota di Sumatera
meningkat maka akan menekan tingkat Barat yang berada di Kuadran IV. Hal ini mungkin
pembangunan manusia di Sumatera Barat. Hal ini disebabkan perbedaan struktur ekonomi antara daerah
tentu menjadi bahan evaluasi untuk pemerintah kota dan kabupaten.
Sumatera Barat, agar bisa mengurangi tingkat 2. Pengeluaran pemerintah disektor pendidikan dan
kemiskinan. Misalnya melalui upaya program disektor kesehatan berpengaruh secara positif dan
kegiatan ekonomi produktif, menjaga stabilitas signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Dari
harga bahan pokok, meningkatkan akses masyarakat persamaan diperoleh koefisien variabel pengeluaran
miskin ukepada pelayanan dasar, dalam memenuhi pemerintah disektor pendidikan sebesar (0,356), artinya
kekebutuhan pendidikan dan kesehatan. selain itu jika pengeluaran pemerintah disektor pendidikan terjadi
menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap kenaikan 1%, maka secara rata-rata IPM akan naik
banyak tenaga kerja, sehingga mengurangi sebesar 0,356%, sedangkan koefisien pengeluaran
pengangguran, karena pengangguran merupakan pemerintah di sektor kesehatan sebesar (0,847), artinya
salah satu sumber kemiskinan terbesar. jika pengeluaran pemerintah disektor kesehatan naik
1%, maka secara rata-rata IPM naik sebesar 0,847
persen, dengan demikian hipotesis terbukti.
3. Variabel Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif
namun tidak signifikan dengan koefisien sebesar 0,009
artinya jika terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi

14
sebesar 1% maka akan terjadi kenaikan terhadap IPM sektor yang krusial untuk dapat memperbaiki Indeks
sebesar 0,009%, setiap kenaikan pertumbuhan ekonomi Pembangunan Manusia.
akan mempengaruhi persentase IPM di Sumatera Barat. 3. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan bisa menambah
Untuk variabel pertumbuhan ekonomi diperoleh t variabel penelitian yang berkenaan dengan Indeks
statistik < t tabel sehingga Ho diterima H1 ditolak. Pembangunan Manusia sehingga bisa menjelaskan lebih
Dimana pada penelitian ini pengaruh antara kongkrit faktor apa saja yang mempengaruhi Indeks
pertumbuhan ekonomi terhadap IPM di Sumatera Barat, Pembangunan Manusia itu.
karena pertumbuhan ekonomi tidak bisa secara
langsung bisa mempengaruhi IPM di Sumatera Barat.
4. Kemiskinan merupakan satu-satunya variabel dalam
penelitian ini yang berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Sumatera
Barat, dengan koefisien sebesar -0.493, setiap
penurunan kemiskinan sebesar 1% maka akan
menaikkan IPM sebesar 0,493%. Setiap penurunan
kemiskinan akan menaikkan persentase IPM di
Sumatera Barat. Dengan demikian hipotesis terbukti.
6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan maka
maka dapat disusun beberapa saran sebagai berikut :
1. Untuk Tipologi Klassen, diharapkan peneliti
selanjutnya mampu melihat perubahan dan
perkembangan tiap daerah kabupaten/kota Sumatera
Barat pertahunnya, sehingga jelas terlihat pergeseran
antara daerah maju dan daerah terbelakang.
2. Peningkatan pengeluaran pemerintah disektor
pendidikan dan sektor kesehatan berpengaruh positif
terhadap pembangunan manusia di Sumatera Barat.
Dengan semakin meningkatnya anggaran di sektor
pendidikan dan sektor kesehatan, maka akan
meningkatkan IPM, terutama bagi daerah yang rendah
atau tertinggal. Karena kedua sektor ini merupakan

15
DAFTAR PUSTAKA Lanjouw, P, et.al. 2001.Poverty, Education and Health in
Indonesia:Who Benefits from Public Spending?.World
Ajija, Shochrul R, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai Eviews. Bank Working Paper No. 2739. Washington D.C.:
Jakarta: Salemba Empat. World Bank. Diakses dari: http://papers.ssrn.com
Arsyad, Lincolin. 1997. Ekonomi Pembangunan. Ed. 3, Nachrowi, and Hardius, Usman. 2006. Penggunaan Teknik
Yogyakarta. Bagian Penerbitan STIE YKPN Ekonometrika. Jakarta: Rajawali Pers.
Badan Pusat Statistik Sumatera Barat. 2015. Sumatera Barat Notoatmodjo . 2009. Pengembangan Sumber Daya. Jakarta :
Dalam Angka 2015. PT. Rineka Cipta
Baltagi, B.H. 2005. Econometric Analysis of Panel Data, 3rd Ramirez, A., G. Ranis, and F. Stewart. 1998. “Economic
edition. Chichester : John Wileyand Sons. Growth and Human Capital”. QEH Working Paper No.
Boediono, 1999, Teori Pertumbuhan Ekonomi, BPFE UGM 18.
Yogyakarta Syafi’i, Muhammad. 2015. Analisis Regresi: Model Data
BPS-Statistic Indonesia, UNDP, BAPPENAS, 2004. National Panel.
Human Development Report 2004. The Economics of Syafrizal, 2014. Perencanaan Pembangunan Daerah dalam
Democracy: Financing Human Development in Era Otonomi. Jakarta: Rajawali Pers.
Indonesia. Sukirno, Sadono, 2011, Pengantar Teori Makro Ekonomi,
Dewi, Novita. 2017. “Pengaruh Kemiskinan dan Pertumbuhan Rajagrafindo Persada: Jakarta
Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Todaro, Michael, P. dan Stephen C. Smith, 2003.
Provinsi Riau”. Jurnal Fekon Vol.4,No 1 Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Edisi
Dumairy. 1991. Perekonomian Indonesia. Jakarta : Erlangga Kedelapan, Jakarta: Penerbit Erlangga.
2000 Ul Haq, Mahbub. Human Development Report: The Human
Elfindri. Nasri, Bachtiar. 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan. Development Concept.United Nations Development
Andalas University Press: Padang Programme. 1995. Human Development Report
Hukom, Alexandra. 2015. “Effect Of Capital Expenditures, _____. 1996. Newyork: UNDPUnited Nations Development
Economic Growth And Poverty On Human Programme. 2014. Human Development Report
Development In Central Kalimantan” Vol.6, No.6 _____. 2014. Newyork: UNDP
Jember, Adelfina. 2016. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Widodo, Adi, dkk. 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran
Kemiskinan dan Belanja Modal Terhadap Indeks Pemerintah di SektorPendidikan dan Kesehatan
Pembangunan Manusia di Kabupaten Dan Kota di Terhadap Pengetasan Kemiskinan Melalui Peningkatan
Provinsi Bali Tahun 2005-2013. Jurnal Ekonomi Vol.5 Indeks Pembangunan Manusia di Jawa Tengah. Asset.
No. 10 Vol. 01 No. 01
Kuncoro, Mudrajad. 2010. Metode Kuantitatif. Yogyarakta:
UPP AMP YKPN.

16

Anda mungkin juga menyukai