Anda di halaman 1dari 10

BONUS DEMOGRAFI: PELUANG KEEMASAN ATAU TANTANGAN BERAT

BAGI NEGARA-NEGARA BERKEMBANG?

Adi Legowo
Mahasiswa Universitas Pertamina
Email: adilegowooo@gmail.com

Abstrak
Menurut PBB, perubahan demografi di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir
dianggap sebagai peluang untuk mengoptimalkan bonus demografi selama periode 2020-
2030. Pada saat tersebut, jumlah individu usia produktif diperkirakan dua kali lipat lebih
besar daripada penduduk yang berada di luar usia produktif. Pentingnya memanfaatkan
potensi ini disoroti karena fenomena bonus demografi hanya terjadi sekali, memerlukan
partisipasi aktif dan efektif dari angkatan kerja. Meskipun demikian, Indonesia
menghadapi tantangan serius terkait ketenagakerjaan, terutama dalam hal pengangguran
yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Kekhawatiran muncul mengenai peningkatan
jumlah pengangguran terdidik setiap tahunnya sejalan dengan pertambahan jumlah
lulusan perguruan tinggi. Meskipun banyak lulusan, tidak semuanya dapat berhasil
terintegrasi dalam dunia kerja, menciptakan potensi peningkatan pengangguran terdidik
di Indonesia. Faktor-faktor krusial yang memengaruhi dinamika ini dapat membawa
dampak positif atau negatif terhadap upaya peningkatan kualitas di sektor ekonomi dan
sosial di Indonesia. Upaya sedang dilakukan oleh berbagai pihak untuk memastikan
bahwa situasi ini dapat dielola dengan baik, mendatangkan manfaat bagi semua pihak
yang terlibat di dalamnya di negara Indonesia.

Kata Kunci: bonus demografi; produktif; potensi; tantangan; ekonomi; sosial.

Abstract
As per the United Nations, the shifts in Indonesia's demographics over the past few
decades are seen as a chance to maximize the demographic bonus between 2020 and
2030. During this period, the population of individuals in their productive years is
projected to be twice as large as those outside the productive age bracket. The
significance of harnessing this potential is underscored, given that the demographic
bonus phenomenon occurs only once, necessitating active and efficient engagement from
the working population. However, Indonesia confronts significant employment
challenges, particularly concerning the high number of educated individuals without
jobs. Concerns have emerged about the annual rise in the count of educated unemployed
individuals, mirroring the increase in university graduates. Despite the abundance of
graduates, not all can seamlessly integrate into the workforce, posing the potential for a
surge in educated unemployment in Indonesia. Essential factors influencing this dynamic
can either positively or negatively impact initiatives to enhance quality in the economic
and social sectors of Indonesia. Various stakeholders are making concerted efforts to
ensure effective management of this situation, aiming to bring advantages to all involved
parties in the nation of Indonesia.

Keywords: demographic bonus; productivie; potency; challenge; economy; social.


Adi Legowo, Adi Legowo, Adi Legowo

Pendahuluan
Bonus demografi merupakan fenomena yang memberikan peluang unik sekaligus
tantangan besar bagi negara berkembang di abad ke-21. Istilah "bonus demografi"
mengacu pada periode di mana jumlah penduduk usia kerja (biasanya antara 15 dan 64
tahun) melebihi jumlah tanggungan (anak - anak dan orang lanjut usia). Situasi ini terjadi
ketika suatu negara berhasil menurunkan angka kelahiran, namun jumlah penduduk usia
kerja masih tinggi. Hal ini menciptakan potensi pertumbuhan ekonomi dan
pengembangan masyarakat Indonesia yang diperkirakan akan mengalami bonus
demografi pada tahun 2030, dan jumlah penduduk usia kerja diperkirakan mencapai 70%.

Dampak dari bonus demografi terdiri dari beberapa aspek yang tentunya
membawa pengaruh bagi masyarakat Indonesia. Peluang peningkatan kesehatan dan gizi
adalah salah satu dampak yang dihasilkan. Bonus demografi akan meningkatkan
kesehatan dan gizi masyarakat, khususnya bagi generasi Milenial. Peningkatan investasi
dalam Pembangunan juga turut serta menjadi dampak dari bonus demografi ini. Bonus
demografi kemungkinan akan meningkatkan investasi di sektor pembangunan seperti
infrastruktur, teknologi, dan pendidikan. Hal ini tentunya dapat menciptakan lapangan
kerja. Bonus demografi berpotensi menciptakan peluang pengembangan lapangan kerja
baru dan meningkatkan kemampuan kerja sumber daya manusia. Namun jika tidak
dimanfaatkan dengan baik, bonus demografi juga membawa tantangan seperti
kesenjangan sosial dan ekonomi. Penting bagi Indonesia untuk mengembangkan strategi
yang baik untuk mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan bonus demografi secara
maksimal (Unand & Manis, 1945).

Meskipun bonus demografi hanya terjadi sekali seumur hidup, dampaknya juga
bergantung pada cara suatu negara mengelola dan mengoptimalkan sumber daya
manusianya. Secara global, banyak negara berkembang sedang atau akan mengalami
bonus demografi dalam beberapa dekade mendatang. Momen ini menimbulkan
pertanyaan kritis tentang bagaimana negara-negara tersebut dapat mengembangkan
kebijakan pembangunan yang efektif dan mengatasi berbagai tantangan (Falikhah, 2017).

Fenomena ini dapat digali lebih dalam mengenai bonus demografi, menganalisis
potensi emas yang dihasilkannya, dan menyoroti tantangan serius yang mungkin dihadapi
negara-negara yang mengalami fenomena ini. Melalui pemahaman yang lebih mendalam,
dapat ditemukan strategi dan solusi untuk mengoptimalkan bonus demografi demi
pembangunan berkelanjutan dan inklusif.
Bonus Demografi:
Peluang Keemasan Atau Tantangan Berat Bagi Negara-Negara Berkembang?

Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu analisis kepustakaan yang menggunakan metode
analisis deskriptif kualitatif berdasarkan literatur penelitian. Pendekatan deskriptif
kualitatif tersebut melibatkan pemetaan variabel atau permasalahan terkait dengan kasus
penelitian untuk menemukan hubungannya. Korelasi yang ditemukan kemudian dapat
dikonfirmasi, ditolak, atau seimbang berdasarkan data dan informasi yang telah
dikumpulkan. Sebagai alat penelitian, studi kepustakaan mengumpulkan berbagai jenis
literatur seperti jurnal, buku, prosiding, makalah penelitian, dan sumber data lain yang
terkait dengan isu penelitian.

Langkah-langkah dalam analisis data dan dokumen pada penelitian ini mencakup:
1. Kajian pendahuluan untuk menelusuri penelitian-penelitian sebelumnya
mengenai pengangguran dan bonus demografi di Indonesia.
2. Pengumpulan literatur yang relevan sesuai dengan fokus masalah yang diambil
sebagai tema utama penelitian.
3. Analisis kritis terhadap berbagai sumber literatur untuk memperoleh pemahaman
dasar tentang hubungan penelitian dengan variabel yang diteliti.
4. Penulisan temuan penelitian berdasarkan argumen analitis dari data dan studi
literatur.
5. Perumusan rekomendasi berdasarkan argumen analitis dari berbagai data dan
tinjauan literatur.

Indikator yang digunakan untuk menilai fenomena bonus demografi adalah rasio
ketergantungan. Rasio ini membandingkan jumlah penduduk yang tidak bekerja (usia di
bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun) dengan jumlah penduduk usia kerja (15-64 tahun).
Peta rasio ketergantungan mencerminkan beban ketergantungan penduduk usia kerja
terhadap penduduk non-usia kerja. Apabila rasio ketergantungan rendah, ini menandakan
bahwa penduduk usia kerja hanya mendukung sebagian kecil dari penduduk non-usia
kerja. Ketergantungan rendah dapat berdampak positif pada perekonomian negara dan
memberikan peluang untuk meningkatkan produktivitas dengan memanfaatkan sumber
daya manusia secara efektif. Keadaan ini dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi
melalui pemanfaatan sumber daya manusia produktif yang menghasilkan pendapatan
untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan investasi melalui akumulasi tabungan.
Adi Legowo, Adi Legowo, Adi Legowo

Hasil dan Pembahasan


Dalam dekade terakhir, fenomena bonus demografi telah menjadi sorotan dalam
agenda pembangunan global. Dengan jumlah penduduk usia produktif yang terus
meningkat, banyak negara berkembang dihadapkan pada peluang ekonomi yang besar
sekaligus tantangan kompleks. Meskipun situasi terkini mengenai bonus demografi
berbeda-beda di setiap negara dan wilayah, berikut merupakan beberapa kondisi umum
di Indonesia yang telah diamati seperti pada Gambar 1 dan 2 di bawah ini.

Gambar 1
Grafik Jumlah Penduduk

Gambar 2
Rasio Demografi di Indonesia
Bonus Demografi:
Peluang Keemasan Atau Tantangan Berat Bagi Negara-Negara Berkembang?

1) Pertumbuhan penduduk usia kerja:


Sebagian besar negara berkembang mengalami pertumbuhan penduduk Usia kerja
(15-64 tahun) dalam beberapa dekade terakhir. Fenomena ini berpotensi
menimbulkan bonus demografi, karena semakin banyak masyarakat yang berada
pada kelompok umur yang cenderung produktif secara ekonomi.
2) Pertumbuhan Ekonomi dan Urbanisasi:
Negara-negara dengan bonus demografi sering kali mengalami pertumbuhan
ekonomi yang signifikan karena kontribusi signifikan dari angkatan kerja usia
kerja. Urbanisasi juga meningkat ketika orang berpindah dari daerah pedesaan ke
perkotaan untuk mencari peluang kerja.
3) Peningkatan akses terhadap pendidikan:
Akses terhadap pendidikan telah meningkat di banyak negara, meningkatkan
tingkat melek huruf dan keterampilan di kalangan generasi muda. Hal ini dapat
menjadi kontribusi berharga dalam memanfaatkan potensi bonus demografi.
4) Tantangan Penciptaan Lapangan Kerja:
Meskipun terdapat bonus demografis, banyak negara menghadapi tantangan
dalam menciptakan lapangan kerja yang cukup untuk menyerap populasi usia
kerja yang terus bertambah. Pengangguran dapat menjadi masalah yang serius,
terutama jika pertumbuhan ekonomi tidak sejalan dengan pertumbuhan penduduk.
5) Pentingnya kesejahteraan dan kesehatan:
Mengingat pertumbuhan populasi, penyediaan layanan medis yang tepat adalah
hal yang penting. Kesejahteraan sosial, termasuk perlindungan keluarga dengan
banyak anggota, menjadi perhatian penting.
6) Demografi berbeda:
Beberapa negara mungkin memiliki demografi berbeda, seperti tinggi atau
rendahnya angka harapan hidup, masih tingginya angka kelahiran di beberapa
daerah, atau faktor lain yang mempengaruhi struktur penduduk.
7) Tantangan gender dan kesetaraan:
Bonus demografi dapat memberikan peluang bagi pemberdayaan perempuan,
namun masih terdapat tantangan dalam mencapai kesetaraan gender di sektor
pendidikan dan ketenagakerjaan.
8) Perubahan pola keluarga:
Bonus demografi dapat mempengaruhi pola keluarga dengan memberi tekanan
pada keluarga berencana dan kebijakan keluarga yang tepat.

Melalui pemahaman yang lebih mendalam mengenai situasi saat ini, negara-negara dapat
merancang kebijakan yang lebih efektif dan adaptif untuk memanfaatkan potensi bonus
demografi sekaligus mengatasi tantangan-tantangan yang muncul.

Kondisi yang diinginkan terkait dengan bonus demografi adalah memanfaatkan


potensi ekonomi dan pembangunan manusia secara optimal sekaligus mengatasi
Adi Legowo, Adi Legowo, Adi Legowo

tantangan yang muncul. Berikut merupakan beberapa kondisi yang diharapkan bagi
negara Indonesia.
1) Memanfaatkan dividen demografi untuk pertumbuhan ekonomi:
Negara-negara yang memiliki bonus demografi akan menggunakan keuntungan
demografi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sebagai
contoh tenaga kerja produktif akan tersedia.
2) Penurunan tingkat pengangguran:
Kondisi yang diharapkan adalah penurunan tingkat pengangguran karena
terciptanya lapangan kerja yang cukup untuk menyerap peningkatan penduduk
usia kerja. Kebijakan yang mendorong pelatihan keterampilan dan kewirausahaan
dapat membantu memaksimalkan potensi bonus demografi.
3) Meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat:
Negara diharapkan dapat meningkatkan akses warganya terhadap layanan
kesehatan yang berkualitas. Kita juga dapat meningkatkan kesejahteraan umum
melalui kebijakan yang mendukung perlindungan sosial, pendidikan, dan
kesejahteraan keluarga.
4) Keseimbangan pemanfaatan sumber daya alam:
Di era bonus demografi, kita mengharapkan kebijakan yang dapat menjaga
keseimbangan antara kebutuhan manusia dan perlindungan lingkungan.
Pembangunan berkelanjutan memerlukan pertimbangan dampak ekonomi
terhadap lingkungan.
5) Peningkatan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan:
Kondisi yang diinginkan adalah peningkatan kesetaraan gender di berbagai
bidang, termasuk pendidikan dan kesempatan kerja. Pemberdayaan perempuan
adalah kunci untuk memastikan bahwa bonus demografi memberikan manfaat
yang sama bagi masyarakat secara keseluruhan.
6) Inovasi dan Keberlanjutan:
Bonus demografi diharapkan dapat merangsang inovasi di berbagai sektor seperti
teknologi, industri, dan jasa. Untuk mencapai hasil jangka panjang yang baik, kita
perlu mendorong inovasi dan fokus pada kebijakan pembangunan berkelanjutan.
7) Kebijakan keluarga berkelanjutan:
Prasyarat yang diinginkan adalah adanya kebijakan keluarga berkelanjutan yang
mengedepankan keluarga berencana yang bijaksana dan seimbang. Hal ini akan
membantu mengelola pertumbuhan populasi dan mencegah beban berlebihan
pada sistem layanan kesehatan.
8) Partisipasi masyarakat dalam pembangunan:
Masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembangunan,
baik melalui partisipasi dalam pengambilan keputusan publik, upaya
kewirausahaan maupun inisiatif masyarakat.

Melalui penerapan kebijakan yang bijaksana dan partisipasi aktif masyarakat, kondisi
bonus demografi yang diantisipasi dapat memberikan dampak positif yang signifikan
terhadap peningkatan kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan.
Bonus Demografi:
Peluang Keemasan Atau Tantangan Berat Bagi Negara-Negara Berkembang?

Strategi pemerintah Indonesia dalam menghadapi fenomena bonus demografi


melibatkan berbagai aktor dan melibatkan sejumlah tindakan konkret. Berikut adalah
beberapa strategi yang dapat diimplementasikan.
1) Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Keterampilan:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Ketenagakerjaan
melakukan peningkatkan akses dan kualitas pendidikan, serta memperluas
program pelatihan keterampilan untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja.
2) Pembangunan Infrastruktur Ekonomi:
Kementerian PUPR, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional merencankan investasi dalam bentuk
infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi, seperti jalan raya,
pelabuhan, dan bandara, untuk mempercepat distribusi barang dan meningkatkan
konektivitas regional.
3) Kebijakan Keluarga Berkelanjutan:
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Kementerian
Kesehatan mulai menerapkan program-program penyuluhan dan dukungan bagi
perencanaan keluarga yang berkelanjutan, serta meningkatkan akses masyarakat
terhadap layanan kesehatan reproduksi.
4) Promosi Inovasi dan Kewirausahaan:
Kementerian Riset dan Teknologi, Kementerian Perindustrian mendorong inovasi
di sektor-sektor kunci melalui insentif fiskal, dukungan penelitian dan
pengembangan, serta fasilitasi untuk kewirausahaan.
5) Pemberdayaan Perempuan dan Kesetaraan Gender:
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerja sama
dengan Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan (Komnas
Perempuan) mengimplementasikan kebijakan untuk meningkatkan partisipasi
perempuan di berbagai sektor, meningkatkan kesetaraan gender di tempat kerja,
dan memberikan dukungan khusus bagi perempuan dalam berwirausaha.
6) Kebijakan Fiskal dan Pajak:
Kementerian Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal menerapkan kebijakan fiskal
yang mendukung investasi dan pertumbuhan ekonomi, serta meninjau kebijakan
pajak untuk meningkatkan daya saing industri.
7) Kesehatan dan Layanan Sosial:
Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial mulai meningkatkan pelayanan
kesehatan dan sosial, termasuk akses yang lebih baik ke layanan kesehatan
reproduksi, serta mengembangkan program kesejahteraan sosial untuk
mendukung keluarga.
8) Kolaborasi dengan Swasta dan Pihak Ketiga:
Kamar Dagang dan Industri, Lembaga Keuangan, dan Pihak Swasta lainnya juga
turut bergerak mendorong kerjasama dengan sektor swasta untuk investasi,
inovasi, dan penciptaan lapangan kerja.
Adi Legowo, Adi Legowo, Adi Legowo

Implementasi strategi ini memerlukan kerjasama dan koordinasi yang erat antara berbagai
kementerian, lembaga, dan sektor masyarakat. Selain itu, pemantauan dan evaluasi
berkala diperlukan untuk menilai efektivitas dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.

Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa periode bonus
demografi yang akan dialami oleh masyarakat Indonesia antara tahun 2020-2035 akan
menjadi fase transisi yang mengakibatkan penurunan tingkat kelahiran dalam jangka
panjang. Situasi ini akan membawa perubahan pada struktur penduduk, terutama dengan
meningkatnya jumlah warga usia kerja. Harapannya, peningkatan jumlah individu usia
produktif ini akan memberikan dampak positif pada sektor ekonomi, mendorong
pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia dengan
mengurangi rasio ketergantungan penduduk non-produktif. Untuk memastikan tidak
terlewatnya peluang berharga ini di masa mendatang, perlu mempersiapkan sumber daya
manusia yang berkualitas agar dinamika bonus demografi dan visi yang diamanatkan oleh
Presiden RI dapat diwujudkan secara optimal dan cerdas.

Pendidikan, sebagai investasi utama dalam pengembangan sumber daya manusia,


memiliki peran sentral dalam memanfaatkan bonus demografi untuk meningkatkan
kualitas manusia. Oleh karena itu, pendidikan harus diutamakan sebagai langkah strategis
untuk mengoptimalkan potensi manusia. Kesehatan juga harus mendapat perhatian serius,
karena memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas penduduk. Kesediaan
masyarakat Indonesia untuk meraih bonus demografi sebagai kontribusi tidak langsung
terhadap pembangunan negara akan terwujud melalui pengelolaan sumber daya manusia
yang berkualitas, terutama dalam meningkatkan sektor pendidikan dan kesehatan bagi
penduduk usia kerja.

Dengan demikian, bonus demografi berperan sebagai indikator kemampuan


warga negara Indonesia dalam mengoptimalkan peluang bonus demografi untuk
membangun bangsa. Dengan pemanfaatan yang cerdas, Indonesia dapat berhasil
mengelola bonus demografi ini, yang pada akhirnya akan mempercepat kemajuan
ekonomi, sebagaimana telah berhasil dicapai oleh negara-negara tetangga yang telah
mengambil langkah-langkah bijak dalam konteks ini.
Bonus Demografi:
Peluang Keemasan Atau Tantangan Berat Bagi Negara-Negara Berkembang?

BIBLIOGRAFI

Falikhah, Nur. (2017). Bonus Demografi Peluang Dan Tantangan Bagi Indonesia.
Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 16(32).
https://doi.org/10.18592/alhadharah.v16i32.1992

phpkgdg_f_resized @ koran-jakarta.com. (n.d.). Diambil dari https://koran-


jakarta.com/images/article/phpkgdg_f_resized.png

Unand, Kampus, & Manis, Limau. (1945). Economica. Economic Record, 21(2), 314–
314. https://doi.org/10.1111/j.1475-4932.1945.tb01164.x

Bloom, D. E., Canning, D., & Sevilla, J. (2003). The Demographic Dividend: A New
Perspective on the Economic Consequences of Population Change. RAND Corporation.
[Link: https://www.rand.org/pubs/monograph_reports/MR1274.html]

Lee, R. (2003). The Demographic Transition: Three Centuries of Fundamental Change.


Journal of Economic Perspectives, 17(4), 167-190.

Mason, A. (2001). Population Change and Economic Development in East Asia:


Challenges Met, Opportunities Seized. Stanford University Press.

United Nations. (2017). World Population Prospects: The 2017 Revision. Department of
Economic and Social Affairs, Population Division. [Link:
https://population.un.org/wpp/]

Bloom, D. E., Canning, D., & Fink, G. (2011). Implications of Population Ageing for
Economic Growth. Oxford Review of Economic Policy, 26(4), 583-612.

Yusuf, S. A., & Sawadogo, B. S. (2019). Demographic Dividend and Economic Growth
in Developing Countries: Evidence from Sub-Saharan Africa. African Development
Review, 31(3), 288-301.

United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (ESCAP).
(2017). Asia-Pacific Population Journal: Special Issue on the Demographic Dividend.
[Link: https://www.unescap.org/sites/default/files/APPJ_Vol32_No2.pdf]

Bloom, D. E., Canning, D., & Kotschy, R. (2018). Health, Wealth, and the Role of
Institutions. Journal of Demographic Economics, 84(2), 139-188.

Dewi, Sita. (2018). "Bonus demografi di Indonesia: suatu anugrah atau tantangan."
Bonus Demografi adalah keuntungan ekonomi yang diperoleh karena banyaknya
penduduk usia kerja yang merupakan sumber meningkatnya produktivitas. Jurnal Ilmu
Sosial dan Manajemen, 2(3), 17–23.
[Link:http://journal.stmikjayakarta.ac.id/index.php/jisamar/article/view/44]
Adi Legowo, Adi Legowo, Adi Legowo

Dheba Nur Ulma, & Julia, Aan. (2022). "Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja dalam
Mendorong Bonus Demografi di Kecamatan Sukajadi Bandung." Jurnal Riset Ilmu
Ekonomi dan Bisnis, 105–114. https://doi.org/10.29313/jrieb.vi.1217

Falikhah, Nur. (2017). "Bonus Demografi Peluang Dan Tantangan Bagi Indonesia."
Alhadharah: Jurnal Ilmu Dakwah, 16(32).
https://doi.org/10.18592/alhadharah.v16i32.1992

Prasarti, Suci, & Prakoso, Erik Teguh. (2020). "KARAKTER DAN PERILAKU
MILINEAL: PELUANG ATAU ANCAMAN BONUS DEMOGRAFI." Consilia :
Jurnal Ilmiah Bimbingan dan Konseling, 3(1 SE-Artikel), 10–22.
https://doi.org/10.33369/consilia.3.1.10-22

Raharjo Jati, Wasisto. (2015). "Bonus Demografi Sebagai Mesin Pertumbuhan


Ekonomi : Jendela Peluang Atau Jendela Bencana Di Indonesia ?" Populasi, 26(1), 1–
19.

Sutikno AN. (2020). "Bonus Demografi di Indonesia." VISIONER: Jurnal


Pemerintahan Daerah di Indonesia, 12(2), 421–438.

Unand, Kampus, & Manis, Limau. (1945). "Economica." Economic Record, 21(2),
314–314. https://doi.org/10.1111/j.1475-4932.1945.tb01164.x

Anda mungkin juga menyukai