Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU),

DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DAN DANA BAGI HASIL (DBH) TERHADAP
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) PADA KABUPATEN DAN KOTA
DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2016-2020

Dewi Lisdayanti1, Sri Suharsih2, Astuti rahayu3

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Dewilisdayanti50@gmail.com

ABSTRACT

This study aims to analyze the effect of Regional Original Income, General Allocation Funds,
Special Allocation Funds, and Revenue Sharing Funds on the Human Development Index in
the Regency/City of West Java Province in 2016-2020. This research is based on secondary
data, namely Regional Original Income, General Allocation Funds, Special Allocation Funds,
and Profit Sharing Funds available at the Directorate General of Fiscal Balance in 2016-
2020 and the Human Development Index available at the Central Statistics Agency in 2016-
2020. . The analytical tool used is Panel Data Regression. Based on the results of the
analysis, it is known that the Regional Original Revenue and Special Allocation Fund
variables have an influence on the Human Development Index, while the General Allocation
Fund and Revenue Sharing Fund variables have no effect on the Human Development
Index.

Keywords : Regional Original Revenue, General Allocation Fund, Special Allocation Fund,
Revenue Sharing Fund, and Human Development Index.

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi
Umum, Dana Alokasi Khusus, dan Dana Bagi Hasil Terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2016-2020. Penelitian ini
berbasis data sekunder, yakni Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus, dan Dana Bagi Hasil yang tersedia di Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan
pada tahun 2016-2020 dan Indeks Pembangunan Manusia yang tersedia di Badan Pusat
Statistik pada tahun 2016-2020. Alat analisis yang digunakan adalah Regresi Data Panel.
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa variabel Pendapatan Asli Daerah dan Dana
Alokasi Khusus memiliki pengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia, sedangkan
variabel Dana Alokasi Umum dan Dana Bagi Hasil tidak berpengaruh terhadap Indeks
Pembangunan Manusia.

Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana
Bagi Hasil, dan Indeks Pembangunan Manusia.

1. Pendahuluan
Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi daerah sering ditunjukkan dengan tingkat pertambahan


PDRB dan APBD. Pembangunan daerah dengan APBD menjadi salah satu bentuk
tindak lanjut pemerintah dalam memajukan suatu daerah. Pemerintah menggunakan
APBD untuk membiayai pembangunan di berbagai sektor untuk pembangunan manusia
dan kesejahteraan masyarakat. Sehingga pemerintah harus mengalokasikan belanja
daerah melalui pembangunan di berbagai sektor untuk meningkatkan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human
Development Indeks (HDI) merupakan indikator yang digunakan untuk mengukur
keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia. Indeks pembangunan
manusia bertujuan untuk mengukur seberapa besar pencapaian pembangunan manusia
dari sejumlah komponen-komponen dasar dari kualitas hidup manusia. Sebagai ukuran
dari kualitas hidup, Indeks Pembangunan Manusia dibangun melalui tiga dimensi
pendekatan dasar manusia, yakni umur panjang dan hidup sehat, pengetahuan dan
standar hidup yang layak. Berikut ini tabel Indeks Pembangunan Manusia tertingi di
Indonesia :

10 Provinsi di Indonesia dengan IPM Tertinggi Tahun 2020

Ranking Provinsi IPM


1 DKI Jakarta 80.77
2 D.I Yogyakarta 79.97
3 Kalimantan Timur 76.24
4 Kep. Riau 75.59
5 Bali 75.5
6 Sulawesi Utara 72.93
7 Riau 72.71
8 Banten 72.45
9 Sumatera Barat 72.38
10 Jawa Barat 72.09
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 1.1 Provinsi Jawa Barat menduduki rangking ke 10


tertinggi di Indonesia. Sejak tahun 2016 IPM Jawa Barat berada pada status tinggi,
dan saat ini menempati peringkat ke-10 secara nasional pada tahun 2020. Namun
hal ini menjadi perhatian mengapa provinsi Jawa Barat yang memiliki sumber daya
manusia yang cukup besar dengan geografis yang memadai dan berbatasan dengan
Provinsi DKI Jakarta namun tertinggal dibandingkan ke sembilan provinsi tersebut.

Tabel 1.2. Ranking Kabupaten/Kota dengan IPM Tertinggi


Provinsi Jawa Barat Tahun 2020
Ranking Kabupaten/Kota IPM
1 Kota Bandung 81.51
2 Kota Bekasi 81.50
3 Kota Depok 80.97
4 Kota Cimahi 77.83
5 Kota Bogor 76.11
6 Kota Cirebon 74.89
7 Kota Sukabumi 74.21
8 Bekasi 74.07
9 Kota Tasikmalaya 73.04
10 Bandung 72.39
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2020

Berdasarkan tabel 1.2, dapat dilihat bahwa dari 27 Kabupaten/Kota di Jawa


Barat, yang memiliki status IPM sangat tinggi adalah Kota Bandung, Kota Bekasi dan
Kota Depok. Sedangkan 24 Kabupaten/Kota lainnya berstatus tinggi dan sedang. Kota
Bandung dan Kabupaten Bandung memiliki perbandingan nilai IPM yang cukup
signifikan padahal berada di letak wilayah yang berdekatan. Hal ini dapat ditinjau dengan
fokus pelaksanaan pembangunan daerah Kota Bandung menjadikan peningkatan
kualitas sumber daya manusia sebagai salah satu target utama pembangunan daerah.
Hal ini sejalan dengan kondisi bahwa Kota Bandung merupakan daerah ibukota provinsi
Jawa Barat dengan jumlah penduduk yang cukup besar, pertumbuhan ekonomi yang
tinggi, pembangunan ekonomi yang meningkat, dan tata kelola ekonomi daerah yang
memadai sehingga dapat menjadikan Kota Bandung sebagai daerah yang memiliki nilai
IPM tertinggi di Provinsi Jawa Barat. Sedangkan, Kabupaten Bandung memiliki nilai IPM
72.39 dengan rangking 10 di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Barat dikarenakan
program pembangunan daerah di Kabupaten Bandung masih terus dikembangkan dan
ditingkatkan agar program pembangunan daerah dapat dilaksanakan secara merata
untuk dapat meningkatkan fasilitas publik yang dpaat meningkatkan IPM di Kabupaten
Bandung.

Pemerataan pembangunan merupakan suatu hal yang berkaitan dengan


desentralisasi fiskal. Desentralisasi memiliki dampak ketimpangan antardaerah, karena
setiap daerah memiliki potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis, dan
topografi yang berbeda-beda. Dalam mencegah ketimpangan, pemerintah membantu
daerah dalam membiayai pembangunannya dengan menyalurkan dana perimbangan
yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Sumber
penerimaan utama daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah PAD yang
diperoleh sesuai dengan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan.
Kemudian pendapatan yang didapatkan untuk memenuhi belanja daerahnya berasal dari
dana perimbangan. Komponen pada dana perimbangan yaitu DAU, DAK, dan DBH.
Berdasarkan uraian tersebut, Maka dari itu peneliti mengambil judul Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus
(DAK), dan Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
pada Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2016-2020.

Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan


Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat?
2. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Indeks Pembangunan Manusia
di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat?
3. Bagaimana pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia
di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat?
4. Bagaimana pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap Indeks Pembangunan Manusia di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat?

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.
2. Menganalisis pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.
3. Menganalisis pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.
4. Menganalisis pengaruh Dana Bagi Hasil terhadap Indeks Pembangunan Manusia di
Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat

2. Tinjauan Literatur

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Pemerintahan daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas


otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya sesuai dengan
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam menjalankan urusan pemerintahan,
daerah harus mempunyai sumber keuangan agar daerah tersebut mampu memberikan
pelayanan dan kesejahteraan kepada rakyat. Pemberian sumber keuangan kepada
daerah harus seimbang dengan urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah.

Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menurut UNDP adalah pengukur capaian


pembangunan manusia dengan sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM
menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam
memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya. IPM dapat diukur
melaui tiga dimensi dasar yaitu umur panjang dan hidup sehat (a long and healthy life),
pengetahuan (knowledge), dan standar hidup layak (decent standard of living).Badan
Pusat Statistik mengelompokkan IPM untuk melihat capaian IPM antar wilayah,
dengan mengelompokkannya sebagai berikut :

Kategori IPM

No. Nilai IPM Keterangan


1. IPM < 60 IPM rendah
2. 60 ≤ IPM < 70 IPM sedang
3. 70 ≤ IPM < 80 IPM tinggi
4. IPM ≥ 80 IPM sangat tinggi
Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun 2020

Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. PAD bertujuan
memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan
otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi.
Adapun sumber-sumber PAD terdiri dari : Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang Sah

Dana Alokasi Umum (DAU)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah, Dana Alokasi Umum (DAU), adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar
daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
DAU bersifat “Block Grant” yang berarti pengunaanya diserahkan kepada daerah
sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatakan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah.

Alokasi DAU
DAU suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal, Besarnya DAU
ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan Dalam Negeri (PDN) Netto
yang ditetapkan dalam APBN, Proporsi DAU antara daerah provinsi dan
kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan pertimbangan urusan pemerintahan yang
diserahkan kepada Daerah provinsi dan Kabupaten/Kota.

Dana Alokasi Khusus (DAK)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Dana Alokasi Khusus


(DAK) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada
daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan pemerintahan dan menjadi kewenangan daerah. DAK merupakan
jenis transfer dana yang memiliki persyaratan tertentu terkait pada bantuan tersebut.
Bentuk transfer dana dari pemerintah pusat ini diberikan untuk mendorong pemerintah
daerah dalam menambah barang dan jasa publik tertentu sesuai dengan program
pemerintah pusat, tanpa harus membebani pembiayaan dari pemerintah daerah.

Alokasi DAK
1) Penentuan daerah tertentu yang menerima DAK
2) Penentuan besaran alokasi DAK masing-masing daerah

Dana Bagi Hasil (DBH)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014, Dana Bagi Hasil (DBH)


adalah dana yang bersumber dari pendapatan tertentu APBN yang dialokasikan
kepada daerah penghasil berdasarkan angka presentase tertentu dengan tujuan
mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah. Dana Bagi Hasil (DBH) digunakan untuk mendanai kebutuhan daerah
melalui program peningkatan kualitas bahan baku, pembinaan industri, pembinaan
lingkungan sosial, dan pemberantasan barang kena cukai illegal. Jenis-jenis DBH
meliputi : Pajak, Cukai, dan Sumber Daya Alam

Alokasi DBH
Penyaluran DBH dilakukan berdasarkan prinsip by origin. Prinsip yang
mengacu pada ketentuan bahwa daerah penghasil mendapatkan porsi bagi hasil
yang lebih besar, selain itu juga memperhatikan aspek pemerataan bagi daerah lain
yang masuk dalam lingkup provinsi yang bersangkutan..

Hipotesis

1. Diduga Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan


Manusia di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa barat.
2. Diduga Dana Alokasi Umum berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa barat.
3. Diduga Dana Alokasi Khusus berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa barat.
4. Diduga Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di
Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa barat.

Kerangka Pemikiran Konseptual

5.
6. PAD (X1)

7. DAU (X2)
8. Pengeluaran
APBD IPM (Y)
9. DAK (X3) Daerah
10.
DBH (X4)
Gambar Kerangka Pemikiran Koseptual

3. Metode Penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yang menjelaskan Pengaruh
PAD, DAU, DAK, dan DBH Terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

Data dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data ini
diperoleh dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK) dengan data PAD,
DAU, DAK, dan DBH, kemudian data juga diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Jawa Barat dengan data Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

Definisi Operasional Variabel


Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia memiliki faktor yang dipengaruhi oleh aspek


kewilayahan secara regional melalui Kawasan urban dan daerah rural. Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mendefinisikan
Kawasan urban adalah Kawasan yang diartikan sebagai daerah perkotaan yang
kegiatan utamanya bukan pertaniaan, sedangkan daerah rural adalah daerah pedesaan
yang mempunyai kegiatan utama pertaniaan termasuk pengelolaan sumber daya alam.
IPM dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan, pendidikan dan
pengeluaran.

IPM = √
3
I kesehatan x I pendidikan x I pengeluaran x 100……....(3.1)

Dalam menghitung indeks komponen IPM, dimensi yang digunakan sebagai berikut :

 Dimensi Kesehatan (Angka Harapan Hidup)


 Dimensi Pendidikan (Harapan Lama Sekolah dan Rata-Rata Lama Sekolah)
 Dimensi Pengeluaran (Purchasing Power Parity – PPP)

Pendapatan Asli Daerah

Dengan adanya PAD, dapat dijadikan indikator penting untuk menilai tingkat
kemandirian pemerintah daerah di bidang keuangan. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dihitung dengan menggunakan rumus :
PAD = Pajak Daerah + Retribusi Daerah + Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
yang Dipisahkan + Lain-lain PAD yang Sah…….…3.2

Dana Alokasi Umum

Jumlah Keseluruhan DAU ditetapkan sekurang-kurangnya 26% dari Pendapatan


Dalam Negeri Neto yang ditetapkan APBN. Dana Alokasi Umum dihitung dengan rumus :
DAU = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF)………………………3.3

Celah fiskal dapat dihitung dengan rumus :


CF = Kebutuhan Fiskal – Kapasitas Fiskal……………………….3.4

Dana Alokasi Khusus

Pemerintah menetapkan kriteria DAK yang meliputi kriteria umum yang ditetapkan
dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan daerah dalam APBD, selanjutnya
kriteria khusus, ditetapkan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan dan
karakteristik daerah, kemudia kriteria teknis, ditetapkan oleh kementrian negara atau
departemen teknis.

Kemampuan Keuangan Daerah = Penerimaan Umum APBD – Belanja Pegawai


Daerah…………………3.5

Dana Bagi Hasil

Sumber Dana Bagi Hasil Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 yaitu :
1) Pajak : DBH yang bersumber dari pajak terdiri atas pajak bumi dan bangunan dan PPh
2) Sumber Daya Alam, DBH yang bersumber dari SDA terdiri dari minyak bumi, gas bumi,
kehutanan dan cukai.

4. Analisis Data dan Pembahasan


Deskripsi Data

Objek dalam penelitian ini adalah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat pada
Tahun 2016-2020. Terdiri dari 18 Kabupaten dan 9 Kota, sehingga terdapat 27
Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Barat. Dari penentuan sampel yang dilakukan
diperoleh sebanyak 27 daerah, sehingga total data yang digunakan selama 5 tahun
adalah 135 data.

Analisis Data

Analisis regresi data panel memiliki tiga pendekatan model regresi yaitu Common
Effect model, Fixed Effect model, dan Random Effect model. Untuk menentukan model
regresi yang paling baik sesuai dengan data penelitian harus dilakukan uji Chow Test
dan uji Hausman Test.

Hasil Uji Pemilihan Data Panel

a. Uji Chow
Uji Chow dilakukan untuk memilih model Common Effect atau Fixed Effect model.

Effects Test Statistic   d.f.  Prob. 

Cross-section F 50.390741 (26,104) 0.0000


Cross-section Chi-square 352.336444 26 0.0000

Sumber : Analisis Data Tahun 2016-2020, Eviews 9

Hasil uji chow ini menunjukkan bahwa nilai probabilitas F-statistik sebesar
0.0000 < α (0,05) artinya H0 ditolak sehingga hasil menunjukkan model terbaik
adalah Fixed Effect model, tahap selanjutnya adalah Uji Hausman, yaitu menguji
Fixed Effect model dan Random Effect model.

b. Uji Hausman
Uji Hausman dilakukan untuk memilih antara model Fixed Effect model dan
Random Effect model.

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 

Cross-section random 13.520516 4 0.0090

Sumber : Analisis Data Tahun 2016-2020, Eviews 9

Berdasarkan tabel 4.7, hasil uji hausman ini menunjukkan bahwa nilai
probabilitas Cross-section random/Period random di atas sebesar 0.0090 < α
(0,05) artinya H0 ditolak sehingga model terbaik yang dapat digunakan adalah
Fixed Effect model.
Hasil Estimasi

Berdasarkan teknik pemilihan model estimasi yang telah dilakukan, maka


kesimpulannya adalah dengan memilih model Fixed Effect model. Berikut ini hasil estimasi
Fixed Effect model.

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

PAD 0.001628 0.000772 2.109270 0.0373


DAU -0.001832 0.001705 -1.074740 0.2850
DAK 0.002237 0.000953 2.347681 0.0208
DBH 0.002065 0.003564 0.579379 0.5636
C 70.49985 2.068674 34.07974 0.0000

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variabels)

R-squared 0.965265     Mean dependent var 70.78193


Adjusted R-squared 0.955246     S.D. dependent var 4.887568
S.E. of regression 1.033974     Akaike info criterion 3.103072
Sum squared resid 111.1866     Schwarz criterion 3.770209
Log likelihood -178.4573     Hannan-Quinn criter. 3.374177
F-statistic 96.33780     Durbin-Watson stat 1.632208
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber : Analisis Data Tahun 2016-2020, Eviews 9

Hhasil uji Fixed Effect model dapat dituliskan rumus regresi melalui
persamaan 4.1 sebagai berikut :

IPMit = 70.49985 + 0.001628 PAD – 0.001832 DAU + 0.002237 DAK + 0.002065


DBH……………………(4.1)

1. Uji Asumsi Klasik


a. Uji Autokorelasi
Hasil Uji Autokorelasi sebagai berikut :
Tabel 4.10. Hasil Uji Autokorelasi

    Durbin-Watson stat 1.632208

Karena nilai DW 1.632208 lebih kecil dari dU dan lebih besar dari dL, maka
terjadi keragu-raguan pada uji Durbin-Watson Stat.
b. Uji Multikolinearitas
Hasil Uji Multikolinearitas sebagai berikut :

PAD DAU DAK DBH


PAD 1 0.4527301776321256 0.1848357546996405 0.6888760891507376
DAU 0.4527301776321256 1 0.6855944175295052 0.5774150786138515
DAK 0.1848357546996405 0.6855944175295052 1 0.3510248810063081
DBH 0.6888760891507376 0.5774150786138515 0.3510248810063081 1
Sumber : Analisis Data Tahun 2016-2020, Eviews 9
Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa nilai matrik korelasi tersebut
tidak ada nilai > 0.90 maka tidak terjadi multikolinearitas.

2. Uji Hipotesis
 Uji Parsial (Uji t)
Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh nilai t tabel adalah 1.65657 dan t
statistik maka data disimpulkan bahwa PAD dan DAK berpengaruh positif dan
signifikan terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat, sedangkan DAU
dan DBH tidak berpengaruh terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.
 Uji Simultan (Uji F)
Berdasarkan hasil regresi, diperoleh F-hitung sebesar 96.33780, maka F-
hitung (96.33780) > F-tabel (2.67). dilihat dari probabilitas F sebesar 0.000000
menunjukkan bahwa probabilitas F lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi (5%),
artinya variabel PAD, DAU, DAK, dan DBH secara bersama-sama memberikan
pengaruh terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.

 Uji Goodness of Fit


Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.965265. hal ini
menunjukkan bahwa variasi naik turunnya PAD, DAU, DAK, dan DBH sebesar
96.52% dan sisanya 3.48% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

Pembahasan

1) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia


PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Barat tahun 2016-2020. Dengan nilai thitung 2.109270 > ttabel 1.65657 dan probabilitas
0.0373 < 5%, serta koefisien PAD sebesar 0.001628 artinya setiap PAD mengalami
kenaikan sebesar 1 Miliar Rupiah dengan asumsi ceteris paribus maka nilai IPM akan
naik sebesar 0.001628. Hal ini menunjukkan bahwa Ha diterima, besarnya kontribusi
PAD dalam APBD merupakan ukuran keberhasilan penyelenggaraan pembangunan,
peningkatan pelayanan, dan kesejahteraan. Sehingga melalui kontribusi PAD,
menunjukkan upaya pemerintah daerah dalam memajukan pembangunan manusia
Penggunaan PAD yang digunakan dapat dialokasikan untuk pembangunan daerah
seperti memfasilitasi pelayanan publik dengan meningkatkan fasilitas pelayanan publik.
Sehingga mampu membeli kebutuhan penunjang kegiatan masyarakat yang digunakan
secara optimal dalam meningkatkan IPM.
2) Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)
DAU tidak berpengaruh terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat tahun
2016-2020. Dengan nilai thitung -1.074740 ≤ ttabel 1.65657 dan probabilitas 0.2850 > 5%.
Hal ini menunjukkan bahwa Ha ditolak, tidak adanya pengaruh DAU terhadap IPM
disebabkan karena pengalokasian DAU lebih banyak dialokasikan untuk belanja
pegawai bukan untuk pelayanan publik seperti infrastruktur yang dapat meningkatkan
IPM. Hal ini membuat DAU tidak berpengaruh terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Barat.
3) Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK) terhadap Indeks Pembangunan Manusia
(IPM)
DAK berpengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi
Jawa Barat tahun 2016-2020. Dengan thitung 2.347681 > ttabel 1.65657 dan nilai probabilitas
t-statistiknya adalah 0.0208 ≤ 0.05 serta koefisien DAK sebesar 0.002237 artinya setiap
DAK mengalami kenaikan sebesar 1 Miliar Rupiah dengan asumsi ceteris paribus maka
nilai IPM akan naik sebesar 0.002237. Hal ini menunjukkan bahwa H a diterima,
sehingga DAK mampu mendanai pelayanan publik untuk mengurangi kesenjangan
antardaerah, seperti sarana dan prasarana daerah, pemanfaatan DAK yang diarahkan
ke kegiatan investasi pembangunan, pengadaan, peningkatan, perbaikan sarana dan
prasarana fisik pelayanan publik dengan umur ekonomis yang panjang. Sehingga DAK
berpengaruh terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.
4) Pengaruh Dana Bagi Hasil (DBH) terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Dana Bagi Hasil (DBH) tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2016-2020. Dengan nilai t hitung
0.579379 ≤ ttabel 1.65657 dan probabilitas 0.2850 > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa Ha
ditolak, pengalokasian Dana Bagi Hasil (DBH) belum mampu meningkatkan IPM. DBH
yang masih diatur oleh pemerintah dalam pengalokasiannya membuat pemerintah
daerah kurang leluasa dalam mengelola penggunaan DBH untuk membiayai kegiatan
yang berdampak pada pembangunan daerah, sehingga porsi DBH yang tidak terlalu
besar membuat DBH tidak berpengaruh terhadap IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa
Barat.

5. Kesimpulan
1) Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2016-
2020.
2) Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2016-2020.
3) Dana Alokasi Khusus (DAK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2016-
2020.
4) Dana Bagi Hasil (DBH) tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat tahun 2016-2020.

Saran

1) Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat memaksimalkan penggunaan PAD dan


DAK yang berpengaruh terhadap IPM yang dapat menunjang kesejahteraan
masyarakat di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.
2) Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat mengelola DAU dan DBH untuk turut
berperan dalam meningkatkan IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat.
3) Bagi pemerintah daerah diharapkan dapat menggali dan membangun potensi yang
terdapat di daerah untuk dapat dikembangkan dan menjadi sumber pendapatan
daerah yang dapat meningkatkan PAD sehingga pemerintah daerah dapat lebih
mandiri dan tidak bergantung pada transfer dana dari pemerintah pusat.
4) Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan variabel independent
seperti belanja modal, belanja daerah, atau kemiskinan untuk mengetahui apa saja
faktor yang mempengaruhi IPM.

6. Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2021. Indeks Pembangunan Manusia 2016-2020. Jawa Barat : Badan
Pusat Statistik. https://jabar.bps.go.id/ diakses pada tanggal 15 November 2021.

Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. 2017. Apa Saja Jenis Dana Perimbangan.
Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, Jakarta.

Evi dan Efendri. 2020. Sembiring, T.A. 2020. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dan Dana Bagi Hasil
(DBH) Terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Kalimantan
(Periode 2015-2019). Jakarta: Universitas Trilogi.

Fadhly, Zul. 2018. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi
Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Barat
(Periode 2012-2016). Padang: Universitas Negeri Padang.

Sembiring, T.A. 2020. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum
(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Terhadap Pembangunan Manusia di
Provinsi Sumatera Utara (Periode 2016-2018). Indonesian Treasury Review: Jurnal
Perbendaharaan, Keuangan Negara dan Kebijakan Publik, 5(1), 77-92.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

PP Nomor 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan

Anda mungkin juga menyukai