Anda di halaman 1dari 49

Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman

Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

BAB 2
GAMBARAN UMUM DAN
KEBIJAKAN UMUM

2.1. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT DAN TANAH BUMBU


2.1.1. Kabupaten Tanah Laut

A. Kondisi Fisik Dasar


Kabupaten Tanah Laut dengan ibukota Kabupaten di Kota Pelaihari
merupakan salah satu Kabupaten di Kalimantan Selatan yang dibatasi oleh daratan
maupun lautan. Gambaran secara lengkap wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah
sebagai berikut :
1. Lokasi Geografis Dan Batas Wilayah Perencanaan
Kabupaten Tanah laut merupakan salah satu wilayah Kabupaten di Propinsi
Kalimantan Selatan yang secara geografis terletak pada koordinat 3°30’33” –
4°11’38” LS dan 114°30’20” – 115°23’31” BT.

Secara administrasi, Kabupaten Tanah laut terdiri dari 11 Kecamatan yaitu:


kecamatan panyipatan, takisung, Bati-Bati, Kurau, Bumi Makmur (pemekaran kec.
Kurau), Batu Ampar, Tambang Ulang, Pelaihari, Bajuin (pemekaran kec. Pelaihari),
Jorong dan Kintap serta jumlah desa adalah sebanyak 133 desa dengan luas
3.631,35 Km² atau 363.135 Ha.

Batas wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah sebagi berikut :

 Sebelah Utara : Kota Banjar Baru

 Sebelah Timur : Kecamatan Satui, Kabupaten Tanah Bumbu

 Sebelah Selatan : Laut Jawa

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 1
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

 Sebelah Barat : Laut Jawa

Lebih jelasnya lihat pada tabel berikut ;

TABEL 2.1.
CAKUPAN ADMINISTRASI KABUPATEN TANAH LAUT

No. Kecamatan Desa Luas (Ha)

1 Panyipatan 1. Batakan 4.500


    2. Tanjung Dewa 4.200
    3. Kandangan Lama 6.000
    4. Batu Tungku 2.500
    5. Kuringkit 2.400
    6. Bumi Asih 1.500
    7. Batu Mulia 750
    8. Suka Ramah 1.750
    9. Panyipatan 6.900
    10. Kandangan Baru 3.100
      Jumlah 33.600
2 Takisung 1. Kuala Tambangan 5.920
    2. Telaga langsat 4.330
    3. Takisung 4.630
    4. Gunung Makmur 2.690
    5. Sumber Makmur 2.130
    6. Banua Tengah 2.250
    7. Banua Lawas 2.250
    8. Ranggang 1.130
    9. Batilai 600
    10. Ranggang Dalam 1.500
    11. Pegatan Besar 4.530
    12. Tabanio 2.340
      Jumlah 34.300
3 Bati-Bati 1. Banua Raya 1.300
    2. Bati-Bati 900
    3. Padang 700
    4. Ujung 600
    5. Ujung Baru 1.000
    6. Nusa Indah 2.300
    7. Kait-Kait 1.576
    8. Kait-Kait Baru 924
    9. Bentok Darat 4.000
    10. Banyu Irang 1.400
    11. Bentok Kampung 2.775
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 2
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

No. Kecamatan Desa Luas (Ha)

    12. Sambangan 800


    13. Liang Anggang 3.150
    14. Pandahan 2.050
      Jumlah 23.475
4 Kurau 1. Raden 1.500
    2. Maluka Baluin 900
    3. Bawang Layung 1.500
    4. Tambak Karya 1.000
    5. Padang Luas 1.600
    6. Tambak Sarinah 450
    7. Sarikandi 450
    8. Handil Negara 900
    9. Kali Besar 1.500
    10. Kurau 1.400
    11. Sungai Rasau 2.050
      Jumlah 13.250
5 Bumi Makmur 1. Sungai Bakau 1.500
    2. Bumi Harapan 150
    3. Kurau Utara 250
    4. Pantai Harapan 1.850
    5. Handil Maluka 900
    6. Handil Labuan Amas 3.500
    7. Handil Suruk 600
    8. Handil Gayam 600
    9. Handil Babirik 600
    10. Handil Birayang Bawah 2.000
    11. Handil Birayang Atas 1.600
      Jumlah 13.550
6 Batu Ampar 1. Tajau Pecah 25.200
    2. Jilatan 19.200
    3. Jilatan Alur 1.300
    4. Ambawang 635
    5. Durian Bungkuk 700
    6. Tajau Mulia 600
    7. Gunung Mas 1.000
    8. Batu Ampar 400
    9. Damar Lima 675
    10. Damit 1.800
    11. Damit Hulu 600
    12. Pantai Linuh 1.000

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 3
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

No. Kecamatan Desa Luas (Ha)

    13. Bluru 500


    14. Gunung Melati 1.200
      Jumlah 54.810
7 Tambang Ulang 1. Bingkulu 1.750
    2. Kayu Abang 2.075
    3. Gunung Raja 1.700
    4. Pulau Sari 1.050
    5. Tambang Ulang 1.200
    6. Sungai Jelai 1.575
    7. Sungai Pinang 600
    8. Martadah 4.603
    9. Martadah Baru 1.522
      Jumlah 16.075
8 Pelaihari 1. Sungai Riam 4.233
    2. Kampung Baru 3.277
    3. Sumber Mulia 1.050
    4. Tampang 1.150
    5. Sarang Halang 1.100
    6. Bumi Jaya 800
    7. Atu-Atu 300
    8. Angsau 1.050
    9. Pelaihari 1.500
    10. Karang taruna 2.200
    11. Telaga 2.300
    12. Guntung Besar 600
    13. Panjaratan 1.600
    14. Tungkaran 2.775
    15. Panggung 3.900
    16. Pabahanan 280
    17. Ambungan 1.350
    18. Panggung Baru 1.900
    19. Ujung Batu 2.100
      Jumlah 33.465
9 Bajuin 1. Tirta Jaya 550
    2. Galam 800
    3. Pamalongan 900
    4. Sungai Bakar 1.740
    5. Tanjung 8.000
    6. Bajuin 1.700
    7. Ketapang 1.000

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 4
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

No. Kecamatan Desa Luas (Ha)

    8. Kunyit 400
    9. Tebing Siring 9.020
      Jumlah 24.110
10 Jorong 1. Sabuhur 23.500
    2. Swarangan 17.500
    3. Alur 478
    4. Jorong 2.622
    5. Karang Rejo 1.500
    6. Muara Asam-Asam 1.000
    7. Asam Jaya 900
    8. Asri Mulia 900
    9. Asam-Asam 12.100
    10. Batalang 2.300
      Jumlah 62.800
11 Kintap   Pandansari 5.000
      Salaman 1.000
      Kintapura 2.800
      Pasir Putih 1.200
      Kintap Kecil 3.700
      Kintap 1.300
      Muara Kintap 4.900
      Bukit Mulia 1.733
      Sumber Jaya 2.475
      Kebun Raya 1.920
      Mekar Sari 1.732
      Sebamban Baru 1.080
      Sungai Cuka 5.760
      Riam Adungan 19.100
      Jumlah 53.700
      Jumlah Total 363.135
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2007/2008

2. Topografi Dan Kemiringan Lahan

Ditinjau dari segi topografinya, Wilayah Kabupaten Tanah Laut didominasi


oleh dataran rendah yang landai, yang membentang dari Barat ke Timur, mulai dari
arah Selatan (Pantai Laut Jawa) kearah Utara (pedalaman), dan bergelombang
hingga bergunung di daerah pedalaman yang berbatas dengan Kabupaten Banjar.

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 5
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Secara umum dapat dikatakan bahwa topografi wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat
di bagi atas 2 (dua) bagian besar, yaitu:
a. Bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga berombak.
Bentangan daerah ini memanjang dari Timur ke Barat dengan lebih melebar di
bagian Barat yang terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai, muara sungai
dan Pantai Laut Jawa.
b. Bagian utara, merupakan daerah yang bergelombang, berbukit dan bergunung
sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Banjar. Pada wilayah ini terdapat
beberapa puncak, yaitu:
1) Puncak gunung Kemuning (750 m dpl)
2) Puncak Gunung Batu Karo (621 m dpl)
3) Puncak Gunung Batu Balerang (921 m dpl)
4) Puncak Gunung Kematian (951 m dpl)
5) Puncak Gunung Batu Mandi (901 m dpl)
6) Puncak Gunung Sekupang (1.051 m dpl)
7) Puncak Gunung Haur Bonak (744 m dpl)
8) Puncak Gunung Aur Bunek (1.150 m dpl)
9) Puncak Gunung Condong (553 m dpl)
Ditinjau dari sudut ketinggian tempat (elevasi), wilayah Kabupaten Tanah Laut
dibagi 6 (enam) kelas elevasi , yaitu kelas 0 - 7 meter, 7 - 25 meter,  25 - 100 meter,
100 - 500 meter, 500 – 1000 meter dan diatas 1000 meter.
Kelas ketinggian (elevasi) lahan yang paling luas di Kabupaten Tanah Laut
adalah kelas elevasi 0 - 7 meter dpl, yaitu mencapai 58.240 Ha (15.6 % dari luas
daratan). Sedangkan kelas ketinggian yang paling kecil luasnya adalah kelas elevasi
di atas 1.000 meter dpl, yaitu 13.661 Ha (3,7% dari luas daratan). Kelas elevasi
ketinggian 0-7 meter dpl terdapat di seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Batu
Ampar dan Kecamatan Tambang Ulang sedangkan kelas elevasi ketinggian di atas
500 meter terdapat di Kecamatan Kintap, Jorong, Pelaihari dan Bati-Bati.
Kemiringan/kelerengan suatu lahan berkaitan dengan kepekaan tanah
terhadap erosi tanah, Semakin tinggi/terjal lerengnya maka tanah semakin peka

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 6
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

terhadap erosi. Bila dilihat dari kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Tanah Laut
dapat dibedakan dalam 6 (enam) kelompok, yaitu sebagai berikut :
a. 0 – 3 %, sebagian besar tersebar di wilayah Timur membentang dari bagian
Barat hingga Timur, mulai dari Selatan (pantai) ke Utara (pedalaman) dengan
luas 250.460 Ha (67,16 % dari luas total daratan)
b. 3 – 8 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah, membentang dari
bagian Barat hingga Timur, dengan luas 44.830 Ha (12,02 % dari luas total
daratan).
c. 8 – 15 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah, membentang dari
bagian Barat hingga Timur, dengan luas 31.600 Ha (8,47 % dari luas total
daratan)
d. 15 – 25 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah, membentang dari
bagian Barat hingga Timur, dengan luas 21.805 Ha (5,85 % dari luas total
daratan)
e. 25 – 40 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah dan Utara,
membentang dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas 10.690 Ha (2,87 %
dari luas total daratan)
f. 40 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah dan Utara, membentang
dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas 13.545 Ha (3,63 % dari luas total
daratan)
Terlihat bahwa wilayah Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh kelas lereng 0 –
3% yaitu sebesar 77,80% dari luas total wilayah daratan. Kelas lereng tersebut
selain potensial untuk tanaman pangan lahan basah (padi sawah) berpotensi juga
untuk perikanan tambak bagi wilayah yang ada di sepanjang pantai.
Berbagai bentuk lahan yang terdapat di wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah:
dataran aluvial (alluvial plain), dataran aluvial rawa-rawa (swamp alluvial plain),
dataran banjir (flood plain), pematang pantai (beachridges) dan dataran pasang
surut (tidal f lat), dataran nyaris (peneplain), perbukitan struktural lipatan (folded
hills), pegunungan struktural lipatan (folded mountain), dan bukit-bukit intrusif
(intrusion hills).

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 7
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

3. Geologi
Berdasarkan tinjauan terhadap peta geologi Provinsi Kalimantan Selatan di
Kabupaten Tanah Laut berumur antara mesozoik, tersier dan kuarter. Secara
fisiografis Kabupaten Tanah Laut terletak di bagian ujung Barat Daya Pegunungan
Meratus dan di bagian Selatan Cekungan Barito dan Anak Cekungan Asam-Asam.
Pegunungan Meratus terutama ditempati oleh batuan pra tersier, sedangkan
Cekungan Barito da Anak Cekungan Asam-Asam ditempati oleh batuan sediment
tersier.
Morfologi wilayah di Kabupaten Tanah Laut dapat dibagi menjadi 4 (empat)
satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi Dataran, dataran bergelombang, perbukitan
dan pegunungan. Satuan Morfologi Dataran menempati bagian ujung Selatan dan
ujung Barat. Ketinggian berkisar antara 0 – 10 m dpl. Satuan ini berupa endapan
alluvium rawa dan pantai yang tersusun dari batuan sediment kwarter. Satuan
Morfologi Dataran Bergelombang menempati bagian Barat dan Selatan, yaitu sekitar
jalur jalan raya Bati-bati – Pelaihari – Asam-asam; Pelaihari – Batakan dan Pelaihari –
Takisung.
Ketinggian berkisar antara 10 – 50 m dpl. Satuan ini tersusun oleh batuan
sediment kwarter dan tersier. Satuan Morfologi Perbukitan menempati bagian tengah
merupakan kaki dari Pegunungan Meratus. Ketinggian berkisar antara 50 – 250 m
dpl. Satuan ini tersusun oleh batuan metamorf dn sediment serta sebagian kecil
batuan beku.
Satuan Morfologi Pegunungan menempati bagian Utara, dicirikan oleh lereng
yang terjal dengan ketinggian puncak lebih dari 250 m dpl. Beberapa puncaknya
seperti Gunung Kematian (951 m dpl), Gunung Batu Belerang     (921 m dpl),
Gunung Batu Karo (621 m dpl).
Secara umum struktur geologi yang ada di wilayah kajian berupa antiklin dan
sinklin, yang terpotong-potong oleh sesar naik, sesar geser, dan sesar turun. Sumbu
lipatan umumnya berarah berarah Timur Laut-Barat daya, dan umumnya sejajar
dengan arah sesar normal. Akibat struktur dan proses geomorfologis yang kompleks,
maka di wiiayah kajian terbentuk berbagai jenis batuan, baik yang bersifat individual
maupun membentuk formasi dan kelompok tertentu, seperti disajikan dalam Peta
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 8
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Geologi Kabupaten Tanah Laut. Berikut diuraikan jenis-jenis batuan yang ada di
wilayah kajian, mulai dari yang tertua (Middle Jurasic) berupa batuan ultramafik
hingga termuda (Holocene) berupa batuan aluvium (Sikumbang dan Heryanto,
1994).

KOLOM STRATIGRAFI KABUPATEN TANAH LAUT

4. Jenis Tanah

Jenis Tanah yang ada di Wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah jenis tanah
podsolik, latosol, alluvial dan gleisol. Yang mendominasi wilayah Kabupaten Tanah
Laut adalah jenis tanah Alluvial, Podsolik dan Laotosol. Sedangkan jenis tanah Gleisol
hanya sebagian kecil saja, dan tersebar di 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan
Kurau, Bati-Bati, Takisung, Tambang Ulang, Pelaihari dan Panyipatan.
a. Jenis tanal latosol memiliki solum tanah tebal sampai sangat tebal, kandungan
bahan organic 3 – 9 %, pH tanah antara 4,5 – 6,5 yaitu dari masam sampai agak

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 9
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

masam, struktur tanahnya lemah dan konsistennya gembur. Secara keseluruhan


tanah ini mempunyai sifat fisika dan sifat kimia yang baik, sehingga produktivitas
lahannya sedang sampai tinggi, menempati areal seluas 108.780 Ha (29,17 %
dari luas daratan seluruhnya).
b. Jenis tanah Alluvial disebut juga sebagai tubuh tanah endapan, kandungan
bahan organiknya rendah, reaksi tanahnya masam sampai netral, struktur
tanahnya pejal atau tanpa struktur dan konsistensinya keras waktu kering, teguh
waktu lembab, kandungan unsure haranya relative kaya dan banyak tergantung
pada bahan induknya. Secara keseluruhan tanah alluvial mempunyai sifat fisika
kurang baik sampai sedang, sifat kimia sedang sampai baik, sehingga
produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi, menempati areal seluas 120.290 Ha
(32,26 % dari luas lautan).
c. Jenis tanah podsolik memiliki solum tanah yang paling tebal yaitu 90 – 180
cm, tekstur tanahnya lempung berliat hingga liat, konsistensinya gembur di
bagian atas dan teguh di lapisan bawah, kandungan bahan organiknya kurang
dari 5 %, kandungan unsure hara tanaman rendah, reaksi tanah (pH) sangat
masam sampai sangan masam yaitu 4 – 5,5. Secara keseluruhan tanah ini
memiliki sifat kimia kurang baik, sifat fisika tidak mantap karena sifat agregratnya
kurang baik, sehingga mudah terkena erosi. Produktivitasnya adalah rendah
sampai sedang, menempati areal satuan 123.010 Ha (32,98 % dari luas total
daratan)
5. Kemampuan Tanah

Klasifikasi kemampuan lahan merupakan suatu proses penilaian lahan


(komponen-komponen lahan) secara sistematik dan pengelompokannya kedalam
beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan potensi dan
penghambat dalam penggunaannya secara lestari. Penggunaan lahan diartikan
sebagai setiap bentuk intervensi manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi
kehidupannya. Penggunaan lahan dalam penilaian kemampuan lahan dibagi
kedalam dua golongan besar, yaitu penggunaan lahan untuk pertanian dan non-
pertanian.

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 10
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Penilaian potensi lahan merupakan kegiatan penilaian lahan yang didasarkan


pada karakteristik alamiah dari komponen-komponen lahan. Komponen lahan yang
dinilai meliputi aspek iklim, kelerengan, drainase, dan jenis tanah. Data-data potensi
lahan yang disusun selanjutnya akan digunakan untuk menilai kelas kemampuan
(land capability). Analisa kemampuan lahan ditujukan untuk penggunaan pertanian
dalam arti luas dan tidak membicarakan peruntukan jenis tanaman tertentu. Lahan
dengan kemampuan tinggi diharapkan berpotensi tinggi dalam berbagai
penggunaan, sehingga memungkinkan penggunaan yang intensif untuk berbagai
macam kegiatan pertanian. Penilaian kemampuan lahan akan membagi lahan ke
dalam beberapa kategori-kategori menurut faktor penghambat terhadap
pertumbuhan tanaman. Kategori-kategori yang akan digunakan dalam nilai
kemampuan lahan adalah kelas dan subkelas. Kategori kelas bersifat luas yang
didasarkan pada intensitas faktor-faktor penghambat yang permanen atau sukar
diubah. Sedangkan, kategori subkelas menunjukan jenis faktor penghambat yang
terdapat dalam kelas, misalnya bahaya erosi (e), kelembaban (w), daerah perakaran
(kedalaman efektip) (s), dan iklim (c). Pembagian kelas kemampuan lahan terdiri
dari delapan kelas seperti terlihat pada tabel berikut ;

TABEL : 2.2
KELAS KEMAMPUAN LAHAN
Kelas Keterangan
Tanah mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya, sesuai untuk segala macam
penggunaan pertanian. Kelas ini dicirikan oleh tanah yang datar, bahaya erosi sangat kecil, solum
I
dalam, berdrainase baik, mudah diolah, dapat menahan air dengan baik, dan responsip terhadap
pemupukan
Tanah mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya atau membutuhkan tindakan
pengawetan yang sedang. Tanah ini membutuhkan pengelolaan yang hati-hati meliputi tindakan
II pengawetan dan menghindari kerusakan. Penghambat dapat merupakan satu atau kombinasi dari
faktor-faktor lereng yang landai, kepekaan sedang terhadap erosi, dan struktur tanah yang kurang
baik.
Tanah mempunyai lebih banyak penghambat dari kelas II, dan bila digunakan untuk tanaman
pertanian memerlukan tindakan yang khusus. Penghambat pada lahan ini antara lain lereng yang
III
agak miring, sangat peka terhadap erosi, solum yang dangkal, kapasitas menahan air yang rendah,
drainase yang buruk.
Tanah mempunyai penghambat lebih besar dibandingkan dengan kelas III sehingga pemilihan jenis
IV penggunaan yang lebih terbatas. Penghambat pada lahan ini antara lain lereng curam, sangat peka
terhadap erosi, solum dangkal, kapasitas menahan air rendah, dan drainase buruk
V Tanah termasuk hampir datar, basah, atau tergenang air atau terlalu banyak batu dipermukaan
Tanah tidah sesuai untuk penggunaan tanaman semusim dan sebaliknya digunakan untuk penanaman
VI vegetasi permanen yang dapat digunakan untuk makanan ternak/padang rumput atau dihutankan.
Tanah ini memiliki lereng yang curam atau solum tanah yang sangat dangkal
VII Tanah tidak sesuai dengan penggunaan tanaman semusim dan sebaliknya digunakan untuk
penanaman vegetasi permanen yang dapat digunakan untuk makanan ternak atau dihutankan. Tanah
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 11
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

ini memiliki lereng yang sangat curam atau mengalami erosi yang berat, atau tanah sangat dangkal,
atau berbatu
Tanah tidak sesuai untuk tanaman semusim dan usaha produksi pertanian lainnya dan harus dibiarkan
VIII pada keadaan alami. Tanah memiliki lereng yang sangat curam atau sangat berbatu yang dapat
berupa batuan lepas atau batuan singkapan atau tanah pasir (pantai)

Kabupaten Tanah Laut memiliki kelerengan sangat bervariasi dari 2% hingga


lebih dari 60% yang membentang dari pesisir pantai hingga ke daerah pegunungan.
Kelas kemampuan lahan juga bervariasi dari kelas I sampai VIII dengan peruntukan
yang bermacam-macam dari penggunaan untuk pertanian yang intensip sampai
dengan daerah konservasi dan hutan lindung. Kondisi drainase tanah di Kabupaten
Tanah Laut bervariasi dari buruk hingga baik. Tanah yang berdarainase baik
ditandai oleh adanya perkembangan horizon tanah dengan kenampakan warna
coklat dan kekuningan, sedangkan yang berdrainase buruk ditandai oleh adanya
warna matriks tanah yang pucat. Kondisi fisiografi wilayah yang beragam
menyebabkan terbentuknya beberapa aliran sungai. Pola aliran sungai pada
kawasan berpola dendritik dimana daerah pengalirannya berbentuk bulu burung.
Sungai-sungai kecil akan bergabung pada beberapa sungai besar yang kemudian
bermuara ke Laut Jawa sedangkan eberapa wilayah juga dipengaruhi oleh pasang-
surut air laut.

6. Klimatologi

Karena distribusi hujan tidak memungkinkan untuk dianalis per satuan


ekosistem atau wilayah administrasi, maka pada sub bahasan ini, kondisi hujan akan
dibahas secara kewilayahan berdasarkan stasiun curah hujan yang ada, yang
diasumsikan dapat mewakili wilayah kajian. Berdasarkan data yang data yang ada
pada akhir tahun 2017, rata rata kondisi klimatologi yang meliputi suhu dan
kelembaban udara, serta curah hujan dapat dilihat pada tabel berikut ini ;

Tabel 2.3. Curah dan Hari Hujan

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 12
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Sumber ; Kabupaten Dalam Angka 2017

Berdasarkan Tabel, menunjukkan bahwa curah hujan di Kabupaten Tanah


Laut berlangsung secara terus menerus dari bulan Januari hingga bulan desember.
Kabupaten Tanah Laut sepanjang tahun mengalami hujan dengan 2 kali puncak
hujan dalam satu tahun. Puncak pertama hujan bulan April – Mei, dan puncak kedua
terjadi pada bulan Desember. Secara umum pola curah hujan di Kabupaten Tanah
Laut relative sama. Untuk jumlah hari hujan tertinggi terjadi di Bulan April sebanyak
28 hari dan terendah di bulan Agustur 3 hari hujan,

Sementara untuk suhu udara berkisar antara 19,9 C 0 – 35,6 C0, dengan
kelembaban rata-rata 72- 87%. Berikut ini adalah tabel penjelasan dari kondisi suhu
dan kelembaban di Kabupaten Tanah Laut tahun 2017 ;

Tabel 2.4. Suhu dan Kelembaban Udara

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 13
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Sumber ; Kabupaten Dalam Angka 2017

7. Hidrologi

Di Kabupaten Tanah Laut keadaan hidrologi atau sumber daya air dapat
dikelompokkan atas 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Sungai atau Danau
Keadaan hidrologi sungai dan danau sebagai sumber daya air permukaan di
Kabupaten Tanah Laut atas sungai-sungai besar dan kecil yang bermuara di Laut
Jawa. Sungai-sungai besar antara lain Sungai Maluka (640 Km 2), Sungai Tabanio
(770 Km2), Sungai Sabulur (190 Km 2), Sungai Sawarangan (580 Km 2). Fungsi-
fungsi sungai tersebut adalah untuk sumber air minum, pengairan, usaha

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 14
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

perikanan dan sebagai sarana transportasi antara daerah/daerah timur dengan


daerah-daerah Barat di abupaten Tanah Laut.
Adapun danau-danau (rawa) yang terdapat di Kabupaten Tanah Laut yaitu Rawa
Benua Raya (6.600 Ha), Rawa Panjaratan (2.500 Ha) dan Rawa Sanipah (5.600
Ha). Pada musiman hujan terdapat wilayah yang terkena banjir, baik terus
menerus tergenang maupun tergenang secara periodic. Wilayah yang selalu
tergenang adalah daerah Benua Raya dan Panjaratan.
2. Air Tanah
Kedalaman air tanah di suatu wilayah antara lain ditentukan oleh tingg wilayah
dari permukaan laut, jenis batuan induk dan sebagainya. Wilayah Kabupaten
Tanah Laut tersusun dari batuan induk yang bervariasi dan terletak paa
ketinggian 0 – 1000 m dpl. Oleh sebab itu kedalaman air tanahnya kan bervariasi,
dari dangkal (daerah pantai hingga perbukitan dan pegunungan).
3. Curah Hujan
Curah hujan sebagai fakor fisik bersifat dinamis karena di pengaruhi oleh waktu.
Curah hujan dimasukkan sebagai faktor fisik karena besar kecilnya curah hujan
akan mempengaruhi factor fisik yang lain, seperti menyebabkan terjadinya erosi,
adanya genangan air pada daerah-daerah tertentu. Dengan pengaruh kedua
faktor fisik tersebut sekaligus akan mempengaruhi tindakan budidaya baik
terhadap teknik pengolahan tanah maupun pemilihan jenis komoditi yang akn
dibudidayakan dalam bidang pertanian.
Hidrologi permukaan membahas tentang karakteristik hidrologi sungai atau tubuh
perairan lainnya yang ada di daratan , seperti rawa, embung, genangan atau kolam-
kolam bekas lokasi penambangan. Sebelum membahas satu persatu kondisi hidrologi
permukaan, maka pentinh kiranya untuk memahami batas dan luasan daerah aliran
sungai ( DAS ) yang adad di Kabupaten Tanah Laut. DAS adalah daerah yang di batasi
oleh igir-igir topografi sebagai pemisahan aliran ( divide ) yang berfungsi menangkap
aliran hujan, menyimpan, dan mengalirkannya melalui sistem aliran sungai, dan keluar
melalui outlet tunggal. Berdasrkan batas alami berupa pembatas topografi tersbut, maka
di Kabupaten Tanah Laut paling tidak dapat di kelompokkan ke dalam 18 ( delapan
belas ) DAS, seperti terinci dalam Tabel 3.8.
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 15
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Hidrologi permukaan lainnya yang di jumpai di Kabupaten Tanah Laut adalah


kolam – kolam bekas penambangan Batubara , Eamas atau Biji besi yang banyak tersebar
di Kecamatan Kintap, Jorong, Dan Pelaihari ; serta daerah rawa-rawa yang tersebat di
bagian Selatan dan Barat wilayah kajian , yaitu di sekitar Muara sungai Kintap; sekitar
Muara sungai Kudung dan Asam-asam ; sekitar Muara Sungai Pandan, Sabuhur , Sanipah,
dan Sapunggur; sekitar pantai Batakan : sekitar muara Sungai Batanggayang, Kuala
Tambangan dan Tabanio; serta bagian tengah Kecamatan Bati-bati dan Tambang ulang .
Rawa-rawa di Kabupaten Tanah Laut ini , umumnya berasosiasi dengan satuan
geokosistem dataran alluvial rawa, seperti di sajikan dalam Peta Sebaran Rawa Kabupaten
Tanah Laut. Selanjutnya, kondisi hidrologi permukaan akan di bahas berdasrkan satuan
ekosistem yang dilewati atau ditempati oleh bentuk hidrologi permukaan yang
bersangkutan.

TABEL 2.5.
CAKUPAN DAS DI KABUPATEN TANAH LAUT
No Nama DAS Cakupan Sub DAS Cakupan Wilayah
1. DAS Kintap Sungai Pudak, Haruan, Rantau, Kecamatan Kintap
dan Kintap
2. DAS Tabanio Sungai Bakar dan Tabanio Kecamatan Pelaihari ,
Kurau, dan Takisung
3. DAS Asam-asam Sungai Kaldan, Rangkan, dan Kecamatan Pelaihari, Batu
asam-asam Ampar, dan Jorong
4. DAS Maluka Sungai Rangga dan Maluka Kecamatan Bati-bati,
Tambang Ulang, dan
Kurau
5. DAS Sawarangan Sungai Sawarangan Kecamatan Pelaihari, Batu
Ampar dan Jorong
6. DAS Sabuhur Sungai Sabuhur Kecamatan Panyipatan,
dan Jorong
7. DAS Batanggayang Sungai Batanggayang Kecamatan Pelaihari,
Panyipatan, dan Takisung
8. DAS Kandangan Sungai Kepunggur dan Kecamatan Takisungdan
Kandangan Panyipatan
9. DAS Sepunggur Sungai Sepunggur Kecamatan Panyipatan
dan Jorong
10. DAS Danau Sungai Danau Kecamatan Jorong
11. DAS Anyar Sungai Anyar Kecamatan Takisung
12. DAS Pandan Sungai Pandan Kecamatan Jorong
13. DAS Cuka Sungai Cuka Kecamatan Kintap
14. DAS Kudung Sungai Kudung Kecamatan Kintap dan
Jorong
15. DAS Satui Sungai Satui Kecamatan Kintap
16. DAS Sanipah Sungai Sanipah Kecamatan Jorong
17. DAS Barito Timur Sungai Barito Timur Kecamatab Kurau
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 16
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

No Nama DAS Cakupan Sub DAS Cakupan Wilayah


18. DAS Lainnya Tidak ada nama sungai Kecamatan Bati0bati

Sumber: RTRW Kab Tanah Laut

B. Penggunaan Lahan
Melihat dari luas wilayah yang ada dengan penggunaan lahan seluas 92.814
ha (24.6 %) merupakan kawasan hutan, 71.288 ha (19,2 %) merupakan lahan
perkebunan, 51.122 ha (13,7 %) merupakan lahan sawah dan tegalan serta sisanya
4.157 ha (1,11 %) untuk kawasan pemukiman seluas 27.870 ha (30,02%) dan lain-
lain, maka Kabupaten Tanah Laut telah menyiapkan beragam potensi yang masih
dan dapat dikelola untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk
itu Kabupaten Tanah Laut melalui kebijakan penataan ruang wilayahnya telah
memprioritaskan 5 (lima) kawasan dengan masing-masing fungsi strategisnya yaitu :
1.    Kawasan industri dipusatkan di Kecamatan Bati-Bati dan Jorong.
2.    Pertanian di Kecamatan Kurau.
3.    Perikanan laut di Kecamatan Kuarau, Takisung, Panyipatan, Jorong dan Kintap.
4.    Pertambangan di Kecamatan Jorong dan Kintap.
5.    Wisata di Kecamatan Takisung, Panyipatan, jorong dan Pelaihari.
Kebijakan penataan ruang wilayah ini dimaksudkan tidak lain untuk
mengantisipasi adanya pengembangan perlintasan 2 kawasan di Kabupaten Tanah
Laut, yaitu sebelah utara pengembangan dengan Banjarmasin - Banjar / Banjarmasin
dan sebelah timur dengan Tanah Bumbu. Kebijakan yang tertuang dalam program
pengembangan wilayah diharapkan dapat mendukung pengembangan 2 wilayah,
sehingga dalam pelaksanaan pembangunan dapat lebih terarah, terkendali yang
pada akhirnya dapat tercapai hasil pembagunan yang maksimal.
2.1.2. Kabupaten Tanah Bumbu
A. Kondisi Fisik Dasar
1. Letak Geografis dan Administratif
Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak antara 2°52’ - 3°47’
Lintang Selatan dan 115°15’ - 116°04’ Bujur Timur.

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 17
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13 (tiga belas)
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persisi di ujung
tenggara Pulau Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan :
- Sebelah Utara Kabupaten Kotabaru
- Sebelah Selatan Laut Jawa
- Sebelah Barat Kabupaten Banjar
- Sebelah Timur Kabupaten Kota Baru
Kabupaten yang beribu kota di Batulicin ini memiliki 10 Kecamatan
(sebelumnya hanya 5 kecamatan ) terdiri dari 120 desa. Kabupaten Tanah Bumbu
memiliki Luas wilayah 5 wilayah sebesar 4 890,30 km (489 030Ha) atau 13,03
persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan
Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 30,74 persen
dari luas keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji
memiliki luas wilayah terkecil sebesar 114,64 Km atau hanya 2,34 persen dari
wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Berturut – turut dari kecamatan terluas
setelah Kusan Hulu adalah Mantewe, Satui, Kusan Hilir, Sungai Loban, Simpang
Empat, Angsana, Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji . Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ;
Tabel 2.6. Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu
Luas Wilayah
No Kecamatan Persentasi Desa
(Ha)
1 Kusan Hilir 25.19 5,03 Kota Pagatan
        Rantau Panjang Hilir
        Rantau Panjang Hulu
        Pagaruyung
        Upt. Karya Baku
        Betung
        Pulau Salak
        Beringin
        Baru Gelang
        Juku Eja
        Pulau Tanjug
        Saring Sei Binjai
        Wiritasi
        Pasar Baru
        Salimuran
        Saring Sei Bubu
        Batarang
        Satiung

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 18
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Luas Wilayah
No Kecamatan Persentasi Desa
(Ha)
        Batuah
        Pejala
        Gusunge
        Sei Lembu
        Serdangan
        Mekar Jaya
        Mudalang
        Manurung
        Pulau Satu
        Muara Pagatan
        Muara Pagatan Tengah
        Tannete
        Penyolongan
        Kampung Baru
        Pakatellu

2 Sungai Loban 25.422 5,08 Sebamban Baru


        Sebamban Lama
        Dwi Marga Utama
        Sungai Dua Laut
        Marga Mulya
        Sungai Loban
        Sari Mulya
        Tri Mulya
        Kerta Buana
        Batu Meranti
        Tri Martani
        Sari Utama
3 Angsana 104.412 20,85 Sungai Cuka
        Sungai Danau
        Angsana Timur
        Angsana Barat
        Sekapuk
        Sumber Arum
        Setarap
        Tegal Sari
        Sumber Makmur
        Wonorejo
        Jombang
        Bukit Baru
4 Kusan Hulu 145.372 29,03 Bakarangan
        Karang Mulya
        Harapan Jaya
        Lasung
        Sungai Rukam
        Manuntung
        Anjir Baru
        Binawara
        Pacakan
        Wonorejo
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 19
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Luas Wilayah
No Kecamatan Persentasi Desa
(Ha)
        Karang Sari
        Timbarau Panjang
        Guntung
        Darasan Binjai
5 Batulicin 11.179 2,23 Segumbang
        Pondok Butun
        Kersik Putih
        Batulicin
        Kusambi
        Sepunggur
Api-api
6 Karang Bintang 22.041 4,40 Karang Bintang
Pandan Sari
        Rejo Winangun
        Selaselilau
        Pematang Ulin
        Batulicin Irigasi
        Manunggal
        Harapan Maju
7 Simpang Empat 38.594 7,71 Kampung Baru
        Tungkaran Pangeran
        Sarigadung
        Mekar Sari
        Sungai Dua
8 Mantewe 93.461 18,67 Mantewe
        Dukuh Rejo
        Rejo Sari
        Suka Damai
        Bulu Rejo
        Sido Mulya
        Emil Baru
9 Kuranji 16.92 3,38 Kuranji
        Giri Mulya
        Waringin Tunggal
        Mustika
        Indra Loka Jaya
        Karang Hitam
10 Angsana 18.108 3,62 Angsana
        Purwodadi
        Sumber Baru
        Karang Indah
        Bunati
        Banjar Sari
Bayan Sari
Makmur
        Mekar Jaya
Sumber : Kab. Tanah Bumbu dalam angka, 2017

2. Morfologi Wilayah
a. Ketinggian
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 20
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Kondisi ketinggian di Kab. Tanah Bumbu menurut kelas ketinggian dari


permukaan laut yaitu 0 - 150 m dpl, > 150-350 m dpl, > 350-625 m dpl, > 625-1225
m dpl. Kelas ketinggian 25 – 100 m dpl merupakan kelas ketinggian yang banyak
terdapat di Kab. Tanah Bumbu, Tabel berikut ;
Tabel 2.7. Luas Kabupaten Tanah Bumbu Menurut Kelas Ketinggian
No Ketinggian Luas (Ha) Lokasi
1 0 - 150 m dpl 349.556 Semua Kecamatan
2 150 – 350 m dpl 155.446 Kusan Hulu, Mantewe, Angsana
3 350 - 625 m dpl 1.671 Angsana
4 625 - 1225 m dpl 23 Angsana
Jumlah 506.696
Sumber : RTRW Kab.Tanah Bumbu

Berdasarkan klasifikasi ketinggian, Kabupaten Tanah Bumbu di dominasi oleh jenis


lereng pedataran (0 -100 m dpl), sedangkan untuk lereng perbukitan (> 100 - 500 m
dpl) dan pegunungan meratus ( > 1000 m dpl) hanya tersebar di bagian paling utara
Kabupaten Tanah Bumbu.
Tabel 2.8. Tinggi Wilayah Di Kabupaten Tanah Bumbu

Sumber : Kab. Tanah Bumbu dalam angka, 2017

b. Kemiringan
Jika memperhatikan kecuraman lereng, Kabupaten Tanah Bumbu terbagi
menjadi enam kelas yaitu daerah berlereng 0-8%, >8 – 15 %, >15 – 25 %, >25-
40%, >40 %. Daerah yang dominan di wilayah Tanah Bumbu memiliki kelerengan

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 21
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

8-15% dengan luas 259.544,01 Ha, Tabel 2.7. Wilayah dengan kelas lereng 0 - 8%
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman dan perkotaan. Untuk wilayah kelas
lereng 8 - 15% dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan permukiman
pedesaan, sedangkan wilayah dengan kelas lereng 15 - 40% dimanfaatkan untuk
kegiatan perkebunan.
Tabel 2.9.
Luas Kabupaten Tanah Bumbu menurut Kemiringan
No Kemiringan Luas (Ha) Lokasi

1 0-8% 97.586,71 Semua Kecamatan


2 > 8 - 15 % 59.544,01 Semua Kecamatan
3 > 15 - 25 % 57.338, Angsana, Angsana, Sungai Loban, Kusan Hulu,
55 Simpang Empat, Mantewe
4 > 25- 40% 2.264,86 Kusan Hulu dan Mantewe
5 > 40 % 89.961, Angsana, Kusan Hulu, Mantewe, Simpang Empat
87
Jumlah 506.696,0
0
Sumber : RTRW Kab. Tanah Bumbu

C. Jenis Tanah
Jenis dan sifat tanah sangat tergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah
seperti suhu, iklim, bahan induk, dan waktu. Jenis tanah di Kab.Tanah Bumbu
didominasi oleh jenis tanah PMKL dengan luas 161.028 Ha (31,78%). Berdasarkan
hasil analisis Peta RePPRoT (1988), tinjauan lapangan oleh konsultan (data primer)
dan hasil studi sebelumnya (data sekunder) , jenis tanah di Kab.Tanah Bumbu secara
garis besar terdiri dari 5 jenis tanah yaitu tanah PMKL, KPMK, Alluvial, Latosol, PMK,
(Tabel 2.12)

Tabel 2.10.
Luas dan Jenis Tanah di Kab Tanah Bumbu

No Jenis Tanah Luas (Ha) Lokasi


1 PMKL 132.516,21 Semua Kecamatan
2 KPMK 127.651,83 Angsana, Kusan Hulu
3 Aluvial 99.437,05 Semua Kecamatan
4 Latosol 80.327,01 Karang Bintang, Angsana, Kusan Hilir,
Batulicin, Simpang Empat, Kusan Hulu
5 PMK 66.763,92 Karang Bintang, Batulicin, Simpang Empat,
Kusan Hulu, Mantewe
Jumlah 506.696,00
Sumber: RTRW Kab. Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 22
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Dari jenis tanah di atas jika diurut dari yang paling peka terhadap erosi pada
kondisi yang sama adalah podsolik, Latosol, alluvial.
Tanah Podsolik
Tanah Podsolik di daerah studi seluas 119.015 Ha (50,96 %) yang merupakan
sedimentasi batuan liat dan batu endapan, batuan igneous. Dari sifat fisik dan
kimia tanah, lahan ini cocok untuk tanaman pertanian dan lahan perkebunan. Di
daerah studi tanah ini menyebar mulai dari daerah landai hingga daerah berbukit.
Tanah ini telah mengalami perkembangan profil yang telah lanjut, perkembangan
liat yang dari lapisan atas ke bawah cenderung meningkat, tekstur liat - lempung
liat berdebu, struktur agak gembur sampai teguh.
Latosol
Jenis tanah latosol di wilayah studi tersebar pada daerah-daerah datar hingga
berombak dengan kemiringan lereng 0-35%. Luas jenis tanah ini didaerah ini
13.318 Ha (5,7 %). Penggunaan lahan berjenis tanah latosol ini bervariasi, ada
yang digunakan untuk permukiman, perladangan, semak, kebun campur dan
kawasan hutan. Biasanya keberadaan jenis tanah ini dicirikan oleh adanya
perkembangan horozon (horizon argilik) sebagai horizon iluviasi pada horizon B,
yang berasal dari endapan tanah liat dan batu liat yang kaya unsur Ca dan Mg.
Tanah–tanah ini pada lapisan atasannya bertekstur lebih ringan dari pada lapisan
bawahnya. Hal ini terjadi karena adanya proses pencucian endapan liat dari
lapisan atas ke lapisan bawah (horizon iluviasi).
Tanah Alluvial
Tanah Alluvial ini secara umum merupakan tanah subur untuk pengembangan
pertanian karena merupakan endapan lumpur aliran sungai dan danau, sehingga
hanya berada pada kawasan yang datar dan cekungan sungai. Tanah ini di areal
studi seluas 89.375 Ha. Tanah ini mempunyai sifat: tidak teratur yaitu tebal
lapisan, jenis bahan penyusun tanah, warna, tekstur, struktur dan kandungan
bahan organik yang sering berulang (tidak beraturan), lapisan yang berbeda tapi
sifat dan jenisnya sama.
c. Geologi
Geologi Umum
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 23
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Struktur Geologi di Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari beberapa jenis batuan,
yaitu:
1) Alluvium: Kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur, terdapat sebagai
endapan sungai, rawa dan pantai.
2) Formasi Dahor: Batupasir kuarsa, mudah hancur, setempat bersisiran
lempung, lignit, limonit, kerakal kuarsa asap dan basal.
3) Formasi Warukin, yaitu: perselingan batupasir kuarsa dan batulempung,
bersisipan serpih, batubara dan batugamping. Batupasir dan batulempung
karbonan setempat mengandung konkresi besi.
4) Alluvium: Kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur, terdapat sebagai
endapan sungai, rawa dan pantai.
5) Formasi Dahor: Batupasir kuarsa, mudah hancur, setempat bersisiran
lempung, lignit, limonit, kerakal kuarsa asap dan basal.
6) Formasi Warukin, yaitu: perselingan batupasir kuarsa dan batulempung,
bersisipan serpih, batubara dan batugamping. Batupasir dan batulempung
karbonan setempat mengandung konkresi besi. Satuan ini terendapkan pada
lingkungan litoral hingga paralis dan tebalnya 250-750m.
7) Formasi Berai: Batugamping bioklastik, setempat berselingan dengan napal
dan batupasir, mengandung bintal rijang. Tebal satuan antara 500-1500 m.
Formasi Berai menjemari dengan Formasi Pamaluan dan menindih selaras
Formasi Tanjung.
8) Formasi Pamaluan: perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan
batu gamping. Batuan ini mengandung fosil foraminifera Orbitulina universa
D’ORBIGNY, Globigerinoides sp, dan Cycloclypeus sp;
9) Formasi Tanjung: perselingan konglomerat, batupasir dan batulempung
dengan sisipan serpih, batubara dan batugamping. Bagian bawah terdiri dari
konglomerat dan batupasir dengan sisipan batulempung, serpih dan batubara,
sedangkan bagian atas terdiri atas batupasir dan batulempung dengan sisipan
batugamping.
10)Batuan Ultramafik: Harzburgit, dunit, serpentinit, gabro, basal dan piroksinit
yang telah terserpentinkan. Mikrodiordit (granit tipe “M”) berupa bodin
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 24
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

berukuran 1-2 m dijumpai dengan arah U290 0 T. Batuan Ultramafik


bersentuhan secara tektonik dengan satuan disekitarnya.
11)Batu pasir Tekersikan dan Rijang Radiolaria: batupasir tekersikan berwarna
putih kemerahan, berbutir halus dan padu, dengan sisipan rijang radiolaria.
Satuan ini bersentuhan sesar dengan batuan Ultramafik dan Formasi Pitap
serta tertindih takselaras oleh Formasi tanjung.
d. Hidrologi
Sumber daya air di Kabupaten Tanah Bumbu di bagi ke dalam dua bagian
yaitu air permukaan dan air tanah.
1) Air Permukaan (Sungai)
Di Kabupaten Tanah Bumbu terdapat empat Daerah Aliran Sungai (DAS) besar
yang menjadi jantung kebutuhan air dan cukup besar untuk dimanfaatkan
terutama bagi pengairan, yaitu: DAS Angsana, DAS Loban, DAS Sitiung dan DAS
Batulicin. Sistem DAS yang terdapat di Kabupaten Tanah Bumbu akan
berpengaruh terhadap sistem drainase yang pada akhirnya mempengaruhi
sistem kegiatan di Kabupaten Tanah Bumbu. Di Kabupaten Tanah Bumbu
terdapat beberapa tempat yang mempunyai debit air yang sangat tinggi yaitu di
Pegunungan Meratus yang merupakan sumber mata air setempat. Sungai terluas
terdapat di daerah Sungai Sitiung dan Sungai Batulicin, hal ini dapat memberikan
kemudahan bagi warga untuk memenuhi kebutuhan air. Sungai Batulicin dapat
melayani kebutuhan air untuk warga Kecamatan Batulicin, Karang Bintang,
Kampung Baru, Mentewe, Simpang Empat. Sungai Sitiung dapat melayani
kebutuhan air untuk warga Kecamatan Kusan Hilir, Kusan Hulu dan Kuranji.
Kebutuhan akan air warga Kecamatan Sungai Loban dan Angsana dapat dilayani
oleh Sungai Loban sedangkan warga Kecamatan Angsana akan dilayani oleh
Sungai Angsana.

2) Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-
ruang antar butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 25
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

batuan. Air tanah di Kab. Tanah Bumbu terdiri dari air tanah dangkal dan air
tanah pegunungan (dalam). Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu ada yang menggunakan air tanah, akan
tetapi setiap datang musim kemarau air tanah tersebut akan mengering. Kondisi
akuifer di Kab. Tanah Bumbu dibedakan menjadi dua, yaitu:
Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas. Akuifer dengan keterusan
rendah hingga sedang, muka air tanah beragam; debit sumur umumnya
kurang dari 5 l/det. Akuifer jenis ini terdapat di sekitar kecamatan Angsana.
Akuifer dengan produtivitas rendah, setempat berarti umumnya keterusan
rendah, setempat sedang; setempat air tanah dalam jumlah yang cukup
dapat diperoleh terutama di lembah-lembah atau zona sesar dan pelapukan.
Jenis ini berada di sekitar Kecamatan Batulicin dan Mantewe.
Tabel 2.11.
Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Tanah Bumbu

Sumber ; Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka 2017


e. Klimatologi
Dari hasil pantauan Stasiun Meteorologi Syamsir Alam Kotabaru, selama tahun
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 26
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

2017 kelembaban udara rata – rata perbulan berkisar antara 81 persen sampai 86
persen dengan kelembaban maksimum tertinggi sebesar 97 persen terjadi di bulan
Maret, April, dan Mei. Sedangkan kelembaban minimum terendah sebesar 60 persen
terjadi di bulan Agustus. Sedangkan temperature dara rata – rata per bulan selama
tahun 2016 berkisar antara 26,90 C dan 28,1 C,dengan suhu udara maksimum
tertinggi pada bulan Januari, Maret, dan Mei sebesar 32,50 C dan minimum terendah
sebesar 23,80 C di bulan Agustus.
Jumlah curah hujan tertinggi terjadi di bulan Maret yaitu sebesar 350,1 mm
dan terendah di bulan Juli sebesar 73,6 mm. Sedangkan Jumlah hari hujan terbanyak
yaitu selama 26 hari terjadi di bulan Maret dan April. Sementara kecepatan angin
maksimum mencapai 3,6 knot pada bulan Desember.
Tabel 2.12.
Tinggi Wilayah Di Kabupaten Tanah Bumbu

Sumber ; Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka 2017

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 27
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Tabel 2.13.
Tinggi Wilayah Di Kabupaten Tanah Bumbu

Sumber ; Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka 2017

B. Penggunaan Lahan
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu masih merupakan hutan
yaitu seluas 319.476 Ha atau 63,05 persen dari keseluruhan wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu. Hanya 19,51 persen atau 98.827 Ha saja yang sudah dimanfaatkan
untuk pertanian sawah, ladang dan perkebunan. Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu
menempati 7.831 Ha yang digunakan sebagai permukiman 11.949,54 Ha selebihnya
digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput dan tanah terbuka.

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 28
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Tabel 2.14.
Tinggi Wilayah Di Kabupaten Tanah Bumbu

Sumber ; Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka 2017

Tabel 2.15.
Tinggi Wilayah Di Kabupaten Tanah Bumbu

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 29
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Sumber ; Kabupaten Tanah Bumbu Dalam Angka 2017

2.2. KEBIJAKAN DAN RENCANA UMUM TERKAIT PERUMAHAN DAN


PERMUKIMAN
2.2.1. Kebijakan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum
Dan Perumahan Rakyat Tahun 2015-2019
Kebijakan rencana strategis (Renstra) Kementerian Pekerjaan Umum Dan
Perumahan Rakyat merupakan arahan pengembangan wilayah Provisi Kalimantan Selatan
dalam perencanaan perumahan dan permukiman. Kementerian menetapkan arahan visi
dan misi pengembangan wilayah perumahan dan permukiman yang terdapat di seluruh
Indonesia meliputi, visi ;
“Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang handal dalam
mendukung Indonesia yang berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian berlandaskan Gotong
Royong”
Visi tersebut dapat diartikan sebagai tingkat dan kondisi ketersediaan,
keterpaduan, serta kualiatas dan cakupan pelayanan infrastruktur perkerjaan umum dan
perumahan rakyat yang produktif dan cerdas, berkeselamatan, mendukung kesehatan
masyarakat, menyeimbangkan pembangunan, memenuhi kebutuhan dasar, serta
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 30
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih
sejahtera.
Misi Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat yang berkaitan dengan
arahan pengembangan dan pembangunan sarana permukiman dan perumahan
diantaranya adalah:
a. Mempercepat pembangunan dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan
infrastruktur dasar yang layak dalam mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia
b. Mempercepat infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat secara terpadu
dari pinggiran didukung industry konstruksi yang berkwalitas untuk keseimbangan
pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan dan
kawasan pedesaan dalam kerangka NKRI
Berdasarkan arahan visi dan misi tersebuut maka rencana pengembangan sarana
permukiman dan perumahan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah meningkatkan
kebutuhan perumahan dan permukiman di wilayah Kalimantan Selatan yang didukung
oleh ketersediaan sarana dan prasarana pendukungnya. Guna untuk mewujudkan arahan
visi dan misi yang ditetapkan oleh kementerian terdapat arahan kebijakan dan strategi
penataan ruang yang dikembangkan meliputi :
1. Kebijakan dan strategi umum pembangunan dan pengembangan permukiman,
adapun strategi dan kebijakan yang akan adalah:
a. Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaran kawasan permukiman
b. Pengaawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan
daerah
2. Kebijakan dan strategi implementasi pembangunan dan pengembangan permukiman
perkotaan
a. Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan
kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan
pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan
fisik maupun non fisik
b. Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya
pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 31
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

3. Kebijakan dan Strategi Implementasi Pembangunan dan Pengembangan Permukiman


Perdesaan
a. Percepatan peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar permukiman
perdesaan
b. Pembangunan dan pengembangan kawasan permukiman yang berkualitas yang
mendukung peningkatan produktivitas kawasan perdesaan
Rencana pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman di
berdasarkan arahan kebijakan dan strategi Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan
dan Permukiman dituangkan dalam program yang akan dikerjakan, adapun program yang
dimaksud adalah:
a. Dukungan Manajemen Penyelenggaraan Pembiayaan Perumahan
b. Penyusunan Kebijakan, Program dan Anggaran, Kerjasama, Data Informasi serta
Evaluasi Kinerja Pembiayaan Perumahan
c. Pengembangan Pola Pembiayaan Perumahan
d. Pendayagunaan Sumber Pembiayaan Perumahan
e. Pengendalian Kemudahan dan Bantuan Pembiayaan Perumahan
f. Dukungan Penyaluran Bantuan Pembiayaan Perumahan (BLU dari PNBP)
g. Penyaluran Bantuan Pembiayaan Perumahan (BA 999)
Kementrian menetapkan target pembangunan dan pengembangan perumahan dan
permukiman yang telah dituangkan dalam masing-masing program kegiatan kerja target
dan kegiatan yang dimaksud dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.16. Program Pengembangan Dan Pembangunan Perumahan Dan Permukiman
TARGET
KEGIATAN Satuan Total
2015 2016 2017 2018 2019
Pengembangan 7.768.02 8.780.26 184.662.81
X Rp Juta 52.731.673 55.410.349 59.972.500
perumahan 8 0 0
Menurunnya
kekurangan tempat
tinggal (baclog)
dan menurunnya
rumah tidak layak
huni
1. Presentase
penurunan
kekurangan
tempat tinggal
Presentase 0.63% 2,01% 2,75% 2,83% 2,96%
(backlog)
berdasarkan
perspektif
menghuni
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 32
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

TARGET
KEGIATAN Satuan Total
2015 2016 2017 2018 2019
2. Persentase
penurunan rumah Presentase 1,47% 3,04% 10,29% 14,60% 14,71%
tidak layak huni
Penyusunan
Perencanaan
103.507 188.240 134.326 149.999 161.679 737.752
Penyediaan
Perumahan
1. Perencanaan
strategis
Dokumen 6 6 4 4 4 24
penyediaan
perumahan
2. Perencanaan
tahunan
Dokumen 4 4 4 4 4 20
penyediaan
perumahan
3. RP3KP Dokumen 8 8 8 8 8 40
4. Perencanaan
rumah susun dan Laporan 1 1 1 1 1 1
rumah khusus
5. Perencanaan
rumah swadaya
Laporan 1 1 1 1 1 5
dan rumah
khusus
6. Perencanaan
rumah swadaya
dan rumah Laporan 2 2 2 2 2 10
umum dan
komersial
7. Kemitraan
penyediaan Laporan 3 3 3 3 3 15
perumahan
8. Peningkatan dan
oembinaan
kapasitas
kelembagaan Laporan 2 1 2 1 2 8
pelaku
penyediaan
perumahan
9. Pedoman dan
kriteria evaluasi
Dokumen 2 2 2 2 2 10
penyediaan
perumahan
10.Pemantauan
kegiatan
Laporan 3 4 4 4 6 21
penyediaan
perumahan
11.Pendataan
penyediaan Laporan 3 3 3 3 3 15
perumahan
12.Pengembangan
dan pengelolaan
Laporan 2 2 2 2 2 10
system
informasi
13.Pengembangan
informasi Laporan 1 1 1 1 1 5
perumahan
14.Perencanaan Laporan 8 8 8 8 8 40
lingkungan

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 33
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

TARGET
KEGIATAN Satuan Total
2015 2016 2017 2018 2019
hunian skala
besar
15.Perencanaan
lingkungan
Dokumen 8 8 8 8 8 40
hunian bukan
skala besar
Pemberdayaan
perumahan 1.515.80 2.729.46
X Rp Juta 8.348.147 10.953.720 10.711.988 34.259.115
swadaya 0 0

Penyediaan
1.499.24 1.383.43
rumah khusus X Rp Juta 2.657.224 3.235.849 3.676.218 12.45.961
0 0
Penyediaan
4.035.00 3.881.62 130.497.41
rumah susun X Rp Juta 39.763.323 39.381.075 43.381.075
0 0 2

Pengembangan
Pembiyaan
X Rp Juta 341.517 361.852 383.461 406.367 430.499 1.923.696
Perumahan

1. Meningkatkan
rumah hingga
mesyarakat
berpenghasilan
rendah yang
menghuni rumah X Rp Juta 341.517 361.852 383.461 406.367 430.499 1.923.969
layak melalui
bantuan fasilitas
pendanaan dan
pembiayaan
perumahan
2. Menurunnya
kekurangan
tempat tinggal
(backlog) melalui
X Rp Juta 10.335.391 25.550.143 43.360.134 58.820.664 26.426.115 164.494.447
bantuan
pendanaan dan
pembiyaan
perumahan
Sumber: Renstra Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan dan Permukiman tahun 2015-2019

2.2.3. Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2006 –


2021 Provinsi Kalimantan Selatan Perda No 17 Tahun 2009
Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) tahun 2006 – 2021
Provinsi Kalimantan Selatan merupakan arahan pengembangan perumahan dan
permukiman di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Rencana jangka panjang yang
dimasud berdasarkan acuan visi dan misi pembangunan. Adapun visi pembangunan yang
ingin dicapai adalah:

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 34
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

“Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Berdikari dan
Berdaya Saing”
Adapun misi yang akan dilakukan dengan arahan visi adalah sebagai berikut:
4. Mengembangkan Sumber Daya Manusia Yang Agamis, Sehat, Cerdas Dan Terampil;
5. Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan Yang Professional Dan Berorientasi Pada
Pelayanan Publik;
6. Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah Yang Berbasiskan Kearifan Lokal;
7. Mengembangkan Infrastruktur Wilayah Yang Mendukung Percepatan Pengembangan
Ekonomi Dan Sosial Budaya;
8. Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis Sumberdaya Lokal,
Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.
Berdasarkan arahan visi dan misi pengembangan permukiman dan perumahan
yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dituangkan dalam kebijakan
pembangunan. Adapun kebijakan pembangunan untuk perencanaan perumahan dan
permukiman di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah mengembangkan infrastruktur
wilayah yang mendukung percepatan pengembangan ekonomi dan sosial budaya,
adapun program yang akan dilakukan diantaranya:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastuktur dasar
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur perekonomian
3. Program pembangunan, peningkatan, rehabilitasi, pemeliharaan sarana dan prasarana
public, aparatur, perumahan, air minum, persampahan dan limbah
2.2.4. Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun
2005-2025 Provinsi Kalimantan Selatan, Perda No 17 Tahun 2009
Arahan Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2005-2025 merupakan arahan pengembangan dan
pembanguna yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, visi yang digunakan
adalah:
“Kalimantan Selatan 2025 Maju Dan Sejahtera Sebagai Wilayah Perdagangan Dan Jasa
Berbasis Agroindustri”
Adapun misi yang akan dilakukan pada pengembangan rencana pembangunan
jangka menengah di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan diantaranya:
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 35
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas SDM,


2. Mengembangkan ekonomi ke arah industry dan perdagangan,
3. Mengembangkan prasarana dan sarana pembangunan
4. Mendorong pengelolaan SDA secara efesien,
5. Menciptakan taat asas dan tertib hukum.
Berdasarkan visi dan misi tersebut diarahkan dengan pengembangan kebijakan
program agar dengan tujuan untuk mewujudkan visi dan misi yang ditetapkan. Kebijakan
pembangunan yang dimaksud adalah penyediaan fasilitas permukiman sehat yang
diwujudkan dengan program pengembangan yaitu:
1. Program pembangunan, peningkatan, rehabilitasi, pemeliharaan sarana dan prasarana
public, aparatur, perumahan, air minum, persampahan dan limbah
2. Pengembangan lingkungan sehat permukiman
2.2.5. Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan
Selatan Tahun 2015-2035, Perda No 9 Tahun 2015
Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Kalimantan Selatan tahun
2015-2035 adalah arahan tata ruang untuk kegiatan pengembangan permukiman di
wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Arahan tata ruang secara umum mengacu dengan
tujuan tata ruang di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Tujuan tata ruang di wilayah
Kalimantan Selatan adalah:
“Terwujudnya Keterpaduan Struktur Ruang Dan Pola Ruang Daerah Yang Efesiens Dan
Berkelanjutan Untuk Mendukung Pengembangan Wilayah Perdagangan Dan Jasa Berbasis
Agroindustri”
Adapun kebijakan arahan pengembangan fasilitas permukiman diantaranya adalah
Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi,
telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan merata di seluruh wilayah
Daerah, Perwujudan dan peningkatan keterpaduan serta keterkaitan antar kegiatan
budidaya, dan Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung lingkungan.
Rencana tata ruang wilayah Kalimantan Selatan terbagi menjadi rencana struktur
ruang dan rencana pola ruang. Rencana struktur ruang merupakan rencana system pusat
pelayanan dan sub pusat pelayanan sedangkan rencana pola ruang adalah rencana
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 36
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

pemanfaatan ruang yang akan dikembangkan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan.


Selain rencana struktur ruang dan rencana pola ruang terdapat pula rencana kawasan
strategis yang merupakan wilayah yang memiliki potensi pengembangan prioritas dengan
tujuan agar dapat memberikan pengaruh dan dampak positif untuk wilayah di sekitarnya.
A. Rencana struktur ruang di wilayah Kalimantan Selatan
Rencana struktur ruang meliputi system perkotaan yang bersifat nasional dan
system perkotaan provinsi. System perkotaan nasional adalah pusat kegiatan nasional
atau PKN, PKN merupakan wilayah yang diperunkan agar mampu memberikan pelayanan
hingga tingkat nasional atau provinsi lain yang berada di sekitar wilayah perencanaan.
Pusat PKN yang dimaksud adalah Kota Banjarmasin.
Rencana pusat kegiatan wilayah atau PKW, PKW merupakan pusat pelayanan
yang diperuntukan agar dapat melayani kegiatan yang berada diluar wilayah Kota atau
Kabupaten sehingga fungsi wilayah tidak hanya mampu melayani wilayah sendiri secara
mandiri tetapi mampu juga melayani wilayah lain yang berada di daerah sekitarnya. Pusat
kegiatan wilayah yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan meliputi:
1. Perkotaan Martapura, Kab. Banjar,
2. Perkotaan Marabahan, Kab. Barito,
3. Perkotaan Amuntai, Kab Hulu Sungai Utara dan
4. Perkotaan Kotabaru Kab.Kotabaru
Rencana system perkotaan provinsi merupakan arahan kebijakan struktur ruang
berdasarkan kebutuhan dan rencana pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Adapun
arahan system perkotaan Provinsi yang tersebut adalah:
1. Kota Banjarbaru,
2. Perkotaan Rantau di Kab.Tapin,
3. Perkotaan Kandangan di Kab Hulu Sungai Sleatan,
4. Perkotaan Barabai di Kab.Hulu Sungai Tengah,
5. Perkotaan Paringin di Kab. Balangan,
6. Perkotaan Tanjung di Kab. Tabalong,
7. Perkotaan Pelaihari di Kab. Tanah Laut dan
8. Perkotaan Batulicin Kab. Tanah Bumbu

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 37
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Selain itu terdapat sistem pemusatan lainnya yang berfungsi untuk mendukung
perkembangan dan pembangunan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Pusat
Kegiatan Nasional Promosi atau PKNp yang memiliki fungsi pengembangan wilayah untuk
ditingkatkan pelayanannya agar mampu memberikan pelayanan dari skala
Kabupaten/Kota menjadi pelayanan Provinsi. Wilayah yang dimaksud adalah Perkotaan
Martapura Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru.
Pusat kegiatan wilayah promosi atau PKNp adalah wilayah yang diperuntukan atau
direncanakan dari pelayanan skala Kecamatan menjadi skala pelayanan Kabupaten/Kota
adapun wilayah yang dimaksud adalah Perkotaan Batulicin, Kabupaten Banjar dan
Perkotaan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Arahan struktur ruang dalam rencana
tata ruang wilayah Provinsi Kalimantan Selatan termuat dapat dilihat pada peta 2.1.
B. Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Selatan
Rencana pola ruang Provinsi Kalimantan Selatan adalah rencana pemanfaatan dan
penggunaan lahan yang akan dikembangkan di wilayah Kalimantan Selatan khususnya
pengembangan dan pembangunan permukiman dan perumahan. Rencana pola ruang
untuk kegiatan permukiman dan perumahan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu
Rencana pengembangan kawasan permukiman seluas kurang lebih 217.243 ha tersebar
di seluruh Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Arahan pola ruang dapat dilihat
pada Peta 2.2. Adapun peruntukan kawasan permukiman di Provinsi Kalimantan Selatan
yaitu:
1. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan yaitu kawasan yang mempunyai
kegiatan utama non pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
industri, pelayanan social dan kegiatan ekonomi;
2. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan yaitu kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa sosial, dan
kegiatanekonomi.
C. Rencana Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Selatan
Rencana kawasan strategis dibagi berdasarkan kepentingan dan potensi
pengembangan wilayahnya adapun rencana kawasan strategis yang terdapat di wilayah
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 38
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi yaitu Kawasan Ekonomi Batulicin-Kotabaru di Kabupaten Tanah
Bumbu dan Kabupaten Kotabaru, Kawasan Perkotaan Banjarbakula, dan direncanakan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mekar Putih di Kabupaten Kotabaru.
1. Kawasan Strategis dari Sudut Kpentingan Pertumbuhan Ekonomi
a. Kawasan Perkotaan Banjarbakula;
b. Kawasan Rawa Batang Banyu;
c. Kawasan Industri Batulicin dan sekitarnya;
d. Kawasan Industri Kotabaru dan sekitarnya; dan
e. Kawasan Industri Jorong dan sekitarnya
2. Kawasan Strategis dari Sudut Fungsi Daya Dukung Lingkungan
a. Kawasan Pegunungan Meratus; dan
b. Kawasan pesisir dan pulau-pulau Kecil, kawasan terbuka sepanjang pantai timur-
tenggara wilayah Daerah dengan berbagai pola pemanfaatan ruang baik lindung
maupun budidaya.
3. Kawasan Strategis dari Sudut Pertahanan Dan Keamanan
a. kawasan tertentu di sepanjang sungai, pesisir pantai, laut dan pulaupulau kecil di
Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah
Laut, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru sebagai daerah
pertahanan laut, daerah pendaratan, daerah basis militer, daerah latihan militer,
daerah pembuangan amunisi, gudang amunisi, daerah uji coba persenjataan dan
daerah industri pertahanan; dan
b. kawasan tertentu di Pegunungan Meratus di Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar,
Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru,
Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin sebagai daerah pertahanan
darat dan daerah pertahanan udara, daerah basis militer, daerah latihan militer,
daerah pembuangan amunisi, gudang amunisi dan daerah uji coba persenjataan.
Rencana pengembangan kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan dapat
dilihat pada Peta 2.3.

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 39
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Identifikasi Data dan Kajian Teknis


Perumahan Untuk Mendukung PSU
di Permukiman

Laporan Pendahuluan Bab II - 40


Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Identifikasi Data dan Kajian Teknis


Perumahan Untuk Mendukung PSU
di Permukiman

Laporan Pendahuluan Bab II - 41


Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Identifikasi Data dan Kajian Teknis


Perumahan Untuk Mendukung PSU
di Permukiman

Laporan Pendahuluan Bab II - 42


Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

2.2.6. Kondisi Umum Perumahan dan Permukiman Kabupaten


1. Arahan Kebijakan Pengembangan Perumahan Dan Permukiman
Berdasarkan arahan kebijakan rencana permukiman berdasarkan RTRW
masing-masing wilayah Kabupaten/Kota meliputi luasan serta persebarannya. Kondisi
persebaran dan luas rencana permukiman di wilayah Kabupaten/Kota yang terdapat
di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ;
Tabel 2.17.
Arahan Kebijakan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Berdasarkan
RTRW Kabupaten
Rencana Kaw. Rencana Pemanfaatan
No Kabupaten/Kota
Budidaya (ha) Permukiman (ha)
1 Tanah Laut 337.000.09 37.062,48
2 Tanah Bumbu 395.892.72 37.529.52
Sumber: RTRW Masing-masing kabupaten/kota, 2017

2. Penyebaran Rumah,Perumahan, dan Permukiman


Jika menilik dari definisi yang ada maka rumah adalah bangunan Gedung yang
berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat penghuninya serta aset bagi pemiliknya, Perumahan merupakan
kumpulan rumah sebagai baigan dari permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan
yang dilengkapi dengan PSU sebagai hasil upaya pemenuhan rumah layak huni.
Sedangkan Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri dari lebih
satuan perumahan yang mempunyai PSU serta penujang kegiatan fungsi lain di Kawasan
perkotaan atau perdesaan.
Jumlah dan persebaran rumah dan permukiman yang terdapat di wilayah
Kabuoaten/kota yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 2.18.
Jumlah Rumah di Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Tahun 2017
No. Kabupaten Jumlah Rumah
1 Tanah Laut 77206
2 Tanah Bumbu 72971
Jumlah 150177
Sumber: Pendataan Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Kalsel 2017

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 43
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Tabel 2.19.
Penggunaan Lahan Untuk Perumahan dan Kawasan Permukiman Di Kabupaten Tanah
Laut dan Tanah Bumbu
Luas Luas
Jumlah Luas Permukiman
No Kabupaten/Kota Wilayah Wilayah
Desa/Kelurahan Eksisting (ha)
(Km2) (Ha)
1 Tanah Laut 135 372.930 37292000 27870.13
2 Tanah Bumbu 144 506.696 50669600 11949.54
Sumber: Pendataan Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Kalsel 2017

3. Backlog Perumahan Dan Permukiman

Backlog perumahan adalah penetuan model perhitungan jumlah kebutuhan


rumah berdasarkan konsep satu unit rumah/ satu rumah tangga atau kepala
keluarga. Berdasarkan angka backlog perumahan yang dikeluarkan oleh wilayah
kabupaten/kota maka kondisi backlog perumahan yang terdapat di wilayah Provinsi
Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel. Berikut ;

Tabel 2.20.
Jumlah Kebutuhan Rumah (Blacklog) Tahun 2017
Jumlah Backlog Jumlah Backlog
No. Kabupaten/Kota
Kepemilikan
1 Tanah Laut 11113 6989
2 Tanah Bumbu 13883 6039
Jumlah 24996 13028
Sumber: Pendataan Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Kalsel 2017

2.2.7. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Laut


Rencana pengembangan Kawasan permukiman di kabupaten Tanah Laut sesuai
RTRW yang berlaku adalah sebagia berikut ;
1. Kawasan permukiman perkotaan diimbangi dengan tersedianya pusat pelayanan yang
terkonsentrasi di sekitar Perkotaan Pelaihari, Perkotaan Bati-Bati, Perkotaan Jorong,
Perkotaan Kintap, dan Perkotaan Takisung, serta masing-masing perkotaan
menyediakan RTH minimum 30 %.
2. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan yaitu kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa sosial, dan
kegiatan ekonomi.

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 44
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

3. kawasan permukiman perdesaan meliputi kawasan permukiman perdesaan yang


menyebar di sekitar daerah pertanian di seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten
Tanah Laut;dan
4. Rencana pengembangan kawasan permukiman di wilayah Kabupaten Tanah Laut
memiliki luas sebesar kurang lebih 37.062,48 (tiga puluh tujuh ribu enam puluh dua
koma empat puluh delapan) hektar.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta rencana tata ruang kabupaten Tanah
Laut pada halaman berikut ini ;
2.2.8. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tanah Bumbu
Pengembangan Kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Tanah
Bumbu selama 20 tahun sesuai RTRW dapat diuraikan sebagai berikut ;
1. Kawasan peruntukan permukiman seluas kurang lebih 37.529,52 ha tersebar di
seluruh kecamatan, kawasan permukiman diarahkan dikembangkan pada pusat-pusat
fasilitas umum yang terletak di PKL,PKLp,PPK dan PPL.
2.Kawasan peruntukan permukiman, meliputi :
a. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan seluas kurang lebih 13.228,43 ha; dan
b. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan seluas kurang lebih 24.301,09 ha.
3. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan pengembangannya diarahkan pada :
a. Kawasan perkotaan metropolitan Simpang Empat - Gunung Tinggi – Batulicin
(Pusat Kegiatan Perkotaan PKWp);
b. Kawasan perkotaan Sungai Danau di Kecamatan Satui dan Perkotaan Pagatan di
Kecamatan Kusan Hilir (Pusat Kegiatan Perkotaan PKLp); dan
c. Kawasan perkotaan ibu kota kecamatan lainnya (Pusat Kegiatan Perkotaan PPK).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta rencana tata ruang kabupaten Tanah
Bumbu berikut ini ;

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 45
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 46
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Laporan Pendahuluan Bab II - 47


Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Laporan Pendahuluan Bab II - 48


Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu

Laporan Pendahuluan
Bab
II - 49

Anda mungkin juga menyukai