Anda di halaman 1dari 38

BAB IV

ANALISIS ISU-ISU
STRATEGIS
4.1 PERMASALAHAft PEMBAftGUftAft
4.1.1 Analisa Indikator Makro
Pembangunan manusia yang dikedepankan secara luas oleh United
Nation Development Programme (UNDP) merupakan model pembangunan yang
menempatkan manusia sebagai titik sentral dalam semua proses dan kegiatan
pembangunan (people centered development). Pembangunan harus ditujukan
untuk memperluas pilihan bagi penduduk (a process of enlarging people’s
choice) melalui upaya-upaya pemberdayaan yang mengutamakan peningkatan
kemampuan dasar manusia agar dapat sepenuhnya berpartisipasi dalam
bidang ekonomi, politik dan sosial budaya sehingga dalam pembangunan akan
menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan dan bukan
sebagai alat bagi pembangunan.
Pendekatan Pembangunan manusia menggabungkan aspek produksi
dan distribusi komoditas serta peningkatan dan pemanfaatan kemampuan

119
manusia sehingga pembangunan manusia mempunyai empat paradigma, yaitu
:
a. Produktifitas, manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan
produktifitasnya dalam proses pembangunan
b. Pemerataan, Setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama.
c. Keberlanjutan, Akses terhadap peluang/kesempatan harus tersedia
bukan hanya untuk genrasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan
datang.
d. Pemberdayaan, Semua orang harus ikut berpartisipasi penuh dalam
pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan
mereka.

Peningkatan kualitas hidup akan menjadi lebih luas dan terjamin jika
kemampuan dasar yang mencakup hidup panjang dan sehat, berpengetahuan
(serta menguasai IPTEK) dan mempunyai akses terhadap sumber daya yang
dibutuhkan agar dapat hidup secara layak (berdaya beli) yang dimiliki oleh

120
penduduk, sehingga pada akhirnya, tujuan atau sasaran diprioritaskan kedalam
tiga tujuan sasaran dasar, yaitu :
1. Usia hidup (longevity)
2. Pengetahuan (knowledge)
3. Standar hidup layak (decent living)
Dari ketiga tujuan sasaran dasar yang berkualitas tersebut, sangat terkait erat
dengan ketiga parameter dalam penyusunan IPM.
Laporan IPM pertama (1990) disusun dari perpaduan pendapatan
nasional (sebagai pendekatan dari standar hidup layak) dan dua indikator sosial
yaitu angka harapan hidup (ukuran dari lamanya hidup) dan angka melek huruf
(ukuran dari pengetahuan). Pada tahun kedua (1991) ditambahkan satu
indikator baru yaitu rata-rata lama sekolah kedalam komponen pengetahuan.
Perbaikan lain yang dilakukan adalah pada komponen standar hidup layak.
Akan tetapi tahun 2010 UNDP menyempurnakan metode IPM baru dengan
dimensi kesehatan berupa Angka Harapan Hidup saat lahir (AHH), dimensi
pendidikan dengan indikator Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama
Sekolah serta dimensi standar hidup dengan indikator Pengeluaran Perkapita
yang disesuaikan.
Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga dimensi tersebut IPM
Kabupaten Tangerang dengan nilai 69,57 berada pada kategori sedang dan
menempati posisi kelima di Provinsi Banten setelah Kota Tangerang Selatan
79,17, Kota tangeramg 75,87, Kota Cilegon 71,57 dan Kota Serang 70,2 dan
nilai IPM terendah masih berada di Kabupaten Lebak 61,64 dan untuk nilai IPM
Provinsi Banten mencapai 69,8 berada pada peringkat 8 nasional. Capaian IPM

diklasifikasikan menjadi beberapa kategori, Kabupaten Tangerang masuk


dalam kategori sedang dengan nilai IPM antara 60 – 70. Secara lengkap IPM
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dapat dilihat pada tabel 4.1.

121
Tabel 4.1
Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Banten
Tahun 2010-2014

IPM
Kode Kabupaten
2010 2011 2012 2013 2014
3601 Pandelang 59,08 59,92 60,48 61,35 62,06
3602 Lebak 58,83 59,82 60,22 61,13 61,64
3603 Tangerang 68,01 68,45 68,83 69,28 69,57
3604 Serang 60,96 61,97 62,97 63,57 63,97
3671 Kota Tangerang 73,69 74,15 74,57 75,04 75,87
3672 Kota Cilegon 68,80 69,26 70,07 70,99 71,57
3673 Kota Serang 68,25 68,69 69,43 69,69 70,26
3674 Kota Tangerang Selatan 76,99 77,68 78,65 79,17
3600 BANTEN 67,54 68,22 68,92 69,47 69,89

Membaiknya nilai IPM secara makro menunjukkan keberhasilan


program-program yang dijalankan pemerintah namun secara mikro bisa kita
lihat, indikator-indikator mana yang menunjukkan tingkat kemajuan lebih dan
sangat mempengaruhi naiknya nilai IPM ini dibanding indikator yang lain.

Jika dilihat pada tabel 4.1, dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir,
walaupun tiap tahun angka IPM senantiasa cenderung mengalami kenaikan
namun posisi peringkat tidak berubah. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten
Tangerang serta kabupaten/kota se Provinsi Banten senantiasa berusaha
untuk meningkatkan kualitas dan taraf hidup masyarakatnya sehingga program-
program yang dicanangkan harus senantiasa ditingkatkan setiap tahunnya agar
bisa mengejar ketertinggalan dengan daerah yang lebih dulu maju namun
pembangunan dan kualitas manusia tidak ditangani secara serius bisa jadi akan
mengalami ketertinggalan dibanding daerah-daerah lain.

122
Tabel 4.2
IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Banten dan Komponennya Tahun 2014

Penge- Pertumbuhan
Kode Kabupaten AHH HLS RLS IPM Kategori
luaran (%)

3601 Pandelang 62,91 13,38 6,45 7.589 62,06 Sedang 1,16

3602 Lebak 65,88 11,88 5,84 7.977 61,64 Sedang 0,82

3603 Tangerang 68,98 11,65 8,20 11.666 69,57 Sedang 0,42

3604 Serang 63,09 12,35 6,69 9.886 63,97 Sedang 0,63

3671 Kota Tangerang 71,09 12,86 10,20 13.671 75,87 Tinggi 1,10

3672 Kota Cilegon 65,85 13,07 9,66 12.057 71,57 Tinggi 0,81

3673 Kota Serang 67,23 12,34 8,58 12.091 70,26 Tinggi 0,81
Kota Tangerang
3674 Selatan 72,11 13,58 11,56 14.361 79,17 Tinggi 0,67

3600 BANTEN 69,13 12,31 8,19 11.150 69,89 Sedang 0,61

4.1.1.1 Indikator Kesehatan


Angka Harapan Hidup dapat menggambarkan tingkat kesehatan yang
dicapai masyarakat dimana semakin tinggi usia harapan hidup masyarakat
maka derajat kesehatan semakin baik. Angka harapan hidup berbanding
terbalik dengan tingkat kematian bayi, artinya semakin tinggi angka kematian
bayi maka angka harapan hidup semakin rendah demikian pula sebaliknya.

123
Indikator harapan hidup juga dapat digunakan untuk mengukur
pembangunan di bidang kesehatan. Meningkatnya angka harapan hidup dapat
berarti adanya keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan yang biasanya
ditandai membaiknya kondisi social ekonomi penduduk, membaiknya
kesehatan, lingkungan dan sebagainya.

Berdasarkan Teori HL Blum, derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor


lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku kesehatan dan faktor keturunan.
Sehingga faktor terbesar yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang
adalah lingkungan diantaranya terpenuhinya akses terhadap air bersih dan
sanitasi yang layak. Faktor lain yang dominan adalah perilaku hidup bersih dan
sehat dari masyarakat. Pelayanan kesehatan diupayakan dengan
meningkatkan ketersediaan fasilitas kesehatan, berdasarkan data survey
Potensi Desa (Podes)hampir semua desa telah memiliki akses terhadap fasilitas
kesehatan dasar yaitu Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan jaringannya.

4.1.1.2 Indikator Pendidikan


Indikator pendidikan merupakan salah satu ukuran untuk menilai
kemajuan dan kualitas suatu bangsa karena masyarakat yang berpendidikan
akan lebih mudah menyerap informasi pembangunan, sehingga dapat
meningkatkan kualitas penduduk daerah tersebut. Angka Harapan Sekolah
merupakan lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan
oleh anak pada umur tertentu dimasa mendatang. HLS dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi pembangunan sistem pendidikan diberbagai jenjang. HLS

124
dihitung pada usia 7 tahun keatas seiring dengan kebijakan Pemerintah yaitu
Program Wajib Belajar. Capaian AHS dari tahun 2010-2014 mengalami
peningkatan akan tetapi bila dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Provinsi
Banten, AHS di Kabupaten Tangerang menduduki peringkat terendah. Hal
tersebut harus menjadi perhatian Pemerintah Kabupaten Tangerang.
Indikator lain yaitu Rat-rata Lama Sekolah (RLS) merupakan jumlah
tahun yang digunkan oelh penduduk dalam menjalani pendidikan formal. RLS
dihitung untuk usia 25 tahun keatas dengan asumsi pada umur 25 tahun
proses pendidikan sudah berakhir. RLS merupakan indikator output pendidikan
sementara HLS merupakan indikator proses. HLS merupakan pendorong
(booster) untuk meningkatkan RLS. Sehingga intervensi Pemerintah harus
diarahkan pada peningkatan partisipasi sekolah untuk meningkatkan HLS yang
pada akhirnya akan berpengaruh pula pada peningkatan RLS. Kabupaten
Tangerang menempati peringkat kelima dalam pencapaian RLS pada tahun
2014.

4.1.1.3 Indikator Ekonomi


Pengeluaran perkapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran
perkapita dan paritas daya beli. Capain indikator pengeluaran perkapita dari
tahun 2010-2014 terus mengalami kenaikan. Akan tetapi menduduki peringkat
kelima bila dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Banten.
Pengeluaran Perkapita sangat dipengaruhi oleh indikator makro lainnya
antara lain Persentase Penduduk Miskin, Tingkat Pengangguran Terbuka,
Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi. Pada Tahun 2014 diperkirakan
prosentase penduduk dibawah Garis Kemiskinan menurun dari 7,82 persen
menjadi 7,36 persen pada tahun 2014. Tingkat Pengangguran Terbuka juga
mengalami penurunan dari 11,94 persen menjadi 8,45 persen. Laju
Pertumbuhan Ekonomi mengalami perlambatan dari 6,89 persen persen
menjadi 6,12 persen. Hal-hal tersebut yang mendukung kenaikan Pengeluaran
Perkapita pada tahun 2014. Upaya untuk meningkatkan daya beli masyarakat
memberikan indikasi Pemerintah Daerah harus jeli dan tanggap dalam

125
melaksanakan program - program pembangunan di daerahnya sehingga akan
dapat menurunkan tingkat kemiskinan masyarakat yang pada akhirnya dapat
meningkatkan daya beli masyarakat agar dapat menjalani hidup yang sejahtera.

4.1.2 Permasalahan Daerah


Identifikasi permasalahan pembangunan digunakan untuk
menetukan program pembangunan daerah yang tepat sebagai solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi, oleh karenanya dibutuhkan ketetapan dalam
melakukan identifikasi dengan menggunakan kriteria tertentu sehingga
menghasilkan daftar permasalahan yang secara factual dihadapi dalam
pembangunan.

4.1.2.1. Urusan Pendidikan


Pada urusan pendidikan terdapat beberapa permasalahan
pembangunan diantaranya yaitu:
1. Masih rendahnya layanan Pendidikan Anak Usia Dini
2. Masih terdapat sekolah yang belum terpenuhi sarana dan prasarana
3. Rata-rata lama sekolah yang masih rendah
4. Rasio ruang kelas dengan jumlah murid masih terdapat kesenjangan
5. Belum terpenuhinya akses dan pemerataan pendidikan
6. Belum maksimalnya kualitas pendidik

4.1.2.2. Urusan Kesehatan


Permasalahan pembangunan pada urusan kesehatan secara umum yaitu
masih kurangnya layanan kesehatan yang harus ditunjang dengan sarana
prasarana yang memadai dan SDM yang kompeten pada tiap tingkat layanan,
permasalahan tersebut diantaranya yaitu:
1. Belum optimalnya aksesibilitas masyarakat dan mutu kesehatan dasar
dan rujukan.
2. Masih terdapatya desa resiko tinggi sanitasi

126
3. Belum optimalnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
4. Masih tingginya jumlah Kematian Ibu
5. Masih Tingginya jumlah Kematian Bayi
6. Masih ditemukannya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit menular
7. Masih ditemukannya kasus Balita gizi buruk dan gizi kurang
8. Masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
kesehatan terutama dalam perilaku Hidup Bersih dan Sehat ( PHBS )
9. Masih belum optimalnya sarana prasarana dan kualitas pelayanan di
RSU Daerah
10. Belum terpenuhinya ketersediaan tenaga kesehatan sesuai
kompetensi.

4.1.2.3. Urusan Pekerjaan Umum


Pada urusan pekerjaan umum terdapat beberapa pokok permasalahan
pembangunan seperti infrastruktur jalan, jaringan drainase dan irigasi seperti
yang dijabarkan berikut ini:
1. Masih tingginya tingkat kemacetan pada koridor utama
2. Masih rendahnya kualitas jalan poros desa terutama antar pusat-pusat
kegiatan perdesaan seperti pasar tradisional dan tempat pengolahan hasil
pertanian.
3. Masih tingginya tingkat bencana banjir dan genangan air terutama
diwilayah perkotaan akibat kurangnya pemeliharaan jaringan drainase dan
saluran pembuang
4. Masih terdapat jaringan irigasi yang tidak berfungsi dengan baik

4.1.2.4. Urusan Perumahan


Permukiman kumuh masih menjadi permasalahan menahun pada
urusan perumahan di Kabupaten Tangerang. Selain permukiman kumuh saat
ini berkembang juga permasalahan lain diantaranya yaitu:
1. Masih terdapatnya wilayah rawan bahaya kebakaran

127
2. Masih terdapatnya permukiman kumuh dengan PSU yang tidak
memadai
3. Masih terdapatnya bangunan di Kabupaten Tangerang yang tidak
berIMB
4. Belum maksimalnya akses masyarakat terhadap pelayanan air bersih
dan sanitasi yang layak
5. Masih rendahnya proporsi TPU terhadap jumlah penduduk
6. Belum adanya database rumah tidak BerIMB se-Kabupaten Tangerang
7. Belum optimalnya Insfratruktur bangunan kantor Kelurahan yang
representatif
8. Belum optimalnya bangunan sarana dan prasarana sanitasi yang
memadai mengakibatkan lingkungan permukiman menjadi kumuh
9. Cakupan pelayanan air minum/bersih perpipaan masih kecil yaitu PDAM
TKR sekitar 16 %, swasta sekitar 12 %. Sehingga target MDGS belum
terpenuhi

4.1.2.5. Penataan Ruang


Permasalahan utama penataan ruang adalah terkait pengendalian
pemanfaatan ruang yang belum optimal. Beberapa permasalahan terkait
penataan ruang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Masih tingginya ketidaktaatan masyarakat dan swasta dalam
memanfaatkan ruang di wilayah Kab Tangerang
2. Belum tercukupinya ketersediaan peta analog
3. Belum optimalnya forum konsultasi publik.
4. Masih adanya permohonan pengurusan Ijin Pemanfaatan Ruang yang
tidak sesuai dengan peraturan Daerah tentang RTRW Kabupaten
Tangerang.
5. Cukup banyaknya pengaduan masyarakat tentang pelanggaran di
bidang penataan ruang.
6. Belum maksimalnya pemanfaatan lahan Ruang Terbuka Hijau di
kabupaten Tangerang

128
4.1.2.6. Perencanaan Pembangunan
Inkonsistensi perencanaan pembangunan dengan pelaksanaan
pembangunan menjadi permasalahan tersendiri dalam urusan perencanaan
pembangunan. Dibawah ini adalah permasalahan pembangunan terkait
perencanaan pembangunan di Kabupaten Tangerang :
1. Belum Konsistennya perencanaan, penganggaran dan pelaksanaan
pembangunan daerah
2. Belum maksimalnya keterpaduan antara berbagai dokumen
perencanaan pembangunan

4.1.2.7. Perhubungan

Permasalahan pembangunan pada urusan perhubungan adalah


sebagai berikut:
1. Masih tingginya tingkat kemacetan di beberapa titik lokasi di
Kabupaten Tangerang.
2. Belum adanya Terminal Tipe C yang refresentatif di Kabupaten
Tangerang, karena hanya memiliki 1 Terminal di Balaraja yang
belum optimal fungsinya.
3. Belum adanya Terminal Tipe A dan Terminal Tipe B di Kabupaten
Tangerang.
4. Terbatasnya palang pintu perlintasan kereta api dan SDM untuk
penjaga palang pintu perlintasan kereta api yang melintasi wilayah
Kabupaten Tangerang.
5. Belum adanya dermaga penyebrangan dibeberapa titik lokasi di
wilayah pesisir Kabupaten Tangerang yang memiliki potensi
aktifitas penyebrangan orang dan angkutan antar pulau.
6. Belum maksimalnya kualitas dan kuantitas sarana perlengkapan
jalan seperti rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, APILL, pagar
pengaman jalan (guardrail), paku jalan dan sarana pendukung
keselamatan lalu lintas lainnya.
7. Belum optimalnya pelayanan pengujian kendaraan bermotor.

129
4.1.2.8. Lingkungan Hidup

Permasalahan pembangunan pada urusan lingkungan hidup adalah


sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian sumber pencemar
lingkungan baik bergerak maupun tidak bergerak yang
mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan baik sungai, udara
maupun tanah
2. Belum optimalnya pengelolaan sampah baik oleh Pemerintah
maupun swasta
3. Belum optimalnya proporsi RTH di wilayah perkotaan
4. Tingginya deforestasi hutan mangrove untuk mencegah abrasi dan
intrusi air laut
5. Terjadinya penurunan muka air tanah akibat dari banyaknya
pemanfaatan/ penggunaan air sebagai bahan baku industri.
6. Tingginya tingkat abrasi di wilayah pantai utara
7. Masih banyaknya pelaku industri yang tidak mentaati dan
melaksanakan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku
tentang pengelolaan lingkungan hidup
8. Rendahnya tingkat penegetahuan dan kesadaran pelaku usaha
dan/atau kegiatan dalam melakukan pengelolaan lingkungan
khususnya yang berkaitan dengan pelaksanaan dan implementasi
dokumen-dokumen lingkungan berupa AMDAL, UKL dan UPL;
9. Masih banyaknya perusahaan/pelaku usaha yang belum memiliki
dokumen lingkungan dan yang sudah memiliki dokumen lingkungan
belum membuat laporan semesterannya
10. Kurangnya Informasi tentang pentingnya pengelolaan lingkungan
hidup oleh pihak industri

130
4.1.2.9. Pertanahan

Permasalahan pembangunan pada urusan pertanahan adalah


kurangnya koordinasi para pihak yang terkait dengan pengadaan tanah.
Disamping itu harga tanah yang akan dilakukan pengadaan, harga pasarnya
sering tidak diterima oleh pemilik tanah.

4.1.2.10. Kependudukan dan Catatan Sipil

Permasalahan pembangunan pada urusan Kependudukan dan Catatan


Sipil adalah sebagai berikut:
1. Tingginya arus urbanisasi ke wilayah Kabupaten Tangerang
2. Belum optimalnya tertib administrasi kependudukan di Kabupaten
Tangerang

4.1.2.11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Permasalahan pembangunan pada urusan Pemberdayaan Perempuan


dan Perlindungan Anak adalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya partisipasi perempuan dalam pembangunan
2. Belum semua kecamatan efektif melaksanakan kegiatan GSI
3. Belum optimalnya pelaporan kasus KDRT
4. Belum optimalnya Pengetahuan masyarakat tentang gender dan
kepedulian masyarakat dan dinas/instansi terkait terhadap kekerasan
Perempuan dan Anak
5. Masih tingginya jumlah keluarga Pra KS dan KS I

4.1.2.12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Permasalahan pembangunan pada urusan Keluarga Berencana dan


Keluarga Sejahtera adalah sebagai berikut:
1. Tingginya angka pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang
2. Masih tingginya tingkat DO Peserta KB

131
3. Belum optimalnya pembinaan terhadap DBS, Klinik dan RS Swasta
4. Masih terdapatnya Perkawinan di bawah usia 20 tahun
5. Belum optimalnya pembinaan terhadap kelompok Tri Bina dan UPPKS
6. Belum optimalnya KIE KB Terhadap kelompok Tri Bina dan UPPKS

4.1.2.13. Sosial

Permasalahan pembangunan pada urusan sosial adalah sebagai


berikut:
1. Tingginya angka kemiskinan, pengangguran dan penyandang masalah
kesejahteraan sosial
2. Belum optimalnya fasilitasi bidang Keagamaan
3. Masih banyaknya PMKS Dan keluarga miskin yang belum terakses
pelayanan kebutuhan dasar
4. Rendahnya Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui KUBE
5. Kurangnya Penyediaan Layanan Rehabilitasi Sosial bagi PMKS

4.1.2.14. Ketenagakerjaan

Permasalahan pembangunan pada urusan ketenagakerjaan adalah


sebagai berikut:
1. Belum maksimalnya kebutuhan pasar kerja dengan kompetensi tenaga
kerja
2. Belum maksimalnya kesadaran dalam kepesertaan BPJS
ketenagakerjaan
3. Tidak adanya data base jumlah peralatan K3 yang terdaftar dan tidak
seimbangnya jumlah tenaga pengawas ketenagakerjaan dengan jumlah
obyek pemeriksaan

4.1.2.15. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah

Permasalahan pembangunan pada urusan koperasi dan usaha


kecil menengah adalah sebagai berikut:

132
1. Kurangnya akses permodalan dan kemitraan untuk para penggiat
UMKM
2. Rendahnya kualitas pelayanan Pasar Tradisional
3. Keberpihakan Perbankan dalam memberikan fasilitas Sumber Dana
pembiayaan permodalan bagi Usaha Mikro Kecil dan Lembaga
Keuangan Mikro (LKM) Non Bank maupun Koperasi yang menjadi
Lembaga intermediari bagi UMKM masih belum optimal
4. Belum optimalnya koordinasi lintas sektor yang memiliki kewenangan
dalam kemitraan UMKM
5. Belum optimalnya pembinaan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dalam
peningkatan kualitas produk maupun manajemen usaha

4.1.2.16. Penanaman Modal

Permasalahan pembangunan pada urusan penanaman modal adalah


sebagai berikut:
1. Belum optimalnya kerjasama daerah dalam meningkatkan investasi
2. Belum maksimalnya penyediaaan informasi dan profil Investasi
3. Belum maksimalnya Sistem dan jaringan informasi data
4. Belum maksimalnya sarana dan Prasarana Promosi Investasi.
5. Belum maksimalnya data dan informasi investasi perusahaan swasta
6. Belum maksimalnya informasi tentang peraturan perijinan penanaman
modal
7. Belum maksimalnya data& informasi peluang investasi Unggulan
Daerah

4.1.2.17. Kebudayaan

Permasalahan pembangunan pada urusan kebudayaan adalah masih


rendahnya pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap kesenian
tradisional dan belum tersedianya fasilitas penunjang pementasan kesenian
dan kebudayaan yang representatif

133
4.1.2.18. Kepemudaan dan Olah Raga

Permasalahan pembangunan pada urusan kepemudaan dan olahraga


adalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya sarana dan prasarana keolahragaan dan
kepemudaan
2. Belum maksimalnya wirausaha muda mandiri di Kabupaten
Tangerang
3. Masih terdapat penyalahgunaan narkoba
4. Belum maksimalnya sarana dan prasarana olahraga di Kabupaten
Tangerang
5. Belum optimalnya atlet yang mengikuti pertandingan di tingkat
nasional

4.1.2.19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Permasalahan pembangunan pada urusan kesatuan bangsa dan politik


dalam negeri adalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pembinaan masyarakat tentang kerukunan antar
umat beragama, pembauran kebangsaan, wawasan kebangsaan,
empat pilar kebangsaan dan bela negara
2. Belum optimalnya pembinaan politik daerah
3. Berkembangnya frekuensi gangguan Kantrantibmas tiap tahun
4. Belum optimalnya penanganan gangguan ketertiban umum

4.1.2.20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan


Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian, Persandian
Permasalahan pembangunan pada urusan Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum, Adminstrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian, Persandian adalah sebagai berikut:
1. Belum optimalnya peningkatan pendapatan asli daerah

134
2. Belum optimalnya pendayagunaan potensi pajak dalam
meningkatkan pajak daerah
3. Belum optimalnya layanan perijinan ditandai dengan lamanya proses
perijinan
4. Belum optimalnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan aparatur
di Kabupaten Tangerang
5. Belum optimalnya pemenuhan akan kebutuhan diklat pegawai baik
teknis, peningkatan ketrampilan dan profesionalisme, prajabatan,
struktural dan fungsional
6. Belum maksimalnya audit/pemeriksaan terhadap kegiatan-kegiatan
yang bersumber dari APBD
7. Belum optimalnya SKPD menindaklanjuti temuan

4.1.2.21. Ketahanan Pangan

Permasalahan pembangunan pada urusan ketahanan pangan adalah


sebagai berikut:
1. Belum maksimalnya kemandirian pangan dengan menekankan pada
pengembangan 5 komoditas strategis (padi, jagung, kedelai, gula,
dan daging sapi)
2. Belum optimalnya data Neraca bahan Makanan
3. Belum meningkatnya cadangan pangan pemerintah dan masyarakat
4. Masih tingginya angka kemiskinan
5. Masih kurangnya informasi stok dan harga pangan
6. Belum optimalnya data stabilitas harga dan pasokan pangan
7. Belum meningkatnya kualitas keanekaragaman konsumsi pangan
masyarakat

4.1.2.22. Pemberdayaan Masyarakat Desa

Permasalahan pembangunan pada urusan pemberdayaan masyarakat


desa adalah sebagai berikut:

135
1. Belum optimalnya tingkat partisipasi masyarakat dan lembaga desa
dalam membangun perekonomian desa
2. Belum optimalnya data organisasi Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
desa
3. Belum meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan
4. Belum meningkatnya usaha ekonomi keluarga dan usaha simpan
pinjam yang dikelola masyarakat pedesaan
5. Belum optimalnya pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Pedesaan
6. Belum optimalnya Kelembagaan Penyuluhan pertanian, perikanan, dan
kehutanan
7. Belum tersedianya pos penyuluhan desa

4.1.2.23. Kearsipan

Permasalahan pembangunan pada urusan kearsipan adalah sebagai


berikut:
1. Pengembangan Sistem Informasi Kearsipan
2. Pengembangan database kearsipan
3. Belum maksimalnya tertib administrasi kearsipan

4.1.2.24. Komunikasi dan Informatika

Permasalahan pembangunan pada urusan Komunikasi dan Informatika


adalah masih rendahnya akses masyarakat terhadap layanan komunikasi dan
Informatika yang diakibatkan oleh minimnya sarana dan prasarana Komunikasi
dan Informatika pada tiap kecamatan di wilayah Kabupaten Tangerang.

4.1.2.25. Perpustakaan

Permasalahan pembangunan pada urusan perpustakaan adalah


sebagai berikut:
1. Layanan perpustakaan masih belum merata di setiap kecamatan

136
2. Kebutuhan bahan bacaan masyarakat masih belum terpenuhi secara
maksimal
3. Belum merata layanan perpustakaan di Kabupaten Tangerang
4. Belum terpenuhinya jumlah koleksi menurut Standar Perpustakaan
Nasional (SPN)

4.1.2.26. Pertanian

Permasalahan pembangunan pada urusan pertanian adalah sebagai


berikut:
1. Kurangnya intensifikasi lahan dan pengendalian hama penyakit serta
meningkatkan sarana prasarana pra panen dan pasca panen untuk
meningkatkan produktifitas pertanian dan peternakan
2. Banyaknya kerusakan saluran irigasi tersier dan kekurangan pasokan
air
3. Rendahnya ketersediaan benih/bibit tanaman dan bibit ternak
4. Belum berkembangnya kelembagaan petani dan usaha tani, pada
sektor pertanian.
5. Kurangnya jumlah sarana alat dan mesin pertanian
6. Belum optimalnya kemampuan petani dalam penerapan teknologi
7. Belum optimalnya produktivitas pertanian komoditas utama seperti
padi, Jagung, kacang tanah dan Bawang Merah
8. Masih rendahnya tingkat pelayanan kesehatan hewan
9. Belum tersedianya data akurat mengenai penyakit hewan
10. Rendahnya produktivitas ternak
11. Belum optimalnya produktivitas kelompok ternak agribisnis (Kelompok)
12. Belum optimalnya mutu dan kesehatan produk asal hewan
13. Belum optimalnya sanitasi dan higiene pada unit usaha produsen/
distributor produk asal hewan

137
4.1.2.27. Energi dan Sumberdaya Mineral

Permasalahan pembangunan pada urusan energi dan sumberdaya


mineral adalah masih rendahnya layanan Penerangan Jalan Umum (PJU) akibat
belum terpasangnya sarana dan kurangnya pemeliharaan PJU secara optimal di
titik jalan Strategis, jalan Provinsi, Kabupaten dan Jalan Kecamatan Kab.
Tangerang

4.1.2.28. Pariwisata

Permasalahan pembangunan pada urusan pariwisata adalah belum


tersedianya Obyek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) yang representatif di wilayah
Kabupaten Tangerang karena kurang mengoptimalkal pengembangan potensi
ODTW yang ada.

4.1.2.29. Kelautan dan Perikanan

Permasalahan pembangunan pada urusan kelautan dan perikanan


adalah kurangnya produktifitas perikanan tangkap dan perikanan budidaya
yang tidak diiringi dengan pengembangan teknologi dan pengembangan
kawasan minapolitan secara optimal

4.1.2.30. Perdagangan

Permasalahan pembangunan pada urusan perdagangan adalah


sebagai berikut:
1. Belum optimalnya promosi dan informasi potensi daerah
2. Lemahnya kemampuan bersaing pedagang tradisional dengan
pedagang modern khususnya dari sisi manajemen.
3. Banyaknya keluhan/ pengaduan konsumen yang merasa dirugikan oleh
pelaku usaha karena kurangnya perlindungan terhadap konsumen.
4. Masih lemahnya pengawasan terhadap barang dan jasa beredar
dipasaran.

138
4.1.2.31. Industri

Permasalahan pembangunan pada urusan industri adalah sebagai


berikut:
1. Belum optimalnya pengawasan dan pengendalian produk industri baik
pada tingkat produksi, distribusi maupun pemasaran
2. Masih banyaknya hasil industri di masyarakat yang belum memenuhi
standar nasional (SNI).
3. Belum optimalnya pemahaman pelaku IKM terhadap penggunaan Merk.
4. Belum optimalnya pemahaman pelaku IKM terhadap proses produksi
dan penerapan system manajemen mutu.
5. Belum optimalnya kerjasama antara IKM dengan lembaga-lembaga
usaha yang lebih besar, juga akses kepada perbankan.
6. Masih kurangnya pemahaman para pelaku industri tentang kawasan
industri.
7. Masih lemahnya pemasaran produk IKM.

4.1.2.32. Ketransmigrasian

Permasalahan pembangunan pada urusan ketransmigrasian adalah


kurangnya kuota dari provinsi untuk pemberangkatan transmigrasi asal
Kabupaten Tangerang sedangkan animo masyarakat untuk melakukan
transmigrasi cukup tinggi dengan harapan dapat meningkatkan kesejahteraan
hidupnya di tempat tujuan transmigrasi.

4.3 ISU-ISU STRATEGIS


Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan Pemerintah
Kabupaten Tangerang harus mengambil langkah atau tindakan yang sesuai
dengan isu strategis yang ada. Isu-isu strategis harus diperhatikan atau
dikedepankan dalam perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya
yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar,

139
mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuan penyelenggaraan
pemerintahan daerah dimasa yang akan datang.

4.3.1 Pengembangan Sistem Transportasi

Wilayah Kabupaten Tangerang yang notabene pertumbuhan


perekonomiannya cukup pesat tentu memerlukan sistem transportasi yang
memadai. Banyaknya industri baik skala nasional maupun internasional turut
meningkatkan mobilitas masyarakat. Selain itu Kabupaten Tangerang juga
menjadi gerbang bagi wilayah barat indonesia dalam pendistribusian produk
ekonomi yang menjadi kebutuhan masyarakat.

Kemacetan lalu-lintas juga sudah tidak menjadi berita baru bagi


masyarakat Kabupaten Tangerang. Beberapa titik kemacetan diantaranya yaitu
simpang geometri Lippo-Karawaci, jalur Pasar Cikupa, Jalan penghubung
menuju Kawasan Industri Cikupa Mas, Simpang Bitung-Curug, Toll Gate Balaraja
dan Simpang Cadas.

Kerusakan infrastruktur jalan dan masih terbatasnya jalan penghubung


antar kawasan seperti Kedaung Barat-Kedaung Baru dan minimnya sarana
prasarana perhubungan Dermaga Cituis yang menjadi salah satu penghambat
perekonomian. Untuk itu perlu pembangunan akses-akses alternatif dan
pengembangan sistem transportasi baik sarana maupun prasarana.

4.3.2 Penanggulangan Banjir, Rob dan Genangan

Banjir kerap terjadi di wilayah Kecamatan Tigaraksa, Teluknaga, Jayanti,


Pasar Kemis dan Kresek. Beberapa penyebab banjir diantaranya yaitu
tersumbatnya sungai atau saluran pembuang oleh sampah dan pengurugan liar
atau bangunan tanpa ijin yang memakan badan air.

Rob atau banjir akibat pasang air laut terjadi di wilayah utara Kabupaten
Tangerang, sementara genangan air lebih sering terjadi diwilayah perkotaan.
Hal itu disebabkan oleh buruknya pemeliharaan drainase yang ada dan

140
kurangnya penertiban pada pihak-pihak yang memanfaatkan saluaran drainase
yang tidak dengan fungsinya.

Tabel 4.1
Sebaran Banjir

NO Kecamatan/Desa
1 KECAMATAN JAYANTI
1. Desa Cikande
2. Desa Jayanti
3. Desa Pasir Gintung
4. Desa Pasir Mundang
2 KECAMATAN TIGARAKSA
1. Desa Pasir Nangka
2. Desa Cisereh
3. Pasir Bolang
4. Kelurahan Kadu Agung
3 KECAMATAN KRESEK
1. Desa Patrasana
2. Desa Talok
3. Desa koper
4. Desa Renged
5. Desa Kresek
6. Desa Pasir Ampo
4 KECAMATAN SUKAMULYA
1. Desa Kubang
2. Desa Kali Asin
3. Desa Bumi Ayu
4. Desa Bunar
5. Desa Sukamulya
5 KECAMATAN GUNUNG KALER
1. Desa Gunung Kaler
2. Desa Kandawati
3. Desa Onyam
4. Desa Cibetok
5. Desa Kedung
6 KECAMATAN PAKUHAJI
1. Desa Kali Bru

141
NO Kecamatan/Desa
2. Buaran Banbu
3. Kelurahan Pakuhaji
4. Desa Rawa Boni
5. Desa Laksana
6. Desa Kohod
7 KECAMATAN TELUK NAGA
1. Desa Babakan Asem
2. Desa Melayu Timur
3. Desa Pangkalan
4. Desa Tanjung Pasir
5. Desa Teluk Naga
6. Desa Tanjung Burung
8 KECAMATAN KEMIRI
1. Desa Klebet
2. Desa Lontar
3. Desa Legok
4. Desa Patra Manggala
5. Desa Karang Anyer
9 KECAMATAN PASAR KEMIS
1. Desa Gelam Jaya
10 KECAMATAN KOSAMBI
1. Desa Salembaran Jati
2. Kel. Salembaran Jaya
3. Desa Dadap
4. Desa Cangklung
5. Desa Kosambi Timur
6. Desa Kosambi Barat
11 KECAMATAN JAMBE
1. Desa Pasir Barat
2. Desa Ancol Pasir
12 KECAMATAN MAUK
1. Kel. Mauk Barat
2. Desa Mauk Barat
3. Desa Gunung Sari
13 KECAMATAN SOLEAR
14 KECAMATAN RAJEG

142
NO Kecamatan/Desa
1. Desa Rajeg Mulya
2. Desa Ranca Bango
3. Desa Mekar Sari
4. Desa Jambu Karya
15 KEC. SEPATAN
1. Desa Karet
2. Desa Pondok Jaya
3. Desa Pisangan Jaya
4. Desa Mekar Jaya
5. Kel. Sepatan
16 KECAMATAN KRONJO
1. Desa Cirumpak
2. Ds. Pagedangan Udik
3. Desa Pagedangan Ilir
4. Desa Muncung
17 KECAMATAN BALARAJA
18 KECAMATAN PAGEDANGAN
1. Desa Karang tengah
19 KEC. SINDANG JAYA
1. Desa sindang sono
2. Desa Badak Anom
20 KEC. LEGOK
1. Desa Bojong Kalam
21 KECAMATAN CIKUPA
1. Desa Budi Mulya
22 SEPATAN TIMUR
1. Desa Gempol
23 KECAMATAN CISAUK
1. Desa Cisauk
24 KECAMATAN KELAPA DUA
25 KECAMATAN PANONGAN
26 KECAMATAN SUKADIRI
27 KECAMATAN CURUG

143
Gambar 4.1

Peta Sebaran Banjir

Perlu penanganan serius dari SKPD terkait secara terintegrasi dan


konsisten karena bencana tersebut sangat merugikan masyarakat baik dari sisi
kesehatan maupun perekonomian.

144
4.3.3 Peningkatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Penyediaan Air bersih di Kabupaten Tangerang tergolong belum optimal,


hal tersebut dikarenakan minimya sumber air baku. Sebagian sumber air baku
terjadi diwilayah utara. Sehingga perlu konservasi, pengembangan dan
pengendalian sumber air untuk memenuhu kebutuhan air bersih secara
berkelanjutan. Begitupun dengan udara dan tanah yang sudah tercemar.

Persampahan juga sudah menjadi permasalahan serius. Banyak TPA liar


di wilayah Kabupaten Tangerang terutama ditempat-tempat umum seperti di
sekitar Pasar. Perlu pengembangan TPST untuk mengurangi volume sampah
yang dibuang ke TPA Jatiwaringin. Selain persampahan perlu juga
pengembangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang semakin hari semakin sedikit
akibat pertumbuhan industri dan perumahan yang semakin luas.

Tabel 4.2 Kebutuhan


Ruang Terbuka Hijau

146
Luas area kawasan perkotaan 57.364,29 ha, jika dibandingkan dengan
luas wilayah Kabupaten Tangerang dengan luas 95.961 ha. Berarti luasan
kawasan perkotaan mencapai 60% dari total wilayah kabupaten dan kebutuhan
masih 17.266 Ha

Sementara terkait pemanfaatan air tanah saat ini harus mulai serius
untuk dikendalikan, mengingat banyaknya industri masuk ke kabupaten
Tangerang menggunakan air bawah tanah dangkal yang rawan menganggu
kesediaan air tanah untuk keperluan rumah tangga yang tingkat kebutuhannya
semakain tinggi. Sehingga konservasi air tanah penting dilakukan untuk
menjaga kelestarian, kesinambungan, ketersediaan, kuantitas dan kualitas
daya dukung lingkungan, fungsi air tanah, dan mempertahankan keberlanjutan
pemanfaatan air tanah. Prinsip pengambilan air bawah tanah juga perlu di
perhatikan yaitu :

1. Penyadapan air tanah yang terkandung dalam akuifer bebas atau


dangkal pada kedalaman kurang dari 50 m hanya diperuntukan bagi
penyediaan air untuk rumah tangga
2. Penyadapan pemanfaatan dan pengusahaan air tanah untuk
keperluan niaga, industri dan kegiatan lainnya dilakukan pada akuifer
tengah dan dalam yang merupakan akuifer tertekan dengan
kedalaman lebih dari 50 m.
3. SKPD melakukan evaluasi Zonasi Air Tanah setiap 3 (tiga) tahun
sekali melalui penganggaran yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah

147
Gambar 4.3
Peta Zonasi Air Tanah Kabupaten Tangerang

4.3.4 Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 13 tahun 2011 Tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2031 berikut
RDTR per kecamatannya yang disusun secara bertahap menjadi pedoman
dalam pemanfaatan ruang di Kabupaten Tangerang.

Saat ini masih ada pihak-pihak yang memanfaatkan ruang tidak sesuai
dengan kaidah RTRW. Oleh karena itu perlu keterlibatan semua pihak terkait
untuk bersama-sama menegakan RTRW dengan berorientasi pada
pengembangan kawasan yang seimbang. Keterlibatan baik dalam perencanaan
, pemanfaatan maupun pengendalian ruang.

148
4.3.5 Peningkatan Kualitas Lingkungan Perumahan dan Permukiman

Di Kabupaten Tangerang terdapat 76.773 rumah tidak layak huni dan


2.047 kawasan kumuh. Bukan perkara mudah memang untuk menangani hal
tersebut, namun penanganan yang sistematis, konsisten dan komprehensif
meliputi Prasarana, Sarana dan Utility (PSU) akan sangat membantu dalam
peningkatan kualitas lingkungan perumahan dan permukiman

Perumahan komersial yang tersebar menjadi cluster-cluster kecil juga


menjadi permasalahan. Sarana prasarana pendukung yang tidak terintegrasi
seperti sistem drainase sering menyebabkan genangan yang berimbas pada
masyarakat sekitarnya. Hal itu juga perlu penerapan pola ruang dan
pengawasan yang tegas dari pemerintah daerah.

4.3.6 Peningkatan Akses Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan bagi


Masyarakat Berpenghasilan Rendah

Pendidikan dan kesehatan saat ini menjadi hal yang sangat penting,
sehingga akses masyarakat terutama untuk Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) dapat mudah dijangkau. Rumah Sakit Umum (RSU) saat ini
sudah terbangun RSUD Kab. Tangerang di wilayah selatan, RSUD Balaraja di
wilayah tengah dan RSU Pantura di wilayah utara. Sarana yang masih perlu
ditingkatkan adalah Puskesmas dan jaringannya, yaitu dengan meningkatkan
status Puskesmas menjadi Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas mampu
PONED 24 jam.

149
Untuk bidang pendidikan, kebutuhan ruang kelas masih tinggi sehingga
satu kelas masih ada yang digunakan untuk 2-3 shift. Perlu ditingkatkan sarana
dan prasarana pendidikan milik Pemerintah Daerah yang lebih terjangkau,
penyesuaian kurikulum dengan kebutuhan pasar pun menjadi penting,
mengingat Kabupaten Tangerang memiliki banyak perindustrian yang tentunya
memerlukan tenaga kerja yang kompeten.

4.3.7 Penguatan Ketahanan Pangan

Pemanfaatan lahan saat ini belum optimal yang disebabkan antara lain
oleh terbatasnya tenaga kerja (baik manusia, ternak kerja maupun
mesin/traktor), tingkat kesuburan tanah yang rendah dan belum tersedianya
saluran irigasi & drainase yang memadai serta terbatasnya modal petani untuk
mengelola usaha taninya.

Sehingga perlu adanya pengembangan agribisnis tanaman pangan di


Kabupaten Tangerang dalam penyediaan bibit, pupuk, irigasi, pengolahan,
penyuluh, dan jaringan pemasaran untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

150
Pengembangan budidaya perikanan berbasis masyarakat dan kemitraan
juga diperlukan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas perikanan,
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan nelayan dan
pelaku usaha perikanan.

4.3.8 Penanggulangan Kemiskinan

Masyarakat miskin atau rumah tangga sangat miskin di Kabupaten


Tangerang pada tahun terakhir mencapai 151.150 rumah tangga sementara
keluarga yang rentan sosial ekonomi mencapai 6.935 keluarga. Dengan angka
kemiskinan yang masih cukup besar perlu penanganan lintas sektor dan lintas
SKPD secara terintegrasi dan konsisten melalui pelaksanaan program dan
kegiatan yang langsung, menyentuh dan berdampak luas .
Dengan penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan terarah
diharapkan dapat mencegah efek domino kemiskinan yang dikawatirkan dapat
meningkatkan jumlah kawasan kumuh, menurunnya kesehatan masyarakat,
rendahnya tingkat pendidikan dan tentu saja meningkat pula angka kriminal
yang bukan tidak mungkin akan memperkeruh iklim investasi di Kabupaten
Tangerang.

4.3.9 Peningkatan Kualitas dan Perlindungan Ketenagakerjaan

Perkembangan sektor industri di Kabupaten Tangerang sangat


menggembirakan, namun hal tersebut tidak diimbangi dengan penyiapan dan
penyediaan tenaga kerja. Hasilnya tenaga kerja masyarakat Kabupaten
Tangerang kurang memiliki daya saing sehingga banyak yang lebih memilih
lapangan kerja di sektor informal. Oleh karena itu perlu penyiapan tenaga kerja
yang handal dan kompeten diantaranya melalui penyediaan Balai Latihan Kerja
Industri (BLKI) yang profesional dan peningkatan kerjasama pendidikan
terutama SMK dengan dunia usaha.

151
Selain itu perlindungan terhadap tenaga kerja sudah harus menjadi
perhatian utama terkait banyaknya penyimpangan pelaksanaan kelembagaan
outsourching yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terhadapa lembaga outsourching harus ditingkatkan melalui
peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pengawas tenaga kerja untuk
meminimalisir terjadinya kasus perselisihan hubungan industrial yang dapat
merugikan tenaga kerja dan investasi industri itu sendiri

4.3.10 Peningkatan Iklim Investasi dan ekonomi daerah

Istilah Kabupaten Tangerang sebagai “Kota Seribu Industri” yang


memiliki potensi investasi yang luar biasa sudah seharusnya pemerintah
menjaga iklim investasi tetap pada koridor yang aman bagi para investor.
Menekan angka kriminalitas dan penyederhanaan birokrasi perijinan menjadi
bagian yang harus segera dibenahi dan ditingkatkan pelayanannya.
Pengembangkan sistem Informasi Manajemen dalam bidang Penanaman
modal melalui pemanfaatan Teknologi Informasi dan Multimedia serta
peningkatan kerjasama daerah dengan daerah lainnya maupun dengan dunia
usaha juga menjadi pekerjaan rumah yang harus segera dirampungkan untuk
mendukung iklim investasi yang kondusif.
Sisi lain perekonomian daerah yang harus diperhatikan adalah
peningkatan ekonomi daerah berbasis industri dan UMKM terutama pada
sektor pertanian dan perikanan. Peningkatan kualitas produksi harus terus
didorong melalui penerapan system manajemen mutu dan penyediaan cluster
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

4.3.11 Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik


Permasalahan birokrasi pada umumnya adalah organisasi
pemerintahan dan SDM aparatur belum tepat fungsi dan tepat ukuran (right
sizing), peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih, inkonsisten, tidak
jelas, dan multitafsir serta pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set)

152
belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang efisien, efektif dan produktif, dan
profesional.
Kabupaten Tangerang merupakan wilayah yang perekonomiannya
sedang tumbuh pesat dan didiringi dengan pertumbuhan penduduknya yang
cukup tinggi. Namun hal tersebut belum menjamin seluruh masyarakat
Kabupaten Tangerang mendapatkan kesejahteraan yang layak secara merata.
Selain itu pengelolaan keuangan daerah dalam pembiayaan pembangunan
yang masih belum efektif dan efisien tutur berpeng, artinya manfaat yang bisa
dirasakan langsung oleh masyarakat nilainya belum optimal. Pada kondisinruh
dari kurang optimalnya palayanan publik. Untuk itu perlu peningkatan layanan
publik untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat
Kabupaten Tangerang melalui reformasi birokrasi.

Reformasi birokrasi merupakan suatu proses yang berkesinambungan


seiring dengan dinamisasi perubahan yang terjadi. Reformasi birokrasi
merupakan salah satu langkah untuk menata sistem organisasi. Oleh
karenanya, agar sistem tersebut berjalan dengan harmonis dalam mencapai visi
dan misi yang diembannya, reformasi birokrasi harus diimbangi dengan
penataan pada berbagai elemen pendukungnya.

Kabupaten Tangerang untuk mencapai visi dan misinya, diperlukan


suatu grand design yang akan menjadi acuan dan pedoman bagi top
management dalam melakukan reformasi birokrasi bagi Pemerintah Daerah
Kabupaten Tangerang. Reformasi birokrasi yang dimaksudkan adalah reformasi
di bidang manajemen pemerintahan umum yang akan mencakup 4 dimensi
yaitu dimensi tata nilai, kelembagaan, ketatalaksanaan dan sumber daya
aparatur.

Pemerintah Kabupaten Tangerang saat ini telah memulai langkah


perwujudan reformasi birokrasi sebagaimana termaktub dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design
Reformasi Birokrasi 2010 – 2025. Reformasi birokrasi perlu diwujudkan demi

153
meningkatnya kualitas pelayanan publik agar tercipta pemerintahan yang
profesional, baik, bersih, bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme

4.3.12 Peningkatan Moral dan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan


Partisipasi masyarakat perlu ditingkatkatkan dalam setiap tahapan
pembangunan daerah hal tersebut sejalan dengan peraturan perundang-
undangan terkait perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan
daerah. Kegiatan yang telah melibatkan masyarakat secara aktif saat ini
diantaranya yaitu kegiatan Musrenbang, Program Gebrak Pakumis dan lain
sebagainya. Kegiatan semacam itu harus terus ditingkatkan dan diadopsi oleh
kegiatan-kegiatan lain pada tiap sektor pembangunan.

Selain itu moral dan peran masyarakat terutama pemuda sebagai


tulang punggung daerah dalam pembangunan pun secara aktif perlu
ditingkatkan melalui penyediaan sarana dan prasarana pendukung yang
memicu kegiatan positif seperti sarana keagamaan, olahraga, seni dan budaya.
Hal tersebut juga mencegah masyarakat usia muda terjerumus dalam bahaya
narkoba dan tindak kriminal.
Dalam upaya menumbuhkan nilai-nilai agama dalam penyelenggaraan
pemerintahan serta kehidupan bermasyarakat dan mewujudkan masyarakat
yang cerdas dan berakhlak mulia pemerintah Kabupaten Tangerang
memberikan insentif kepada guru ngaji serta meningkatkan kemampuan baca
Al-Qur’an pada institusi pendidikan. Dalam rangka meningkatkan pelayanan
keagaamaan diberikan wadah untuk lembaga keagamaan berupa Kantor
Bersama Bidang Keagamaan pada tingkat Kecamatan dan Kabupaten yang
bertujuan meningkatkan pelayanan keagamaan dibangun Gedung Bersama
Bidang Keagamaan, lembaga-lembaga keagamaan seperti LPTQ, KUA, Bazda
dan organisasi keagamaan yang lainnya.

4.2.13 Pengendalian Kependudukan yang lebih serasi dan berimbang


Pertumbuhan penduduk Kabupaten Tangerang cukup tinggi mencapai
3,03%, hal tersebut disebabkan oleh tingginya arus urbanisasi dan tingkat

154
kelahiran yang mencapai 52,248 jiwa per tahun. Implikasi ledakan penduduk
yang mungkin terjadi tidak hanya mengancam ketersediaan pangan dan daya
dukung lingkungan namun juga yang berdampak luas terhadap bidang
kehidupan lainnya yaitu kesehatan, pendidikan, kesempatan kerja,
pertumbuhan ekonomi secara makro dan berbagai matra kependudukan
lainnya.

Urbanisasi sendiri dapat menimbulkan banyak permasalahan kota


potret ini umumnya terekam melalui wajah perkotaan, dengan sudut-sudut
pemukiman kumuh. Hal ini, dikarenakan sebagian besar kaum urban adalah
tenaga tak terdidik yang biasanya menjadi buruh kasar dan memperoleh
penghasilan minim. Selain itu penduduk Kabupaten Tangerang menyebar
dengan tidak merata yang diakibatkan tidak meratanya pusat kegiatan
perekonomian hal tersebut memberi dampak negatif terhadap daya dukung dan
daya tampung lingkungan pada wilayah perkotaan. Pengelolaan perkembangan
kependudukan harus digarap secara serius sebagai upaya penyelenggaraan
kegiatan pengendalian penduduk melalui pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, penyuluhan, dan evaluasi masalah perkembangan
kependudukan.

155
156

Anda mungkin juga menyukai