Anda di halaman 1dari 2

2020, Indonesia Alami Bonus Demografi

- detikNews
Kamis, 12 Jun 2014 22:59 WIB

0 komentar
SHARE   URL telah disalin

Yogyakarta, - Pada tahun 2020, Indonesia diperkirakan mengalami fase bonus


demografi. Artinya jumlah penduduk usia produktif mencapai 2/3 dari total jumlah
penduduk. Pemerintah harus dapat memanfaatkan kesempatan bonus demografi ini
dengan baik.

Angka ketergantungan penduduk (Dependency ratio) cenderung lebih rendah.


Suplai tenaga kerja yang stabil diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pasar kerja.

Hal itu diungkapkan peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK)
Universitas Gadjah Mada (UGM), Dr Sukamdi, MSc, di auditporium PSKK UGM,
Kamis (12/6/2014).

"Kondisi ini sangat menguntungkan, masyarakat akan memperoleh pendapatan


yang lebih tinggi dengan dana tabungan yang lebih banyak," katanya.

Dia mengatakan bonus demografi sangat erat kaitannya dengan perubahan


komposisi penduduk menurut umur. Bonus demografi adalah kesempatan sekaligus
tantangan yang harus direspon dan diantisipasi.

Saat bonus demografi kata dia, angka ketergantungan penduduk menjadi lebih
rendah. Jika masyarakat pasca usia produktif 65 tahun ke atas dapat melakukan
saving/menabung lebih banyak, maka tidak akan menjadi beban negara. Namun bila
tidak kondisi tersebut akan menjadi beban negara.

Menurut dia, bonus demografi terjadi karena penurunan fertilitas dan mortalitas
dalam jangka panjang yang mengakibatkan terjadi perubahan struktur umur
penduduk. Penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi anak-anak. Hal itu terlihat
dari keberhasilan program KB. Adanya
penurunan kematian bayi juga akan meningkatkan jumlah bayi yang terus hidup dan
mencapai usia kerja.

Namun kondisi bonus demografi ini tidak akan berlangsung lama. Sebab angka
ketergantungan 10 tahun berikutnya atau pada tahun 2030 mencapai 46,9. Pada
tahun 2035 akan meningkat lagi menjadi 47,3. "Sebagai gambaran, angka
ketergantungan kita pada 2010 berada di angka 50,5," katanya.

Menurut Sukamdi pemerintah perlu memanfaatkan kesempatan bonus demografi ini


dengan baik apabila ada penurunan angka kelahiran sampai tahun 2030
mendatang. Jika tidak bisa secara konsisten akan menurunkan angka kelahiran.
"Kita akan kehilangan kesempatan emas ini," katanya.

Sementara itu guru besar Fakultas Geografi UGM, Prof Dr M. Baiquni menilai
persoalan kependudukan memiliki dampak pada lingkungan. Kualitas SDM sangat
menentukan tingkat kesadaran perilaku manusia dalam mengelola lingkungan.

Menurut dia jumlah penduduk besar dan tidak diikuti kualitas kesadaran lingkungan
yang baik, yang terjadi adalah degradasi kerusakan lingkungan. Saat ini Indonesia
begitu agresif mendorong pertumbuhan ekonomi, namun secara tidak sadar
merusak lingkungan.

"Yang terpenting ke depan adalah peningkatan kualitas SDM karena angka Human
Development Index (HDI) Indonesia saat ini menempati urutan ke-111 dari 182
negara. "Di ASEAN, kita berada di urutan keenam dari sepuluh negara," pungkas
Baiqu

Anda mungkin juga menyukai