ANALISIS ISU-ISU
STRATEGIS
4.1 PERMASALAHAft PEMBAftGUftAft
4.1.1 Analisa Indikator Makro
Pembangunan manusia yang dikedepankan secara luas oleh United
Nation Development Programme (UNDP) merupakan model pembangunan yang
menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam semua proses dan kegiatan
pembangunan (people centered development). Pembangunan harus ditujukan
untuk memperluas pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people’s
choice) melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan
kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi dalam
bidang ekonomi, politik dan sosial budaya sehingga dalam pembangunan akan
menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan dan bukan
sebagai alat bagi pembangunan.
Pendekatan Pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi
dan distribusi komoditas serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan
119
manusia sehingga pembangunan manusia mempunyai empat paradigma, yaitu
:
a. Produktifitas, manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan
produktifitasnya dalam proses pembangunan
b. Pemerataan, Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama.
c. Keberlanjutan, Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia
bukan hanya untuk genrasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan
datang.
d. Pemberdayaan, Semua orang harus ikut berpartisipasi penuh dalam
pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan
mereka.
Peningkatan kualitas hidup akan menjadi lebih luas dan terjamin jika
kemampuan dasar yang mencakup hidup panjang dan sehat, berpengetahuan
(serta menguasai IPTEK) dan mempunyai akses terhadap sumber daya yang
dibutuhkan agar dapat hidup secara layak (berdaya beli) yang dimiliki oleh
120
penduduk, sehingga pada akhirnya, tujuan atau sasaran diprioritaskan kedalam
tiga tujuan sasaran dasar, yaitu :
1. Usia hidup (longevity)
2. Pengetahuan (knowledge)
3. Standar hidup layak (decent living)
Dari ketiga tujuan sasaran dasar yang berkualitas tersebut, sangat terkait erat
dengan ketiga parameter dalam penyusunan IPM.
Laporan IPM pertama (1990) disusun dari perpaduan pendapatan
nasional (sebagai pendekatan dari standar hidup layak) dan dua indikator sosial
yaitu angka harapan hidup (ukuran dari lamanya hidup) dan angka melek huruf
(ukuran dari pengetahuan). Pada tahun kedua (1991) ditambahkan satu
indikator baru yaitu rata-rata lama sekolah kedalam komponen pengetahuan.
Perbaikan lain yang dilakukan adalah pada komponen standar hidup layak.
Akan tetapi tahun 2010 UNDP menyempurnakan metode IPM baru dengan
dimensi kesehatan berupa Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), dimensi
pendidikan dengan indikator Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama
Sekolah serta dimensi standar hidup dengan indikator Pengeluaran Perkapita
yang disesuaikan.
Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga dimensi tersebut IPM
Kabupaten Tangerang dengan nilai 69,57 berada pada kategori sedang dan
menempati posisi kelima di Provinsi Banten setelah Kota Tangerang Selatan
79,17, Kota tangeramg 75,87, Kota Cilegon 71,57 dan Kota Serang 70,2 dan
nilai IPM terendah masih berada di Kabupaten Lebak 61,64 dan untuk nilai IPM
Provinsi Banten mencapai 69,8 berada pada peringkat 8 nasional. Capaian IPM
121
Tabel 4.1
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
Tahun 2010-2014
IPM
Kode Kabupaten
2010 2011 2012 2013 2014
3601 Pandelang 59,08 59,92 60,48 61,35 62,06
3602 Lebak 58,83 59,82 60,22 61,13 61,64
3603 Tangerang 68,01 68,45 68,83 69,28 69,57
3604 Serang 60,96 61,97 62,97 63,57 63,97
3671 Kota Tangerang 73,69 74,15 74,57 75,04 75,87
3672 Kota Cilegon 68,80 69,26 70,07 70,99 71,57
3673 Kota Serang 68,25 68,69 69,43 69,69 70,26
3674 Kota Tangerang Selatan 76,99 77,68 78,65 79,17
3600 BANTEN 67,54 68,22 68,92 69,47 69,89
Jika dilihat pada tabel 4.1, dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir,
walaupun tiap tahun angka IPM senantiasa cenderung mengalami kenaikan
namun posisi peringkat tidak berubah. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten
Tangerang serta kabupaten/kota se Provinsi Banten senantiasa berusaha
untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakatnya sehingga program-
program yang dicanangkan harus senantiasa ditingkatkan setiap tahunnya agar
bisa mengejar ketertinggalan dengan daerah yang lebih dulu maju namun
pembangunan dan kualitas manusia tidak ditangani secara serius bisa jadi akan
mengalami ketertinggalan dibanding daerah-daerah lain.
122
Tabel 4.2
IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dan Komponennya Tahun 2014
Penge- Pertumbuhan
Kode Kabupaten AHH HLS RLS IPM Kategori
luaran (%)
3671 Kota Tangerang 71,09 12,86 10,20 13.671 75,87 Tinggi 1,10
3672 Kota Cilegon 65,85 13,07 9,66 12.057 71,57 Tinggi 0,81
3673 Kota Serang 67,23 12,34 8,58 12.091 70,26 Tinggi 0,81
Kota Tangerang
3674 Selatan 72,11 13,58 11,56 14.361 79,17 Tinggi 0,67
123
Indikator harapan hidup juga dapat digunakan untuk mengukur
pembangunan di bidang kesehatan. Meningkatnya angka harapan hidup dapat
berarti adanya keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang biasanya
ditandai membaiknya kondisi social ekonomi penduduk, membaiknya
kesehatan, lingkungan dan sebagainya.
124
dihitung pada usia 7 tahun keatas seiring dengan kebijakan Pemerintah yaitu
Program Wajib Belajar. Capaian AHS dari tahun 2010-2014 mengalami
peningkatan akan tetapi bila dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Provinsi
Banten, AHS di Kabupaten Tangerang menduduki peringkat terendah. Hal
tersebut harus menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Indikator lain yaitu Rat-rata Lama Sekolah (RLS) merupakan jumlah
tahun yang digunkan oelh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. RLS
dihitung untuk usia 25 tahun keatas dengan asumsi pada umur 25 tahun
proses pendidikan sudah berakhir. RLS merupakan indikator output pendidikan
sementara HLS merupakan indikator proses. HLS merupakan pendorong
(booster) untuk meningkatkan RLS. Sehingga intervensi Pemerintah harus
diarahkan pada peningkatan partisipasi sekolah untuk meningkatkan HLS yang
pada akhirnya akan berpengaruh pula pada peningkatan RLS. Kabupaten
Tangerang menempati peringkat kelima dalam pencapaian RLS pada tahun
2014.
125
melaksanakan program - program pembangunan di daerahnya sehingga akan
dapat menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat yang pada akhirnya dapat
meningkatkan daya beli masyarakat agar dapat menjalani hidup yang sejahtera.
126
3. Belum optimalnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
4. Masih tingginya jumlah Kematian Ibu
5. Masih Tingginya jumlah Kematian Bayi
6. Masih ditemukannya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular
7. Masih ditemukannya kasus Balita gizi buruk dan gizi kurang
8. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
kesehatan terutama dalam perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
9. Masih belum optimalnya sarana prasarana dan kualitas pelayanan di
RSU Daerah
10. Belum terpenuhinya ketersediaan tenaga kesehatan sesuai
kompetensi.
127
2. Masih terdapatnya permukiman kumuh dengan PSU yang tidak
memadai
3. Masih terdapatnya bangunan di Kabupaten Tangerang yang tidak
berIMB
4. Belum maksimalnya akses masyarakat terhadap pelayanan air bersih
dan sanitasi yang layak
5. Masih rendahnya proporsi TPU terhadap jumlah penduduk
6. Belum adanya database rumah tidak BerIMB se-Kabupaten Tangerang
7. Belum optimalnya Insfratruktur bangunan kantor Kelurahan yang
representatif
8. Belum optimalnya bangunan sarana dan prasarana sanitasi yang
memadai mengakibatkan lingkungan permukiman menjadi kumuh
9. Cakupan pelayanan air minum/bersih perpipaan masih kecil yaitu PDAM
TKR sekitar 16 %, swasta sekitar 12 %. Sehingga target MDGS belum
terpenuhi
128
4.1.2.6. Perencanaan Pembangunan
Inkonsistensi perencanaan pembangunan dengan pelaksanaan
pembangunan menjadi permasalahan tersendiri dalam urusan perencanaan
pembangunan. Dibawah ini adalah permasalahan pembangunan terkait
perencanaan pembangunan di Kabupaten Tangerang :
1. Belum Konsistennya perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan
pembangunan daerah
2. Belum maksimalnya keterpaduan antara berbagai dokumen
perencanaan pembangunan
4.1.2.7. Perhubungan
129
4.1.2.8. Lingkungan Hidup
130
4.1.2.9. Pertanahan
131
3. Belum optimalnya pembinaan terhadap DBS, Klinik dan RS Swasta
4. Masih terdapatnya Perkawinan di bawah usia 20 tahun
5. Belum optimalnya pembinaan terhadap kelompok Tri Bina dan UPPKS
6. Belum optimalnya KIE KB Terhadap kelompok Tri Bina dan UPPKS
4.1.2.13. Sosial
4.1.2.14. Ketenagakerjaan
132
1. Kurangnya akses permodalan dan kemitraan untuk para penggiat
UMKM
2. Rendahnya kualitas pelayanan Pasar Tradisional
3. Keberpihakan Perbankan dalam memberikan fasilitas Sumber Dana
pembiayaan permodalan bagi Usaha Mikro Kecil dan Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) Non Bank maupun Koperasi yang menjadi
Lembaga intermediari bagi UMKM masih belum optimal
4. Belum optimalnya koordinasi lintas sektor yang memiliki kewenangan
dalam kemitraan UMKM
5. Belum optimalnya pembinaan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dalam
peningkatan kualitas produk maupun manajemen usaha
4.1.2.17. Kebudayaan
133
4.1.2.18. Kepemudaan dan Olah Raga
134
2. Belum optimalnya pendayagunaan potensi pajak dalam
meningkatkan pajak daerah
3. Belum optimalnya layanan perijinan ditandai dengan lamanya proses
perijinan
4. Belum optimalnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan aparatur
di Kabupaten Tangerang
5. Belum optimalnya pemenuhan akan kebutuhan diklat pegawai baik
teknis, peningkatan ketrampilan dan profesionalisme, prajabatan,
struktural dan fungsional
6. Belum maksimalnya audit/pemeriksaan terhadap kegiatan-kegiatan
yang bersumber dari APBD
7. Belum optimalnya SKPD menindaklanjuti temuan
135
1. Belum optimalnya tingkat partisipasi masyarakat dan lembaga desa
dalam membangun perekonomian desa
2. Belum optimalnya data organisasi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
desa
3. Belum meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
4. Belum meningkatnya usaha ekonomi keluarga dan usaha simpan
pinjam yang dikelola masyarakat pedesaan
5. Belum optimalnya pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Pedesaan
6. Belum optimalnya Kelembagaan Penyuluhan pertanian, perikanan, dan
kehutanan
7. Belum tersedianya pos penyuluhan desa
4.1.2.23. Kearsipan
4.1.2.25. Perpustakaan
136
2. Kebutuhan bahan bacaan masyarakat masih belum terpenuhi secara
maksimal
3. Belum merata layanan perpustakaan di Kabupaten Tangerang
4. Belum terpenuhinya jumlah koleksi menurut Standar Perpustakaan
Nasional (SPN)
4.1.2.26. Pertanian
137
4.1.2.27. Energi dan Sumberdaya Mineral
4.1.2.28. Pariwisata
4.1.2.30. Perdagangan
138
4.1.2.31. Industri
4.1.2.32. Ketransmigrasian
139
mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan
pemerintahan daerah dimasa yang akan datang.
Rob atau banjir akibat pasang air laut terjadi di wilayah utara Kabupaten
Tangerang, sementara genangan air lebih sering terjadi diwilayah perkotaan.
Hal itu disebabkan oleh buruknya pemeliharaan drainase yang ada dan
140
kurangnya penertiban pada pihak-pihak yang memanfaatkan saluaran drainase
yang tidak dengan fungsinya.
Tabel 4.1
Sebaran Banjir
NO Kecamatan/Desa
1 KECAMATAN JAYANTI
1. Desa Cikande
2. Desa Jayanti
3. Desa Pasir Gintung
4. Desa Pasir Mundang
2 KECAMATAN TIGARAKSA
1. Desa Pasir Nangka
2. Desa Cisereh
3. Pasir Bolang
4. Kelurahan Kadu Agung
3 KECAMATAN KRESEK
1. Desa Patrasana
2. Desa Talok
3. Desa koper
4. Desa Renged
5. Desa Kresek
6. Desa Pasir Ampo
4 KECAMATAN SUKAMULYA
1. Desa Kubang
2. Desa Kali Asin
3. Desa Bumi Ayu
4. Desa Bunar
5. Desa Sukamulya
5 KECAMATAN GUNUNG KALER
1. Desa Gunung Kaler
2. Desa Kandawati
3. Desa Onyam
4. Desa Cibetok
5. Desa Kedung
6 KECAMATAN PAKUHAJI
1. Desa Kali Bru
141
NO Kecamatan/Desa
2. Buaran Banbu
3. Kelurahan Pakuhaji
4. Desa Rawa Boni
5. Desa Laksana
6. Desa Kohod
7 KECAMATAN TELUK NAGA
1. Desa Babakan Asem
2. Desa Melayu Timur
3. Desa Pangkalan
4. Desa Tanjung Pasir
5. Desa Teluk Naga
6. Desa Tanjung Burung
8 KECAMATAN KEMIRI
1. Desa Klebet
2. Desa Lontar
3. Desa Legok
4. Desa Patra Manggala
5. Desa Karang Anyer
9 KECAMATAN PASAR KEMIS
1. Desa Gelam Jaya
10 KECAMATAN KOSAMBI
1. Desa Salembaran Jati
2. Kel. Salembaran Jaya
3. Desa Dadap
4. Desa Cangklung
5. Desa Kosambi Timur
6. Desa Kosambi Barat
11 KECAMATAN JAMBE
1. Desa Pasir Barat
2. Desa Ancol Pasir
12 KECAMATAN MAUK
1. Kel. Mauk Barat
2. Desa Mauk Barat
3. Desa Gunung Sari
13 KECAMATAN SOLEAR
14 KECAMATAN RAJEG
142
NO Kecamatan/Desa
1. Desa Rajeg Mulya
2. Desa Ranca Bango
3. Desa Mekar Sari
4. Desa Jambu Karya
15 KEC. SEPATAN
1. Desa Karet
2. Desa Pondok Jaya
3. Desa Pisangan Jaya
4. Desa Mekar Jaya
5. Kel. Sepatan
16 KECAMATAN KRONJO
1. Desa Cirumpak
2. Ds. Pagedangan Udik
3. Desa Pagedangan Ilir
4. Desa Muncung
17 KECAMATAN BALARAJA
18 KECAMATAN PAGEDANGAN
1. Desa Karang tengah
19 KEC. SINDANG JAYA
1. Desa sindang sono
2. Desa Badak Anom
20 KEC. LEGOK
1. Desa Bojong Kalam
21 KECAMATAN CIKUPA
1. Desa Budi Mulya
22 SEPATAN TIMUR
1. Desa Gempol
23 KECAMATAN CISAUK
1. Desa Cisauk
24 KECAMATAN KELAPA DUA
25 KECAMATAN PANONGAN
26 KECAMATAN SUKADIRI
27 KECAMATAN CURUG
143
Gambar 4.1
144
4.3.3 Peningkatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
146
Luas area kawasan perkotaan 57.364,29 ha, jika dibandingkan dengan
luas wilayah Kabupaten Tangerang dengan luas 95.961 ha. Berarti luasan
kawasan perkotaan mencapai 60% dari total wilayah kabupaten dan kebutuhan
masih 17.266 Ha
Sementara terkait pemanfaatan air tanah saat ini harus mulai serius
untuk dikendalikan, mengingat banyaknya industri masuk ke kabupaten
Tangerang menggunakan air bawah tanah dangkal yang rawan menganggu
kesediaan air tanah untuk keperluan rumah tangga yang tingkat kebutuhannya
semakain tinggi. Sehingga konservasi air tanah penting dilakukan untuk
menjaga kelestarian, kesinambungan, ketersediaan, kuantitas dan kualitas
daya dukung lingkungan, fungsi air tanah, dan mempertahankan keberlanjutan
pemanfaatan air tanah. Prinsip pengambilan air bawah tanah juga perlu di
perhatikan yaitu :
147
Gambar 4.3
Peta Zonasi Air Tanah Kabupaten Tangerang
Saat ini masih ada pihak-pihak yang memanfaatkan ruang tidak sesuai
dengan kaidah RTRW. Oleh karena itu perlu keterlibatan semua pihak terkait
untuk bersama-sama menegakan RTRW dengan berorientasi pada
pengembangan kawasan yang seimbang. Keterlibatan baik dalam perencanaan
, pemanfaatan maupun pengendalian ruang.
148
4.3.5 Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Permukiman
Pendidikan dan kesehatan saat ini menjadi hal yang sangat penting,
sehingga akses masyarakat terutama untuk Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) dapat mudah dijangkau. Rumah Sakit Umum (RSU) saat ini
sudah terbangun RSUD Kab. Tangerang di wilayah selatan, RSUD Balaraja di
wilayah tengah dan RSU Pantura di wilayah utara. Sarana yang masih perlu
ditingkatkan adalah Puskesmas dan jaringannya, yaitu dengan meningkatkan
status Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas mampu
PONED 24 jam.
149
Untuk bidang pendidikan, kebutuhan ruang kelas masih tinggi sehingga
satu kelas masih ada yang digunakan untuk 2-3 shift. Perlu ditingkatkan sarana
dan prasarana pendidikan milik Pemerintah Daerah yang lebih terjangkau,
penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan pasar pun menjadi penting,
mengingat Kabupaten Tangerang memiliki banyak perindustrian yang tentunya
memerlukan tenaga kerja yang kompeten.
Pemanfaatan lahan saat ini belum optimal yang disebabkan antara lain
oleh terbatasnya tenaga kerja (baik manusia, ternak kerja maupun
mesin/traktor), tingkat kesuburan tanah yang rendah dan belum tersedianya
saluran irigasi & drainase yang memadai serta terbatasnya modal petani untuk
mengelola usaha taninya.
150
Pengembangan budidaya perikanan berbasis masyarakat dan kemitraan
juga diperlukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan,
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan nelayan dan
pelaku usaha perikanan.
151
Selain itu perlindungan terhadap tenaga kerja sudah harus menjadi
perhatian utama terkait banyaknya penyimpangan pelaksanaan kelembagaan
outsourching yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terhadapa lembaga outsourching harus ditingkatkan melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pengawas tenaga kerja untuk
meminimalisir terjadinya kasus perselisihan hubungan industrial yang dapat
merugikan tenaga kerja dan investasi industri itu sendiri
152
belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang efisien, efektif dan produktif, dan
profesional.
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang perekonomiannya
sedang tumbuh pesat dan didiringi dengan pertumbuhan penduduknya yang
cukup tinggi. Namun hal tersebut belum menjamin seluruh masyarakat
Kabupaten Tangerang mendapatkan kesejahteraan yang layak secara merata.
Selain itu pengelolaan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan
yang masih belum efektif dan efisien tutur berpeng, artinya manfaat yang bisa
dirasakan langsung oleh masyarakat nilainya belum optimal. Pada kondisinruh
dari kurang optimalnya palayanan publik. Untuk itu perlu peningkatan layanan
publik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat
Kabupaten Tangerang melalui reformasi birokrasi.
153
meningkatnya kualitas pelayanan publik agar tercipta pemerintahan yang
profesional, baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme
154
kelahiran yang mencapai 52,248 jiwa per tahun. Implikasi ledakan penduduk
yang mungkin terjadi tidak hanya mengancam ketersediaan pangan dan daya
dukung lingkungan namun juga yang berdampak luas terhadap bidang
kehidupan lainnya yaitu kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja,
pertumbuhan ekonomi secara makro dan berbagai matra kependudukan
lainnya.
155
156