BAB 2
GAMBARAN UMUM DAN
KEBIJAKAN UMUM
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 1
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
TABEL 2.1.
CAKUPAN ADMINISTRASI KABUPATEN TANAH LAUT
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 3
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 4
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
8. Kunyit 400
9. Tebing Siring 9.020
Jumlah 24.110
10 Jorong 1. Sabuhur 23.500
2. Swarangan 17.500
3. Alur 478
4. Jorong 2.622
5. Karang Rejo 1.500
6. Muara Asam-Asam 1.000
7. Asam Jaya 900
8. Asri Mulia 900
9. Asam-Asam 12.100
10. Batalang 2.300
Jumlah 62.800
11 Kintap Pandansari 5.000
Salaman 1.000
Kintapura 2.800
Pasir Putih 1.200
Kintap Kecil 3.700
Kintap 1.300
Muara Kintap 4.900
Bukit Mulia 1.733
Sumber Jaya 2.475
Kebun Raya 1.920
Mekar Sari 1.732
Sebamban Baru 1.080
Sungai Cuka 5.760
Riam Adungan 19.100
Jumlah 53.700
Jumlah Total 363.135
Sumber : Kabupaten Dalam Angka Tahun 2007/2008
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 5
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Secara umum dapat dikatakan bahwa topografi wilayah Kabupaten Tanah Laut dapat
di bagi atas 2 (dua) bagian besar, yaitu:
a. Bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga berombak.
Bentangan daerah ini memanjang dari Timur ke Barat dengan lebih melebar di
bagian Barat yang terdiri dari rawa-rawa dan daerah aliran sungai, muara sungai
dan Pantai Laut Jawa.
b. Bagian utara, merupakan daerah yang bergelombang, berbukit dan bergunung
sampai ke perbatasan dengan Kabupaten Banjar. Pada wilayah ini terdapat
beberapa puncak, yaitu:
1) Puncak gunung Kemuning (750 m dpl)
2) Puncak Gunung Batu Karo (621 m dpl)
3) Puncak Gunung Batu Balerang (921 m dpl)
4) Puncak Gunung Kematian (951 m dpl)
5) Puncak Gunung Batu Mandi (901 m dpl)
6) Puncak Gunung Sekupang (1.051 m dpl)
7) Puncak Gunung Haur Bonak (744 m dpl)
8) Puncak Gunung Aur Bunek (1.150 m dpl)
9) Puncak Gunung Condong (553 m dpl)
Ditinjau dari sudut ketinggian tempat (elevasi), wilayah Kabupaten Tanah Laut
dibagi 6 (enam) kelas elevasi , yaitu kelas 0 - 7 meter, 7 - 25 meter, 25 - 100 meter,
100 - 500 meter, 500 – 1000 meter dan diatas 1000 meter.
Kelas ketinggian (elevasi) lahan yang paling luas di Kabupaten Tanah Laut
adalah kelas elevasi 0 - 7 meter dpl, yaitu mencapai 58.240 Ha (15.6 % dari luas
daratan). Sedangkan kelas ketinggian yang paling kecil luasnya adalah kelas elevasi
di atas 1.000 meter dpl, yaitu 13.661 Ha (3,7% dari luas daratan). Kelas elevasi
ketinggian 0-7 meter dpl terdapat di seluruh kecamatan, kecuali Kecamatan Batu
Ampar dan Kecamatan Tambang Ulang sedangkan kelas elevasi ketinggian di atas
500 meter terdapat di Kecamatan Kintap, Jorong, Pelaihari dan Bati-Bati.
Kemiringan/kelerengan suatu lahan berkaitan dengan kepekaan tanah
terhadap erosi tanah, Semakin tinggi/terjal lerengnya maka tanah semakin peka
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 6
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
terhadap erosi. Bila dilihat dari kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Tanah Laut
dapat dibedakan dalam 6 (enam) kelompok, yaitu sebagai berikut :
a. 0 – 3 %, sebagian besar tersebar di wilayah Timur membentang dari bagian
Barat hingga Timur, mulai dari Selatan (pantai) ke Utara (pedalaman) dengan
luas 250.460 Ha (67,16 % dari luas total daratan)
b. 3 – 8 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah, membentang dari
bagian Barat hingga Timur, dengan luas 44.830 Ha (12,02 % dari luas total
daratan).
c. 8 – 15 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah, membentang dari
bagian Barat hingga Timur, dengan luas 31.600 Ha (8,47 % dari luas total
daratan)
d. 15 – 25 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah, membentang dari
bagian Barat hingga Timur, dengan luas 21.805 Ha (5,85 % dari luas total
daratan)
e. 25 – 40 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah dan Utara,
membentang dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas 10.690 Ha (2,87 %
dari luas total daratan)
f. 40 %, sebagian besar tersebar di wilayah bagian Tengah dan Utara, membentang
dari bagian Barat hingga Timur, dengan luas 13.545 Ha (3,63 % dari luas total
daratan)
Terlihat bahwa wilayah Kabupaten Tanah Laut didominasi oleh kelas lereng 0 –
3% yaitu sebesar 77,80% dari luas total wilayah daratan. Kelas lereng tersebut
selain potensial untuk tanaman pangan lahan basah (padi sawah) berpotensi juga
untuk perikanan tambak bagi wilayah yang ada di sepanjang pantai.
Berbagai bentuk lahan yang terdapat di wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah:
dataran aluvial (alluvial plain), dataran aluvial rawa-rawa (swamp alluvial plain),
dataran banjir (flood plain), pematang pantai (beachridges) dan dataran pasang
surut (tidal f lat), dataran nyaris (peneplain), perbukitan struktural lipatan (folded
hills), pegunungan struktural lipatan (folded mountain), dan bukit-bukit intrusif
(intrusion hills).
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 7
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
3. Geologi
Berdasarkan tinjauan terhadap peta geologi Provinsi Kalimantan Selatan di
Kabupaten Tanah Laut berumur antara mesozoik, tersier dan kuarter. Secara
fisiografis Kabupaten Tanah Laut terletak di bagian ujung Barat Daya Pegunungan
Meratus dan di bagian Selatan Cekungan Barito dan Anak Cekungan Asam-Asam.
Pegunungan Meratus terutama ditempati oleh batuan pra tersier, sedangkan
Cekungan Barito da Anak Cekungan Asam-Asam ditempati oleh batuan sediment
tersier.
Morfologi wilayah di Kabupaten Tanah Laut dapat dibagi menjadi 4 (empat)
satuan morfologi yaitu Satuan Morfologi Dataran, dataran bergelombang, perbukitan
dan pegunungan. Satuan Morfologi Dataran menempati bagian ujung Selatan dan
ujung Barat. Ketinggian berkisar antara 0 – 10 m dpl. Satuan ini berupa endapan
alluvium rawa dan pantai yang tersusun dari batuan sediment kwarter. Satuan
Morfologi Dataran Bergelombang menempati bagian Barat dan Selatan, yaitu sekitar
jalur jalan raya Bati-bati – Pelaihari – Asam-asam; Pelaihari – Batakan dan Pelaihari –
Takisung.
Ketinggian berkisar antara 10 – 50 m dpl. Satuan ini tersusun oleh batuan
sediment kwarter dan tersier. Satuan Morfologi Perbukitan menempati bagian tengah
merupakan kaki dari Pegunungan Meratus. Ketinggian berkisar antara 50 – 250 m
dpl. Satuan ini tersusun oleh batuan metamorf dn sediment serta sebagian kecil
batuan beku.
Satuan Morfologi Pegunungan menempati bagian Utara, dicirikan oleh lereng
yang terjal dengan ketinggian puncak lebih dari 250 m dpl. Beberapa puncaknya
seperti Gunung Kematian (951 m dpl), Gunung Batu Belerang (921 m dpl),
Gunung Batu Karo (621 m dpl).
Secara umum struktur geologi yang ada di wilayah kajian berupa antiklin dan
sinklin, yang terpotong-potong oleh sesar naik, sesar geser, dan sesar turun. Sumbu
lipatan umumnya berarah berarah Timur Laut-Barat daya, dan umumnya sejajar
dengan arah sesar normal. Akibat struktur dan proses geomorfologis yang kompleks,
maka di wiiayah kajian terbentuk berbagai jenis batuan, baik yang bersifat individual
maupun membentuk formasi dan kelompok tertentu, seperti disajikan dalam Peta
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 8
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Geologi Kabupaten Tanah Laut. Berikut diuraikan jenis-jenis batuan yang ada di
wilayah kajian, mulai dari yang tertua (Middle Jurasic) berupa batuan ultramafik
hingga termuda (Holocene) berupa batuan aluvium (Sikumbang dan Heryanto,
1994).
4. Jenis Tanah
Jenis Tanah yang ada di Wilayah Kabupaten Tanah Laut adalah jenis tanah
podsolik, latosol, alluvial dan gleisol. Yang mendominasi wilayah Kabupaten Tanah
Laut adalah jenis tanah Alluvial, Podsolik dan Laotosol. Sedangkan jenis tanah Gleisol
hanya sebagian kecil saja, dan tersebar di 6 (enam) kecamatan, yaitu Kecamatan
Kurau, Bati-Bati, Takisung, Tambang Ulang, Pelaihari dan Panyipatan.
a. Jenis tanal latosol memiliki solum tanah tebal sampai sangat tebal, kandungan
bahan organic 3 – 9 %, pH tanah antara 4,5 – 6,5 yaitu dari masam sampai agak
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 9
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 10
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
TABEL : 2.2
KELAS KEMAMPUAN LAHAN
Kelas Keterangan
Tanah mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya, sesuai untuk segala macam
penggunaan pertanian. Kelas ini dicirikan oleh tanah yang datar, bahaya erosi sangat kecil, solum
I
dalam, berdrainase baik, mudah diolah, dapat menahan air dengan baik, dan responsip terhadap
pemupukan
Tanah mempunyai sedikit penghambat yang membatasi penggunaannya atau membutuhkan tindakan
pengawetan yang sedang. Tanah ini membutuhkan pengelolaan yang hati-hati meliputi tindakan
II pengawetan dan menghindari kerusakan. Penghambat dapat merupakan satu atau kombinasi dari
faktor-faktor lereng yang landai, kepekaan sedang terhadap erosi, dan struktur tanah yang kurang
baik.
Tanah mempunyai lebih banyak penghambat dari kelas II, dan bila digunakan untuk tanaman
pertanian memerlukan tindakan yang khusus. Penghambat pada lahan ini antara lain lereng yang
III
agak miring, sangat peka terhadap erosi, solum yang dangkal, kapasitas menahan air yang rendah,
drainase yang buruk.
Tanah mempunyai penghambat lebih besar dibandingkan dengan kelas III sehingga pemilihan jenis
IV penggunaan yang lebih terbatas. Penghambat pada lahan ini antara lain lereng curam, sangat peka
terhadap erosi, solum dangkal, kapasitas menahan air rendah, dan drainase buruk
V Tanah termasuk hampir datar, basah, atau tergenang air atau terlalu banyak batu dipermukaan
Tanah tidah sesuai untuk penggunaan tanaman semusim dan sebaliknya digunakan untuk penanaman
VI vegetasi permanen yang dapat digunakan untuk makanan ternak/padang rumput atau dihutankan.
Tanah ini memiliki lereng yang curam atau solum tanah yang sangat dangkal
VII Tanah tidak sesuai dengan penggunaan tanaman semusim dan sebaliknya digunakan untuk
penanaman vegetasi permanen yang dapat digunakan untuk makanan ternak atau dihutankan. Tanah
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 11
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
ini memiliki lereng yang sangat curam atau mengalami erosi yang berat, atau tanah sangat dangkal,
atau berbatu
Tanah tidak sesuai untuk tanaman semusim dan usaha produksi pertanian lainnya dan harus dibiarkan
VIII pada keadaan alami. Tanah memiliki lereng yang sangat curam atau sangat berbatu yang dapat
berupa batuan lepas atau batuan singkapan atau tanah pasir (pantai)
6. Klimatologi
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 12
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Sementara untuk suhu udara berkisar antara 19,9 C 0 – 35,6 C0, dengan
kelembaban rata-rata 72- 87%. Berikut ini adalah tabel penjelasan dari kondisi suhu
dan kelembaban di Kabupaten Tanah Laut tahun 2017 ;
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 13
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
7. Hidrologi
Di Kabupaten Tanah Laut keadaan hidrologi atau sumber daya air dapat
dikelompokkan atas 2 (dua) bagian, yaitu:
1. Sungai atau Danau
Keadaan hidrologi sungai dan danau sebagai sumber daya air permukaan di
Kabupaten Tanah Laut atas sungai-sungai besar dan kecil yang bermuara di Laut
Jawa. Sungai-sungai besar antara lain Sungai Maluka (640 Km 2), Sungai Tabanio
(770 Km2), Sungai Sabulur (190 Km 2), Sungai Sawarangan (580 Km 2). Fungsi-
fungsi sungai tersebut adalah untuk sumber air minum, pengairan, usaha
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 14
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
TABEL 2.5.
CAKUPAN DAS DI KABUPATEN TANAH LAUT
No Nama DAS Cakupan Sub DAS Cakupan Wilayah
1. DAS Kintap Sungai Pudak, Haruan, Rantau, Kecamatan Kintap
dan Kintap
2. DAS Tabanio Sungai Bakar dan Tabanio Kecamatan Pelaihari ,
Kurau, dan Takisung
3. DAS Asam-asam Sungai Kaldan, Rangkan, dan Kecamatan Pelaihari, Batu
asam-asam Ampar, dan Jorong
4. DAS Maluka Sungai Rangga dan Maluka Kecamatan Bati-bati,
Tambang Ulang, dan
Kurau
5. DAS Sawarangan Sungai Sawarangan Kecamatan Pelaihari, Batu
Ampar dan Jorong
6. DAS Sabuhur Sungai Sabuhur Kecamatan Panyipatan,
dan Jorong
7. DAS Batanggayang Sungai Batanggayang Kecamatan Pelaihari,
Panyipatan, dan Takisung
8. DAS Kandangan Sungai Kepunggur dan Kecamatan Takisungdan
Kandangan Panyipatan
9. DAS Sepunggur Sungai Sepunggur Kecamatan Panyipatan
dan Jorong
10. DAS Danau Sungai Danau Kecamatan Jorong
11. DAS Anyar Sungai Anyar Kecamatan Takisung
12. DAS Pandan Sungai Pandan Kecamatan Jorong
13. DAS Cuka Sungai Cuka Kecamatan Kintap
14. DAS Kudung Sungai Kudung Kecamatan Kintap dan
Jorong
15. DAS Satui Sungai Satui Kecamatan Kintap
16. DAS Sanipah Sungai Sanipah Kecamatan Jorong
17. DAS Barito Timur Sungai Barito Timur Kecamatab Kurau
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 16
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
B. Penggunaan Lahan
Melihat dari luas wilayah yang ada dengan penggunaan lahan seluas 92.814
ha (24.6 %) merupakan kawasan hutan, 71.288 ha (19,2 %) merupakan lahan
perkebunan, 51.122 ha (13,7 %) merupakan lahan sawah dan tegalan serta sisanya
4.157 ha (1,11 %) untuk kawasan pemukiman seluas 27.870 ha (30,02%) dan lain-
lain, maka Kabupaten Tanah Laut telah menyiapkan beragam potensi yang masih
dan dapat dikelola untuk kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk
itu Kabupaten Tanah Laut melalui kebijakan penataan ruang wilayahnya telah
memprioritaskan 5 (lima) kawasan dengan masing-masing fungsi strategisnya yaitu :
1. Kawasan industri dipusatkan di Kecamatan Bati-Bati dan Jorong.
2. Pertanian di Kecamatan Kurau.
3. Perikanan laut di Kecamatan Kuarau, Takisung, Panyipatan, Jorong dan Kintap.
4. Pertambangan di Kecamatan Jorong dan Kintap.
5. Wisata di Kecamatan Takisung, Panyipatan, jorong dan Pelaihari.
Kebijakan penataan ruang wilayah ini dimaksudkan tidak lain untuk
mengantisipasi adanya pengembangan perlintasan 2 kawasan di Kabupaten Tanah
Laut, yaitu sebelah utara pengembangan dengan Banjarmasin - Banjar / Banjarmasin
dan sebelah timur dengan Tanah Bumbu. Kebijakan yang tertuang dalam program
pengembangan wilayah diharapkan dapat mendukung pengembangan 2 wilayah,
sehingga dalam pelaksanaan pembangunan dapat lebih terarah, terkendali yang
pada akhirnya dapat tercapai hasil pembagunan yang maksimal.
2.1.2. Kabupaten Tanah Bumbu
A. Kondisi Fisik Dasar
1. Letak Geografis dan Administratif
Secara geografis Kabupaten Tanah Bumbu terletak antara 2°52’ - 3°47’
Lintang Selatan dan 115°15’ - 116°04’ Bujur Timur.
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 17
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Kabupaten Tanah Bumbu adalah salah satu kabupaten dari 13 (tiga belas)
Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Selatan yang terletak persisi di ujung
tenggara Pulau Kalimantan. Wilayahnya berbatasan dengan :
- Sebelah Utara Kabupaten Kotabaru
- Sebelah Selatan Laut Jawa
- Sebelah Barat Kabupaten Banjar
- Sebelah Timur Kabupaten Kota Baru
Kabupaten yang beribu kota di Batulicin ini memiliki 10 Kecamatan
(sebelumnya hanya 5 kecamatan ) terdiri dari 120 desa. Kabupaten Tanah Bumbu
memiliki Luas wilayah 5 wilayah sebesar 4 890,30 km (489 030Ha) atau 13,03
persen dari total luas Provinsi Kalimantan Selatan. Kecamatan
Kusan Hulu merupakan kecamatan terluas yang mencakup 30,74 persen
dari luas keseluruhan Kabupaten Tanah Bumbu, sedangkan Kecamatan Kuranji
memiliki luas wilayah terkecil sebesar 114,64 Km atau hanya 2,34 persen dari
wilayah Kabupaten Tanah Bumbu. Berturut – turut dari kecamatan terluas
setelah Kusan Hulu adalah Mantewe, Satui, Kusan Hilir, Sungai Loban, Simpang
Empat, Angsana, Batulicin, Karang Bintang dan Kuranji . Lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut ;
Tabel 2.6. Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Tanah Bumbu
Luas Wilayah
No Kecamatan Persentasi Desa
(Ha)
1 Kusan Hilir 25.19 5,03 Kota Pagatan
Rantau Panjang Hilir
Rantau Panjang Hulu
Pagaruyung
Upt. Karya Baku
Betung
Pulau Salak
Beringin
Baru Gelang
Juku Eja
Pulau Tanjug
Saring Sei Binjai
Wiritasi
Pasar Baru
Salimuran
Saring Sei Bubu
Batarang
Satiung
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 18
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Luas Wilayah
No Kecamatan Persentasi Desa
(Ha)
Batuah
Pejala
Gusunge
Sei Lembu
Serdangan
Mekar Jaya
Mudalang
Manurung
Pulau Satu
Muara Pagatan
Muara Pagatan Tengah
Tannete
Penyolongan
Kampung Baru
Pakatellu
Luas Wilayah
No Kecamatan Persentasi Desa
(Ha)
Karang Sari
Timbarau Panjang
Guntung
Darasan Binjai
5 Batulicin 11.179 2,23 Segumbang
Pondok Butun
Kersik Putih
Batulicin
Kusambi
Sepunggur
Api-api
6 Karang Bintang 22.041 4,40 Karang Bintang
Pandan Sari
Rejo Winangun
Selaselilau
Pematang Ulin
Batulicin Irigasi
Manunggal
Harapan Maju
7 Simpang Empat 38.594 7,71 Kampung Baru
Tungkaran Pangeran
Sarigadung
Mekar Sari
Sungai Dua
8 Mantewe 93.461 18,67 Mantewe
Dukuh Rejo
Rejo Sari
Suka Damai
Bulu Rejo
Sido Mulya
Emil Baru
9 Kuranji 16.92 3,38 Kuranji
Giri Mulya
Waringin Tunggal
Mustika
Indra Loka Jaya
Karang Hitam
10 Angsana 18.108 3,62 Angsana
Purwodadi
Sumber Baru
Karang Indah
Bunati
Banjar Sari
Bayan Sari
Makmur
Mekar Jaya
Sumber : Kab. Tanah Bumbu dalam angka, 2017
2. Morfologi Wilayah
a. Ketinggian
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 20
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
b. Kemiringan
Jika memperhatikan kecuraman lereng, Kabupaten Tanah Bumbu terbagi
menjadi enam kelas yaitu daerah berlereng 0-8%, >8 – 15 %, >15 – 25 %, >25-
40%, >40 %. Daerah yang dominan di wilayah Tanah Bumbu memiliki kelerengan
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 21
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
8-15% dengan luas 259.544,01 Ha, Tabel 2.7. Wilayah dengan kelas lereng 0 - 8%
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan permukiman dan perkotaan. Untuk wilayah kelas
lereng 8 - 15% dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan permukiman
pedesaan, sedangkan wilayah dengan kelas lereng 15 - 40% dimanfaatkan untuk
kegiatan perkebunan.
Tabel 2.9.
Luas Kabupaten Tanah Bumbu menurut Kemiringan
No Kemiringan Luas (Ha) Lokasi
C. Jenis Tanah
Jenis dan sifat tanah sangat tergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah
seperti suhu, iklim, bahan induk, dan waktu. Jenis tanah di Kab.Tanah Bumbu
didominasi oleh jenis tanah PMKL dengan luas 161.028 Ha (31,78%). Berdasarkan
hasil analisis Peta RePPRoT (1988), tinjauan lapangan oleh konsultan (data primer)
dan hasil studi sebelumnya (data sekunder) , jenis tanah di Kab.Tanah Bumbu secara
garis besar terdiri dari 5 jenis tanah yaitu tanah PMKL, KPMK, Alluvial, Latosol, PMK,
(Tabel 2.12)
Tabel 2.10.
Luas dan Jenis Tanah di Kab Tanah Bumbu
Dari jenis tanah di atas jika diurut dari yang paling peka terhadap erosi pada
kondisi yang sama adalah podsolik, Latosol, alluvial.
Tanah Podsolik
Tanah Podsolik di daerah studi seluas 119.015 Ha (50,96 %) yang merupakan
sedimentasi batuan liat dan batu endapan, batuan igneous. Dari sifat fisik dan
kimia tanah, lahan ini cocok untuk tanaman pertanian dan lahan perkebunan. Di
daerah studi tanah ini menyebar mulai dari daerah landai hingga daerah berbukit.
Tanah ini telah mengalami perkembangan profil yang telah lanjut, perkembangan
liat yang dari lapisan atas ke bawah cenderung meningkat, tekstur liat - lempung
liat berdebu, struktur agak gembur sampai teguh.
Latosol
Jenis tanah latosol di wilayah studi tersebar pada daerah-daerah datar hingga
berombak dengan kemiringan lereng 0-35%. Luas jenis tanah ini didaerah ini
13.318 Ha (5,7 %). Penggunaan lahan berjenis tanah latosol ini bervariasi, ada
yang digunakan untuk permukiman, perladangan, semak, kebun campur dan
kawasan hutan. Biasanya keberadaan jenis tanah ini dicirikan oleh adanya
perkembangan horozon (horizon argilik) sebagai horizon iluviasi pada horizon B,
yang berasal dari endapan tanah liat dan batu liat yang kaya unsur Ca dan Mg.
Tanah–tanah ini pada lapisan atasannya bertekstur lebih ringan dari pada lapisan
bawahnya. Hal ini terjadi karena adanya proses pencucian endapan liat dari
lapisan atas ke lapisan bawah (horizon iluviasi).
Tanah Alluvial
Tanah Alluvial ini secara umum merupakan tanah subur untuk pengembangan
pertanian karena merupakan endapan lumpur aliran sungai dan danau, sehingga
hanya berada pada kawasan yang datar dan cekungan sungai. Tanah ini di areal
studi seluas 89.375 Ha. Tanah ini mempunyai sifat: tidak teratur yaitu tebal
lapisan, jenis bahan penyusun tanah, warna, tekstur, struktur dan kandungan
bahan organik yang sering berulang (tidak beraturan), lapisan yang berbeda tapi
sifat dan jenisnya sama.
c. Geologi
Geologi Umum
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 23
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Struktur Geologi di Kabupaten Tanah Bumbu terdiri dari beberapa jenis batuan,
yaitu:
1) Alluvium: Kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur, terdapat sebagai
endapan sungai, rawa dan pantai.
2) Formasi Dahor: Batupasir kuarsa, mudah hancur, setempat bersisiran
lempung, lignit, limonit, kerakal kuarsa asap dan basal.
3) Formasi Warukin, yaitu: perselingan batupasir kuarsa dan batulempung,
bersisipan serpih, batubara dan batugamping. Batupasir dan batulempung
karbonan setempat mengandung konkresi besi.
4) Alluvium: Kerakal, kerikil, pasir, lanau, lempung dan lumpur, terdapat sebagai
endapan sungai, rawa dan pantai.
5) Formasi Dahor: Batupasir kuarsa, mudah hancur, setempat bersisiran
lempung, lignit, limonit, kerakal kuarsa asap dan basal.
6) Formasi Warukin, yaitu: perselingan batupasir kuarsa dan batulempung,
bersisipan serpih, batubara dan batugamping. Batupasir dan batulempung
karbonan setempat mengandung konkresi besi. Satuan ini terendapkan pada
lingkungan litoral hingga paralis dan tebalnya 250-750m.
7) Formasi Berai: Batugamping bioklastik, setempat berselingan dengan napal
dan batupasir, mengandung bintal rijang. Tebal satuan antara 500-1500 m.
Formasi Berai menjemari dengan Formasi Pamaluan dan menindih selaras
Formasi Tanjung.
8) Formasi Pamaluan: perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan
batu gamping. Batuan ini mengandung fosil foraminifera Orbitulina universa
D’ORBIGNY, Globigerinoides sp, dan Cycloclypeus sp;
9) Formasi Tanjung: perselingan konglomerat, batupasir dan batulempung
dengan sisipan serpih, batubara dan batugamping. Bagian bawah terdiri dari
konglomerat dan batupasir dengan sisipan batulempung, serpih dan batubara,
sedangkan bagian atas terdiri atas batupasir dan batulempung dengan sisipan
batugamping.
10)Batuan Ultramafik: Harzburgit, dunit, serpentinit, gabro, basal dan piroksinit
yang telah terserpentinkan. Mikrodiordit (granit tipe “M”) berupa bodin
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 24
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
2) Air Tanah
Air tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-
ruang antar butir tanah atau batuan yang membentuknya dalam retak-retak
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 25
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
batuan. Air tanah di Kab. Tanah Bumbu terdiri dari air tanah dangkal dan air
tanah pegunungan (dalam). Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
masyarakat Kabupaten Tanah Bumbu ada yang menggunakan air tanah, akan
tetapi setiap datang musim kemarau air tanah tersebut akan mengering. Kondisi
akuifer di Kab. Tanah Bumbu dibedakan menjadi dua, yaitu:
Akuifer produktif sedang dengan penyebaran luas. Akuifer dengan keterusan
rendah hingga sedang, muka air tanah beragam; debit sumur umumnya
kurang dari 5 l/det. Akuifer jenis ini terdapat di sekitar kecamatan Angsana.
Akuifer dengan produtivitas rendah, setempat berarti umumnya keterusan
rendah, setempat sedang; setempat air tanah dalam jumlah yang cukup
dapat diperoleh terutama di lembah-lembah atau zona sesar dan pelapukan.
Jenis ini berada di sekitar Kecamatan Batulicin dan Mantewe.
Tabel 2.11.
Nama dan Panjang Sungai di Kabupaten Tanah Bumbu
2017 kelembaban udara rata – rata perbulan berkisar antara 81 persen sampai 86
persen dengan kelembaban maksimum tertinggi sebesar 97 persen terjadi di bulan
Maret, April, dan Mei. Sedangkan kelembaban minimum terendah sebesar 60 persen
terjadi di bulan Agustus. Sedangkan temperature dara rata – rata per bulan selama
tahun 2016 berkisar antara 26,90 C dan 28,1 C,dengan suhu udara maksimum
tertinggi pada bulan Januari, Maret, dan Mei sebesar 32,50 C dan minimum terendah
sebesar 23,80 C di bulan Agustus.
Jumlah curah hujan tertinggi terjadi di bulan Maret yaitu sebesar 350,1 mm
dan terendah di bulan Juli sebesar 73,6 mm. Sedangkan Jumlah hari hujan terbanyak
yaitu selama 26 hari terjadi di bulan Maret dan April. Sementara kecepatan angin
maksimum mencapai 3,6 knot pada bulan Desember.
Tabel 2.12.
Tinggi Wilayah Di Kabupaten Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 27
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Tabel 2.13.
Tinggi Wilayah Di Kabupaten Tanah Bumbu
B. Penggunaan Lahan
Sebagian besar wilayah Kabupaten Tanah Bumbu masih merupakan hutan
yaitu seluas 319.476 Ha atau 63,05 persen dari keseluruhan wilayah Kabupaten
Tanah Bumbu. Hanya 19,51 persen atau 98.827 Ha saja yang sudah dimanfaatkan
untuk pertanian sawah, ladang dan perkebunan. Penduduk Kabupaten Tanah Bumbu
menempati 7.831 Ha yang digunakan sebagai permukiman 11.949,54 Ha selebihnya
digunakan untuk pertambangan, perairan darat, padang rumput dan tanah terbuka.
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 28
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Tabel 2.14.
Tinggi Wilayah Di Kabupaten Tanah Bumbu
Tabel 2.15.
Tinggi Wilayah Di Kabupaten Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 29
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
berkelanjutan yang berasaskan gotong royong guna mencapai masyarakat yang lebih
sejahtera.
Misi Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat yang berkaitan dengan
arahan pengembangan dan pembangunan sarana permukiman dan perumahan
diantaranya adalah:
a. Mempercepat pembangunan dan perumahan rakyat untuk mendukung layanan
infrastruktur dasar yang layak dalam mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia
b. Mempercepat infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat secara terpadu
dari pinggiran didukung industry konstruksi yang berkwalitas untuk keseimbangan
pembangunan antardaerah, terutama di kawasan tertinggal, kawasan perbatasan dan
kawasan pedesaan dalam kerangka NKRI
Berdasarkan arahan visi dan misi tersebuut maka rencana pengembangan sarana
permukiman dan perumahan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah meningkatkan
kebutuhan perumahan dan permukiman di wilayah Kalimantan Selatan yang didukung
oleh ketersediaan sarana dan prasarana pendukungnya. Guna untuk mewujudkan arahan
visi dan misi yang ditetapkan oleh kementerian terdapat arahan kebijakan dan strategi
penataan ruang yang dikembangkan meliputi :
1. Kebijakan dan strategi umum pembangunan dan pengembangan permukiman,
adapun strategi dan kebijakan yang akan adalah:
a. Penyusunan dan penyiapan landasan penyelenggaran kawasan permukiman
b. Pengaawasan secara berkala penyelenggaraan kawasan permukiman di pusat dan
daerah
2. Kebijakan dan strategi implementasi pembangunan dan pengembangan permukiman
perkotaan
a. Penanganan permukiman kumuh perkotaan terkait dengan upaya penurunan
kumuh perkotaan menjadi 0% melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan dan
pelayanan prasarana dan sarana dasar permukiman dengan pendekatan kegiatan
fisik maupun non fisik
b. Pengembangan permukiman baru dan perkotaan layak huni terkait dengan upaya
pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) dan Inkubasi Kota Baru
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 31
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
TARGET
KEGIATAN Satuan Total
2015 2016 2017 2018 2019
2. Persentase
penurunan rumah Presentase 1,47% 3,04% 10,29% 14,60% 14,71%
tidak layak huni
Penyusunan
Perencanaan
103.507 188.240 134.326 149.999 161.679 737.752
Penyediaan
Perumahan
1. Perencanaan
strategis
Dokumen 6 6 4 4 4 24
penyediaan
perumahan
2. Perencanaan
tahunan
Dokumen 4 4 4 4 4 20
penyediaan
perumahan
3. RP3KP Dokumen 8 8 8 8 8 40
4. Perencanaan
rumah susun dan Laporan 1 1 1 1 1 1
rumah khusus
5. Perencanaan
rumah swadaya
Laporan 1 1 1 1 1 5
dan rumah
khusus
6. Perencanaan
rumah swadaya
dan rumah Laporan 2 2 2 2 2 10
umum dan
komersial
7. Kemitraan
penyediaan Laporan 3 3 3 3 3 15
perumahan
8. Peningkatan dan
oembinaan
kapasitas
kelembagaan Laporan 2 1 2 1 2 8
pelaku
penyediaan
perumahan
9. Pedoman dan
kriteria evaluasi
Dokumen 2 2 2 2 2 10
penyediaan
perumahan
10.Pemantauan
kegiatan
Laporan 3 4 4 4 6 21
penyediaan
perumahan
11.Pendataan
penyediaan Laporan 3 3 3 3 3 15
perumahan
12.Pengembangan
dan pengelolaan
Laporan 2 2 2 2 2 10
system
informasi
13.Pengembangan
informasi Laporan 1 1 1 1 1 5
perumahan
14.Perencanaan Laporan 8 8 8 8 8 40
lingkungan
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 33
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
TARGET
KEGIATAN Satuan Total
2015 2016 2017 2018 2019
hunian skala
besar
15.Perencanaan
lingkungan
Dokumen 8 8 8 8 8 40
hunian bukan
skala besar
Pemberdayaan
perumahan 1.515.80 2.729.46
X Rp Juta 8.348.147 10.953.720 10.711.988 34.259.115
swadaya 0 0
Penyediaan
1.499.24 1.383.43
rumah khusus X Rp Juta 2.657.224 3.235.849 3.676.218 12.45.961
0 0
Penyediaan
4.035.00 3.881.62 130.497.41
rumah susun X Rp Juta 39.763.323 39.381.075 43.381.075
0 0 2
Pengembangan
Pembiyaan
X Rp Juta 341.517 361.852 383.461 406.367 430.499 1.923.696
Perumahan
1. Meningkatkan
rumah hingga
mesyarakat
berpenghasilan
rendah yang
menghuni rumah X Rp Juta 341.517 361.852 383.461 406.367 430.499 1.923.969
layak melalui
bantuan fasilitas
pendanaan dan
pembiayaan
perumahan
2. Menurunnya
kekurangan
tempat tinggal
(backlog) melalui
X Rp Juta 10.335.391 25.550.143 43.360.134 58.820.664 26.426.115 164.494.447
bantuan
pendanaan dan
pembiyaan
perumahan
Sumber: Renstra Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan dan Permukiman tahun 2015-2019
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 34
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
“Kalsel Mapan (Mandiri dan Terdepan) Lebih Sejahtera, Berkeadilan, Berdikari dan
Berdaya Saing”
Adapun misi yang akan dilakukan dengan arahan visi adalah sebagai berikut:
4. Mengembangkan Sumber Daya Manusia Yang Agamis, Sehat, Cerdas Dan Terampil;
5. Mewujudkan Tatakelola Pemerintahan Yang Professional Dan Berorientasi Pada
Pelayanan Publik;
6. Memantapkan Kondisi Sosial Budaya Daerah Yang Berbasiskan Kearifan Lokal;
7. Mengembangkan Infrastruktur Wilayah Yang Mendukung Percepatan Pengembangan
Ekonomi Dan Sosial Budaya;
8. Mengembangkan Daya Saing Ekonomi Daerah Yang Berbasis Sumberdaya Lokal,
Dengan Memperhatikan Kelestarian Lingkungan.
Berdasarkan arahan visi dan misi pengembangan permukiman dan perumahan
yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dituangkan dalam kebijakan
pembangunan. Adapun kebijakan pembangunan untuk perencanaan perumahan dan
permukiman di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan adalah mengembangkan infrastruktur
wilayah yang mendukung percepatan pengembangan ekonomi dan sosial budaya,
adapun program yang akan dilakukan diantaranya:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastuktur dasar
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur perekonomian
3. Program pembangunan, peningkatan, rehabilitasi, pemeliharaan sarana dan prasarana
public, aparatur, perumahan, air minum, persampahan dan limbah
2.2.4. Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun
2005-2025 Provinsi Kalimantan Selatan, Perda No 17 Tahun 2009
Arahan Kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Provinsi
Kalimantan Selatan tahun 2005-2025 merupakan arahan pengembangan dan
pembanguna yang terdapat di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, visi yang digunakan
adalah:
“Kalimantan Selatan 2025 Maju Dan Sejahtera Sebagai Wilayah Perdagangan Dan Jasa
Berbasis Agroindustri”
Adapun misi yang akan dilakukan pada pengembangan rencana pembangunan
jangka menengah di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan diantaranya:
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 35
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 37
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Selain itu terdapat sistem pemusatan lainnya yang berfungsi untuk mendukung
perkembangan dan pembangunan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Pusat
Kegiatan Nasional Promosi atau PKNp yang memiliki fungsi pengembangan wilayah untuk
ditingkatkan pelayanannya agar mampu memberikan pelayanan dari skala
Kabupaten/Kota menjadi pelayanan Provinsi. Wilayah yang dimaksud adalah Perkotaan
Martapura Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru.
Pusat kegiatan wilayah promosi atau PKNp adalah wilayah yang diperuntukan atau
direncanakan dari pelayanan skala Kecamatan menjadi skala pelayanan Kabupaten/Kota
adapun wilayah yang dimaksud adalah Perkotaan Batulicin, Kabupaten Banjar dan
Perkotaan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Arahan struktur ruang dalam rencana
tata ruang wilayah Provinsi Kalimantan Selatan termuat dapat dilihat pada peta 2.1.
B. Rencana Pola Ruang Provinsi Kalimantan Selatan
Rencana pola ruang Provinsi Kalimantan Selatan adalah rencana pemanfaatan dan
penggunaan lahan yang akan dikembangkan di wilayah Kalimantan Selatan khususnya
pengembangan dan pembangunan permukiman dan perumahan. Rencana pola ruang
untuk kegiatan permukiman dan perumahan di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan yaitu
Rencana pengembangan kawasan permukiman seluas kurang lebih 217.243 ha tersebar
di seluruh Kabupaten/ Kota Provinsi Kalimantan Selatan. Arahan pola ruang dapat dilihat
pada Peta 2.2. Adapun peruntukan kawasan permukiman di Provinsi Kalimantan Selatan
yaitu:
1. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan yaitu kawasan yang mempunyai
kegiatan utama non pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
industri, pelayanan social dan kegiatan ekonomi;
2. Kawasan peruntukan permukiman perdesaan yaitu kawasan yang mempunyai
kegiatan utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa sosial, dan
kegiatanekonomi.
C. Rencana Kawasan Strategis Provinsi Kalimantan Selatan
Rencana kawasan strategis dibagi berdasarkan kepentingan dan potensi
pengembangan wilayahnya adapun rencana kawasan strategis yang terdapat di wilayah
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 38
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Provinsi Kalimantan Selatan yaitu Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan
pertumbuhan ekonomi yaitu Kawasan Ekonomi Batulicin-Kotabaru di Kabupaten Tanah
Bumbu dan Kabupaten Kotabaru, Kawasan Perkotaan Banjarbakula, dan direncanakan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mekar Putih di Kabupaten Kotabaru.
1. Kawasan Strategis dari Sudut Kpentingan Pertumbuhan Ekonomi
a. Kawasan Perkotaan Banjarbakula;
b. Kawasan Rawa Batang Banyu;
c. Kawasan Industri Batulicin dan sekitarnya;
d. Kawasan Industri Kotabaru dan sekitarnya; dan
e. Kawasan Industri Jorong dan sekitarnya
2. Kawasan Strategis dari Sudut Fungsi Daya Dukung Lingkungan
a. Kawasan Pegunungan Meratus; dan
b. Kawasan pesisir dan pulau-pulau Kecil, kawasan terbuka sepanjang pantai timur-
tenggara wilayah Daerah dengan berbagai pola pemanfaatan ruang baik lindung
maupun budidaya.
3. Kawasan Strategis dari Sudut Pertahanan Dan Keamanan
a. kawasan tertentu di sepanjang sungai, pesisir pantai, laut dan pulaupulau kecil di
Kota Banjarmasin, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Banjar, Kabupaten Tanah
Laut, Kabupaten Tanah Bumbu dan Kabupaten Kotabaru sebagai daerah
pertahanan laut, daerah pendaratan, daerah basis militer, daerah latihan militer,
daerah pembuangan amunisi, gudang amunisi, daerah uji coba persenjataan dan
daerah industri pertahanan; dan
b. kawasan tertentu di Pegunungan Meratus di Kota Banjarbaru, Kabupaten Banjar,
Kabupaten Tanah Laut, Kabupaten Tanah Bumbu, Kabupaten Kotabaru,
Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah,
Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Tapin sebagai daerah pertahanan
darat dan daerah pertahanan udara, daerah basis militer, daerah latihan militer,
daerah pembuangan amunisi, gudang amunisi dan daerah uji coba persenjataan.
Rencana pengembangan kawasan strategis Provinsi Kalimantan Selatan dapat
dilihat pada Peta 2.3.
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 39
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 43
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Tabel 2.19.
Penggunaan Lahan Untuk Perumahan dan Kawasan Permukiman Di Kabupaten Tanah
Laut dan Tanah Bumbu
Luas Luas
Jumlah Luas Permukiman
No Kabupaten/Kota Wilayah Wilayah
Desa/Kelurahan Eksisting (ha)
(Km2) (Ha)
1 Tanah Laut 135 372.930 37292000 27870.13
2 Tanah Bumbu 144 506.696 50669600 11949.54
Sumber: Pendataan Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Kalsel 2017
Tabel 2.20.
Jumlah Kebutuhan Rumah (Blacklog) Tahun 2017
Jumlah Backlog Jumlah Backlog
No. Kabupaten/Kota
Kepemilikan
1 Tanah Laut 11113 6989
2 Tanah Bumbu 13883 6039
Jumlah 24996 13028
Sumber: Pendataan Perumahan dan Kawasan Permukiman Provinsi Kalsel 2017
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 44
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 45
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 46
Penyusunan Identifikasi Data Dan Kajian Teknis Perumahan Untuk Mendukung PSU Di Permukiman
Kabupaten Tanah Laut dan Tanah Bumbu
Laporan Pendahuluan
Bab
II - 49