Anda di halaman 1dari 10

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transisi demografi yang sangat menguntungkan yaitu, ketika penduduk usia

produktif (15-64) tahun mengalami jumlah terbesar dibandingkan dengan proporsi

penduduk usia tidak produktif. Karena pada proposi penduduk ini terdapat suatu

keuntungan yang bisa dinikmati oleh suatu negara sebagai batu loncatan untuk

memajukan negara yang bersangkutan. didalam ilmu demografi,kondisi ini disebut

bonus demografi. dengan adanya kondisi bonus demografi ini, tentu bisa menjadi

peluang bagi negara untuk memajukan kesejahteraan serta memakmurkan masyarakat

apabila, masyarakat usia produktif memiliki kemampuan sumber daya yang

dapatmenunjang serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan negara.Proporsi

penduduk selalu berubah dan tidak tetap, hal ini memungkinkan kondisi bonus

demografi akan berakhir serta butuh waktu lama dan usaha yang sulit dilakukan untuk

menciptakan kembali proporsi penduduk seperti bonus demografi tersebut. Apabila

suatu negara gagal dalam memanfaatkan bonus demografi ini maka, jelas akan terjadi

kerugian yang sangat besar bagi Negara yang bersangkutan.

Kesejahteraan yang dijanjikan bonus demografi tidak hanya berfokus kepada

sumber daya manusia yang kompeten, tetapi juga harus melakukan pembenahan serta

perbaikan secara menyeluruh. dalam kata lain, untuk meraih manfaat dari bonus
demografi ini diperlukan usaha bersama dari seluruh lapisanmasyarakat dan lembaga

terkait serta pemerintah sebagai penggerak yang ada disuatu negara yang bersangkutan

agar manfaat bonus demografi ini menjadisemakin kuat.

B. Rumusan Permasalahan

1. Permasalahan Bonus Demografi di Indonesia dan di Jepang

2. Upaya Indonesia dan Jepang dalam menghadapi Bonus Demografi


II. TINJAUAN PUSTAKA

Bonus demografi secara umum menggambarkan perubahan komposisi

penduduk menurut umur sebagai akibat dari penurunan angka fertilitas dan

peningkatan angka harapan hidup atau penurunan angka kematian serta arus

migrasi. Perubahan tersebut ditandai dengan penurunan jumlah penduduk usia 0-14

tahun, sebagai akibat penurunan fertilitas, dan peningkatan jumlah penduduk lanjut

usia (lansia). Pada waktu yang bersamaan penduduk usia produktif mengalami

peningkatan. Perubahan komposisi tersebut mengakibatkan menurunan angka

ketergantungan sehingga pada titik tertentu mencapai angka terendah Pada saat

angka ketergantungan mencapai titik terendah, maka pada saat tersebut muncul

“windows of opportunity”, atau jendela kesempatan. Bonus demografi ini berakhir

ketika jumlah penduduk lansia semakin meningkat sehingga rasio ketergantungan

kembali meningkat. Berakhirnya bonus demografi akan memberikan tekanan baru

pada suatu negara (Adioetomo,2010 )

Bonus demografi terjadi sewaktu transisi demografi terjadi, jumlah

penduduk usia produktif yang meningkat mmengakibatkan banyaknya masyarakat

yang memberikan efek pembanguanan dibandingkan beban kepada perekonomian

suatu negara. Bonus demografi perlu didukung oleh beberapa aspek lain untuk

memberikan efek maksimal. Bonus demografi berasumsi sebagian besar atau

seluruh tenaga kerja medapatkan kesempatan kerja sehingga terjadi full


employment. Hal ini perlu didukung oleh pemerintah dan faktor utama dalam

mendukung bonus demografi adalah kebijakan pemerintah terkait bidang kesehatan,

ekonomi dan pembangunan manusia (Adioetomo, 2010).

Bonus demografi adalah peluang (window of opportunity) yang dinikmati

suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang

usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. Di Indonesia

fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak

beberapa tahun lalu dipercepat oleh keberhasilan kebijakan kependudukan

menurunkan tingkat fertilitas, meningkatkan kualitas kesehatan dan suksesnya

program-program pembangunan sejak era Orde Baru hingga sekarang. Keberhasilan

program (KB) selama berpuluh tahun sebelumnya telah mampu menggeser

penduduk berusia di bawah 15 tahun (anak- anak dan remaja) yang awalnya besar

di bagian bawah piramida penduduk Indonesia ke penduduk berusia lebih tua

(produktif 15-64 tahun). Struktur piramida yang menggembung di tengah semacam

ini menguntungkan, karena dengan demikian beban ketergantungan atau dukungan

ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk usia produktif kepada penduduk usia

anakanak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64 tahun) menjadi lebih ringan. (Noor,

2012)
III. PEMBAHASAN

Bonus demografi adalah peluang (window of opportunity) yang dinikmati

suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang

usia 15-64 tahun) dalam evolusi kependudukan yang dialaminya. sederhananya

adalah potensi manfaat ekonomi yang bisa diperoleh karena penduduk didominasi oleh

usia produktif.

Jepang. Negeri Sakura itu mengalami pertumbuhan penduduk akibat baby

boom pada masa setelah perang dunia kedua. Kondisi itu membuat Jepang memiliki

jumlah sumber daya manusia yang signifikan dan pemerintah setempat pun tak menyia-

nyiakan hal tersebut. Mereka segera menggenjot industrialisasi dan mulailah inovasi-

inovasi unggul mencuat ke panggung dunia. Jepang pun lepas landas menjadi jajaran

negara maju dunia. Hasilnya dapat dinikmati hingga kini.

Terdapat sejumlah syarat agar bonus tidak berubah menjadi bencana demografi,

yaitu penduduk harus berkualitas, tersedia lapangan kerja, tabungan rumah tangga

memadai, dan sejumlah syarat lainnya. Di negara kaya, saat rasio ketergantungan

rendah, penduduk usia muda menjadi penggerak pertumbuhan melalui produktivitas

kerja, konsumsi, dan tabungan yang mereka miliki.

Adanya bonus demografi yang dialami Jepang pada tahun 1950 menyebabkan

Jepang menjadi negara di kekuatan ekonomi ketiga setelah Amerika Serikat dan Uni
Soviet, meskipun Jepang baru saja mengalami kekalahan pada Perang Dunia II. Begitu

pula dengan Korea Selatan. Pada tahun 1950, Korea Selatan termasuk negara termiskin

di Asia dan sering dilanda perang saudara yang membuat situasi perekonomiannya

semakin terpuruk. Namun, Korea Selatan berhasil bangkit dan sekarang dijuluki

“Macan Asia” bersama Jepang.

Apa yang membuat Jepang berhasil menjadi negara maju padahal memiliki

latar belakang yang sama dengan Indonesia? Ternyata, Jepang berhasil memanfaatkan

bonus demografi dengan baik. Mereka sadar mereka tidak memiliki sumber daya alam

yang melimpah oleh karena itu mereka fokus terhadap pengembangan sumber daya

manusia yang mereka miliki dengan strategi capital intelectual yang menekankan

pendidikan dan inovasi ke penduduknya. Akibatnya, saat ini Jepang dengan Toyotanya

berhasil menguasai pasar otomotif dan elektronik di dunia.

Dengan output riil –indicator kunci kinerja perekonomian- meningkat hanya

sekitar 15% sejak tahun 2000 atau kurang dari 1% per tahun, Jepang dianggap sebagai

Negara maju yang paling tidak dinamis dibandingkan dengan negara utama lainnya.

Tetapi dengan memperhatikan struktur demografi Jepang –di mana penduduk usia

kerjanya semakin menyusut hampir 1% per tahun sejak awal abad ini—kinerja

perekonomian Jepang tersebut sangat mengagumkan.


Data menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Jepang per pekerja sekitar 2%

--jauh lebih tinggi dari AS dan Uni Eropa. Walaupun ekonomi AS tumbuh lebih dari

35% sejak tahun 2000, penduduk usia kerjanya juga meningkat signifikan, sehingga

pertumbuhan ekonomi AS per pekerja hanya sekitar 1%.

Akan tetapi, hal baik ini tidak bertahan selamanya karena bonus demografi

hanya terjadi sekali dalam beratus-ratus tahun. Misalnya, Jepang setelah mengalami

bonus demografi dihadapkan oleh ageing population yang menyebabkan angka

ketergantungan bertambah sehingga akan memberi beban kepada masyarakat yang

berusia produktif. Indonesia diprediksi juga akan mengalami hal serupa pada tahun

2035 setelah bonus demografi usai. Oleh karena itu, bonus demografi ini harus

dimanfaatkan secara maksimal karena berdasarkan hipotesis siklus hidup dari ekonom

Franco Modigliani penduduk berusia produktif yang aktif bekerja akan menabung

(saving) sehingga pada saat di usia tua mereka pensiun dan akan menghabiskan

tabungan mereka (dissaving) sehingga pada saat terjadi ageing population tidak akan

memberatkan pemerintah maupun penduduk yang produktif.

Namun, bonus demografi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh

negara manapun termasuk Indonesia. Oleh karena itu, seharusnya Indonesia

mengganggap bonus demografi sebagai windows of opportunity untuk membuat

Indonesia menjadi negara maju. Untuk mengoptimalkan bonus demografi yang

dimiliki ada beberapa hal yang diperlukan: harus terdapat kesempatan pekerjaan yang

memadai untuk tenaga kerja yang banyak (labour demand harus mencukupi labour
supply), jumlah anak sedikit sehingga perempuan dapat diikutsertakan dalam pasar

tenaga kerja, tabungan masyarakat harus diinvestasikan secara produktif, dan yang

terakhir SDM yang berkualitas sehingga dapat bekerja secara produktif di pasar tenaga

kerja yang penuh dengan persaingan.


IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Bonus demografi pada sebuah negara dapat menjadi berkah ataupun

bencana. Hal ini dikarenakan bonus demografi memiliki sisi positif dan negatif. Bonus

demografi apabila dapat dimanfaatkan dengan optimal akan menghasilkan

pertumbuhan ekonomi yang baik. Kegagalan pemerintah dalam memanfaatkan

kesempatan ini akan membawa beban yang memberatkan negara di masa yang akan

datang.
DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, S.M., Burhan, L., Yunus, N., 2010. 100 Tahun Demografi Indonesia,
Mengubah Nasib Menjadi Harapan, Cetakan kedua, Jakarta, BkkbN dan
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Konadi, Win, and Zainuddin Iba. 2011. Bonus Demografi Modal Membangun
Bangsa yang Sehat dan Bermartabat.Majalah VARIASI. ISSN: 2085 2.
Noor, Munawar. 2012. Kebijakan Pembangunan Kependudukan dan Bonus
Demografi. Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang.
https://www.kompasiana.com/
https://www.wikipedia.com/

Anda mungkin juga menyukai