Anda di halaman 1dari 29

Bab 2

Gambaran Umum
Kawasan Strategis Provinsi (KSP)
Pegunungan Meratus

Kegiatan penyusunan Peraturan Zonasi RTR KSP Pegunungan Meratus tahun


2020 ini, tidak terlepas dari kegiatan penyusunan Rencana Tata Ruang Kawasan
Strategis Pegunangan Meratus yang telah dilakukan pada tahun 2019. Hasil dari
kegiatan tersebut antara lain adalah penentunan deleniasi (batas) KSP Pegununngan
Meratus, rencana struktur dan pola ruang yang akan menjadi dasar bagi penentuna
zonasi.
Berikut ini adalah gambaran umum dari KSP Pegungunan Meratus yang
disarikan dari materi RTR KSP Pegunungan Meratus tahun 2019.
2.1. Deleniasi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus
Delineasi Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus meliputi
cakupan wilayah administrasi sebagai berikut ;
1. Kabupaten Tabalong sebagian wilayah Kecamatan Haruai, sebagian wilayah
Kecamatan Muara Uya, sebagian wilayah Kecamatan Jaro dan sebagian wilayah
Kecamatan Upau;
2. Kabupaten Balangan meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Awayan, sebagian
wilayah Kecamatan Halong, sebagian wilayah Kecamatan Juai, sebagian wilayah
Kecamatan Batu Mandi dan sebagian wilayah Kecamatan Tebing Tinggi;
3. Kabupaten Kotabaru meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Pamukan Barat,
sebagian wilayah Kecamatan Sungai Durian, sebagian wilayah Kecamatan Hampang,
dan sebagian wilayah Kecamatan Kalumpang Hulu;
4. Kabupaten Hulu Sungai Tengah meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Batang Alai
Timur, sebagian wilayah Kecamatan Haruyan, sebagian wilayah Kecamatan Limpasu
dan sebagian wilayah Kecamatan Hantakan;
5. Kabupaten Hulu Sungai Selatan meliputi: wilayah Kecamatan Loksado, sebagian
wilayah Kecamatan Padang Batung dan sebagian wilayah Kecamatan Telaga
Langsat;
6. Kabupaten Tapin meliputi sebagian wilayah Kecamatan Piani, sebagian wilayah
Kecamatan Bungur dan sebagian wilayah Kecamatan Hatungun.
7. Kabupaten Banjar meliputi: wilayah Kecamatan Sungai Pinang, wilayah Kecamatan

II-1
Aranio, sebagian wilayah Kecamatan Karang Intan, sebagian wilayah Kecamatan
Mataraman, sebagian wilayah Kecamatan Paramasan, sebagian wilayah Kecamatan
Pengaron, sebagian wilayah Kecamatan Sambung Makmur, sebagian wilayah
Kecamatan Astambul dan sebagian wilayah Kecamatan Telaga Bauntung;
8. Kabupaten Tanah Bumbu meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Kusan Hulu,
sebagian wilayah Kecamatan Mantewe dan sebagian wilayah Kecamatan Satui;
9. Kabupaten Tanah Laut meliputi sebagian wilayah Kecamatan Kintap, sebagian
wilayah Kecamatan Bajuin, sebagian wilayah Kecamatan Jorong, sebagian wilayah
Kecamatan Bati-Bati dan sebagian wilayah Kecamatan Batu Ampar;
10. Kota Banjarbaru meliputi: sebagian wilayah Kecamatan Cempaka.
Berdasarkan hasil delineasi, Kawasan Staretgis Provinsi (KSP) Pegunungan
Meratus meliputi wilayah seluas 885.947,09 Ha yang terdiri atas: zona inti seluas
515.322,79 Ha dan zona penyangga seluas 370.624,30 Ha. Selanjutnya, luas wilayah
Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus secara lebih rinci disajikan pada
tabel dan gambar berikut.

Tabel 2.1
Luas Wilayah Kawasan Strategis Provinsi (KSP) Pegunungan Meratus
Berdasarkan Hasil Delineasi
LUAS WILAYAH (HA)
N KABUPATEN / KOTA / LUAS
ZONA %
O KECAMATAN ZONA INTI WILAYAH
PENYANGGA
(HA)
A KABUPATEN BALANGAN 65.503,30 25.918,00 91.421,30 10,32
1 Kec. Awayan 0,00 44,76 44,76 0,01
2 Kec. Halong 42.247,33 14.370,60 56.617,93 6,39
3 Kec. Jaui 0,00 1.253,70 1.253,70 0,14
4 Kec. Tebingtinggi 23.255,97 10.248,95 33.504,92 3,78
B KABUPATEN BANJAR 135.239,22 137.814,18 273.053,40 30,82
1 Kec. Aranio 85.314,21 15.498,62 100.812,83 11,38
2 Kec. Karangintan 7.567,22 17.469,97 25.037,19 2,83
3 Kec. Mataram TAPIN BANJARBARU2.775,87 5.202,70 7.978,57 0,90
TANAH LAUT 2% 0%
4 Kec. Paramasan 27.418,79 22.917,10 50.335,88 5,68
TANAH BUMBU 7% BALANGAN
5 Kec. Pengaron 16%
2.190,84
10%
16.074,27 18.265,11 2,06
6 Kec. Sumbangmakmur 0,00 893,28 893,28 0,10
7 Kec. Sungaipinang 9.972,29 53.921,61 63.893,90 7,21
8 Kec. Telagabauntung 0,00 BANJAR 5.836,63 5.836,63 0,66
KABUPATEN
TABALONG HULU SUNGAI 31%

C SELATAN
5% 24.489,22 18.227,12 42.716,34 4,82
1 Kec. Loksado 22.398,10 9.306,85 31.704,95 3,58
2 Kec. Padangbatung 2.091,12 6.125,94 8.217,06 0,93
3 Kec. Telagalangsat
KOTABARU 0,00 2.794,33 2.794,33 0,32
18%
D KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH 24.478,28 22.562,49 47.040,77 5,31
1 Kec. Batangalai Timur 22.942,07 12.670,28
HULU SUNGAI SELATAN 35.612,35 4,02
2 Kec. Hantakan 1.536,21 5% 9.845,62 11.381,83 1,28
3 Kec. Haruyan HULU SUNGAI TENGAH 0,00 46,59 46,59 0,01
5%
E KABUPATEN KOTABARU 126.743,59 37.059,59 163.803,18 18,49
1 Kec. Hampang 80.338,62 18.145,55 98.484,17 11,12
2 Kec. Kelumpang Hulu 0,00 2.832,18 2.832,18 0,32
II-2
LUAS WILAYAH (HA)
N KABUPATEN / KOTA / LUAS
ZONA %
O KECAMATAN ZONA INTI WILAYAH
PENYANGGA
(HA)
3 Kec. Pamukan Barat 13.332,48 5.641,94 18.974,42 2,14
4 Kec. Sungaidurian 33.072,49 10.439,93 43.512,41 4,91
F KABUPATEN TABALONG 10.489,11 35.092,90 45.582,01 5,15
1 Kec. Haruai 584,48 1.241,25 1.825,73 0,21
2 Kec. Jaro 0,00 15.800,73 15.800,73 1,78
3 Kec. Muarauya 401,71 10.624,41 11.026,12 1,24
4 Kec. Upau 9.502,92 7.426,52 16.929,43 1,91
G KABUPATEN TANAH BUMBU 98.577,78 47.542,04 146.119,82 16,49
1 Kec. Kusan Hulu 58.001,86 18.198,35 76.200,21 8,60
2 Kec. Mantewe 35.710,83 11.375,64 47.086,47 5,31
3 Kec. Satui 4.865,09 17.839,39 22.704,48 2,56
4 Kec. Sungailoban 0,00 128,66 128,66 0,01
H KABUPATEN TANAH LAUT 19.051,87 39.785,43 58.837,31 6,64
1 Kec. Bajuin 3.478,72 12.970,64 16.449,36 1,86
2 Kec. Bati-bati 0,00 2,06 2,06 0,00
3 Kec. Batuampar 6.557,76 7.322,73 13.880,49 1,57
4 Kec. Jorong 1.527,08 3.572,97 5.100,05 0,58
5 Kec. Kintap 7.488,31 15.917,03 23.405,35 2,64
I KABUPATEN TAPIN 10.750,41 6.620,51 17.370,93 1,96
1 Kec. Bungur 0,05 31,48 31,53 0,00
2 Kec. Hutungun 0,00 2.764,72 2.764,72 0,31
3 Kec. Piani 10.750,37 3.824,31 14.574,67 1,65
J KOTA BANJARBARU 0,00 2,02 2,02 0,00
1 Kec. Cempaka 0,00 2,02 2,02 0,00
TOTAL 515.322,79 370.624,30 885.947,09 100,00
Sumber: RTR KSP Pegununungan Meratus Tahun 2019.

Gambar 2.1
Proporsi Wilayah Administrasi Pegunungan Meratus
Menurut Wilayah Kabupaten/Kota

TAPIN BANJARBARU
TANAH LAUT 2% 0%
7% BALANGAN
TANAH BUMBU 10%
16%

BANJAR
31%
TABALONG
5%

KOTABARU
18%

HULU SUNGAI SELATAN


5%
HULU SUNGAI TENGAH
5%

II-3
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI RTR KSP PEGUNUNGAN MERATUS

II-4
2.2. Kondisi Fisik Wilayah
II-5
Kondisi fisik wilayah Pegunungan Meratus digambarkan dengan kondisi dan
keadaan topografi, kemiringan lereng, hidrologi, geologi, jenis tanah, kelimatologi dan
lain-lain, yang secara lebih rinci diuraikan sebagai berikut.
2.2.1 Topografi dan Kemiringan Lereng
Keadaan topografi dapat menggambarkan keadaan suatu wilayah dan dan
sangat berpengaruh terhadap terjadinya erosi dan sedimentasi, keduanya dianggap
merupakan indikator kerusakan yang terjadi pada suatu wilayah.
Berdasarkan peta topografi wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, Kawasan Pegunungan
Meratus berada pada ketinggian antara 12 mdpl sampai dengan >3.000 mdpl, dimana
titik tertinggi di rangkaian Pegunungan Meratus adalah Gunung Halau-halau yang
terdapat di wilayah administrasi Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Sedangkan berdasarkan kemiringan lereng, kemiringan lereng di wilayah Pegunungan
Meratus berada pada kelas kemiringan lereng 0-8% sampai dengan >40%, dimana
sebagian besar wilayah Pegunungan Meratus merupakan wilayah dengan kelas
kemiringan lereng 25-40%.
Tabel 2.2
Kondisi Kemiringan Lereng Kawasan Pegunungan Meratus Menurut Kabupaten/Kota
N KABUPATEN / KEMIRINGAN LERENG (HA)
TOTAL
O KOTA 0-8 % 8-15 % 15-25% 25-40 % >40 %
1 Balangan 2.241,34 6.699,54 24.469,61 54.124,14 3.527,93 91.062,56
16.176,5 106.646,2
2 Banjar 2 48.695,73 0 95.753,23 5.781,73 273.053,40
3 Hulusungai Selatan 606,39 2.721,18 13.437,46 24.488,07 1.463,24 42.716,34
4 Hulusungai Tengah 415,80 1.733,01 9.102,15 33.328,52 2.461,30 47.040,77
114.137,7 10.224,0
5 Kotabaru 3.492,83 7.675,88 28.166,73 6 6 163.697,26
6 Tabalong 2.854,36 7.011,12 11.462,68 22.725,19 1.408,16 45.461,51
7 Tanahbumbu 6.415,14 17.108,45 39.569,05 76.620,09 6.407,09 146.119,82
8 Tanahlaut 4.945,37 12.369,60 15.767,95 22.720,61 3.033,78 58.837,31
9 Tapin 231,88 1.093,97 5.777,96 10.093,32 173,80 17.370,93
10 Banjarbaru 0,25 1,16 0,61 2,02
37.379,6 105.108,7 254.400,9 453.991,5 34.481,1
TOTAL 2 2 6 2 0 885.947,09
% 4,22 11,86 28,72 51,24 3,89 100,00
Sumber: RTR KSP Pegununungan Meratus Tahun 2019.

2.2.2 Geologi
Secara regional bentang alam wilayah Provinsi Kalimantan Selatan sebagian
besar (70%) merupakan daerah dataran rendah hingga dataran bergelombang yang
umumnya merupakan dataran pantai dan daerah aliran sungai, selebihnya merupakan
bentang alam pegunungan dan perbukitan. Bentang alam pegunungan di daratan
Kalimantan Selatan ini, didominasi oleh Pegunungan Meratus dengan puncak tertinggi
dicapai oleh Gunung Batu Besar (1.892 dpl), membentang dengan arah barat daya –
timur laut mulai Pelaihari (Kabupaten Tanah Laut) di bagian barat daya hingga ke

II-6
daerah Kabupaten Tabalong di bagian utara.

II-7
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI RTR KSP PEGUNUNGAN MERATUS

II-8
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI RTR KSP PEGUNUNGAN MERATUS

II-9
Selain itu, di Pulau Laut bentang alam pegunungan ini menempati G. Sebatung

II-10
di Kotabaru yang mencapai ketinggian 725 mdpl. Sementara itu bentang alam
dataran luas yang mendominasi Provinsi Kalimantan Selatan ini penyebarannya
terutama terdapat di bagian barat (Dataran S. Barito) dan di sebelah timur
(Dataran Pagatan-Batulicin). Dua dataran ini seakan-akan dipisahkan oleh jalur
Pegunungan Meratus yang terletak diantara dua dataran tersebut. Sungai-sungai
beserta anak-anak sungai yang mengalir di dua dataran tersebut berhulu di jalur
Pegunungan Meratus tersebut.
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia berskala 1 :250.000, yang
disusun dan diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung,
Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas 4 (empat) Lembar Peta Geologi, yaitu Peta
Geologi Lembar Banjarmasin, Peta Geologi Lembar Amuntai, Peta Geologi Lembar
Sampanahan dan Peta Geologi Lembar Kotabaru dengan daerah pemetaan disusun
oleh berbagai jenis batuan berumur muda (Kuarter) hingga berumur tua (Yura).
Secara singkat dibahas tentang litostratigrafi atau urut-urutan pengendapan
batuan di daerah Provinsi Kalimatan Selatan ini dimulai dari batuan yang berumur
tua hingga berumur muda.
2.2.3 Hidrologi
Wilayah Kalimantan Selatan terbagi habis dalam 14 wilayah Daerah Aliran
Sungai (DAS), 26 Sub DAS dan 45 Sub-sub DAS dan setiap DAS dibatasi oleh masing-
masing aliran sungai yang berfungsi sekaligus sebagai jalur transportasi sungai,
bahan baku untuk air bersih, waduk/bendung/bendungan serta untuk keperluan segala
aktivitas kehidupan masyarakat.
DAS yang paling luas cakupan pengaruhnya adalah DAS Barito yang mencakup
sebagian wilayah Provinsi Kalimantan Selatan seluas ±1.863.833,84 ha dan sebagian
wilayah Provinsi Kalimantan Tengah seluas ±4.37.7080,13 Ha. Pengaruh DAS ini sangat
terasa pada setiap saat terjadinya musim kemarau dan musim penghujan terutama pada
DAS yang mencakup kawasan yang luas, kondisi DAS, perilaku cuaca dan DAS yang
berbatasan secara langsung dengan batas laut karena pengaruh pasang-surut air laut
juga sangat menentukan terhadap cepat lambatnya aliran DAS. Kerusakan DAS dapat
indikasikan antara lain pada besarnya frekuensi, lama, besarnya dampak banjir dan
kekeringan serta bahan-bahan yang terlarut dalam aliran sungai di lingkungan DAS
tersebut.

II-11
Tabel 2.3
Pembagian DAS, Sub DAS dan Sub-Sub DAS Provinsi Kalimantan Selatan
PANJANG
DAERAH ALIRAN LUAS SUB DAS / LUAS SUNGAI
NO
SUNGAI (DAS) (HA) SUB-SUB DAS (HA) UTAMA
(KM)
1 Barito Hilir 1.863.833,84 Barito Hilir 189.190,16 83,30
      Barito Tengah 110.265,10 70.,60
      Martapura 466.625,88 69,30
      Alalak 88.292,60 98,30
      Riam Kanan 164.846,40 97,60
      Riam Kiwa 213.486,88 155,00
      Negara 1.097.752,70 208,40
      Amandit 117.920,06 98,90
      Bahalayung 49.742,53 12,80
      Balangan 202.661,49 144,90
      Batang Alai 136.082,77 95,30
      Danau Panggang 94.155,81 66,30
      Tabalong Kanan 173.970,07 92,00
      Tabalong Kiwa 164.431,82 208,40
      Tapin 158.788,15 126,20
2 Tabanio Ds 242.949,78 Anyar 9.389,97 25,20
      Asam-asam 53.700,75 24,30
      Asam-asam Besar 37.175,91 72,50
      Inayah 16.524,84 29,40
      Gayam 15.935,76 32,50
      Lok Bungur 10.572,80 9,50
      Lok Buaya 7.802,94 15,20
      Pandan 6.761,77 16,60
      Sabuhur 23.072,34 47,80
      Swarangan 36.820,04 73,40
      Sepunggur 13.028,00 24,90
      Tabunio 62.641,86 26,70
      Tabunio Hulu 41.223,81 86,70
      Tungkaran 21.418,05 25,00
Muara Sanipah
      Kanan 3.223,55 13,10
3 Maluka 89.352,17 Banyuirang 56.198,95 103,30
      Bati-bati 33.153,22 44,00
4 Kintap 74.152,35 Hauran 26.342,59 24,17
      Keladan 47.809,76 28,00
5 Satui Ds 178.838,36 Cuka 11.648,01 14,63
      Satui 43.108,88 74,34
      Batu Laki 46.163,19 67,08
      Setarap 17.123,04 30,72
      Bunati 7.541,24 6,03
      Sebamban 32.645,48 52,96
      Dua Pumpung 2.435,64 11,76
      Dua Laut 3.881,78 1,76
      Betung 14.291,10 21,88
6 Kusan 195.749,12 Kusan Hilir 87.258,70 217,33
      Kusan Tengah 60.344,68 47,64
      Kusan Hulu 48.145,74 70,07
7 Batu Licin 158.807,31 Amaparan Jambu 24.398,38 10,20
      Dua 11.908,29 16,80
      Kusambi 46.747,61 22,40
      Sela 39.997,00 45,90
      Selilau 33.892,73 48,80
      Kepulauan 1.863,30 -
II-12
PANJANG
DAERAH ALIRAN LUAS SUB DAS / LUAS SUNGAI
NO
SUNGAI (DAS) (HA) SUB-SUB DAS (HA) UTAMA
(KM)
8 Cantung Ds 338.087,60 Cantung 120.037,56 -
      Cantung Kiri 60.469,54 20,50
      Gagayan 59.568,02 34,86
      Bangkalan 52.337,65 48,76
      Lintingan 42.633,48 89,10
      Rapiwe 3.391,42 14,98
      Sekandis 7.154,44 9,50
      Seluang 9.299,57 8,70
      Semona 109.095,67 18,06
      Senakin 7.740,69 14,84
      Serungga 61.584,12 12,16
      Tamiang 13.293,40 30,25
      Kepulauan 9.709,60 -
9 Sampanahan 175.090,77     111,90
10 Manunggul 51.189,89     68,20
11 Cengal 132.574,43     78,00
12 Pulau Laut 208.352,59 Bekambit 25.520,81 23,90
Embung-
      embungan 52.209,94 18,20
      Sanggup 22.433,61 10,50
      Sejaka 26.668,02 26,80
      Sekojang 46.054,24 13,00
      Semaras 35.465,97 8,70
13 Pulau Sebuku 21.523,12     6,20
14 Pulau-Pulau Kecil 9.338,48      
Sumber: RTR KSP Pegununungan Meratus Tahun 2019

2.2.4 Jenis Tanah


Gambaran kondisi jenis tanah di Kawasan Pegunungan Meratus digambarkan
dengan peta jenis tanah Provinsi Kalimantan Selatan skala 1:500.000 Direktorat
Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan tahun 1984 (BP DAS Barito, 2009).
Berdasarkan peta jenis tanah di Kawasan Pegunungan Meratus, sebagian besar
Kawasan Pegunungan Meratus didominasi oleh jenis tanah Komp. Pods. Mr-Kng Lato –
Lito dengan luas total sekitar 447.806,00 Ha atau sekitar 50,55% dari total luas
Kawasan Pegunungan Meratus.

II-13
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI RTR KSP PEGUNUNGAN MERATUS

II-14
Tabel 2.4.
Kondisi Jenis Tanah di Kawasan Pegunungan Meratus
Menurut Kabupaten/Kota
JENIS TANAH (HA)
KOMP.
KABUPATEN ORGANO
KOMP. PODS. PODS, PODSOLIK
NO / SOL (BLAN
MR-KNG MR-KN LATOSOL MERAH TOTAL
KOTA GLEI K)
LATO - LITO & KUNING
HUMUS
LATERIK
1 Balangan 63.454,75 5.366,33 21.874,49 0,17 90.695,74
2 Banjar 135.962,57 32.250,82 87.386,40 1.577,92 15.875,05 0,66 273.053,40
Hulusungai
3 Selatan 15.909,04 1.495,08 25.312,16 0,06 42.716,34
Hulusungai
4 Tengah 9.975,96 7,69 37.057,12 47.040,77
5 Kotabaru 123.176,71 36.996,43 3.420,54 0,00 163.593,69
6 Tabalong 7.878,69 37.353,60 45.232,29
7 Tanahbumbu 84.100,60 3.218,81 58.800,41 146.119,82
8 Tanahlaut 17.588,36 41.248,94 58.837,31
9 Tapin 7.347,69 10.023,24 17.370,93
10 Banjarbaru 2,02 2,02
TOTAL 447.806,00 53.060,02 229.798,51 3.080,68 150.916,21 0,89 885.947,09
% 50,55 5,99 25,94 0,35 17,03 0,00 100,00
Sumber: RTR KSP Pegununungan Meratus Tahun 2019

2.2.5 Klimatologi
Kondisi klimatologi di Kawasan Pegunungan Meratus digambarkan dengan
kondisi intensitas curah hujan. Intensitas curah hujan adalah besarnya jumlah hujan
yang turun yang dinyatakan dalam tinggi curah hujan atau volume hujan tiap satuan
waktu. Besarnya intensitas hujan berbeda-beda, tergantung dari lamanya curah hujan
dan frekuensi kejadiannya. Berdasarkan peta intensitas curah hujan, intensitas curah
hujan di Kawasan Pegunungan Meratus berkisar antara 0-10 mm sampai dengan 21-25
mm, dimana kelas intensitas curah hujan 21-25 mm mendominasi hampir sebagian
besar wilayah Pegunungan Meratus.
Selain itu, kondisi iklim di wilayah Kawasan Pegunungan Meratus khususnya
Provinsi Kalimantan Selatan merupakan wilayah tropis dimana pada tahun 2017
memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi dengan range antara 50% hingga 100%
dan temperatur udara sekitar 22oC hingga 35oC. Selain itu, terdapat beberapa bulan
yang memiliki curah hujan tinggi dan beberapa cukup rendah hingga mencapai 5 mm
pada Bulan September.
2.3. Kondisi Sumberdaya Hutan
Prioritas pembangunan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan
pada bidang kehutanan meliputi: pemeliharaan hutan alam yang sudah ada dan
pengembalian fungsi lahan ke rencana tata ruang yang sudah ada. Sesuai dengan
karakteristik dan ciri khasnya dan untuk kepentingan nasional, berdasarkan
peruntukan/fungsi utamanya, hutan diklasifikasikan menjadi 4 jenis:

II-15
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI RTR KSP PEGUNUNGAN MERATUS

II-16
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI RTR KSP PEGUNUNGAN MERATUS

II-17
1. Hutan Produksi, adalah hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan sebagai
penghasil komoditi kayu serta hasil hutan lainnya.
2. Hutan Lindung, adalah hutan yang karena sifat alamnya diperuntukan secara
khusus untuk melindungi tata air, pencegahan erosi, banjir, abrasi pantai serta
pelindung terhadap tiupan angin.
3. Hutan Konservasi, adalah hutan yang karena sifat-sifatnya diperuntukkan sebagai
pelindung dan pelestarian bagi flora dan fauna atau untuk pelindung suatu
ekosistem.
4. Hutan Konversi, adalah hutan produksi yang dicadangkan untuk dilepas guna
memenuhi kepentingan di luar kehutanan seperti untuk pertanian, perkebunan,
pertambangan, kawasan industri atau permukiman penduduk.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor 8110 Tahun 2018 tentang Peta Perkembangan Pengukuhan Kawasan Hutan di
Provinsi Kalimantan Selatan terdapat 48,75% berfungsi sebagai kawasan hutan dari
luas total wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.
Tabel 2.5
Luas dan Fungsi Kawasan Hutan Menurut Kabupaten/Kota
di Provinsi Kalimantan Selatan
N KABUPATEN / KAWASAN HUTAN (HA)
O KOTA APL CA HL HP HPend HPK HPT TAHURA TOTAL
1 Balangan 5.100,31 52.816,99 25.236,98 7.540,20 90.694,48
24.187,3 3.663,6
2 Banjar 9 45.669,69 93.962,67 1.733,81 0 8.961,41 89.439,82 267.618,39
13.444,6
3 Hulusungai Selatan 5 264,24 19.294,27 9.713,19 42.716,34
4 Hulusungai Tengah 2.120,74 21.592,00 8.967,61 14.360,41 47.040,77
108.690,5
5 Kotabaru 593,11 7 43.787,79 10.522,05 163.593,53
6 Tabalong 5.303,25 13.894,98 23.370,42 2.663,64 45.232,28
7 Tanahbumbu 72.346,96 46.830,26 26.917,09 21,94 146.116,26
11.442,6
8 Tanahlaut 0 0,01 23.146,29 5.180,19 19.068,22 58.837,31
9 Tapin 6.593,50 5.790,85 4.986,58 17.370,93
10 Banjarbaru 2,02 2,02
68.787,5 340.096,3 3.663,6 108.529,9
TOTAL 8 264,24 2 280.001,79 1.733,81 0 76.145,00 8 879.222,31
% 7,82 0,03 38,68 31,85 0,20 0,42 8,66 12,34 100,00
Sumber: RTR KSP Pegununungan Meratus Tahun 2019
.

Dari luas wilayah tersebut, kawasan hutan terbesar adalah Hutan Produksi (HP)
31,85%, kemudian hutan lindung 38,68%. Sebagian besar kawasan hutan lindung di
Provinsi Kalimantan Selatan tersebar di wilayah Pegunungan Meratus, hutan mangrove
di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di Kabupaten Kotabaru.

Terdapat beberapa isu dan permasalahan terhadap fungsi kawasan hutan dalam
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, antara lain:

1. Sesuai dengan surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 2828/Kpts II/2002


tanggal 6 Mei 2002 bahwa pencadangan areal HPH PT Kodeco Timber di

II-18
Kelompok Hutan Pegunungan Meratus seluas ± 46.270 ha dicabut sehingga
kawasan yang semula Hutan Produksi Terbatas (HPT) pada RTRW Provinsi
Kalimantan Selatan sesuai Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2015 dikembalikan
lagi menjadi kawasan Hutan Lindung (HL).

Gambar 2.2
Proporsi Luas Kawasan Hutan Menurut Status
di Provinsi Kalimantan Selatan
APL
HPT HPT TAHURA
TAHURA APL 8% CA
CA
9% 9% 12%
12% 8% 0%
0%
HPK
HPK 0%
0% HPend
0% HL
HPend 39%
0%
HL
39%
HP
32%

HP
32%

2. Keberadaan perkampungan atau kawasan-kawasan permukiman dalam kawasan


lindung baik hutan lindung, kawasan cagar alam, kawasan pelestarian alam dan
kawasan perlindungan setempat dalam bentuk berkelompok bahkan sebagian
telah membentuk desa dan kecamatan definitif. Pola permukiman pada
umumnya mengelompok mengikuti jalur sungai-sungai besar dan kecil dari hulu
dampai hilir sungai dan membentuk simpul-simpul perkampungan pada
muara sungai yang merupakan pertemuan antar jalur sungai seperti Sungai
Barito, Sungai Martapura dan Sungai Negara, simpul-simpul perkampungan
pada huluhulu sungai di perbukitan dan pegunungan seperti perkampungan
Riam Kanan (Kabupaten Banjar), Muara Uya (Kabupaten Tabalong), Suku
Dayak Meratus (Loksado, Pitap/Halong, Bangkalaan Melayu dan lainlain) dan
simpul perkampungan pada sepanjang pantai selatan dan timur Provinsi
Kalimantan Selatan seperti perkampungan nelayan Tabunganen, Aluh-Aluh,
Tabanio, Batakan, Asam-Asam, Kintap, Pagatan, Pulau Suwangi, Marabatuan
dan lain-lain.

Dengan pola permukiman tersebut maka hak masyarakat untuk mendapatkan


kepemilikan lahan/tanah tidak dapat diakui atas dasar hukum negara namun
hak kepemilikan lahan/tanah hanya diakui sebatas hukum adat setempat yang
kedudukannya sangat lemah. Pada kondisi demikian kedudukan masyarakat
lokal yang medominasi kawasan tersebut semakin terpinggirkan dan semakin
II-19
melebarnya kesenjangan antar penduduk serta tidak adanya kepastian dalam
usaha dan mata pencaharian. Oleh karena itu perlu dicari solusi yang terbaik
sehingga semua pihak dapat saling bersinergi dalam memajukan dan

II-20
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI RTR KSP PEGUNUNGAN MERATUS

II-21
meningkatkan kesejahteraan masyarakat seperti melaksanakan enclave kawasan
lindung untuk kawasan permukiman terutama kawasan permukiman atau
perkampungan dalam kawasan hutan lindung dan penataan kawasan sempadan
sungai terutama untuk kawasan perkotaan. Dasar pertimbangan dari solusi ini
pada pokoknya adalah pemberdayaan masyarakat melalui penguatan pola mata
pencaharian masyakarat setempat baik sebagai petambak, petani, peladang,
pedagang, buruh dan lain-lain.

3. Terjadinya tumpang tindih (overlapping) perijinan penguasaan, pemanfaatan


dan penggunaan lahan baik yang diterbitkan oleh pemerintah pusat, pemerintah
provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota seperti Ijin PKP2B, Ijin KP, Ijin
HGU, Ijin HTI, Ijin, HPH, Ijin Lokasi Perkebunan dan ijin-ijin lainnya. Para
pemegang ijin terjadi konflik yang berkepanjangan dan berlanjut baik antar
sesama pemegang ijin, antar pemerintah dan pemegang ijin dengan pemerintah
sehingga menciptakan iklim yang tidak kondusif dalam investasi dan berusaha
serta menurunkan derajat kewibawaan pemerintah.

4. Adanya ijin penguasaan lahan yang sudah berarkhir atau adanya stagnasi
produksi seperti adanya HPH dan HTI yang tidak aktif, HGU yang terlantar
yang masih terbuka bebas sehingga mengakibatkan terjadinya okupasi oleh
masyarakat, perambahan hutan, penebangan liar, penambangan liar, kebakaran
hutan dan lahan dan terjadinya kerusakan hutan. Pemegang ijin penguasaan
lahan tersebut meninggalkan kawasan dengan tetap memberikan akses untuk
masuk kawasan yang bersangkutan dengan alasan akses jalan tersebut
dipergunakan oleh masyarakat setempat/masyarakat lokal sehingga terjadilah
hal tersebut di atas.
5. Banyaknya jalan keluar (outlet) terutama pelabuhan khusus batu bara pada
sepanjang pantai timur-tenggara Provinsi Kalimantan Selatan dengan berbagai
tingkat perijinan sehingga sangat mengganggu ketertiban pola dan moda
transportasi angkutan darat dan laut, kerusakan kawasan cagar alam dan
terumbu karang, konflik dengan nelayan dan lain-lain. Rencana Tata Ruang
Kabupaten/Kota yang tidak berhirarkhi dan sinergis dengan RTRW Provinsi
Kalimantan Selatan sesuai dengan amanat UU No. 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang. Lamanya waktu penetapan Peraturan Daerah tentang
RTRWP Provinsi Kalimantan Selatan yang baru diperdakan pada tahun 2015
(Perda No. 9 Tahun 2015).
Sedangkan sebagian RTRW Kabupaten/Kota telah ditetapkan melalui Perda,
dimana peruntukan ruang sebagian besar tidak sinkron antar keduanya. Adanya
UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terutama urusan
II-22
Pemerintahan Pilihan menjadi kewenangan provinsi yang sebelumnya menjadi
kewenangan kabupaten/kota yakni kelautan dan perikanan, pertanian,
kehutanan dan energi sumberdaya mineral, sehingga mempengaruhi dalam
perizinan pembukaan lahan.
6. Rencana tata ruang sektoral yang tidak sinkron dengan RTRW Provinsi
Kalimantan Selatan sehingga terjadi dualisme yang saling bertolak belakang
baik untuk kawasan lindung maupun kawasan budidaya mengakibatkan
menurunnya wibawa pemerintah dan ketidakpastian iklim berusaha.
Perkembangan luas kawasan hutan tahun 1984-2009, yang disajikan pada tabel
di bawah ini menunjukkan bahwa perubahan luas kawasan hutan pada tahun
1984 dari 61,68% menjadi 47,03% pada tahun 2009 dari total luas wilayah
Provinsi Kalimantan Selatan.
Tabel 2.6. Perkembangan Luas Kawasan Hutan di Provinsi Kalimantan Selatan
Tahun 1984-2009
TAHU LUAS
% KETERANGAN
N (HA)
2.314.72
1984 61,68 TGHK (SK Menhut No. 247/Kpts-II/1984, 18/12/84)
0
2.142.65 Telaah Ulang Kawasan Hutan (Surat Dirjen Intag No. 11/Korlak
1991 57,09
3 2/PPSDAH/1991)
1.800.14
1992 47,96 RUTR
5
1.839.49
1993 49,01 RTRWP (Perda Kalimantan Selatan No. 3 Tahun 1993)
4
1.839.49 Paduserasi (SK Gubernur Kalimantan Selatan No. 011 Tahun 1996,
1996 49,01
4 15/4/96)
1.839.49 Paduserasi (SK Gubernur Kalimantan Selatan No. 217 Tahun 1998,
1998 49,01
4 7/7/98)
1.839.49 Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairannya (SK Menhutbun No.
1999 49,01
4 453/Kpts-II/1999, 17/6/99)
1.659.00
2000 44,20 RTRWP (Perda Kalimantan Selatan No. 9 Tahun 2000)
3
1.779.98 Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairannya (SK Menhut No. SK
2009 47,43
2 435/Menhut-II/2009)
Sumber: RTR KSP Pegununungan Meratus Tahun 2019
Tabel 2.7.
Sebaran dan Luas Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH)
di Dalam Kawasan Pegunungan Meratus
N ZONA / KABUPATEN / MENARA
PERTAMBANGAN
O KECAMATAN SEL
I ZONA INTI 643,91
A KABUPATEN BANJAR 18,52
1 Kec. Paramasan 18,44
2 Kec. Sungaipinang 0,08
B KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN 16,61
1 Kec. Loksado 16,61
C KABUPATEN TANAHBUMBU 581,95
1 Kec. Kusan Hulu 543,02
2 Kec. Mantewe 38,93
D KABUPATEN TAPIN 26,84
1 Kec. Piani 26,84
II ZONA PENYANGGA 1,27 5.436,76
A KABUPATEN BANJAR 2.010,94
1 Kec. Paramasan 17,51
2 Kec. Pengaron 12,13
3 Kec. Sungaipinang 1.921,72
4 Kec. Telagabauntung 59,58
B KABUPATEN KOTABARU 1,27 161,74

II-23
1 Kec. Hampang 160,40
2 Kec. Kelumpang Hulu 1,34
3 Kec. Sungaidurian 1,27
C KABUPATEN TABALONG 550,27
1 Kec. Upau 550,27
D KABUPATEN TANAHBUMBU 1.674,09
1 Kec. Kusan Hulu 554,78
2 Kec. Mantewe 53,17
3 Kec. Satui 1.066,15
E KABUPATEN TANAH LAUT 961,63
1 Kec. Kintap 961,63
F KABUPATEN TAPIN 78,09
1 Kec. Hutungun 78,05
2 Kec. Piani 0,04
TOTAL 1,27 6.080,67
Sumber: RTR KSP Pegununungan Meratus Tahun 2019

2.4. Kondisi Penggunaan Lahan


Penggunaan Lahan merupakan aktivitas manusia pada dan dalam kaitannya
dengan lahan, yang biasanya tidak secara langsung tampak dari citra. Penggunaan
lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Penggunaan
lahan suatu wilayah merupakan perwujudan fisik dari semua kegiatan sosial ekonomi
penduduk. Pengenalan pola penggunaan lahan ini sangat diperlukan, baik untuk
memperoleh gambaran mengenai potensi daerah maupun untuk mengetahui pola
distribusi kegiatan sosial ekonomi serta intensitas penggunaan lahan dan berbagai
kegiatan yang ada.
Berdasarkan peta penggunaan lahan Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun
2009, penggunaan lahan di Kawasan Pegunungan Meratus didominasi oleh jenis
penggunaan lahan berupa hutan dengan luas lahan sekitar 683.423,80 Ha atau sekitar
77,14% dari total luas Kawasan Pegunungan Meratus.
Tabel 2.8
Luas Penggunaan Lahan di Kawasan Pegunungan Meratus
Menurut Jenis Penggunaan Lahan Tahun 2019
LUAS (HA) %
N PENGGUNAAN
ZONA ZONA
O LAHAN TOTAL
INTI PENYANGGA
1 Emplasemen 1,09 1,09
2 Hutan 437.446,14 245.977,66 683.423,80 77,14
3 Kebun Campuran 1.890,28 9.943,75 11.834,03 1,34
4 Padang Rumput 290,63 1.834,94 2.125,58 0,24
5 Perkebunan 2.155,77 16.295,82 18.451,60 2,08
6 Perkebunan Rakyat 3.525,06 8.960,46 12.485,52 1,41
7 Permukiman 518,90 1.909,13 2.428,03 0,27
8 Pertambangan 955,07 955,07 0,11
9 Sawah Irigasi 1.822,04 330,05 2.152,09 0,24
10 Sawah Tadah Hujan 0,00 2.463,41 2.463,41 0,28
11 Semak Belukar 55.435,52 73.225,35 128.660,87 14,52
12 Sungai/Danau/Situ/Telaga 8.774,51 565,13 9.339,65 1,05
13 Tegalan/Ladang 3.463,93 8.162,43 11.626,36 1,31
TOTAL 515.322,79 370.624,30 885.947,09 100,00
Sumber: RTR KSP Pegununungan Meratus Tahun 2019

II-24
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI RTR KSP PEGUNUNGAN MERATUS

II-25
PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI RTR KSP PEGUNUNGAN MERATUS

II-26
2.5. Kondisi Kependudukan
Kawasan pegunungan Meratus juga menjadi tempat untuk bermukim penduduk
yang tersebar di 10 kabupaten dan 39 kecamatan. Berikut ini adalah jumlah penduduk
pada tahun 2019 di Kawasan Pegunungan Meratus.
Tabel 2.9
Jumlah Penduduk di Kawasan Pegunungan Meratus
Menurut Kabupaten, Kota dan Kecamatan Tahun 2019
KABUPATEN / KOTA /
NO Jumlah Penduduk
KECAMATAN
A KABUPATEN BALANGAN 60.914
1 Kec. Tebing Tinggi 6.896
2 Kec. Halong 21.683
3 Kec. Awayan 13.944
4 Kec. Jaui 18.391
B KABUPATEN BANJAR 127.861
1 Kec. Aranio 9.578
2 Kec. Karang Intan 34.849
3 Kec. Mataraman 26.282
4 Kec. Paramasan 5.438
5 Kec. Pengaron 17.871
6 Kec. Sambung Makmur 13.315
7 Kec. Sungai Pinang 16.990
8 Kec. Telaga Bauntung 3.538
KABUPATEN HULU
C 40.790
SUNGAI SELATAN
1 Kec. Loksado 9.219
2 Kec. Padang Batung 21.558
3 Kec. Telaga Langsat 10.013
KABUPATEN HULU
D 43.384
SUNGAI TENGAH
1 Kec. Batang Alai Timur 7.983
2 Kec. Hantakan 12.829
3 Kec. Haruyan 22.572
E KABUPATEN KOTABARU 51.334
1 Kec. Hampang 11.941
2 Kec. Kelumpang Hulu 16.839
3 Kec. Pamukan Barat 10.574
4 Kec. Sungai Durian 11.980
F KABUPATEN TABALONG 72.534
1 Kec. Haruai 23.073
2 Kec. Muara Uya 24.884
3 Kec. Tabalong Jaro 16.537
4 Kec. Upau 8.040
G KABUPATEN TANAH BUMBU 136.581
1 Kec. Kusan Hulu 23.909
2 Kec. Mantewe 21.751
3 Kec. Satui 66.686
4 Kec. Sungai Loban 24.235
H KABUPATEN TANAH LAUT 177.628
1 Kec. Bajuin 18.025
2 Kec. Batu Ampar 27.311
3 Kec. Jorong 40.616
4 Kec. Kintap 51.787
5 Kec. Bati-bati 39.889
I KABUPATEN TAPIN 28.633
1 Kec. Bungur 13.539
2 Kec. Hatungan 9.056
II-27
KABUPATEN / KOTA /
NO Jumlah Penduduk
KECAMATAN
3 Kec. Piani 6.038
J KOTA BANJARBARU 35.814
1 Kec. Cempaka 35.814
TOTAL 775.256
Sumber: RTR KSP Pegununungan Meratus Tahun 2019

II-28

Anda mungkin juga menyukai