Anda di halaman 1dari 36

A.

JUDUL : ANALISIS PENGARUH JUMLAH PENDUDUK MISKIN,

PENGELUARAN PEMERINTAH BIDANG KESEHATAN DAN BIDANG

PENDIDIKAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI

PROVINSI RIAU

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan adalah proses perubahan yang berjalan secara terus-menerus untuk

mencapai suatu kondisi kehidupan yang lebih baik. Pembangunan menjadi hal yang

sangat penting terutama bagi negara yang sedang berkembang. Perbandingan

pendapatan dan pembangunan di berbagai negara membuktikan adanya tingkat

perbedaan yang relatif besar dalam mengukur taraf kemakmuran di antara negara

maju dan negara berkembang. Sebagai suatu proses, pembangunan tentu saja

dilakukan dengan melihat kebutuhan-kebutuhan yang ada sekaligus merespon

perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan tuntutan-tuntutan pergeseran waktu

akibat berkembangnya peradaban, sistem sosial kemasyarakatan dan teknologi yang

lebih maju.

Pembangunan ekonomi dimaknai sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan,

menanggulangi ketimpangan pendapatan dan penyediaan lapangan kerja. Salah satu

indikator terpenting yang menggambarkan keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Indikator yang dapat dipakai untuk

melihat perkembangan kualitas sumber daya manusia yaitu Human Development

Indeks (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur melalui kualitas

tingkat pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.

1
Indeks pembangunan manusia dihitung berdasarkan empat komponen yaitu

capaian umur panjang dan sehat yang mewakili bidang kesehatan, harapan lama

sekolah dan rata-rata lama sekolah mengukur kinerja pembangunan bidang

pendidikan dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan

pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai pendekatan

pendapatan (BPS, 2017). Dimulainya perhitungan indeks pembangunan manusia

dengan metode baru yaitu pada tahun 2010 dan berlaku hingga sekarang.

Provinsi Riau telah menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Pulau

Sumatera. Bukan hanya karena letak geografisnya yang berada di jalur lintas pulau

Sumatera, namun juga angka pertumbuhan ekonominya yang selalu meningkat setiap

tahunnya. Tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi itu juga diikuti dengan tingginya

kuantitas dan kualitas sumber daya manusianya. Hal itu dapat terlihat dari

bertambahnya jumlah penduduk Riau setiap tahunnya dan juga Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di Provinsi Riau.

Indeks pembangunan manusia di Provinsi Riau setiap tahunnya mengalami

peningkatan selama 9 tahun terakhir terhitung mulai dari tahun 2010 sebesar 68.65%

dan terus meningkat sampai tahun 2018 mencapai 72.44%. Dengan demikian nilai

peningkatan produktivitas pemberdayaan manusia setiap tahunnya selalu meningkat.

Berikut tabel mengenai indeks pembangunan manusia di Provinsi Riau.

2
Tabel 1 : Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Riau Periode 2010-2018

Kabupate Indeks Pembangunan Manusia


n/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kuantan 65.07 65.72 66.31 66.65 67.47 68.32 68.66 69.53 69.96
Singingi
Indragiri 65.10 65.93 66.50 66.68 67.11 68.00 68.67 68.97 69.66
Hulu
Indragiri 61.98 62.82 63.04 63.44 63.80 64.80 65.35 66.17 66.51
Hilir
Pelalawan 65.95 66.58 67.25 68.29 68.67 69.82 70.21 70.59 71.44
Siak 69.78 70.20 70.45 70.84 71.45 72.17 72.70 73.18 73.73
Kampar 68.62 69.64 70.08 70.46 70.72 71.28 71.39 72.19 72.50
Rokan 63.59 64.20 64.99 66.07 67.02 67.29 67.86 68.67 69.36
Hulu
Bengkalis 69.29 69.72 70.26 70.60 70.84 71.29 71.98 72.27 72.94
Rokan 64.13 64.76 65.09 65.46 66.22 66.81 67.52 67.84 68.73
Hilir
Kepulauan 59.71 60.38 61.49 62.53 62.91 63.25 63.90 64.70 65.23
Meranti
Pekanbaru 77.34 77.71 77.94 78.16 78.42 79.32 79.69 80.01 80.66
Dumai 69.55 70.43 71.07 71.59 71.86 72.20 72.96 73.46 74.06
Riau 68.65 68.90 69.15 69.91 70.33 70.84 71.20 71.79 72.44
Sumber : BPS Provinsi Riau 2019

Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi indeks

pembangunan manusia di Provinsi Riau karena pembangunan manusia berarti

mengurangi tingkat kemiskinan. Kemiskinan dapat menjadikan efek yang cukup

serius bagi pembangunan manusia karena masalah kemiskinan merupakan sebuah

masalah yang kompleks yang sebenarnya bermula dari kemampuan daya beli

masyarakat yang tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan pokok sehingga

kebutuhan yang lain seperti pendidikan dan kesehatan terabaikan. Hal tersebut

menjadikan gap pembangunan manusia diantara keduanya pun menjadi besar dan

pada akhirnya target capaian IPM yang ditentukan oleh pemerintah menjadi tidak

terealisasikan dengan baik. Jumlah penduduk miskin yang terus meningkat akan

3
mempengaruhi pembangunan ekonomi suatu negara, namun jika jumlah penduduk

miskin disuatu negara semakin menurun maka akan membantu meningkatkan

pembangunan ekonomi menjadi baik.

Menurut Todaro dan Smith (2006:48), bahwa kemiskinan absolut adalah

sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan dasar dimana penduduk hidup di bawah tingkat pendapatan riil

minimum atau dapat dikatakan hidup di bawah garis kemiskinan internasional.

Berbagai penelitian lainnya yang berkaitan dengan tingkat kemiskinan telah

dilakukan oleh para peneliti sebelumnya antara lain, Usmaliadanti (2011) yang

meneliti pengaruh tingkat kemiskinan terhadap indeks pembangunan manusia di Jawa

Tengah tahun 2004-2009. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa kemiskinan

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap variabel pembangunan manusia. Namun

penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian Astuti (2013) yang meneliti

pengaruh tingkat kemiskinan terhadap indeks pembangunan manusia di Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2010-2016. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kemiskinan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap IPM.

Perkembangan jumlah penduduk miskin di Provinsi Riau dari tahun ke tahun

mengalami fluktuatif. Berikut tabel mengenai persentase penduduk miskin di Provinsi

Riau.

4
Tabel 2 : Persentase Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Riau Tahun 2010-
2018

Kabupate Persentase Jumlah Penduduk Miskin


n/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kuantan 12.57 10.19 10.29 11.28 10.75 10.80 9.85 9.97 9.92
Singingi
Indragiri 8.90 7.25 7.17 7.50 7.28 7.76 7.15 6.94 6.30
Hulu
Indragiri 9.41 7.65 7.81 7.88 7.51 8.11 7.99 7.70 7.05
Hilir
Pelalawan 14.51 11.93 11.11 12 11.15 12.09 11 10.25 9.73
Siak 6.49 5.29 5.17 55.54 5.22 5.67 5.52 5.80 5.44
Kampar 10.47 8.52 8.36 9.04 8.68 9.17 8.38 8.02 8.18
Rokan 13.03 10.66 10.13 10.86 10.13 11.05 11.05 10.91 10.95
Hulu
Bengkalis 8.25 6.72 6.76 7.57 7.20 7.38 6.82 6.85 6.22
Rokan 9.30 7.58 7.38 7.73 7.28 7.67 7.97 7.88 7.06
Hilir
Kepulauan 42.57 34.53 35.89 35.74 33.85 34.08 30.89 28.99 27.79
Meranti
Pekanbaru 4.20 3.45 3.38 3.27 3.17 3.27 3.07 3.05 2.85
Dumai 6.45 5.27 5.24 8.98 4.83 5.26 4.74 4.57 3.71
Riau 10.01 8.17 8.05 8.42 7.99 8.42 7.98 7.78 7.39

Sumber : BPS Provinsi Riau 2019

Tinggi rendahnya IPM tidak dapat dilepaskan dari program pembangunan

yang dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu perangkat yang banyak digunakan

untuk mewujudkan pembangunan adalah melalui kebijakan fiskal. Salah satu

instrumen kebijakan fiskal tersebut adalah pengalokasian dana atau anggaran

pembangunan yang merupakan pengeluaran pemerintah di berbagai sektor seperti

kesehatan, pendidikan, dll.

Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan yaitu kewajiban pemerintah daerah

dalam peningkatan kesehatan penduduk di wilayah daerahnya yang sudah diatur

dalam peraturan menteri dalam negeri yang menyatakan bahwa dalam rangka

5
peningkatan bidang kesehatan, pemerintah daerah secara konsisten dan

berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10%

dari total belanja APBD diluar gaji, sesuai amanat pasal 171 ayat (2) undang-undang

36 Tahun 2009 tentang kesehatan. Dengan kata lain aspek kesehatan turut

mempengaruhi kualitas manusia. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa

anggaran pemerintah di bidang kesehatan memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap IPM.

Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dapat meningkatkan kualitas

seseorang dengan menambah tingkat pengetahuan akan hal tertentu baik bidang

akademik atau non akademik. Sebagai pendidikan harus diperoleh setiap lapisan

masyarakat, diperlukan peran pemerintah dalam hal ini. Melalui pengeluaran

pemerintah diharapkan jumlah murid yang mampu menyelesaikan pendidikannya.

Ketika suatu daerah memiliki penduduk dengan pendidikan yang baik maka akan

menunjukkan kualitas penduduk di daerah tersebut memiliki kualitas indeks

pembangunan manusia yang baik. Berikut ini tabel pengeluaran pemerintah bidang

kesehatan dan bidang pendidikan di Provinsi Riau tahun 2010-2018.

6
Tabel 3 : Persentase Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan dan Bidang
Pendidikan di Provinsi Riau Tahun 2010-2018

Tahun Persentase Pengeluaran Pemerintah


Bidang Kesehatan Bidang Pendidikan
2010 4.37 14.87
2011 6.47 3.84
2012 6.16 8.20
2013 8.69 5.49
2014 5.34 10.33
2015 17.51 14.34
2016 6.97 10.84
2017 1.68 2.21
2018 10.42 16.67
Sumber : Bappeda Provinsi Riau 2019

Data tersebut menerangkan bahwa alokasi pengeluaran pemerintah pada

APBD setiap tahunnya di bidang pendidikan dan kesehatan masih rendah. Hal ini

menunjukkan adanya kesenjangan antara alokasi pengeluaran pemerintah di bidang

pendidikan dan kesehatan dengan keinginan untuk peningkatan pembangunan

manusia di Provinsi Riau. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik

melakukan penelitian untuk melihat faktor mana yang lebih berpengaruh terhadap

indeks pembangunan manusia di Provinsi Riau. Oleh karena itu, Penelitian ini

berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk Miskin, Pengeluaran Pemerintah

Bidang Kesehatan dan Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau.

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis

menyimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :

7
1. Bagaimana pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap Indeks Pembangunan

Manusia (IPM) di Provinsi Riau?

2. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah bidang kesehatan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau?

3. Bagaimana pengaruh pengeluaran pemerintah bidang pendidikan terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau?

D. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk miskin terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau.

2. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah bidang kesehatan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau.

3. Untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah bidang pendidikan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Riau.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :

1. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah pusat dan pemerintah

daerah dan juga sebagai tolak ukur atau gambaran pembangunan Manusia di

Riau.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi masyarakat yang ingin

melakukan Penelitian lebih lanjut tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

8
E. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari enam bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

Bab ini berisi teori-teori penelitian terdahulu, landasan teori yang

mendukung perumusan hipotesis, kerangka pemikiran dan hipotesis

yang menjelaskan dugaan awal peneliti pada hubungan teori-teori

yang akan diteliti.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai lokasi penelitian, jenis dan sumber data,

definisi operasional variabel, dan penjelasan mengenai penggunaan

metode alat analisis yang digunakan.

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini berbicara tentang deskriptif objek penelitian, temuan hasil

analisis dan menjelaskan estimasi dengan penjabaran intepretasi

hasil.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bagian ini berisi tentang data penelitian, hasil dari penelitian

tersebut dan analisis hasil penelitian.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

9
Pada bagian ini berisi simpulan-simpulan yang diambil dari analisis

yang sudah dilakukan pada bagian sebelumnya dan menjawab

pertanyaan yang ada pada rumusan masalah, serta menjelaskan

implikasi dari simpulan yang ada pada penelitian.

F. TINJAUAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

a. Definisi Indeks Pembangunan Manusia

Dalam rangka pembangunan bangsa dibutuhkan modal manusia yang memenuhi

kualifikasi keterampilan, pengetahuan dan kompetensi pada berbagai bidang

keahlian. Maka diperlukan tolak ukur yang digunakan untuk menilai kualitas

pembangunan manusia. Hal ini mendasari adanya ukuran yang ditetapkan oleh

United Nation Development Programme (1990) dalam teori Indeks Pembangunan

Manusia yaitu suatu pendekatan yang digunakan sebagai tolak ukur tinggi rendahnya

pembangunan manusia.

Indeks pembangunan manusia (IPM) adalah indeks yang mengukur pencapaian

pembangunan sosial ekonomi suatu negara, yang mengkombinasikan pencapaian di

bidang pendidikan, kesehatan, dan pendapatan riil per kapita yang disesuaikan

(Todaro, 2009).

BPS (2014), mengatakan Indonesia mengalami perubahan dalam perhitungan

IPM, namun secara umum metode perhitungan pembangunan manusia sama dengan

yang digunakan UNDP, yaitu :

10
 Indeks Kesehatan

Angka harapan hidup saat lahir dapat diketahui melalui rata-rata angka kelahiran

dan kematian per tahun, perbandingan variabel tersebut diharapkan dapat

mencerminkan rata-rata lama hidup yang diharapkan masyarakat dalam suatu

wilayah. Besarnya nilai maksimum dan minimum untuk menghitung kesehatan telah

disepakati oleh semua negara. Batas angka tertinggi menghitung komponen ini adalah

85 tahun dan terendah pada angka 20 tahun. Angka ini telah sesuai dengan standar

yang telah di tetapkan UNDP. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :

AHH-AHHmin
Ikesehatan =
AHHmaks - AHHmin

Adapun data angka harapan hidup di Provinsi Riau dari tahun 2010-2018

dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel : Angka Harapan Hidup Provinsi Riau Periode 2010-2018

Kabupate Angka Harapan Hidup


n/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kuantan 65.54 67.57 67.61 67.64 67.66 67.86 67.92 67.99 68.17
Singingi
Indragiri 69.51 69.53 69.60 69.63 69.64 69.74 69.79 69.83 69.97
Hulu
Indragiri 66.26 66.30 66.43 66.50 66.54 66.84 66.95 67.07 67.32
Hilir
Pelalawan 69.46 69.78 69.86 70.04 70.13 70.23 70.39 70.54 70.74
Siak 70.31 70.39 70.45 70.51 70.54 70.54 70.59 70.64 70.79
Kampar 69.58 69.65 69.72 69.77 69.80 70.00 70.08 70.16 70.35
Rokan 68.33 68.60 68.70 68.85 68.93 69.03 69.17 69.31 69.55
Hulu
Bengkalis 70.32 70.36 70.38 70.38 70.38 70.58 70.63 70.69 70.85
Rokan 68.98 69.07 69.16 69.23 69.27 69.47 69.57 69.66 69.87
Hilir
Kepulauan 66.06 66.17 66.29 66.38 66.42 66.72 66.85 66.99 67.21

11
Meranti
Pekanbaru 71.42 71.46 71.51 71.54 71.55 71.65 71.70 71.75 71.94
Dumai 69.93 69.95 70.02 70.04 70.05 70.25 70.31 70.37 70.55
Riau 70.15 70.32 70.49 70.67 70.76 70.93 70.97 70.99 71.19
Sumber : BPS Provinsi Riau 2019

 Indeks Pendidikan

Perhitungan indeks ini berdasarkan dua indikator yaitu, Harapan Lama Sekolah

(Expected years of schooling) dan Rata- Rata Lama Sekolah (Mean Years Schooling).

Angka Harapan Lama Sekolah diartikan sebagai harapan yang dapat di tempuh oleh

anak. Angka harapan lama sekolah di hitung pada anak yang usia 7 tahun keatas.

Langkah perhitungan HLS dengan menghitung banyaknya penduduk yang menurut

umur 7 tahun keatas, kemudian menghitung banyaknya penduduk yang masih sekolah

menurut umur 7 tahun keatas. Setelah itu, menghitung rasio penduduk masih sekolah

menurut umur 7 tahun keatas dan menghitung harapan lama sekolah.

Sedangkan untuk penghitungan Rata-Rata Lama Sekolah menggunakan cara

penyeleksian penduduk usia 25 tahun keatas dan mengelompokkan jenjang

pendidikan yang sedang di tempuh atau telah ditempuh. Dalam menghitung angka

nilai pendidikan, terdapat batasan yang telah di sepakati oleh beberapa negara. Batas

maksimum untuk untuk Angka Harapan Lama Sekolah adalah 18 tahun dengan batas

minimum 0 tahun. Sementara untuk Rata-rata Lama Sekolah adalah 15 tahun untuk

batas maksimum dan 0 tahun untuk batas minimum. Setelah mendapatkan nilai dari

Angka Harapan Lama Sekolah dengan Rata-Rata Lama Sekolah, maka Pendidikan

dihitung menggunakan rumus berikut:

12
IHLS + I RLS
Ipendidikan =
2

Adapun data harapan lama sekolah di Provinsi Riau dari tahun 2010-2018

dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

Tabel : Harapan Lama Sekolah Provinsi Riau Periode 2010-2018

Kabupate Harapan Lama Sekolah


n/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kuantan 11.31 11.47 11.63 11.79 11.96 12.64 12.81 13.26 13.27
Singingi
Indragiri 10.80 11.20 11.25 11.29 11.51 11.92 12.24 12.29 12.32
Hulu
Indragiri 10.00 10.49 10.49 10.50 10.67 11.38 11.58 11.88 11.89
Hilir
Pelalawan 10.75 10.78 10.81 10.84 11.02 11.56 11.68 11.89 12.16
Siak 11.41 11.49 11.50 11.64 11.81 12.26 12.56 12.72 12.73
Kampar 11.65 11.93 12.22 12.51 12.72 12.86 12.87 13.20 13.21
Rokan 10.62 10.87 11.35 12.09 12.36 12.39 12.59 12.81 12.82
Hulu
Bengkalis 12.12 12.16 12.19 12.22 12.35 12.39 12.72 12.73 12.83
Rokan 10.89 10.94 11.00 11.06 11.42 11.75 12.06 12.25 12.63
Hilir
Kepulauan 11.17 11.53 11.89 12.23 12.34 12.41 12.74 12.77 12.78
Meranti
Pekanbaru 13.64 13.74 13.83 13.93 14.07 14.86 14.87 14.93 15.34
Dumai 11.67 11.87 12.07 12.27 12.40 11.46 12.75 12.97 12.98
Riau 11.76 11.78 11.79 12.27 12.45 12.74 12.86 13.03 13.11
Sumber : BPS Provinsi Riau 2019

Adapun data rata-rata lama sekolah di Provinsi Riau dari tahun 2010-2018

dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

13
Tabel : Rata-rata Lama Sekolah Provinsi Riau Periode 2010-2018

Kabupate Rata-rata Lama Sekolah


n/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kuantan
7.19 7.46 7.68 7.70 8.17 8.18 8.19 8.20 8.31
Singingi
Indragiri
7.20 7.31 7.38 7.46 7.55 7.82 7.83 7.89 8.16
Hulu
Indragiri
6.54 6.66 6.70 6.74 6.81 6.82 6.94 7.18 7.19
Hilir
Pelalawan 6.94 7.20 7.41 7.74 7.82 8.17 8.18 8.19 8.44
Siak 8.60 8.72 8.77 8.81 9.05 9.20 9.21 9.40 9.64
Kampar 8.08 8.56 8.59 8.62 8.62 8.84 8.85 9.09 9.10
Rokan
7.18 7.24 7.31 7.38 7.83 7.84 7.97 8.18 8.37
Hulu
Bengkalis 8.14 8.34 8.64 8.76 8.80 8.82 8.83 8.89 9.21
Rokan
7.24 7.30 7.36 7.42 7.62 7.62 7.88 7.89 8.15
Hilir
Kepulauan
6.12 6.27 6.80 7.33 7.44 7.45 7.46 7.47 7.48
Meranti
Pekanbaru 10.67 10.84 10.88 10.93 10.95 10.97 11.20 11.21 11.22
Dumai 9.36 9.42 9.48 9.54 9.56 9.57 9.58 9.67 9.84
Riau 8.25 8.29 8.34 8.38 8.47 8.49 8.59 8.76 8.92
Sumber : BPS Provinsi Riau 2019

 Indeks Daya Beli / Purchasing Power Parity (PPP)

Pengukuran daya beli masyarakat kabupaten/kota, menggunakan rata-rata

konsumsi yang dianggap paling dominan dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional

(SUSENAS) yang telah di standarkan agar dapat digunakan sebagai perbandingan

antar daerah dan waktu sesuai indeks daya beli (Purchasing Power Parity / PPP).

Terdapat 96 komoditi yang dipilih, terdiri dari 66 komoditi adalah jenis makanan

sedangkan 30 komoditi lainya adalah jenis non makanan. Rata-rata pengeluaran per

kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli

(PPP) menggunakan metode Rao. Untuk menghitung rata-rata pengeluaran per kapita

14
riil yang telah disesuaikan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (Analisis

Pembangunan Manusia, 2016)

 Menghitung rupiah yang dikeluarkan (value) dan jumlah barang yang di

konsumsi (quantity) 96 komoditas PPP dari data SUSENAS modul konsumsi.

 Menghitung quantity komoditi perumahan dari data Susenas Kor.

 Menghitung harga rata-rata setiap komoditas. Harga yang tidak dapat diperoleh

dari Susenas modul konsumsi diproksi dengan harga dari Indeks Harga

Konsumen (IHK).

 Menghitung relatif harga terhadap Jakarta Selatan.

 Menghitung penyesuaian PPP (rupiah) atau rata-rata konsumsi riil dengan

menggunakan formula :
m
PPPj = ∏ Pij I/m
i=1

Pik

Dimana :

Pij : Harga Komoditas i di Kabupaten/kota

Pik : Harga komoditas i di Jakarta Selatan

M : Jumlah Komoditas

Adapun data Purchasing Power Parity (PPP) di Provinsi Riau dari tahun

2010-2018 dapat dilihat dari tabel di bawah ini.

15
Tabel : Purchasing Power Parity (PPP) Provinsi Riau Periode 2010-2018

Kabupate Purchasing Power Parity (PPP)


n/Kota 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Kuantan 9 329 9 437 9 546 9 676 9 719 9 770 9 892 10 274 10 476
Singingi
Indragiri 9 043 9 270 9 636 9 656 9 726 9 776 10 068 10 223 10 481
Hulu
Indragiri 9 168 9 269 9 370 9 680 9 738 9 787 9 911 10 041 10 254
Hilir
Pelalawan 10 326 10 440 10 788 11 342 11 391 11 422 11 641 11 725 11 894
Siak 10 874 11 046 11 220 11 397 11 531 11 604 11 826 11 898 12 119
Kampar 10 433 10 513 10 593 10 624 10 651 10 710 10 765 10 912 11 128
Rokan 8 380 8 490 8 603 8 717 8 786 8 942 9 065 9 303 9 608
Hulu
Bengkalis 10 172 10 300 10 429 10 598 10 661 10 965 11 325 11 530 11 640
Rokan 8 281 8 656 8 784 8 962 9 051 9 176 9 181 9 250 9 316
Hilir
Kepulauan 6 818 6 849 6 863 6 876 6 945 7 030 7 194 7 673 7 978
Meranti
Pekanbaru 13 633 13 719 13 805 13 891 14 023 14 126 14 225 14 547 14 778
Dumai 9 593 10 162 10 499 10 735 10 870 11 058 11 531 11 699 12 063
Riau 9 857 9 957 10 058 10 180 10 262 10 364 10 465 10 677 10 968
Sumber : BPS Provinsi Riau 2019

b. Jumlah Penduduk Miskin

Kemiskinan menurut World Bank (2004) merupakan keadaan dimana seorang

individu atau kelompok tidak memiliki pilihan atau peluang untuk meningkatkan

taraf hidupnya guna menjalani kehidupan yang sehat dan lebih baik sesuai standar

hidup, memiliki harga diri dan dihargai oleh sesamanya. Standar rasio tingkat

kemiskinan yang ditetapkan oleh World Bank sebesar $2/day atau sekitar Rp

22,000.00/hari.

Menurut Ritonga (2003:1), kemiskinan adalah kondisi kehidupan yang serba

kekurangan yang dialami seorang atau rumah tangga sehingga tidak mampu

16
memenuhi kebutuhan minimal atau yang layak bagi kehidupannya. Kebutuhan dasar

minimal yang dimaksud adalah yang berkaitan dengan kebutuhan pangan, sandang,

perumahan dan kebutuhan sosial yang diperlukan oleh penduduk atau rumah tangga

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya secara layak.

Kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang

yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan

kehidupan yang bermartabat. Kebutuhan dasar yang menjadi hak seseorang atau

sekelompok orang meliputi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan,

perumahan, air bersih, pertahanan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman

dari perlakuan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam

penyelenggaraan kehidupan sosial dan politik. Laporan bidang kesejahteraan Rakyat

yang dikeluarkan oleh kementrian bidang kesejahteraan (Kesra) tahun 2004

menerangkan pula bahwa kondisi yang disebut miskin ini juga berlaku pada mereka

yang bekerja akan tetapi pendapatannya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan

pokok/dasar.

Menurut BPS (2018), tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah konsumsi

rupiah berupa makanan yaitu 2100 kalori per orang per hari. Patokan tersebut berlaku

untuk semua jenis kelamin, umur, fisik, berat badan. Menurut sayogyo, tingkat

kemiskinan didasarkan pada jumlah (rupiah) yang dikeluarkan dalam bentuk

konsumsi dan dalam bentuk kilogram (kg) beras per orang per tahun dan dibagi

dalam wilayah pedesaan dan perkotaan. Di daerah pedesaan dikatakan miskin jika

pengeluaran rumah tangga kurang dari 320 kg nilai tukar beras per orang per tahun.

17
 Miskin sekali, jika pengeluaran rumah tangga kurang dari 240 kg nilai tukar

beras per orang pertahun.

 Paling miskin, jika pengeluaran rumah tangga kurang dari 180 kg nilai tukar

beras per orang per tahun.

Di daerah perkotaan :

 Miskin, jika pengeluaran rumah tangga kurang dari 480 kg nilai tukar beras

perorang per tahun.

 Miskin sekali, jika pengeluaran rumah tangga kurang dari 380 kg nilai tukar

beras per orang per tahun.

 Paling miskin, jika pengeluaran rumah tangga kurang dari 270 kg nilai tukar

beras per orang per tahun.

c. Pengeluaran Pemerintah

Pengeluaran Pemerintah (goverment expenditure) adalah bagian dari kebijakan

fiskal, yaitu suatu tindakan pemerintah untuk mengatur jalannya perekonomian

dengan cara menentukan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah setiap

tahunnya, yang tercermin dalam dokumen Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN) untuk nasional dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk

daerah atau regional. Tujuan dari kebijakan fiskal ini adalah dalam rangka

menstabilkan harga, tingkat output, maupun kesempatan kerja dan memacu atau

mendorong pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2009).

Akumulasi pengeluaran pemerintah pada belanja pembangunan, merupakan

investasi sekaligus campur tangan pemerintah dalam mewujudkan peningkatan

indeks pembangunan manusia di Indonesia (Meylina, 2013).

18
Dalam pengukuran IPM, kesehatan dan pendidikan adalah salah satu komponen

utama selain pendapatan. Kesehatan serta pendidikan juga merupakan investasi untuk

mendukung pembangunan ekonomi serta memliki peran penting dalam upaya

penanggulangan kemiskinan Pemerintah sebagai pelaksana pembangunan

membutuhkan manusia yang berkualitas sebagai modal dasar bagi pembangunan.

Oleh karenanya dibutuhkan investasi untuk dapat menciptakan pembentukan sumber

daya manusia yang produktif (Usmaliadanti, 2011).

1. Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan

Undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai anggaran kesehatan

adalah UU No 36 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa besar anggaran kesehatan

pemerintah pusat dialokasikan minimal 5 persen dari APBN di luar gaji, sementara

besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/Kota

dialokasikan minimal 10 persen dari APBD di luar gaji.

Johana (2011), dalam penelitian mengenai analisis pengaruh pengeluaran

pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan terhadap pengentasan kemiskinan

melalui peningkatan pembangunan manusia di Provinsi Jawa Tengah. Diperoleh

kesimpulan bahwa pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan akan

dapat mempengaruhi kemiskinan jika pengeluaran tersebut dilakukan dalam rangka

peningkatan kualitas pembangunan manusia.

Maryani (2012), dalam penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa

pengeluaran pemerintah sektor pendidikan, pengeluaran pemerintah sektor kesehatan,

dan jumlah penduduk miskin berpengaruh positif terhadap IPM. Meskipun

berpengaruh positif pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan masih

19
berpengaruh kecil terhadap terhadap IPM hal ini menandakan bahwa pengeluaran

untuk sektor tersebut belum optimal baik dari penggunaannya maupun alokasinya.

2. Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan

Menurut Todaro (2000), ada dua biaya pendidikan yaitu : biaya-biaya pendidikan

individual dan biaya-biaya pendidikan tidak langsung. Biaya pendidikan langsung

individual ini yang kemudian berkenaan langsung pada pendapatan per kapita

masyarakat. Biaya pendidikan langsung individual adalah segenap biaya moneter atau

uang yang harus dipikul oleh siswa dan keluarganya untuk membiayai pendidikan.

Dewasa ini permintaan terhadap pendidikan sejalan dengan semakin dibutuhkannya

pendidikan formal didalam pasar kerja. Hal ini akan berpengaruh langsung terhadap

anggaran pendidikan, didalam penyediaan sarana dan prasarana pendidikan seperti

gedung maupun tenaga pengajar, tenaga administrasi dan buku-buku pelajaran oleh

pemerintah, disamping anggaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga sendiri

(Elfindri dan Nasri, 2004).

2. Penelitian Terdahulu

Asri (2013), melakukan sebuah penelitian dengan judul “Bagaimana Pengeluaran

Pemerintah Khususnya Sektor Pendidikan dan Kesehatan Mempengaruhi Indeks

Pembangunan Manusia (IPM)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh

variabel-variabel pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan dan

kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Alat analisis yang

digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh signifikan terhadap Indeks

20
Pembangunan Manusia, sedangkan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan tidak

Signifikan mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia.

Baeti (2013), melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pengangguran,

Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengeluaran Pemerintah Terhadap Pembangunan

Manusia Kabupaten/Kota Di Provinsi Jawa Tengah periode 2007-2011”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Pengangguran, pertumbuhan

ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap pembangunan manusia di Provinsi

Jawa Tengah. Metode yang digunakan adalah regresi data panel. Hasil dari penelitian

tersebut mengatakan bahwa variabel pengangguran berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap indeks pembangunan manusia, variabel pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia serta

variabel pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap indeks pembangunan manusia.

Basuki & Saptutyningsih (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pembangunan Manusia Tahun 2008-2014

Studi Kasus Kab/Kota DIY”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap pembangunan manusia di DIY. Metode yang

digunakan adalah regresi data panel. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa

variabel pendapatan perkapita tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks

pembangunan manusia, variabel pengeluaran pemerintah untuk kesehatan,

pengeluaran pemerintah untuk fasilitas umum, rasio gini dan jumlah penduduk

miskin berpengaruh secara signifikan terhadap indeks pembangunan manusia.

21
Chalid & Yusuf (2014), melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh

Tingkat Kemiskinan, Tingkat Pengangguran, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan

Laju Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi

Riau”. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil dari penelitian ini

adalah tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguaran berpengaruh negatif terhadap

IPM. Sedangkan upah minimum kabupaten/kota dan laju pertumbuhan ekonomi

berpengaruh positif terhadap IPM.Variabel yang sangat besar pengaruhnya terhadap

indeks pembangunan manusia adalah laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu,

usaha-usaha untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi harus dimaksimalkan

agar nilai indeks pembangunan manusia terus meningkat.

Desindra, dkk (2016), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

pembangunan manusia di Provinsi Riau. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian

ini adalah regresi linear berganda. Hasil dari penelitian tersebut mengatakan bahwa

variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan pendapatan perkapita

berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan manusia, variabel pertumbuhan

ekonomi berpengaruh negatif terhadap indeks pembangunan manusia.

Dewi (2017), melakukan sebuah penelitian dengan judul “Pengaruh Kemiskinan

dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi

Riau”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemiskinan dan

pertumbuhan ekonomi terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Riau.

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan model regresi linear

22
berganda dengan fasilitas program SPSS versi 20.0 (Statistic Package for Social

Sciences). Hasil dari penelitian ini adalah kemiskinan berpengaruh negative dan

signifikan terhadap indeks pembangunan manusia di provinsi Riau. Sedangkan

pertumbuhan ekonomi tidak berpengaruh terhadap indeks pembangunan manusia di

Provinsi Riau.

Melliana & Zain (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Statistika

Faktor Yang Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten/Kota

Provinsi Jawa Timur”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap pembangunan manusia di Provinsi Jawa Timur. Alat

analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah regresi linear berganda. Hasil dari

penelitian tersebut mengatakan bahwa variabel APS, rumah tangga dengan akses air

bersih, TPAK, dan PDRB perkapita berpengaruh positif terhadap indeks

pembangunan manusia, variabel jumlah sarana kesehatan dan rasio guru terhadap

siswa selama delapan tahun berpengaruh positif terhadap indeks pembangunan

manusia dan variabel rasio sekolah terhadap siswa dan kepadatan penduduk setiap

tahun mengalami pergerakan yang tidak menentu terhadap indeks pembangunan

manusia.

Septian Jefri, dkk (2015), melakukan penelitian yang diuji dari studi kasus oleh

karesidenan Besuki yang berjudul “Pengaruh PDRB, Belanja Modal dan Kemiskinan

terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui pengaruh PDRB, belanja modal dan kemiskinan terhadap pembangunan

manusia. Pengamatan pada penelitian ini menggunakan data panel. Hasil analisis

dalam penelitian ini menunjukan bahwa variabel PDRB signifikan dan berpengaruh

23
positif. Jadi apabila PDRB meningkat pada daerah penelitian ini masing-masing

Indeks Pembangunan Manusia pada kabupaten mengalami peningkatan. Begitu juga

dengan variabel belanja modal berpengaruh signifikan dan positif terhadap Indeks

Pembangunan Manusia didaerah Eks Karesidenan. Jadi apabila alokasi untuk belanja

modal ditingkatkan maka akan meningkatkan IPM dimasing-masing daerah Eks

Karesidenan.

Sugiarto A, dkk (2013), dalam penelitian yang dilakukan dengan judul “Analisis

Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota Sektor Kesehatan dan Pendidikan

Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Aceh. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan

pendidikan terhadap indeks pembangunan manusia di Provinsi Aceh. Data penelitian

ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPS Provinsi Aceh dan Public

Expenditure Analisys and Capacity Strenghening Program (PECAPP). Data

penelitian ini berupa Time Series dari tahun 2005-2010. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan dan

pendidikan secara bersama-sama signifikan dalam meningkatkan IPM. Akan tetapi

jika pada uji individu diketahui bahwa variabel pengeluaran pemerintah sektor

pendidikan tidak signifikan dan bernilai koefisien negatif. Jadi pada kasus penelitian

ini bahwa hal ini diakibatkan oleh pengalokasian yang tidak tepat dalam penggunaan

alokasi dana yang lebih banyak melihat pembangunan secara fisik dan kurang melihat

kualitas dan mutu pendidikan.

24
G. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Jumlah Penduduk Miskin

Pengeluaran Pemerintah
Bidang Kesehatan Indeks Pembangunan Manusia

Pengeluaran Pemerintah
Bidang Pendidikan

1. Hubungan Jumlah Penduduk Miskin Terhadap Indeks Pembangunan

Manusia

Semakin banyak penduduk miskin berarti ketidakmampuan penduduk dalam

suatu wilayah untuk memenuhi kebutuhannya, namun sebaliknya jika penduduk

miskin di suatu daerah tersebut sudah dapat berkembang, perkembangan ini

menandakan bahwa pembangunan manusia di suatu daerah baik.

2. Hubungan Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Tjiptoherijanto dalam Astri (2013), melihat mutu manusia dari sisi kesehatan

dimana kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sumber daya

manusia, dengan kata lain aspek kesehatan turut mempengaruhi kualitas manusia.

25
Kekurangan kalori, gizi, ataupun rendahnya derajat kesehatan bagi penduduk

akan menghasilkan kualitas manusia yang rendah dengan tingkat mental yang

terbelakang.

Todaro & Smith (2003), mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah pada

sektor anggaran kesehatan yang di keluarkan untuk memenuhi salah satu hak

dasar untuk memperoleh pelayanan kesehatan berupa fasilitas dan pelayanan

kesehatan merupakan prasyarat bagi peningkatan produktivitas masayrakat.

Pengeluaran Pemerintah Pada Sektor Kesehatan, Undang-undang di Indonesia

yang mengatur mengenai anggaran kesehatan adalah UU No 36 tahun 2009 yang

menyebutkan bahwa besar anggaran kesehatan pemerintah pusat dialokasikan

minimal 5 persen dari APBN di luar gaji, sementara besar anggaran kesehatan

pemerintah daerah provinsi dan Kabupaten/Kota dialokasikan minimal 10 persen

dari APBD di luar gaji (Rumate 2015).

3. Hubungan Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Peran penting pendidikan sebagai peningkatan sumber daya manusia.

Bagaimana pendidikan bisa meningkatkan ekonomi suatu negara, dikarenakan

sumber daya manusia yang berpengetahuan, berketerampilan, dan semakin

produktif. Maka banyak produk-produk inovasi dan berbasis teknologi terbaru

sehingga efisien dan semakin dapat memenuhi permintaan pasar. Sebagai

pendidikan harus diperoleh setiap lapisan masyarakat, diperlukannya peran

pemerintah dalam hal ini. Melalui pengeluaran pemerintah diharapkan banyak

jumlah murid yang mampu menyelesaikan pendidikannya. Bagaimana sejalan

26
dengan anggaran APBN yang disisihkan khusus untuk bidang pendidikan sebesar

20%, dengan harapan peningkatan pendidikan yang didapat oleh masyarakat agar

meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Adapun Hipotesis yang didapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Diduga Jumlah Penduduk Miskin berpengaruh Negatif terhadap Indeks

Pembangunan Manusia.

2. Diduga Pengeluaran Pemerintah Bidang Kesehatan berpengaruh Positif terhadap

Indeks Pembangunan Manusia.

3. Diduga Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan berpengaruh Positif terhadap

Indeks Pembangunan Manusia.

H. METODE PENELITIAN

1. Lokasi Penelitian

Lokasi tempat penelitian ini adalah Provinsi Riau. Penelitian ini dilaksanakan di

Kota Pekanbaru dengan menggunakan data tahun 2010-2018. Tujuan menggunakan

data tersebut adalah agar dapat menghasilkan kesimpulan yang benar dan akurat.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data time series dan sumber data yang

digunakan adalah data sekunder. Data yang dipilih adalah data jumlah penduduk

miskin, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan dan bidang pendidikan yang

bersumber dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) Riau dan Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Riau dan informasi lain yang didapatkan oleh

penulis dalam penelitian ini juga diambil dari berbagai jurnal dan buku teks.

27
3. Definisi Operasional dan Indikator Variabel

Beberapa va briabel digunakan dalam penelitian ini, meliputi variabel dependen

yaitu indeks pembangunan manusia serta variabel independen yaitu jumlah penduduk

miskin, pengeluaran pemerintah bidang kesehatan dan pengeluaran pemerintah

bidang pendidikan. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

a) Indeks pembangunan manusia sebagai variabel dependen (Y)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara khusus mengukur capaian pembangunan

manusia berbasis sejumlah komponen dasar kulitas hidup. Selain itu, Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses

hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan

sebagainya (BPS, 2017). Dimana data Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

digunakan penulis dalam penelitiannya adalah data Indeks Pembangunan Manusia

(IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Riau. Periode 2012-2018 kurun waktu 7 tahun.

b) Jumlah penduduk miskin sebagai variabel independen (X1)

Jumlah Penduduk merupakan keseluruhan penduduk yang tergolong miskin dan

tinggal di wilayah tertentu dan tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar (basic needs

approach). kemiskinan menurut BPS (2018), kemiskinan dipandang sebagai ketidak

mampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan

makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Data jumlah penduduk miskin yang

digunakan dari BPS Riau dari tahun 2010-2018 Kabupaten/Kota di Riau.

c) Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan sebagai variabel independen

(X2)

28
Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah

satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai

dengan Undang-undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat (1) dan Undang-undang Nomor

23 Tahun 1992 tentang kesehatan. Perioritas kesehatan harus dipandang sebagai suatu

investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia.

d) Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan sebagai variabel independen

(X3)

Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan adalah bagaimana pendidikan dapat

meningkatkan kualitas seseorang dengan menambah tingkat pengetahuan akan hal

tertentu baik bidang akademik atau non akademik. Pemerintah sebagai paratur yang

berkewajiban dalam menyediakan barang publik berupa kebutuhan dasar seperti

pelayanan pendidikan. Seperti halnya yang telah diatur dalam undang-undang tentang

pendidikan. Data variabel pengeluaran pemerintah bidang pendidikan yang digunakan

pada tingkat Provinsi Riau Tahun 2010-2018 yang dinyatakan dalam satuan

JutaRupiah (Rp).

4. Teknik Analisis Data

4.1 Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data menggunakan program SPSS.

Metode analisis yang digunkan adalah dengan menggunakan pendekatan model uji

statistik linear berganda. Uji statistik linear berganda digunakan untuk menguji

signifikan atau tidaknya hubungan linear antara dua atau lebih variabel melalui

metode regresi. Regresi linear berganda yaitu hubungan secara linear antara dua atau

lebih variabel bebas atau independen (X1, X2, X3...Xn) dengan variabel terikat atau

29
dependen (Y). Uji analisis ini digunakan untuk menganalisa hubungan antar variabel-

variabel bebas dalam hal ini jumlah penduduk miskin (X1), pengeluaran pemerintah

bidang kesehatan (X2), dan bidang pendidikan (X3) dengan variabel terikatnya dalam

hal indeks pembangunan manusia (Y). Semua variabel tersebut dapat dirangkum

dalam suatu hubungan fungsional.

Formulasi persamaan regresi berganda sendiri adalah sebagai berikut

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Dimana :

Y = Indeks Pembangunan Manusia (%)

X1 = Jumlah penduduk miskin (%)

X2 = Pengeluaran pemerintah bidang kesehatan (RP)

X3 = Pengeluaran pemerintah bidang pendidikan (RP)

B = Koefisien Regresi (nilai peningkatan atau penurunan)

a = Konstanta

e = Variabel pengganggu (Error term)

4.2 Uji Asumsi Klasik

Agar pengujian hipotesis berdasarkan model analisis tidak bisa atau bahkan

menyesatkan, maka perlu digunakan uji asumsi klasik.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Uji normalitas bertujuan

untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam

30
penelitian dan sebaiknya dilakukan sebelum data diolah berdasarkan model-

model penelitian. Metode yang baik yang layak digunakan dalam penelitian ini

adalah metode Kolmogrov Smirnov untuk mengetahui normal atau tidaknya data

yang digunakan. Uji Kolmogrov Smirnov adalah uji beda antara data yang di uji

normalitasnya dengan data normal baku.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dimaksudkan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Apabila terjadi

kolerasi antara variabel bebas, maka terdapat problem multikolineritas (multiko)

pada model regresi tersebut. Pedoman suatu model regresi yang bebas

multikolineritas adalah koefisien korelasi antar variabel independent haruslah

lemah dibawah 0,05 Jika korelasi kuat maka terjadi problem multikolineritas.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji

autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu). Beberapa

yang sering digunakan adalah uji durbin watson, uji dengan run test dan jika

data observasi diatas 100 data sebaiknya menggunakan uji lagrange

Multiplier. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi

yang muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu

sama lainya.

d. Uji Heteroskedastisitas

31
Uji heteroskedastisitas ditujukan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan yang lain. Jika

variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka

di sebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi adanya atau tidaknya

heteroskedatisitas dapat di ketahui dengan melihat ada atau tidaknya pola

tertentu pada grafik scaterplot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)

dengan residualnya (SRESID) dimana sumbu Y adalah Y yang telah di

prediksi, dan sumbu X adalah Residual (Y prediksi – Y sesungguhnya)

4.3 Uji Hipotesis

a. Uji F Statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh

variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut :

Ho : b1 = 0 ………………………( tidak ada pengaruh)

Ha : b1 ≠ 0……………………….( ada pengaruh)

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-

tabel. Jika F-hitung > F-tabel, maka H0 ditolak artinya variabel dependen

secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dan jika F-

hitung < F-tabel maka H0 diterima artinya variabel Independen secara

32
bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen. Nilai F-hitung

dapat diperoleh dengan rumus :

F-hitung = R2 = K-1
1-(R2) = (n-K)
Dimana :

R2 = Koefisien determinasi

K = Jumlah variabel independen

N = Jumlah sampel

b. Uji t Statistik

Uji t-statistik merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk

mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak

terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel independen

lainnya konstan. Dalam uji t ini digunakan perumusan bentuk hipotesis

sebagai berikut

Ho : bi = b

H1 : bi ≠ b

Dimana bi adalah koefisien variabel independen ke I nilai parameter

hipotesis dan biasanya b dianggap = 0. Artinya tidak ada pengaruh

variabel X terhadap Y. pengujian dilakukan melalui uji-t dengan

membandingkan t-statistik dengan t-tabel.

33
DAFTAR PUSTAKA

Asri, M., Nikensari, S. I., & Kuncara, H. (2013). Pengaruh pengeluaran pemerintah
daerah pada sektor pendidikan dan kesehatan terhadap indeks
pembangunan manusia di indonesia. Jurnal pendidikan ekonomi dan
bisnis.Vol. 1 no. 1, 77-102.

Astuti, Maulida, 2018. Skripsi : Analisis Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Indeks
Pembangunan Manusia Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2010-2016, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

Baeti N. (2013). “Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, dan Pengeluaran


Pemerintah terhadap Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota Di Provinsi
Jawa Tengah tahun 2007-2011”. Jurusan Ekonomi Pembangunan,
Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang, Indonesia.

Basuki, A. T., & Saptutyningsih, E. (2013). Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh


Terhadap Pembangunan Manusia Tahun 2008-2014 (studi kasus kab/kota
DI Yogyakarta). Jurnal Ekonomi UMY.

BAPPEDA, 2019. Analisis Statistik Perencanaan Pembangunan, BAPPEDA


Provinsi Riau, Pekanbaru.

BPS, 2014. Indeks Pembangunan Manusia , Badan Pusat Statistik Riau.

BPS, 2017. Indeks Pembangunan Manusia , Badan Pusat Statistik Riau.

BPS, 2018. Indeks Pembangunan Manusia , Badan Pusat Statistik Riau

BPS, 2018. Jumlah Penduduk Miskin , Badan Pusat Statistik Riau.

34
Chalid, Nursiah. dan Yusbar, Yusuf, 2014. Pengaruh Tingkat Kemiskinan, Tingakat
Pengangguran, Upah Minimum Kabupaten/Kota dan Laju Pertumbuhan
Ekonomi Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau, Jurnal
Ekonomi,Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau, Jurnal Ekonomi,
Volume 22, No.2, Hal 1-12.

Desrindra, I, Murialti N, dan Anriva D. H, 2016. Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Riau. Jurnal
Akuntansi & Ekonomika. Vol.6 No. 2, Desember 2016.

Dewi, N, 2017. Pengaruh Kemiskinan dan Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Indeks


Pembangunan Manusia di Provinsi Riau. Jurnal Ekonomi Pembangunan.
Volume 4, No.1, Hal 870-882.

Elfindri, Dr. Prof. dan Nasri Bachtiar. Phd, 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan.
Padang : Andalas University Press

Gujarati, D. N. (2003), Basic Econometrics. Mc Grwa Hill, Inc, New York.

Johana , Maria, 2011. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor


Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Pengetasan Kemiskinan Melalui
Peningkatan Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Dinamika Ekonomi Pembangunan. Volume 1, No. 1. Hal 25-41.

Maryani, Tri, 2012. Analisis Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi Jawa


Tengah. Jurnal Ekonomi Pembangunan.

Melliana, Ayunandi, dan Zain, Ismail, 2013. Analisis Statistika Faktor Yang
Mempengaruhi IPM di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Timur Dalam
Menggunakan Regresi Panel. Jurnal Sains dan Seni Polimes. Volume 2 No
3

Meylina, Astri. 2013. “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor


Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di
Indonesia”, Jurnal Pendidikan Ekonomi Dan Bisnis. Vol.1, No. 1, Maret
2013, ISSN: 2302 – 2663

35
Nachrowi, N. D. & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

Ritonga, Hamonangan, 2003. Perhitungan Penduduk Miskin. Jakarta: Badan pusat


Statistik.
Septiana. M, Vekie. A, & Hanly F, 2015. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di
Sektor Pendidikan dan kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
di Sulawesi Utara. Jurnal, Vol. 15, NO. 2, 7 (15)

Sugiarto A, dkk, 2013. Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Kabupaten/Kota


Sektor Kesehatan dan Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
di Provinsi Aceh. Jurnal Ilmu Ekonomi, Vol 1, No 4, Hal 76-88.

Sukirno, Sadono, 2009. Mikro Ekonomi, Teori Pengantar, Edisi ketiga, Rajawali
Pers, Jakarta

Sukirno, Sadono 2010. Makro Ekonomi Teori Pengantar. Rajawali Pers, Jakarta.

Sanggelorang, S.M. M., Rumate, V.A., dan Siwu, H.F.DJ, 2015. Pengaruh
pengeluaran pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan terhadap
indeks pembangunan manusia di Sulawesi Utara. Jurusan Ekonomi
Pembangunan Fakultas Ekonomi Unsrat Manado.

Todaro, M. P, 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Todaro, M. P. dan S.C. Smith, 2006. Pembangunan Ekonomi, Jilid I, Edisi ke


Sembilan, Erlangga, Jakarta

Usmaliadanti, C. (2011). analisis pengaruh tingkat kemiskinan, pengeluaran


pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan terhadap indeks pembangunan
manusia di provinsi jawa tengah tahun 2007-2009. skripsi fakultas ekonomi
diponegoro, 1-88.

UNDP, 1990. Human Development Report. New York: Oxford University Press.

World Bank. (2004), Defini Kemiskinan, dari http//www.worldbank.org.

36

Anda mungkin juga menyukai