BAB
4
ANALISIS SOSIAL
EKONOMI DAN
LINGKUNGAN
1.1. Analisis Sosial
Dasar hukum pelaksanaan PUG juga diatur dalam Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 15 Tahun 2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan di Daerah yang diperbaharui dengan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2011. Selama ini masih terdapat
berbagai permasalahan dan tantangan dalam implementasi PUG. Di tingkat daerah,
permasalahan dan tantangan tersebut antara lain:
1. Dasar Hukum
Diperlukan dasar hukum yang lebih kuat sebagai dasar pelaksanaan implementasi
PUG di daerah. Hingga saat ini, belum semua daerah memiliki peraturan daerah
tentang PUG dalam pembangunan di daerah;
3. Instrumen PPRG
Dasar hukum instrumen PPRG belum ada. Instrumen yang digunakan merupakan
adaptasi dari Paraturan Menteri Keuangan.
Hal ini bertujuan untuk memperkuat dan melegitimasi kebijakan yang sudah
dibangun bersama, perlu membangun prinsip-prinsip saling menghargai dan
mempercayai, akuntabilitas yang trasparan, proses timbal balik, saling memahami
konteks dan isu yang menjadi fokus perjuangan, sikap saling terbuka untuk belajar
bersama dari sesamanya, serta adanya komitmen jangka panjang untuk terus saling
menjaga kerjasama.
pembangunan manusia di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2014 maupun tahun
2015 berada pada peringkat pertama. Dilihat dari unsur komponen IPM, Angka
Harapan Hidup (AHH) tahun 2016 di Kota Tangerang Selatan adalah yang paling tinggi
dibanding Kabupaten atau Kota lainnya di Provinsi Banten yaitu sebesar 72,14 tahun,
disusul Kota Tangerang sebesar 71,34 tahun dan Kabupaten Tangerang sebesar 69,37
tahun. Ini menunjukkan bahwa secara rata-rata angka harapan hidup penduduk di
Kota Tangerang Selatan berumur 72 tahun.
Gambar 0-2. Indeks Pembangunan Manusia Berdasarkan Komponen IPM dan Kabupaten/Kota Se-
Provinsi Banten 2015-2016
100
63.4 62.78 70.0570.44 65.12 76.0876.81 71.8172.0 70.5171.0
79.38 80.11
80 62.72 62.03 64.61
4 9
60
40
20
0
Pandeglang Lebak Tangerang Serang Kota Kota Cilegon Kota Serang Kota
Tangerang Tangerang
Selatan
2015 2016
rakyat sesuai direktif presiden. Saat ini terdapat kegiatan responsif gender oleh bidang
cipta karya melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Kota Tanpa
Kumuh (KOTAKU), Sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS), Program pembangunan
infrastrukturRencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dan studi evalusi kinerja
program pemberdayaan masyarakat bidang cipta karya.
Pada tahun 2016 laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Tangerang Selatan
sebesar 6,98 persen. Artinya, pada tahun 2016 total nilai tambah riil (tidak dipengaruhi
perubahan harga) yang tercipta dari hasil produksi barang dan jasa di Kota Tangerang
Selatan tumbuh sebesar 6,98 persen dan mengalami perlambatan jika dibandingkan
tahun 2015. Terciptanya pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan (LPE) pada
tahun 2016 memberi gambaran bahwa telah terjadi peningkatan produksi barang dan
jasa secara riil oleh para pelaku kegiatan ekonomi di Tangerang Selatan dan
Analisis Sosial Ekonomi dan
PDRB per kapita merupakan proxy ukuran pendapatan per kapita atau dengan
kata lain, PDRB per kapita diasumsikan sebagai pendapatan per kapita. Kemampuan
masyarakat untuk mengkonsumsi produk barang/jasa sangat dipengaruhi oleh
pendapatan per kapita. Apabila diperhatikan perkembangan daya beli masyarakat
yang diasumsikan setara dengan peningkatan pendapatan per kapita yang dikoreksi
oleh angka inflasi, maka daya beli masyarakat di Kota Tangerang Selatan pada tahun
2016 mengalami peningkatan menjadi sebesar 1,05 persen, lebih rendah dibandingkan
dengan tahun 2015 yang mencapai 1,08 persen. Namun, kondisi perubahan daya beli
tahun 2016 lebih tinggi bila dibandingkan dengan periode 2012-2014.
1.2.2. Kemiskinan
Kemiskinan berkaitan erat dalam hal kesejahteraan sosial masyarakat. Dalam hal
ini kondisi kesejahteraan masyarakat juga perlu diperhatikan dalam kehidupan sosial
masyarakat. Masalah Kemiskinan merupakan persoalan mendasar yang menjadi
perhatian pemerintah. Dengan berbagai program pro-rakyat pemerintah berusaha
keras menurunkan angka kemiskinan.
Analisis Sosial Ekonomi dan
Gambar 0-5.Perkembangan Tingkat Kemiskinan (%) Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 – 2016
30.00 1.67 1.75 1.69 1.67
1.5 1.62 2
Jumlah Penduduk Miskin
(000)
10.00
0.5
5.00 21.0060 20.1440 18.700 25.400 25.400 25.8900 26.3800
0.00 0
Gambar 0-6.Relevansi Tingkat Kemiskinan (%) Kota Tangerang Selatan Terhadap Provinsi Banten dan
Nasional Tahun 2010-2016
Analisis Sosial Ekonomi dan
15.000 13.33
13.000 11.66 11.00 11.10 10.86
11.000
Persen
9.000 11.25 5.71 151.8. 5.51 5.75
4.99 5.26 5.42
7.000 397
5.000 1.67 1.50 1.75 1.62 1.69 1.67
1.33
3.000
1.000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Rencana program dalam sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) yang
berdampak besar terhadap ekonomi masyarakat adalah berupa rencana
pengembangan pembangunan Comunity Center / Komunitas Kreatif Skala
kecamatan, pembangunan Museum / Galery Seni Tangsel, dan juga pembangunan
bangunan pendukung ecowisata. Pengembangan sarana tersebut erat kaitannya
dengan pengembangan perekonomian masyarakat, selain itu merupakan salah
Analisis Sosial Ekonomi dan
2) KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM karena RPIJM bidang
Cipta Karya berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS
menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau
program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang
berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen
Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM
Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu
dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan
DLH dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.