Anda di halaman 1dari 40

INDEKS

PEMBANGUNAN DESA
(IPD) 2018
Muh Saichudin, S.Si, M.Si
Kepala Bidang Statistik Sosial
Disampaikan Pada Rakorda Persiapan SP2020
Sukoharjo, 9 Desember 2019

Kolaborasi Menuju
Satu Data Kependudukan
INDEKS PEMBANGUNAN DESA (IPD)

IPD terdiri dari 5 dimensi, yaitu:

IPD
Ketersediaan Kondisi Aksesibilitas/ Penyelenggaraan
Pelayanan Umum
Pelayanan Dasar Infrastruktur Transportasi Pemerintahan
1. Fasilitas Pendidikan 1. Infrastruktur 1. Sarana 1. Kesehatan 1. Kemandirian
2. Fasilitas Kesehatan Ekonomi Transportasi Masyarakat 2. Kualitas Sumber
2. Infrastruktur 2. Aksesibilitas 2. Olah Raga Daya Manusia
Energi Transportasi (SDM)
3. Infrastruktur Air
Bersih dan Sanitasi
4. Infrastruktur
Komunikasi dan
Informasi

IPD MEMBAGI DESA MENJADI TIGA KATEGORI:


Desa Mandiri Desa Berkembang Desa Tertinggal
INDEKS PEMBANGUNAN DESA (IPD) 2018

Indeks Pembangunan Desa (IPD) adalah indeks komposit yang menggambarkan tingkat
kemajuan atau perkembangan desa pada suatu waktu.

Jumlah Desa Menurut Status IPD 2018


[Jawa Tengah]
Desa Mandiri; Desa Tertinggal;
1.133; (14,51%) 44; (0,56%)

Desa Berkembang;
6.632; (84,93 %)
PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN DESA 2014 - 2018

Jumlah Desa Menurut Status IPD Jumlah Desa Menurut Status IPD
2014 [Jawa Tengah] 2018 [Jawa Tengah]

Desa Mandiri; Desa Tertinggal; Desa Mandiri; Desa Tertinggal;


665; (8,52%) 123; (1,58%) 1.133; (14,51%) 44; (0,56%)

Desa Berkembang; Desa Berkembang;


7.021; (89,90%) 6.632; (84,93 %)

Catatan: Perbandingan status IPD ini dilakukan untuk desa-desa yang sama dengan tahun 2014, yaitu sebesar 7.809
TARGET RPJMN 2015-2019

SASARAN PEMBANGUNAN DESA DAN


HASIL PODES 2018*
KAWASAN PERDESAAN

Mengurangi jumlah desa Desa tertinggal berkurang


sebanyak 6.518 desa (Nasional),
tertinggal sampai dengan 79 desa (Jawa Tengah)
5 000 desa

Desa mandiri bertambah


Meningkatkan jumlah desa sebanyak 2.665 desa (Nasional),
mandiri sedikitnya 2 000 468 desa (Jawa Tengah)

desa
*) Penghitungan berdasarkan desa-desa yang match
sejumlah 7.809 desa pada PODES 2014
SEBARAN DESA MENURUT STATUS IPD 2018

Keterangan:
Status Desa
Desa Tertinggal
Desa Berkembang
Desa Mandiri
Kelurahan (tidak dihitung IPD)
Jawa Tengah 0,56 84,93 14,51
Kab. Cilacap 0,74 82,53 16,73
Kab. Banyumas 0,00 83,06 16,94
Kab. Purbalingga 0,00 93,30 6,70
Kab. Banjarnegara 1,50 86,09 12,41
Kab. Kebumen 0,00 90,87 9,13
Kab. Purworejo 1,71 94,67 3,62
Kab. Wonosobo 1,27 90,25 8,47
Kab. Magelang 0,00 87,19 12,81
Kab. Boyolali
Kab. Klaten
0,00
0,00
82,38
84,14
17,62
15,86
PERSENTASE
Kab. Sukoharjo
Kab. Wonogiri
0,00
0,00
69,33
88,84
30,67
11,16
DESA MENURUT
Kab. Karanganyar 0,00 72,84 27,16 PROVINSI
Kab. Sragen 0,00 71,43 28,57
Kab. Grobogan 0,00 84,98 15,02 DAN
Kab. Blora 1,85 94,46 3,69
Kab. Rembang 0,70 87,46 11,85 STATUS IPD 2018
Kab. Pati 0,00 81,05 18,95
Kab. Kudus 0,00 62,60 37,40
Kab. Jepara 0,54 70,11 29,35
Kab. Demak 0,00 84,36 15,64
Kab. Semarang 0,00 78,85 21,15
Kab. Temanggung 0,75 91,35 7,89 Desa Tertinggal
Kab. Kendal 0,00 79,32 20,68
Kab. Batang 0,00 92,05 7,95 Desa Berkembang
Kab. Pekalongan 5,88 85,66 8,46 Desa Mandiri
Kab. Pemalang 0,00 85,31 14,69
Kab. Tegal 0,36 85,05 14,59
Kab. Brebes 0,00 83,22 16,78
0% 20% 40% 60% 80% 100%
IPD 2018 MENURUT DIMENSI [JAWA TENGAH]

82,53
78,55 81,74
74,92
67,86 66,90 64,83 67,37
53,72 54,95 58,40
49,75

-0,96 3,97 3,19 3,45 7,61 2,54

Pelayanan Dasar Kondisi Transportasi Pelayanan Umum Penyelenggaraan IPD


Infrastruktur Pemerintah Desa
2014 2018

 Secara umum dimensi penyusun IPD mengalami kenaikan


 Dimensi yang kenaikannya paling tinggi IPD-nya adalah Dimensi Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa
 Dimensi yang mengalami penurunan IPD-nya adalah Dimensi Pelayanan Dasar

8
MENILAI KEMANDIRIAN DESA [JAWA TENGAH]

Pelayanan Dasar (67,86  66,90)

Ketersediaan dan
kemudahan akses ke apotek

Ketersediaan dan kemudahan


Kondisi
KondisiInfrastruktur
Infrastruktur (49,75  53,72)
akses ke Poliklinik/Balai
Pengobatan
Akses ke pengiriman pos atau
Ketersediaan dan kemudahan akses barang
ke rumah sakit

*) Dimensi ini ada 12 indikator, 4 indikator pelayanan pendidikan dan


8 indikator pelayanan kesehatan
Akses ke bahan bakar
lebih mudah

Tempat buang air besar


sebagian besar keluarga

*) Dimensi ini ada 13 indikator, 5 indikator infrastruktur ekonomi, 3 indikator


infrastruktur energi, 3 indikator infrastruktur air bersih dan sanitasi, 2
indikator infrastruktur komunikasi dan informasi
MENILAI KEMANDIRIAN DESA [JAWA TENGAH]

Transportasi (78,55  81,74)

Waktu tempuh per kilometer


transportasi ke Kantor Camat

Waktu tempuh per kilometer


transportasi ke Kantor Kondisi Infrastruktur
Pelayanan Umum (54,95  58,40)
Bupati/Walikota

Biaya per kilometer transportasi


ke Kantor Camat Ketersediaan fasilitas olahraga

*) Dimensi ini ada 8 indikator, 4 indikator sarana transportasi,


10 4
indikator aksesibilitas transportasi Keberadaan kelompok kegiatan
olah raga

Penanganan gizi buruk

*) Dimensi ini ada 4 indikator, 2 indikator kesehatan masyarakat, 2 indikator


olahraga
MENILAI KEMANDIRIAN DESA [JAWA TENGAH]

Kondisi
Pemerintah
Infrastruktur
Desa Pemerintah Desa (74,92  82,53)
Penyelenggaraan

Kualitas SDM Sekretaris Desa

Otonomi Desa (Penerimaan desa


selain Dana Desa)

Kualitas SDM Kepala Desa

*) Dimensi ini ada 5 indikator, 3 indikator kemandirian, 2 indikator kualitas sumber daya manusia
POTENSI DESA/KELURAHAN 2018
Potensi Desa/Kelurahan Wisata Menurut Pulau, tahun 2018

Sumatera
355 desa/kelurahan Sulawesi
Kalimantan
117 desa/kelurahan 119 desa/kelurahan

Papua
74 desa/kelurahan

Jawa - Bali
857 desa/kelurahan
Nusa Tenggara Maluku
189 desa/kelurahan 23 desa/kelurahan

Jumlah Desa/Kelurahan wisata meningkat dari 1.302 tahun 2014 menjadi 1.734 tahun 2018 (Nasional) ;
Di Jawa Tengah ada 236 desa/kelurahan wisata pada tahun 2018.
TANTANGAN DESA/KELURAHAN

Desa/Kelurahan terdampak Bencana Alam 3 Tahun Terakhir : SDGs Goal 13 Target 3

Tanah longsor Gempa bumi Banjir bandang


Jateng: 1.584 desa/kel Jateng: 757 desa/kel Jateng: 122 desa

Banjir Kekeringan Gelombang pasang laut


Jateng: 1.452 desa/kel Jateng: 508 desa/kel Jateng: 102 desa/kel

Angin puyuh/puting Kebakaran hutan


beliung/Topan dan lahan
Jateng: 866 desa/kel Jateng: 128 desa/kel

Jumlah Desa menurut Upaya Mitigasi Bencana Alam 2018

Sistem Peringatan Dini Bencana Alam Perlengkapan Keselamatan


Jateng: 1.674 desa/kel Jateng: 374 desa/kel

Rambu-rambu dan Jalur Evakuasi Sistem Peringatan Dini Khusus Tsunami


Jateng: 716 desa/kel Jateng: 53 desa/kel
TANTANGAN DESA/KELURAHAN

Desa Terdampak Pencemaran Setahun Terakhir

Pencemaran air Pencemaran udara Pencemaran tanah

Jateng: 1.900 desa/kel Jateng: 1.336 desa/kel Jateng: 380 desa/kel

Sebanyak 5.888 desa/kel di Jawa Tengah tidak ada pencemaran


TANTANGAN DESA/KELURAHAN: JAWA TENGAH

Keamanan
Penyalahgunaan/
Desa/kel yang menjadi Desa/kel yang menjadi
pengedaran narkoba yang
lokasi perkelahian massal lokasi pencurian
terjadi di desa/kelurahan

5,78% 2,72% 47,53%


[JATENG] [JATENG] [JATENG
KESIMPULAN

Pembangunan Desa

1. Perkembangan pembangunan desa yang diukur melalui IPD, Secara


umum hampir semua dimensi mengalami kenaikan
2. Potensi desa wisata di Jawa Tengah tahun 2018 mencapai 236 desa/kel

Tantangan
1. Masih adanya desa/kelurahan yang terdampak pencemaran lingkungan
2. Adanya desa/kelurahan yang menjadi lokasi
penyalahgunaan/pengedaran Narkoba
3. Adanya desa/kelurahan yang menjadi lokasi perkelahian massal
4. Adanya desa/kelurahan yang menjadi lokasi pencurian
INDEKS
KESULITAN GEOGRAFIS
(IKG) 2018
INDEKS KESULITAN GEOGRAFIS (IKG)

Tingkat kesulitan geografis desa direpresentasikan oleh Indeks Kesulitan


1
Geografis (IKG) dengan rentang nilai 0–100.

Semakin tinggi nilai indeks menunjukkan tingkat kesulitan geografis yang


2 semakin tinggi.
Desa dengan fasilitas pelayanan dasar yang terbatas, kualitas
3 infrastruktur yang rendah, dan akses transportasi yang sulit akan memiliki
angka indeks yang relatif lebih tinggi dibandingkan desa lainnya.

Mengacu kepada Peraturan Pemerintah mengenai Perubahan Atas


4 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa, IKG
2014 disusun berdasarkan 3 faktor, yaitu:
 Ketersediaan Pelayanan Dasar, yang meliputi pelayanan dasar yang
terkait pendidikan yang terkait pendidikan dan kesehatan.
 Kondisi Infrastruktur,yang meliputi infrastruktur yang t erkait dengan
fasilitas kegiatan ekonomi dan ketersediaan energi.
 Aksesibilitas/Transportasi, yang meliputi aksesibilitas jalan dan sarana
transportasi.
INDIKATOR KETERTINGGALAN WILAYAH

Faktor Ketersediaan Pelayanan Dasar

1) Ketersediaan dan akses ke TK/RA/BA


2) Ketersediaan dan akses ke SD/MI/Sederajat
3) Ketersediaan dan akses ke SMP/MTS/Sederajat
4) Ketersediaan dan akses ke SMA/MA/SMK/Sederajat
5) Ketersediaan dan kemudahan akses ke rumah sakit
6) Ketersediaan dan kemudahan akses ke rumah sakit bersalin
7) Ketersediaan dan kemudahan akses ke puskesmas
8) Ketersediaan dan kemudahan akses ke poliklinik/balai pengobatan
9) Ketersediaan dan kemudahan akses ke tempat praktek dokter
10) Ketersediaan dan kemudahan akses ke tern pat praktek bidan
11) Ketersediaan dan kemudahanakses ke poskesdes atau polindes
12) Ketersediaan dan akses ke apotek
INDIKATOR KETERTINGGALAN WILAYAH

Faktor Kondisi Infrastruktur Faktor Aksesibilitas/Transportasi

1) Ketersediaan dan akses ke 1) Lalu lintas dan kualitas jalan


kelompok pertokoan 2) Aksesibilitas jalan
2) Ketersediaan dan akses ke pasar 3) Ketersediaan angkutan umum
3) Akses ke restoran, rumah makan 4) Operasional angkutan umum
atau warung/kedai makan
5) Lama waktu per kilometer menuju
4) Akses ke akomodasi hotel atau kantor camat
penginapan
6) Biaya per kilometer menuju kantor
5) Akses ke bank camat
6) Akses ke energi listrik 7) Lama waktu per kilometer menuju
7) Akses ke penerangan jalan kantor bupati/walikota
8) Akses ke bahan bakar 8) Biaya per kilometer menuju kantor
bupati/walikota
PENYIAPAN DATA DENGAN TEKNIK SCORING

Seluruh indikator Ketersediaan Pelayanan Dasar, Kondisi Infrastruktur,


1 Aksesibilitas/Transportasi, dibuat scoring menjadi 0 – 5.

Masing-masing kode score memiliki syarat berbeda-beda, misalnya:


2 a. Untuk indikator keberadaan infrastruktur digunakan kombinasi
dengan variabel lain sehingga diperoleh score 0 – 5
b. Untuk numeric, dihitung batas-batas tertentu sehingga diperoleh
score 0 – 5
PENGHITUNGAN IKG

IKG merupakan indeks komposit tertimbang dari 28 variabel yang secara


1 substansi dan bersama-sama menggambarkan tingkat kesulitan
geografis desa.

2 Setiap variabel harus memiliki kontribusi terhadap IKG.

Besarnya kontribusi setiap variabel mengga mbarkan besarnya


3 pengaruh variabel tersebut terha dap faktor dan IKG.

Besarnya kontribusi setiap variabel tidak ditetapkan dengan nilai yang


4 sama atau berdasarkan penilaian subyektif, tetapi dihitung berdasarkan
sebaran data mengguna kan teknik statistik. Kontribusi setiap variabel
merupakan statistik yang besarnya cenderung tidak sama antar variabel.

Untuk mendapatkan kontribusi setiap variabel, digunakan metode


5 analisis komponen utama (principal component analysis).
PENGHITUNGAN IKG

Nilai IKG diperoleh dari penjumlahan secara tertimbang terhadap setiap variabel penyusun
IKG.
Nilai yang dijumlahkan adalah skor setiap variabel yang sudah ditimbang/ dikalikan dengan
bobot masing-masing variabel.
Penghitungan IKG setiap desa diformulasikan sebagai berikut:

IKG=(V1*B1 + V2*B2 + V3*B3 + . . . + V28*B28) * 20

Keterangan:
IKG = Nilai IKG setiap desa (bernilai 0 - 100)
V1 = Skor variabel ke -1 (Ketersediaan dan akses ke TK/RA/8A)
V2 = Skor variabel ke -2 (Ketersediaan dan akses ke SD/MI/Sederajat)
V3 = Skor variabel ke -3 (Ketersediaan dan akses ke SMP/MTS/Sederajat)
.
V28 = Skor variabel ke -28 (Akses ke bahan bakar)
B1 = Penimbang/pembobot variabel ke -1
.
B28 =Penimbang/pembobot variabel ke -28
33 Jawa Tengah 32,95 64,62
3,86
29 Kab. Brebes 47,55
IKG DESA MENURUT
10,26 31,32
28 Kab. Tegal 31,80 57,30
10,72
27 Kab. Pemalang 11,49 32,98 54,28 KABUPATEN 2018
26 Kab. Pekalongan 34,57 61,79
11,65
25 Kab. Batang 34,03 49,94
8,59
24 Kab. Kendal 30,95 50,68
14,64
23 Kab. Temanggung 56,03
10,23 33,51 Nilai IKG semakin mendekati
22 Kab. Semarang 31,20 50,83
11,98
47,11
100 maka tingkat kesulitan
21 Kab. Jepara 32,68
11,23
62,84 geografisnya semakin tinggi,
20 Kab. Demak 26,93
9,74
42,35 dan sebaliknya
19 Kab. Kudus 4,72 25,66
18 Kab. Pati 34,10 49,04
8,38
17 Kab. Rembang 34,72 55,29
10,61
16 Kab. Blora 38,36 56,18
15,40
55,41
15 Kab. Grobogan 10,54 36,21 JATENG
14 Kab. Sragen 47,70
13,99 29,87 Nilai Tertinggi: 64,62
13 Kab. Karanganyar 30,01 48,68
8,69
53,24
Nilai Tengah: 32,95
12 Kab. Wonogiri 33,47
11,13
42,43
Nilai Terendah: 3,86
11 Kab. Sukoharjo 3,86 29,03
10 Kab. Klaten 32,21 49,20
8,41
09 Kab. Boyolali 33,07 52,82
6,14
08 Kab. Magelang 32,66 51,53
10,96
07 Kab. Wonosobo 35,26 57,39
13,60
06 Kab. Purworejo 38,36 64,62
8,70
05 Kab. Kebumen 33,54 53,18 Tertinggi
6,96
04 Kab. Banjarnegara 33,78 59,19
12,53 Nilai Tengah
03 Kab. Purbalingga 31,91 48,57
13,31 Terendah
02 Kab. Banyumas 29,36 46,19
4,51
01 Kab. Cilacap 33,41 58,39
9,34
KEMISKINAN MAKRO
MARET 2019
DEFINISI UMUM KEMISKINAN

Kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu


memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat.

HAK-HAK DASAR
rasa aman dari perlakuan atau
pangan
ancaman tindak kekerasan

kesehatan, pendidikan, pekerjaan,


perumahan, air bersih, pertanahan, hak untuk berpartisipasi dalam
sumberdaya alam, dan lingkungan hidup kehidupan sosial-politik

KEMISKINAN ADALAH MASALAH MULTI DIMENSIONAL.


Sulit mengukurnya  perlu kesepakatan “pendekatan pengukuran” yg dipakai
KONSEP KEMISKINAN MAKRO

Konsep yang dipakai BPS dan juga


beberapa negara lain adalah
kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar (basic needs
approach)
“ Kemiskinan dipandang sebagai PENDUDUK MISKIN
ketidakmampuan dari sisi
ekonomi untuk memenuhi penduduk yang memiliki rata-rata
pengeluaran per kapita perbulan
kebutuhan dasar makanan dan di bawah Garis Kemiskinan
bukan makanan (diukur dari sisi
pengeluaran)” Batas kemiskinan 1$ dan 2 $ PPP,
sekarang menjadi Ekstrim Poverty 1,9 USD PPP,
Moderate poverty 3,2 USD PPP
Konversi 1 USD PPP = Rp 4.985 (kondisi 2016)
● KOMPONEN

GARIS KEMISKINAN (GK)
● 1. GK Makanan => setara dengan
Tidak Miskin pemenuhan kebutuhan kalori 2100 kkal
● ● per kapita perhari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh
● 52 jenis komoditi


2. GK Non Makanan => kebutuhan
● minimum untuk perumahan, sandang,
● pendidikan, dan kesehatan (51 jenis

● komoditi di perkotaan dan 47 jenis
komoditi di perdesaan)
Hampir Miskin ●
●A Garis Kemiskinan
●B
(berbeda-beda untuk setiap provinsi)
Miskin ● ●

Sangat Miskin (kronis) ●


500000

Sebaran Pengeluaran/Kapita/Bulan
Desil 1-2 di Perkotaan, Maret 2019 450000

500000
400000

450000
350000

400000
300000

350000
250000

300000
200000

250000
150000

200000
100000
GK Perdesaan= 365.607
150000
50000

100000
GK Perkotaan= 372.882 0

GK Perdesaan Pengeluaran/Kapita/Bulan
50000

0 Sebaran Pengeluaran/Kapita/Bulan
Desil 1-2 di Perdesaan, Maret 2019
GK Perkotaan Pengeluaran/Kapita/Bulan
Grafik Persentase Penduduk menurut Kelompok
Pengeluaran/Kapita/Bulan di Perkotaan, Maret 2019
7,00
GK Perkotaan= 372.882

6,00

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

-
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97

Kelompok Pengeluaran/Kapita/Bulan
Grafik Persentase Penduduk menurut Kelompok
Pengeluaran/Kapita/Bulan di Perdesaan, Maret 2019

8,00
GK Perdesaan= 365.607
7,00

6,00

5,00

4,00

3,00

2,00

1,00

-
1 5 9 13 17 21 25 29 33 37 41 45 49 53 57 61 65 69 73 77 81 85 89 93 97

Kelompok Pengeluaran/Kapita/Bulan
PERKEMBANGAN TINGKAT KEMISKINAN
DI JAWA TENGAH, MARET 2015 – MARET 2019

5 16
4,577 4,506 4,507 4,494 4,451
4,197
3,897 3,867
4 13,58 3,743
13,32 13,27 13,19 13,01 12
12,23
11,32 11,19
3 10,80
8

4
1

0 0
Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret
2015 2015 2016 2016 2017 2017 2018 2018 2019

Jumlah Penduduk Miskin (juta jiwa) Persentase Penduduk Miskin (P0)


PERKEMBANGAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN (P0)
DI JAWA TENGAH, MARET 2015 – MARET 2019

15,05 14,86 14,89 14,88 14,77


13,92
12,99 12,80
13,58 12,48
13,32 13,27 13,19 13,01
12,23
11,85
11,50 11,44 11,38 11,32
11,21 11,19
10,80
10,55
9,73 9,67
9,20

Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret


2015 2015 2016 2016 2017 2017 2018 2018 2019

Perkotaan Perdesaan Perkotaan dan Perdesaan


Kota Semarang

3,98
Kota Salatiga

4,76
Kota Pekalongan
Jepara
Kudus

6,60 6,66 6,68


Semarang

Jawa Tengah = 10,80 %


Sukoharjo

7,04 7,14
Kota Magelang
Kota Tegal
Tegal

7,46 7,47 7,64


Batang

8,35
Kota Surakarta
Kendal 8,70

Temanggung
Pati
Boyolali
Karanganyar
9,41 9,42 9,46 9,53 9,55

Pekalongan
9,71

Wonogiri
10,25
PERSENTASE PENDUDUK MISKIN (P0)

Magelang
Cilacap
10,6710,73

Blora
MENURUT KABUPATEN/KOTA, MARET 2019

Purworejo
11,3211,45

Grobogan
Demak
11,7711,86

Klaten
Banyumas
12,2812,53

Sragen
12,79

Banjarnegara
Rembang
Purbalingga
14,7614,9515,03

Pemalang
15,41

Brebes
16,22

Wonosobo
Kebumen
16,6316,82
PERKEMBANGAN INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1)
DAN INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2)
DI JAWA TENGAH, MARET 2015 – MARET 2019

2,442 2,372
2,167 2,124 2,214 2,115
1,847
1,626 1,527

0,649 0,627 0,539 0,573 0,551


0,586 0,448 0,342 0,299

Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret Sept Maret


2015 2015 2016 2016 2017 2017 2018 2018 2019

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)


INDIKATOR KEMISKINAN MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI JAWA TENGAH, MARET 2019 [1]

JUMLAH PERSENTASE INDEKS INDEKS


PENDUDUK KEDALAMAN KEPARAHAN GARIS
NO KABUPATEN/KOTA PENDUDUK
MISKIN KEMISKINAN KEMISKINAN KEMISKINAN
MISKIN (Rp/kapita/bulan)
(ribuan jiwa) (P0) (P1) (P2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Cilacap 185,18 10,73 1,28 0,21 337.572


2 Banyumas 211,65 12,53 2,52 0,67 385.140
3 Purbalingga 140,07 15,03 2,24 0,47 355.702
4 Banjarnegara 136,10 14,76 2,38 0,55 301.792
5 Kebumen 201,34 16,82 2,58 0,65 362.847
6 Purworejo 82,17 11,45 0,84 0,10 345.458
7 Wonosobo 131,35 16,63 2,44 0,46 340.827
8 Magelang 137,45 10,67 0,98 0,17 325.921
9 Boyolali 93,75 9,53 1,02 0,14 332.996
INDIKATOR KEMISKINAN MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI JAWA TENGAH, MARET 2019 [2]

JUMLAH PERSENTASE INDEKS INDEKS


PENDUDUK KEDALAMAN KEPARAHAN GARIS
NO KABUPATEN/KOTA PENDUDUK
MISKIN KEMISKINAN KEMISKINAN KEMISKINAN
MISKIN (Rp/kapita/bulan)
(ribuan jiwa) (P0) (P1) (P2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

10 Klaten 144,14 12,28 1,46 0,27 405.537


11 Sukoharjo 63,55 7,14 0,87 0,14 377.319
12 Wonogiri 98,28 10,25 0,82 0,11 327.364
13 Karanganyar 84,46 9,55 1,45 0,35 365.151
14 Sragen 113,83 12,79 2,31 0,59 335.334
15 Grobogan 161,92 11,77 0,90 0,13 375.521
16 Blora 97,86 11,32 1,59 0,34 335.837
17 Rembang 95,26 14,95 2,32 0,48 384.561
18 Pati 118,98 9,46 1,47 0,31 423.922
INDIKATOR KEMISKINAN MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI JAWA TENGAH, MARET 2019 [3]

JUMLAH PERSENTASE INDEKS INDEKS


PENDUDUK KEDALAMAN KEPARAHAN GARIS
NO KABUPATEN/KOTA PENDUDUK
MISKIN KEMISKINAN KEMISKINAN KEMISKINAN
MISKIN (Rp/kapita/bulan)
(ribuan jiwa) (P0) (P1) (P2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

19 Kudus 58,00 6,68 0,83 0,17 406.470


20 Jepara 83,47 6,66 0,64 0,10 386.693
21 Demak 137,60 11,86 1,61 0,34 411.202
22 Semarang 73,90 7,04 0,63 0,08 377.674
23 Temanggung 72,57 9,42 0,51 0,05 310.176
24 Kendal 91,20 9,41 1,47 0,32 369.769
25 Batang 64,07 8,35 0,69 0,08 286.116
26 Pekalongan 87,01 9,71 1,17 0,20 382.832
27 Pemalang 200,67 15,41 2,55 0,57 372.115
INDIKATOR KEMISKINAN MENURUT KABUPATEN/KOTA
DI JAWA TENGAH, MARET 2019 [4]

JUMLAH PERSENTASE INDEKS INDEKS


PENDUDUK KEDALAMAN KEPARAHAN GARIS
NO KABUPATEN/KOTA PENDUDUK
MISKIN KEMISKINAN KEMISKINAN KEMISKINAN
MISKIN (Rp/kapita/bulan)
(ribuan jiwa) (P0) (P1) (P2)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

28 Tegal 109,94 7,64 0,64 0,09 365.334


29 Brebes 293,18 16,22 2,31 0,47 414.642
30 Kota Magelang 9,10 7,46 0,99 0,19 481.282
31 Kota Surakarta 45,18 8,70 1,60 0,48 473.516
32 Kota Salatiga 9,21 4,76 0,83 0,20 418.955
33 Kota Semarang 71,97 3,98 0,57 0,12 474.930
34 Kota Pekalongan 20,21 6,60 0,92 0,18 425.026
35 Kota Tegal 18,64 7,47 1,15 0,24 465.047
Provinsi Jawa Tengah 3.743,23 10,80 1,53 0,30 369.385
Pastikan Anda berpartisipasi
SENSUS PENDUDUK ONLINE
MENUJU SATU DATA INDONESIA
ISI DATAMU SENDIRI PADA BULAN
FEBRUARI-MARET 2020

Anda mungkin juga menyukai