Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, DANA ALOKASI KHUSUS,

PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI


TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN
PENERAPAN E-GOVERMENT SEBAGAI VARIABEL KONTROL
(Studi Empiris di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015-2019)

PROPOSAL SKRIPSI

ANNISA KRISDAYANTI
1702030074

PROGRAM STUDI AKUNTANSI S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
NOVEMBER, 2020

BAB 1
1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Negara dikatakan maju dan berkembang apabila di berhasil menciptakan sumber daya
manusia yang berkualitas melalui proses pembangunan. Pembangunan manusia yang di
negara Indonesia merupakan hal yang penting untuk mewujudkan kualitas hidup manusia
yang tinggi dan mendorong sistem pembangunan suatu negara maupun daerah (Adelfina
dan I Made Jember, 2016). Menurut Yakunina dan Bychkov (2015) teori pembangunan
“klasik” yang didasarkan pada produk nasional bruto, beranggapan bahwa manusia hanya
penggerak pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka tujuan utama
kemajuan sosial. Meningkatkan kemampuan segala aspek suatu daerah maka harus
meningkatkan kualitas hidup manusia.
Menurut BPS (2016) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan oleh United
Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara
berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). Berdasarkan
Yakunina dan Bychkow (2015) Mengukur tingkat keberhasilan pembangunan manusia
yang tercermin dengan penduduk yang berpendidikan dengan dilihat dari usia dewasa
yang dapat membaca dan anak yang bersekolah, jumlah angka harapan hidup dan usia
yang dilihat dari jumlah penduduk, berketerampilan serta mempunyai penghasilan yang
diukur dari pendapatan perkapita suatu negara untuk layak hidup.

Indeks Pembangunan Manusia bukan hanya sebuah tujuan untuk dicapai namun sebuah
proses yang harus dilaksanakan dengan pemerintah agar memperoleh sumber daya yang
berkulitas tinggi dan pembangunan manusia yang terlaksana dengan indikator yang dapat
dipenuhi, untuk memenuhi semuanya tidak dapat dilakukan sendiri harus saling
mempengaruhi satu dengan yang lain (Adel Riviando, dkk 2019).

Pembangunan manusia di Indonesia terus mengalami kemajuan. Pada tahun 2019, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia mencapai 71,92. Angka ini meningkat sebesar
0,53 poin atau tumbuh sebesar 0,74 persen dibandingkan tahun 2018 berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (2019). Dengan adanya pertumbuhan ekonomi yang ada nantinya

diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat yang unggul. Sejalan dengan
adanya perkembangan teknologi informasi yang mudah untuk di akses oleh masyarakat.

2
Untuk melihat tingkat kesejahteraan kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah
dari tahun 2015 - 2019, Berikut di sajikan tabel data persentase indeks pembagunan
manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah.

Tabel 1.1
Perkembangan Nilai IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Indeks Pembangunan Manusia


Kabupaten/Kota 2019 2018 2017 2016 2015
Kabupaten Cilacap 69,98 69,56 68,90 68,60 67,77
Kabupaten Banyumas 71,96 71,30 70,75 70,49 69,89
Kabupaten Purbalingga 68,99 68,41 67,72 67,48 67,03
Kabupaten Banjarnegara 67,34 66,54 65,86 65,52 64,73
Kabupaten Kebumen 69,60 68,80 68,29 67,41 66,87
Kabupaten Purworejo 72,50 71,87 71,31 70,66 70,37
Kabupaten Wonosobo 68,27 67,81 66,89 66,19 65,70
Kabupaten Magelang 69,87 69,11 68,39 67,85 67,13
Kabupaten Boyolali 73,80 73,22 72,64 72,18 71,74
Kabupaten Klaten 75,29 74,79 74,25 73,97 73,81
Kabupaten Sukoharjo 76,84 76,07 75,56 75,06 74,53
Kabupaten Wonogiri 69,98 69,37 68,66 68,23 67,76
Kabupaten Karanganyar 75,89 75,54 75,22 74,90 74,26
Kabupaten Sragen 73,43 72,96 72,40 71,43 71,10
Kabupaten Grobogan 69,86 69,32 68,87 68,52 68,05
Kabupaten Blora 68,65 67,95 67,52 66,61 66,22
Kabupaten Rembang 70,15 69,46 68,95 68,60 68,18
Kabupaten Pati 71,35 70,71 70,12 69,03 68,51
Kabupaten Kudus 74,94 74,58 73,84 72,94 72,72
Kabupaten Jepara 71,88 71,38 70,79 70,25 70,02
Kabupaten Demak 71,87 71,26 70,41 70,10 69,75
Kabupaten Semarang 74,14 73,61 73,20 72,40 71,89
Kabupaten Temanggung 69,56 68,83 68,34 67,60 67,07
Kabupaten Kendal 71,97 71,28 70,62 70,11 69,57
Kabupaten Batang 68,42 67,86 67,35 66,38 65,46
Kabupaten Pekalongan 69,71 68,97 68,40 67,71 67,40
Kabupaten Pemalang 66,32 65,67 65,04 64,17 63,70
Kabupaten Tegal 68,24 67,33 66,44 65,84 65,04
Kabupaten Brebes 66,12 65,68 64,86 63,98 63,18
Kota Magelang 78,80 78,31 77,84 77,16 76,39
Kota Surakarta 81,86 81,46 80,85 80,76 80,14
Kota Salatiga 83,12 82,41 81,68 81,14 80,96
Kota Semarang 83,19 82,72 82,01 81,19 80,23
Kota Pekalongan 74,77 74,24 73,77 73,32 72,69
Kota Tegal 74,93 74,44 73,95 73,55 72,96
PROVINSI JAWA TENGAH 71,73 71,12 70,52 69,98 69,49
Sumber : Badan Pusat Statistik Jawa Tengah tahun 2019 (www.bpsjateng.go.id)

3
Berdasarkan data di atas jawa tengah sebagai salah satu Provinsi yang ada di Indonesia
terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota mengalami peningkatan Indeks pembangunan
manusia dari tahun ke tahun. Pada tahun 2019, IPM Jawa Tengah ada pada 71,73
mengalami peningkatan sebesar 0,61 poin berbeda dengan tahun 2018 yang besarnya
71,12. Dari tahun 2017 status pembangunan manusia di Jawa Tengah sudah mencapai
Kategori Tinggi (IPM di atas 7), sementara kurun waktu 2010-2016 masuk kedalam
kategori sedang (60 ≤ IPM < 70). Kabupaten/Kota di jawa tengah yang memiliki
pertumbuhan IPM dengan indikator sangat tinggi (≥ 80) kurun waktu 2015-2019 yaitu
Kota Surakarta, Kota Salatiga dan Kota Pati. Sedangkan kabupaten brebes memiliki IPM
yang paling rendah pada tahun 2019 yaitu 66,12 namun sedimikian mengalami
peningkatan sejak tahun 2015.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kesejahteraan dari sisi kesehatan
dilihat pada angka harapan hidup. Capaian pembangunan manusia di suatu wilayah pada
waktu tertentu dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok. Pengelompokkan ini
bertujuan untuk mengorganisasikan wilayah-wilayah menjadi kelompok-kelompok yang
sama dalam dalam hal pembangunan manusia.
1. Kelompok “sangat tinggi”: IPM ≥ 80
2. Kelompok “tinggi”: 70 ≤ IPM < 80
3. Kelompok “sedang”: 60 ≤ IPM < 70
4. Kelompok “rendah”: IPM < 60
Nilai IPM suatu wilayah yang masuk dalam kelompok rendah, menengah maupun
dalam kelompok tinggi, hal ini masih perlu untuk di perhatikan oleh pemerintahannya.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memerhatikan secara teratur dan
bersamaan dengan perhatian khusus harus dilakukan pada Kabupaten/Kota yang
memiliki Nilai IPM kelompok rendah. Nilai IPM kelompok menengah dalam hal ini
masih perlu adanya optimalisasi. Hasil yang diharapkan adalah semakin tinggi IPM maka
semakin tinggi pula kesejahteraan penduduknya.
Menurut UU 23 Tahun 2014 Otonomi daerah merupakan hak, wewenang dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan
dan kepetingan masyarakat setempat sesuai dengan perundang-undangan. Dana
Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan
kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan
Desentralisasi berdasarkan Peraturan UU No. 33 Tahun 2004 (www.dpr.go.id). Tujuan

4
Anggaran Berimbang adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah serta antar Daerah Pemerintah. Anggaran Perimbangan
digunakan oleh pemerintah daerah secara efektif dan efisien untuk kesejahteraan sosial
dan pemerataan pembangunan
Pendapatan asli daerah diperoleh dari pajak daerah, retribusi daerah dan hasil
kekayaan daerah yang dipisahkan serta pendapatan asli daerah yang sah, tujuan dari PAD
sendiri adalah pemerintah daerah diharapkan dapat mengalokasikan penerimaannya
dengan baik dan melakukan efisiensi terhadap belanja daerah dalam hal pembangunan,
baik dalam hal infrastruktur, prasarana dan sarana di bidang sosial ekonomi, kesehatan
dan pendidikan sehingga secara langsung dapat berdampak bagi kesejahteraan
masyarakat (Ni Kadek dan Ida Bagus, 2015). Menurut Erika Apulina (2019) Kemampuan
daerah dalam mengolah sumber daya yang dimiliki dapat dijadikan sebagai sumber
kekayaan bagi daerah. Pengelolaan daerah dapat menciptakan lapangan kerja baru dan
dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi, dan dapat menambah pendapatan
bagi daerah. Daerah otonom dapat memiliki pendapatan yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan urusan rumah tangganya secara efektif dan efisien dengan
memberikan pelayanan dan pembangunan.
Pendapatan Asli Daerah, atau disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh
Daerah yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Berdasarkan data yang tersaji dalam badan pusat statistik menunjukkan angka
PAD pada tahun 2019 Jawa Tengah memperoleh 14.112.159(dalam juta) kurun waktu
tahun 2015 mengalami peningkatan. Di Jawa Tengah masih terdapat kota/kabupaten
yang memiliki pendapatan rendah maupun berdasarkan pengolahan pendapatan didaerah
yang belum baik. Penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh Erika Apulina (2019)
membuktikan bahwa Pendapatan aset daerah berpengaruh terhadap IPM karena
Penerimaan daerah yang bersumber dari penerimaan asli daerah ini dapat digunakan
secara bebas oleh daerah tersebut untuk pembagunan daerahnya. Oleh sebab itu semakin
tinggi besaran PAD daerah yang didukung maka semakin mandiri daerah tersebut jika
dilihat dari sisi keuangannya. Hasil tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan
oleh Teja dan Subambang (2020) , Diah Febrianti dan Jhon Andra (2019), Adelfina dan I
Made Jember (2016), Adel Riviando dkk (2019). Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gede Ferdi dan I Gusti Ayu (2016) yang membuktikan bahwa pendapatan
asli daerah tidak berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia.
Pelaksanaan desentralisasi dalam rangka untuk mendanai kebutuhan daerah
5
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah yang bersumber dari
APBN yang kita ketahui sebagai Dana Alokasi Umum berdasarkan UU Nomor 33 Tahun
2004.
Dalam peneilitian terdahulu oleh Gede Ferdi dan I Gusti Ayu (2016) suatu daerah
dalam rangka mengurangi adanya kesejangan fiskal salah satunya dengan cara
pengalokasian dana yang sesuai dan bersumber dari APBN guna membiayai keperluan
daerah serta menunjang pembangunan daerah. Tentunya setiap daerah memiliki
kebutuhan yang berbeda-beda dah hal tersebut menyebabkan kesenjanga fiskal satu
daerah dengan daerah yang lain. Dana Alokasi Umum merupakan salah satu dari dana
perimbangan yang dialokasikan oleh pemerintah, yaitu dana yang berasal dari APBN
yang bertujuan untuk pemerataan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhannya
dalam rangka desentralisasi. Penggunaan DAU diharapkan untuk keperluan yang
berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Hasil Penelitian terdahulu menurut Teja dan Subambang (2020) membuktikan
bahawa Dana Alokasi Umum (DAU) tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
indeks pembangunan manusia. Hal ini berarti setiap peningkatan Dana Alokasi Umum
(DAU) tidak akan dapat meningkatkan indeks pembangunan manusia, didukung oleh
penelitian Erika Apulina (2019), Gede Ferdi dan I gusti Ayu (2016), Putu Gde dan I gusti
(2015). Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan terdahulu oleh Adel Riviando
(2019) menunjukan bukti bahwa dana alokasi umum terbukti berpengaruh signifikan
positif terhadap indeks pembangunan manusia. Membuktikan bahwa peningkatan dana
alokasi umum yang terjadi berperan terhadap peningkatan kualitas pembangunan
manusia daerah.
Dana transfer dari pemerintah pusat ke Pemerintah Daerah selain Dana Alokasi
Umum (DAU) adalah Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu dana yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus
yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Dana Alokasi
Khusus (DAK) ini digunakan untuk kegiatan pendidikan, kesehatan, keluarga berencana,
infrastruktur jalan dan jembatan, infrastruktur irigasi, infrastruktur air minum dan
sanitasi, prasarana pemerintah daerah, lingkungan hidup, kehutanan, sarana prasarana
pedesaan, perdagangan, pertanian serta perikanan dan kelautan yang semuanya itu
termasuk dalam komponen belanja modal dan Pemerintah Daerah diwajibkan untuk
mengalokasikan dana pendamping sebesar 10% dari nilai DAK yang diterimanya untuk
mendanai kegiatan fisik menurut Teja dan Subambang (2020). Menurut Diah Febriani
6
dan Jhon Andra (2018) pengunaan DAK pemerintah daerah sesuai dengan kepentingan
nasional dengan melalui pemerintah pusat. DAK akan menambah aset tetap pemerintah
untuk meningkatkan pelayanan publik melalui kegiatan investasi pembangunan,
pengadaan, perbaikan infrastruktur fisik dengan umur ekonomis yang panjang.

Penelitian yang dilakukan oleh Adel Riviando dkk (2016) menunjukan bahwa
variabel dana alokasi khusus terbukti berpengaruh signifikan positif terhadap Indeks
Pembangunan Manusia. Maknanya, peningkatan dana alokasi khusus (DAK) yang terjadi
berperan terhadap peningkatan kualitas pembangunan manusia daerah tersebut.
Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Erika Apulina (2019) yang berjudul Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus Terhadap
Inpres Desa Tertinggal Manusia Di Kabupaten Dan Kota Propinsi Sumatera Utara
membuktikan bahwa Adanya pengaruh negatif antara DAK dengan IDT disebabkan
karena DAK adalah dana yang berasal dari APBN. Yang didukung oleh penelitian Teja
dan Subambang (2020), Herry Aroza (2017).
Untuk meningkatkan pembangunan manusia didukung pula dalem aspek ekonomi
dan aspek yang lain. Tingkat pertumbuhan ekonomi harus diimbangi dengan
pembangunan yang merata. Pemerataan yang dilaksanakan akan terciptanya
pembangunan manusia yang berkualitas dan memperoleh hasil yang diharapkan (Putu
Gde dan I Gusti Ketut, 2015). Menurut Kuncoro (2015) Pengeloaan sumber daya yang
dikembangkan dengan membuka suatu lapangan pekerjaan akan menjadikan sebuah
kerjasama antara pemerintah, pihak investasi dan masyarakat yang menimbulkan
pertambahan ekonomi dalam lingkup suatu daerah dan meningkatkan indeks
pembangunan manusia
Menurut Putu Ayu dan Kresna (2014) Dengan adanya laju pertumbuhan ekonomi
maka dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi supaya lebih
meningkat serta mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di era otonomi daerah.
PDRB tinggi tidak memberikan acuan bahwa belum tentu memilki IPM yang tinggi pula
sebaliknya wilayah dengan tingkat IPM rendahhbelum tentu tingkat PDRB daerah
tersebut juga rendah.
Penelitan terdahulu yang dilakukan oleh Adelfina dan I made Jember (2016)
memberikan hasil bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap indeks
pembangunan manusia didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Asymopa Hygi
(2018) Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mengetahui penyebaran pendapatan

7
atau perbedaan pendapatan yang dihasilkan masyarakat, sehingga tujuan dari organisasi
publik sebagai penyedia layanan masyarakat yang baik dapat tercapai. Hasil berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ervin dan Nora (2019) membuktikan bahwa
pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Erika Apulina

Sembiring (2019) yang menguji tentang Pengaruh Pendapatan Aset Daerah, Dana

Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara dan Adel Riviando, Henri Agustin,

Halmawati (2019). Alasan mengacu pada penelitian sebelumnya adalah untuk

menggali data empiris dengan membuktikan kebenaran hipotesis yang telah

disusun pada penelitian sebelumnya. Pada penelitian Erika Sembiring (2019) pada

variabel PAD masih rendahnya pendapatan yang dihasilkan dari daerah itu sendiri

yaitu Sumatera Utara yang dilakukan penelitian pada tahun 2014-2017. Pada

penelitian Adel Riviando (2019) variabel PAD menjelaskan bahwa untuk

pendapatan sendiri tidak hanya diukur dari penerimaan daerah namun dinilai juga

dari peningkatan kualitas hidup daerah, anggaran daerah lebih diupayakan untuk

peningkataka hidup manusia yang dilakukan di Sumatera Barat tahun 2015-2017.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu Pada tahun

penelitian, dimana pada penelitian terdahulu menggunakan data tahun 2014-2017,

sedangkan penelitian ini menggunakan data tahun 2015- 2019.

Pada penelitian Erika sembiring (2019) di Sumatera utara menggunakan indikator

utama IPM berdasarkan dimensi pendidikan yang masih rendah penelitian

sedangkan pengambilan sampel penelitian ini berlokasi di Kabupaten/Kota di

Provinsi Jawa Tengah indikator pada IPM berdasarkan dimensi kesehatan,

dimensi pendidikan dan dimensi pengeluaran. Pemilihan Kabupaten/Kota di

8
Provinsi Jawa Tengah didasari karena IPM Indonesia dan Jawa Tengah dari tahun

ke tahun terus meningkat. Tapi sebagai data agregat, tentunya ada data mikro dan

dan simpangan yang mungkin tidak terpotret. IPM meningkat tapi masalah

kesejahteraan sosial juga meningkat, gubernur menjelaskan bahwa pertumbuhan

ekonomi masih didasarkan pada upah pekerja, masalah kesejahteraan sosial

meningkat dan penggunaan teknologi yang digunakan harus disesuaikan. Oleh

karena itu, menurutnya pemerintah daerah (Ganjar Pranowo : Gubernur Jawa

Tengah) perlu menindaklanjutinya (www.jatengprov.go.id)

Pada variabel penelitian, di mana di penelitian ini peneliti menambahkan

variabel Pertumbuhan Ekonomi, untuk diuji pengaruhnya terhadap Indeks

Pembangunan Manusia. Pemilihan variabel ini karena diketahui pertumbuhan

ekonomi merupakan variabel penting yang menjelaskan kekuatan hubungan

antara pembangunan manusia.

Penelitian ini penting dilakukan karena untuk mengetahui kualiatas sumber

daya masyarakat, sehingga tujuan dari organisasi publik sebagai penyedia layanan

masyarakat yang baik dapat tercapai.

Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,

Dana Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Jawa Tengah tahun 2015-2019.”

9
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan, maka dapat dirumuskan masalah-


masalah yang berkaitan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh dana alokasi umum terhadap indeks pembangunan manusia di


Jawa Tengah tahun 2015-2019?
2. Bagaimana pengaruh dana alokasi umum terhadap indeks pembangunan manusia di
Jawa Tengah tahun 2015-2019?
3. Bagaimana pengaruh pendapatan asli daerah terhadap indeks pembangunan manusia di
Jawa Tengah tahun 2015-2019?
4. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia
di Jawa Tengah tahun 2015-2019?

C. BATASAN MASALAH

Pembatasan masalah dilakukan untuk menyajikan fakta dan pengelolaan data sehingga
meningkatkan efektifitas dan efisiensi serta informasi yang dihasilkan berkualitas disisi
lain penelitian menyajikkan hasil yang terarah, fokus dan tidak menyimpang maka peneliti
membatasi pada variabel Dana alokasi umum, Dana alokasi khusus, Pendapatan asli
daerah, dan pertumbuhan ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Jawa
Tengah

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian tersebut maka diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
berbagai pihak antara lain:

a. Untuk memberikan bukti empris bahwa Pendapatan Asli Daerah memiliki pengaruh
terhadap Indeks Pembangunan Manusia

b. Untuk memberikan bukti empris bahwa Dana Alokasi Umum memiliki pengaruh
terhadap Indeks Pembangunan Manusia

c. Untuk memberikan bukti empris bahwa Dana Alokasi Khusus memiliki pengaruh
terhadap Indeks Pembangunan Manusia

10
d. Untuk memberikan bukti empris bahwa Pertumbuhan Ekonomi memiliki pengaruh
terhadap Indeks Pembangunan Manusia

11
2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat kepada beberapa

pihak, antara lain sebagai berikut :

a. Bagi Peneliti, penelitian ini merupakan kesempatan bagi peneliti untuk

bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang analisis pengaruh

Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus dan

Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada

Kabupaten dan Kota se-Jawa Tengah.

b. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini akan mampu

berkontribusi terhadap efisiensi dan efektifitas pemanfaatan Indeks

Pembangunan Manusia di Kabupaten dan Kota se-Jawa Tengah.

c. Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan bisa dijadikan sebagai salah

satu acuan atau referensi dalam efisiensi dan efektifitas pemanfaatan

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten dan Kota se-Jawa Tengah.

d. Bagi calon peneliti, penelitian ini bisa dijadikan sebagai acuan untuk

penelitian yang akan datang dan diharapkan bagi calon peneliti bisa

mengembangkan baik dari jumlah variabel ataupun kerangka

pemikirannya.

12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Teori Agensi (Agency Teory)


Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori agensi menjelaskan hubungan keagenan
merupakan sebuah kontrak dimana agen disewa oleh satu maupun lebih atau yang disebut
principal untuk menjalankan hubungan kepentingan maka beberapa wewenang
pengambilan keputusan dapat dilakukan oleh agen. Menurut halim (2010) teori keagenan
ada karena dalam proses penyusunan anggaran dari sisi dua pandangan yaitu hubugan
anatara rakyat dengan legislatif an legislatif dengan eksekutif adalah pricipal. Hubungan
keagenan terjadi diantara pemerintah daerah sebagai agen dengan masyarakat sebagai
prinsipal, selama ini masyarakat sudah memberikan sumber daya ke daerah dalam bentuk
pembayaran pajak, retribusi dan lainlain. Seharusnya mereka mendapatkan imbalan dari
pemerintah daerah sebagai pengelola keuangan daerah. Berdasarkan kesepakatan diantara
prinsipal dengan agen untuk mengelola dan mengendalikan kekayaan daerah dalam
rangka memaksimalkan kesejahteraan public dalam hal pelaporan keuangan kesatuan
usaha yang menjadi pertanggung jawaban kepada pemilik. Bentuk pertanggung jawaban
pemerintah pusat sebagai agen dari pemerintah pusat dan masyarakat yaitu dengan
menyusun laporan realisasi anggaran daerah yang berisi pendapatan dan belanja daerah
selama satu tahun anggaran tertentu.
Disamping itu, teori keagenan juga tercantum dalam hubungan pemerintah daerah
dengan masyarakat. Masyarakat sebagai prinsipal telah memberikan sumber daya kepada
daerah berupa pembayaran pajak daerah, retribusi dan sebagainya untuk dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah. Pemerintah daerah selaku agen dalam hal ini,
sudah seharusnya memberikan timbal balik kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan
publik yang memadai, yang didanai oleh pendapatan daerah itu sendiri.

13
B. KAJIAN PUSTAKA

1. Pendapatan Asli Daerah


Menurut UU Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan
yang diperoleh daerah dari sumber-sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pendapatan asli daerah merupakan tulang punggung pembiayaan daerah, oleh
karenanya kemampuan melaksanakan ekonomi diukur dari besarnya kontribusi yang
diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD, semakin besar kontribusi yang
dapat diberikan oleh pendapatan asli daerah terhadap APBD berarti semakin kecil
ketergantungan pemerintah daerah terhadap bantuan pemerintah pusat. Menurut Undang-
Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah mengatakan bahwa sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD),
bersumber dari:
1) Pajak Daerah

2) Retribusi Daerah

3) Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan

4) Lain-lain PAD yang sah

2. Dana Alokasi Umum

Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi (UU Nomor 33 Tahun 2004). DAU
diberikan pemerintah pusat untuk membiayai kekurangan dari pemerintah daerah dalam
memanfaatkan PAD-nya. DAU bersifat “Block Grant” yang berarti penggunaannya
diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah pemerintah daerah
dapat menggunakan dana ini untuk melaksanakan fungsi layanan dasar umum, dengan
mengalokasikan DAU untuk alokasi belanja modal.
Tidak terkecuali untuk belanja modal fungsi pendidikan. Pengeluaran pemerintah daerah
untuk sektor pendidikan adalah bagian anggaran dari pemerintah daerah yang dapat
14
diartikan sebagai rencana keuangan yang mencerminkan pilihan bijaksana untuk suatu
periode pengeluaran yang dikategorikan sebagai pengeluaran untuk investasi/belanja
pemerintah dalam investasi pembangunan pada sektor pendidikan (Asri, 2013).

3. Dana Alokasi Khusus

Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan
khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
Pemanfaatan DAK diarahkan pada kegiatan investasi pembangunan, pengadaan,
peningkatan, dan perbaikan sarana dan prasarana fisik dengan umur ekonomis yang
panjang, dengan adanya pengalokasian DAK diharapkan dapat mempengaruhi belanja
modal, karena DAK cenderung akan menambah aset tetap yang dimiliki pemerintah guna
meningkatkan pelayanan publik. DAK sangat penting bagi pembangunan pendidikan
karena dengan adanya DAK pendidikan akan menambah nilai dan porsi anggaran
pendidikan terhadap semua pengeluaran pemerintah.
DAK untuk belanja modal fungsi pendidikan sangat memengaruhi naiknya anggaran
belanja modal fungsi pendidikan di daerah

4.Pertumbuhan Ekonomi

Proses peningkatan total output secara terus menerus dalam jangka panjang adalah
pertumbuhan ekonomi. Penjelasanan pertumbuhan ekonomi yang dimaksud adalah
terlepas dari kenaikan yang lebih besar atau lebih kecil dari laju pertumbuhan penduduk,
atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak menurut Sukirno
(1981). Menurut Arsyad (1999) Teori pertumbuhan ekonomi mendefinsikan faktor yang
menentukan pertumbuhan ekonomi dan proses dalam jangka panjang, penjelasan tentang
bagaimana faktor-faktor ini berinteraksi satu dengan yang lainnnya, menyebabkan proses
pertumbuhan.

5. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) adalah

pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan

standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk
15
mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara

berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari

kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. Pembanguna manusia

merupakan proses atau kegiatan pembangunan yang menempatkan manusia

(penduduk) sebagai fokus utama, dan bukan hanya sebagai sasaran akhir, dari

seluruh kegiatan tercapainya penguasaan atas sumber daya (pendapatan untuk

mencapai hidup layak), peningkatan derajat kesehatan (usia hidup panjang dan

sehat), serta meningkatkan pendidikan (keterampilan baca tulis) untuk dapat

berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi.

16
C. HASIL PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan beberapa orang terkait

penelitian ini dan menjadi bahan masukan atau bahan rujukan bagi

penulis dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Penulis
No dan Variabel yang Digunakan Hasil

Tahun
1 Erika Variabel Independen : 1. Pendapatan Asli
Apulin 1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh
a Daerah positif terhadap
(2019) 2. Dana Alokasi Umum IPM
2. Dana Alokasi
3. Dana Alokasi Khusus
Umum berpengaruh
Variabel Dependen : terhadap IPM
1. Indeks Pembangunan 3. Dana Alokasi
Manusia Khusus
berpengaruh negatif
terhadap IPM
2 Adelfina & I Variabel Independen : 1. Pertumbuhan
Made 1.Pertumbuhan ekonomi
Jember Ekonomi berpengaruh
(2016) Variabel Dependen : signifiksn terhadap
1. Indeks Pembangunan IPM
Manusia

17
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

3 Yakunina Correlation Analysis 1. Pertumbuhan


R.P dan Of The Components ekonomi
Byckov Of The Human berpengaruh
G.A (2015) Deveploment Index terhadap IPM
Across Countries

4 Gede Variabel Independen : 1. Pendapatan Asli


Ferdi 1. Pendapatan Asli Daerah Daerah tidak
W dan I 2. Dana Alokasi Umum berpengaruh terhadap
Gusit 3. Dana Alokasi Khusus IPM
Ayu Variabel Dependen : 2. Dana alokasi umum
(2016) 1. Indeks Pembangunan tidak berpengaruh
Manusia terhadap IPM
2. Dana alokasi khusus
berpengaruh negatif
terhadap IPM

5 Sri Variabel Independen : 1. PAD berpengaruh


Ramadhan 1. Pendapatan positif terhadap IPM
i & Cahyo Asli Daerah
Utomo (PAD)
(2019) Variabel Dependen :
1. Indeks Pembangunan
Manusia

18
Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

6 Ni Variabel Independen : 1. pendapatan asli


Kadek 1. Pendapatan asli daerah tidak
dan Ida daerah berpengaruh terhadap
Bagus 2. Dana alokasi IPM
(2015) umum 2. Dana alokasi

Variabel Dependen : umum tidak


1. Kesejahteraan Masyarakat berpengaruh terhadap
IPM

7 Teja Variabel Independen : 1. Pendapatan


asli daerah
Rinanada 1. Pendapatan asli berpengaruh
dan daerah positif dan
signifikan
Subamba 2. Dana alokasi umum terhadap IPM
2. Dana
ng 3. Dana alokasi alokasi umum
(2020) khusus tidak
berpenaruh
Variabel Dependen : positif dan
signifikan
1. Indeks terhadap IPM
Pembangunan 3. Dana
alokasi khusu
Manusia tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap IPM
8 Adel Variabel Independen : 1. pendapatan asli
1. pendapatan asli daerah
Riviando, 2. dana alokasi umum daerah berpengaruh
Henri 3. dana alokasi khusus terhadap IPM
Agustin, Variabel Dependen : 2. Dana
1. Indeks Pembangunan alokasi umum
Halmawa
berpengaruh
ti (2019) Manusia signifikan
positif
terhadap IPM

3. dana alokasi
khusus
berpengaruh
signifikan
19
positif
terhadap IPM
9 Tia Variable Independen: Pendapatan asli daerah
1. Pendapatan asli daerah
Eizna Variabel Dependen : berpengaruh positif
Pratiwi 1. Peningkatan Indeks signifikan terhadap
pembangunan manusia
dan peningkatan indeks
Nurdiaw pembangunan manusia
ansyah
(2019)

10. Variabel Independen 1. Pendapatan asli


Putu gde 1. Pendapatan asli daerah
2. Dana alokasi umum daerah berpengaruh
dan I 3. Dana alokasi khusus terhadap IPM
gusti
Variabel Dependen : 2. Dana alokasi umum
(2015) 1. Indeks Pembangunan
Manusia tidak berpngaruh
terhadap IPM
3. Dana alokasi khusus
berpengaruh terhadap
IPM

20
D. KERANGKA PEMIKIRAN

Pembangunan manusia yang di negara Indonesia merupakan hal yang penting


untuk mewujudkan kualitas hidup manusia yang tinggi dan mendorong sistem
pembangunan suatu negara maupun daerah (Adelfina dan I Made Jember, 2016).
Erika Apulina (2019) menjelaskan bahwa semakin tinggi penerimaan aset daerah
yang didukung maka semakin mandiri daerah tersebut jika dilihat dari sisi
keuangannya.

Gede Ferdi dan I Gusti Ayu (2016) menjelaskan bahwa suatu daerah dalam rangka

mengurangi adanya kesejangan fiskal salah satunya dengan cara pengalokasian

dana yang sesuai dan bersumber dari APBN guna membiayai keperluan daerah

serta menunjang pembangunan daerah. Penggunaan DAU dan DAK diharapkan

untuk keperluan yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.

Putu Gde dan I Gusti Ketut (2015) menjelaskan Tingkat pertumbuhan ekonomi

harus diimbangi dengan pembangunan yang merata. Pemerataan yang dilaksanakan

akan terciptanya pembangunan manusia yang berkualitas dan memperoleh hasil

yang diharapkan. Putu Ayu dan Kresna (2014) menjelaskan dengan adanya laju

pertumbuhan ekonomi maka dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kegiatan

ekonomi supaya lebih meningkat serta mengukur keberhasilan pembangunan

ekonomi di era otonomi daerah.

21
PENDAPATAN ASLI
DAERAH (X1)
(+)

DANA ALOKASI UMUM


(+)
(X2)
INDEKS PEMBANGUNAN
(+) MANUSIA

DANA ALOKASI KHUSUS


(X3) (+)

PERTUMBUHAN
EKONOMI (X4)

22
E. HIPOTESIS

1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah terhadap Indeks Pembangunan Manusia


Sumber dari pendapatan asli daerah adalah pajak dan retribusi daerah yang wajib
dibayarkan oleh masyarakat daerah yang sesuai dengan undang-undang. Hasil dari
pembayaran masyarakat digunakan untuk melaksanakan program pemerintah
meningkatkan infrastruktur dan sarana dibidang pendidikan kesehatan dan ekonomi.
(Adel Riviando dkk, 2019). Dalam teori agensi dijelaskan dalam hubungan antara
pemerintah daerah dan masyarakat. Masyarakat menyediakan sumber daya untuk daerah
dengan melakukan pembayaran pajak, retribusi daerah guna meningkatkan pendapatan
daerah yang berperan sebagai prinsipal dan pemerintah sebagai agen yang mengelola layanan
publik guna masyarakat dapat merasakan manfaatnya (Tia Rizna dkk,2019). Dalam rangka
desentralisasi pendapatan asli daerah sangat berkontribusi besar dalam peningkatan
kesejahteraan untuk masyarakat (Gede Ferdi dkk,2016) maka Meningkatnya kesejahteraan
masyarakat akan memberikan peningkatan terhadap nilai IPM.
H1 : Pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia

2. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Indeks Pembangunan Manusia


Dana alokasi umum adalah Sumber dari dana alokasi umum adalah APBN untuk
mendanai kebutuhan daerah yang bertujuan guna mendanai kebutuhan daerah dalam
rangka desentralisasi (UU No 33 Tahun 2004). Menurut Arsyad (2004:36) dalam
penelitian Ni Kadek dan Ida Bagus (2015) setaip daerah memiliki proporsi anggaran di
dalam berbagai sektor utamanya kesehatan dan pendidikan yang harus diperhatikan
apakah pemerintah mempersiapkan kebijakan yang mendukung sisi pembangunan
manusia atau tidak. Pengelolaan Dana Alokasi Umum (DAU) juga perlu memperhatikan
mengenai sejauh mana aspirasi masyarakat dapat terserap dengan mekanisme pengelolaan yang
tepat dan transparan (Teja Rinanda dan Subambang,2019). Dalam penelitian gede ferdi (2016)
menurut darwanto dan yustikasari (2007) DAU seharusnya digunakan untuk membiayai
belanja langsung, yaitu belanja yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat
yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat sejalanan dengan tuntutan dari
desentralisasi. Maka pengealokasian DAU yang tepat akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terhadap nilai IPM.
H2 : Dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia

3. Pengaruh Dana Alokasi Khusus terhadap Indeks Pembangunan Manusia


Dana alokasi khusus merupakan Sumber dari dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan terhadap daerah dengan tujuan membantu mendanai kegiatan khusus yang
merupakan urusan daerrah dengan skala nasional. Pengunaan dana alokasi khusus pada
dasarnya merupakan kewenangan pemerintah daerah karena dana laokasi khusus
merupakan bagian dari APBD. Meningkatya dana alokasi khusus diharapkan akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui indeks pembangunan manusia. Menurut
Gede Ferdi (2016) Tujuan dari pengalokasian DAK adalah untuk meminimalkan
kesenjangan pelayanan publik antara satu daerah dengan daerah lainnya. DAK juga memilik
peran dalam peningkatan pembiayaan belanja pemerintah melalui belanja modal
23
pemerintah daerah yang akan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dana Alokasi
Khusus (DAK) ini digunakan untuk kegiatan pendidikan, kesehatan, keluarga berencana,
infrastruktur jalan dan jembatan, infrastruktur irigasi, infrastruktur air minum dan
sanitasi, prasarana pemerintah daerah, lingkungan hidup, kehutanan, sarana prasarana
pedesaan, perdagangan, pertanian serta perikanan dan kelautan yang semuanya itu
termasuk dalam komponen belanja modal dan Pemerintah Daerah diwajibkan untuk
mengalokasikan dana pendamping sebesar 10% dari nilai DAK yang diterimanya untuk
mendanai kegiatan fisik (Teja Rinanda dan Subambang,2020)
H3: Dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia

4. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Indeks Pembangunan Manusia


Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan taraf hidup dan pendapatan
penduduk yang akan menjamin kesejahteraan masyarakat, meningkatkan kesehatan dan
keharmonisan masyarkat yang berkelanjutan sejalan dengan pertumbuhan ekonomi (Putu
Ayu dan I Ketut, 2014). Menurut Asepma Hygi (2018) untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia harus menyiapkan sumber daya yang unggul melalui pendidikan sebagai
salah satu syarat dalam membangun negara guna memiliki kompeten yang mampu
bersaing di internasioanal yang didukung oleh Adelfina dan I Made Jember (2016)

H4 : Pertumbuhan ekononmi berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia.

24
25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis dalam penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang

merupakan penelitian yang berdasarkan laporan keuangan APBD/LKPD

dan data BPS maupun Bank Indonesia. Data yang dianalisis dalam

penelitian ini adalah data dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

berasal dari Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah tahun 2015-2019.

Dalam penelitian ini menggunakan satu variabel dependen (terikat) dan

empat variabel independen (bebas). Variabel dependen yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di

Provinsi Jawa Tengah, sedangkan variabel independen digunakan dalam

penelitian ini adalah Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana

Alokasi Khusus dan Pertumbuhan Ekonomi.

B. POPULASI DAN SAMPEL

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono

2017).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Jawa

Tengah pada periode 2015-2019.


26
2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh

peneliti. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017). Sampel yang

digunakan adalah seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah periode

2015-2019. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

sensus atau total sampling dimana keseluruhan jumlah populasi kita

ambil sebagai data penelitian selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun

2015-2019.

27
C. JENIS, SUMBER DATA, DAN TEKNIK PENGAMBILAN DATA

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder,

yaitu data IPM dan Pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari Badan

Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah dan Laporan keuangan

APBD/LKPD kebupaten/kota se-Jawa Tengah yang diperoleh dari BPK

Jawa Tengah.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel

yaitu data cross section ( 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah) dan terdapat

175 data untuk di observasi.

D. VARIABEL PENELITIAN

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang atau keinginan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2017).

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel independen

dan variabel dependen.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah:

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Variabel independen dalam penelitiaan ini terdapat empat variabel yang

meliputi:

1. Pendapatan Asli Daerah


2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
4. Pertumbuhan Ekonomi

28
E. DEFINISI OPERASIONAL DAN PENGUKURAN VARIABEL

1. Variabel Dependen

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan- pilihan yang

dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting

adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk

mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup

secara layak. IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah

komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun

melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur

panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi

tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor (BPS,

2019).

Penelitian ini menggunakan data IPM yag sudah tersedia dalam Badan

Pusat Statistika (BPS), Setiap komponen IPM distandardisasi dengan nilai

minimum dan maksimum sebelum digunakan untuk menghitung IPM.

2. Variabel Independen

a. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh Daerah yang dipungut
berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Melalui
pajak daerah, retribusi daerah, hasil pegelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan
lain-lain pedapatan asli daerah yang disahkan berdasarkan UU No 23 tahun 2014.
Dalam penelitian ini menggunakan rasio efektivitas dari Pendapatan asli daerah o
digunakan untuk mengukur hubungan antara besarnya hasil pemungutan pendapatan asli
daerah dengan besarnya pendapatan daerah.
29
Pengukuran dalam pendapatan asli daerah mengunakan data yang tersedia dalam
laporan keuangan APBD/LKPD yang terdapat dalam BPK Jawa Tengah.

b. Dana Alokasi Umum


Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antardaerah untuk
mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU berperan
dalam pemerataan horizontal (horizontal equalization), yaitu dengan menutup celah fiskal
(fiscal gap) yang berada diantara kebutuhan fiskal dan potensi ekonomi yang dimiliki
daerah. DAU sering disebut bantuan tak bersyarat (unconditional grants) karena
merupakan jenis transfer antartingkat pemerintah yang tidak terikat dengan program
pengeluaran tertentu.
Pengukuran dalam dana alokasi umum mengunakan data yang tersedia dalam
laporan keuangan APBD/LKPD yang terdapat dalam BPK Jawa Tengah.

c. Dana Alokasi Khusus


Berdasarkan UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan dan Daerah
menjelaskan bahwa Dana Alokasi Khusus merupakan dana yang berasal dari APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu
Pengukuran dalam Dana alokasi khusus mengunakan data yang tersedia dalam
laporan keuangan APBD/LKPD yang terdapat dalam BPK Jawa Tengah.

d. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi juga bisa diartikan sebagai sebuah proses kenaikan kapasitas

perekonomian yang ditampilkan berupa kenaikan pendapatan nasional pertumbuhan juga

menjadi indikator berhasilnya pembangunan ekonomi.

Pengukuran dalam petumbuhan ekonomi menggunakan data yang tersedia dalam badan

pusat statistik maupun Bank Indonesia.

30
F. METODE ANALISIS DATA

1. Statistik Deskriptif

Analisis deskriptif menggunakan alat analisis software SPSS 20.0 merupakan

suatu metode dalam mengorganisasi dan menganalisis data kuantitatif, sehingga

diperoleh gambaran yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh antara

tiap–tiap variabel independen dengan variabel dependen yang digunakan. Dari

pengolahan data yang digunakan,secara statistik deskriptif dapat diketahui dari

nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum (Ghozali,

2013).

31
2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2013) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal.

Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual

mengikuti distribusi normal. Perhitungan dilakukan dengan mengunakan

program bantu SPSS 24.0, di mana apabila signifikan dari Kolmogorov-Smirnov

lebih besar dari nilai 0,05 (  = 0,05) berarti data berdistribusi normal, sebaliknya

jika nilai Kolmogorov- Smirnov lebih kecil dari nilai 0,05 (  = 0,05) berarti data

tidak berdistribusi normal.

b. Uji multikolinearitas (Metode Nilai Pair-Wise Correlation)

Uji ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien korelasi antar masing-

masing variabel bebas. Multikolinearitas terjadi apabila terdaat hubungan

yang kuat antar variable independent dengan model regresi. Gejala adanya

multikolinearitas daat di diteksi menggunakan pearson correlation dan

tolerance value serta Variance Inflation Factor (VIF). Batas tolerance

adalah 0.10 dan batas VIF adalah di bawah 10, maka dapat di pastikan tidak

ada multikolinearitas (Ghozali, 2013).

32
Adapun dasar pengambilan keputusan, yaitu:

1) Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10 maka tidak ada

multikolinearitas antar variabelindependen dalam model

regresi.

2) Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10 maka ada

multikolinearitas antar variabel independen dengan model

regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Imam Ghozali (2013), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi terjadi perbedaan variance residual suatu periode

pengamatan ke periode pengamatan lain. Jika variance residual satu pengamatan

ke pengamatan lain maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi yang

memiliki kesamaan variance residual suatu periode pengamatan dengan

pengamatan yang lain, atau Homoskedastisitas dan tidak terjadi

Heteroskedastisitas.

Uji ini dapat dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi vaariabel

terikatn (dependen) yaitu ZPRED dengan nilai residualnya SRESID. Deteksi ada

atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED

33
dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X adalah residual (Y

prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di- studentized (Ghozali, 2006).

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu dalam periode t dan dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan

sepanjang waktu berkatian satu sama lainnya. Pengujian asumsi ketiga ini

dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (Durbin-Watson Test), yaitu

untuk menguji apakah terjadi korelasi serial atau tidak dengan menghitung nilai

d statistik.Salah satu pengujian yang digunakan untuk mengetahui adanya

autokorelasi adalah dengan memakai uji statistik Durbin Watson (DW test). Jika

nilai Durbin Watson berada diantara -2 dan +2 berarti tidak ada autokorelasi

(Nugroho,2005).

3. Pengujian Regresi Linier Berganda

Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel

terikat dengan satu atau lebih variabel bebas, dengan tujuan untuk mengestimasi

dan memprediksi rata-rata populasi

34
atau nilai rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat berdasarkan nilai

variabel bebas yang diketahui (Ghozali, 2013). Regresi adalah berupa koefisien

untuk masing-masing variabel bebas. Koefisien ini diperoleh dengan cara

memprediksi nilai variabel terikat dengan persamaan. Persamaan analisis regresi

dapat dinyatakan sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4BM+ e

IPM = α + β1PE+ β2DP + β3BM + β4BM+ e

Keterangan :

IPM = Indeks Pembangunan Manusia

α = Konstanta

β1,2,3,4 = Koefisien regresi dari setiap variabel bebas

e = Error

a. Uji Determinan R²

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh

kemampuan model persamaan regresi dapat menerangkan variabel

dependen. Nilai yang digunakan dalam mengukur R² menggunakan

nilai adjusted R2 . Semakin mendekati satu nilai adjusted R2 maka

35
variabel-variabel independen hampir memberikan informasi yang

diperlukan variabel dependen (Ghozali, 2011).

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinan

adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukan

kedalam model. Oleh karena banyak peneliti menggunakan nilai

Adjusted R2 pada pada saat mengevaluasi model regresi terbaik.

Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif,

walauoun yang dikehendaki bernilai positif. Secara sistematis

R2=1, maka Adjusted R2 = R2 = 1 sedangkan jika R2 = 0, maka

adjusted R2=(1-k)/(n-k). Jika k>1, maka adjusted R2 akan bernilai

negatif (Ghozali, 2013).

b. Uji Statistik F (F Test)

Uji F digunakan untuk menguji kelayakan model

penelitian, dengan kiteria sebagai berikut :

1) Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil

pengolahan data nilainya lebih kecil dari nilai signifikansi

yang digunakan yaitu sebesar 5%, maka dapat disimpulkan

bahwa model regresi dapat memprediksi hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen.

2) Jika tingkat signifikansi F yang diperoleh dari hasil

pengolahan data nilainya lebih besar dari nilai signifikansi

yang digunakan yaitu sebesar 5%, maka dapat disimpulkan

36
bahwa model regresi tidak dapat memprediksi hubungan

antara variabel dependen dengan independen.

c. Uji Statistik t (t Test)

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah variabel

independen secara parsial (individu) berpengaruh signifikan

terhadap variabel dependen. Penelitian dilakukan menggunakan

uji t dengan tingkat signifikasi 5% (α = 0,05). Artinya jika tingkat

signifikasi lebih kecil dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang

diajukan diterima atau dikatakan signifikan, yang berarti secara

parsial variabel independen berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen. Sementara jika tingkat signifikasi lebih besar

dari 0,05 atau 5% maka hipotesis yang diajukan ditolak atau

dikatakan tidak signifikan, yang berarti secara parisal variabel

independen tidak berpengaruh singifikan terhadap variabel

dependen.

4. Pengujian Hipotesis

Adapun cara pengujian hipotesis adalah sebagai berikut :

a. Pengujian Hipotesis Pertama

Untuk menguji Pendapatan asli daerah berpengaruh positif

terhadap Indeks Pembangunan Manusia, maka menggunakan uji t

adalah sebagai berikut:

37
1) Rumus Hipotesis

Ho : ₁ ≤ 0 Pendapatan asli daerah tidak berpengaruh positif

terhadap IPM

Ha : ₁ > 0 Pendapatan asli daerah berpengaruh positif

terhadap IPM.

2) Kriteria signifikan

Tingkat signifikan adalah 0,05 (5%) dengan tingkat

kepercayaan 0,95 (95%). Dikatakan signifikan apabila nilai 

≤ 0,05 (Ghozali, 2011).

3) Dasar pengambilan keputusan

- Jika nilai sig ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

- Jika nilai sig > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Pengujian Hipotesis Kedua

Untuk menguji Dana alokasi umum berpengaruh positif

terhadap Indeks Pembangunan Manusia,maka menggunakan uji t.

Langkah-langkah dalam pengujian ini adalah sebagai berikut:

1) Rumus Hipotesis

Ho : 2 ≤ 0 Dana alokasi umum tidak berpengaruh positif

terhadap IPM.

38
Ha : 2 > 0 Dana alokasi umum berpengaruh positif

terhadap IPM.

2) Kriteria Pengujian

Tingkat yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan tingkat

kepercayaan 0,95 (95%). Signifikan apabila nilai  ≤ 0,05

(Ghozali, 2011).

3) Dasar pengambilan keputusan

- Jika nilai sig ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

- Jika nilai sig > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

c. Pengujian Hipotesis Ketiga

Untuk menguji apakah Dana alokasi khusus berpegaruh

positif terhadap pertumbuhan ekonomi, maka menggunakan uji t

adalah sebagai berikut:

1) Rumus Hipotesis

Ho : ₃ ≥ 0 Dana alokasi khusus tidak berpengaruh positif

terhadap IPM.

Ha : ₃ > 0 dimana Dana alokasi khusus berpengaruh positif

terhadap IPM.

2) Kriteria signifikan

Tingkat yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan tingkat

kepercayaan 0,95 (95%). Signifikan apabila nilai  ≤ 0,05

(Ghozali, 2011)

39
d. Pengujian Hipotesis Keempat

Untuk menguji apakah Pertumbuhan ekonomi

berpegaruh positif terhadap IPM, maka menggunakan uji t

adalah sebagai berikut:

1) Rumus Hipotesis

Ho : ₃ ≥ 0 Peetumbuhan ekonomi tidak berpengaruh

positif terhadap IPM.

Ha : ₃ > 0 Pertumbuhan ekonomi berpengaruh positif

terhadap IPM.

2) Kriteria signifikan

Tingkat yang digunakan adalah 0,05 (5%) dengan tingkat

kepercayaan 0,95 (95%). Signifikan apabila nilai  ≤ 0,05

(Ghozali, 2011)

3) Dasar pengambilan keputusan

- Jika nilai sig ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.

- Jika nilai sig > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

40
DAFTAR PUSTAKA
Jember, I. M. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Dan Belanja Daerah
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Kota Provinsi Bali Periode 2005–
2013.

Riviando, A., Agustin, H., & Halmawati, H. (2019). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dengan
Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening. JURNAL EKSPLORASI AKUNTANSI, 1(1), 1-
17.

Jember, I. M. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Kemiskinan, Dan Belanja Daerah


Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Kota Provinsi Bali Periode 2005–
2013.

Maharditya, N., & Atwal Arifin, D. (2018). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (Pad), Dana
Alokasi Khusus (Dak), Dana Alokasi Umum (DAU), Dan Dana Bagi Hasil (DBH) Terhadap
Indeks Pembangunan Manusia Dengan Pengalokasian Belanja Modal Sebagai Variabel
Intervening (Studi Empiris pada Pemerintah Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun
2011-2014) (Doctoral dissertation, Universitas muhammadiyah Surakarta).

Badan Pusat Statistik. 2018. Indeks Pembangunan Manusia. Jakarta : BPS

Putra, P. G. M., & Ulupui, I. G. K. A. (2015). Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum,
Dana Alokasi Khusus, Untuk Meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. E-Jurnal
Akuntansi, 11(3), 863-877.

PAD, P. A. D., & DAU, D. A. U. PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI


UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN
MANUSIA DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH MELALUI
PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL. Jurnal Ekonomi Hukum &
Humaniora ISSN, 2460, 4062.

Yakunina, R. P., & Bychkov, G. A. (2015). Correlation analysis of the components of the
human development index across countries. Procedia Economics and Finance, 24, 766-771.

41
Riviando, A., Agustin, H., & Halmawati, H. (2019). Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana
Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Dengan
Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening. JURNAL EKSPLORASI AKUNTANSI, 1(1), 1-
17.

42

Anda mungkin juga menyukai