PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penduduk usia tidak produktif. Karena pada proposi penduduk ini terdapat suatu
keuntungan yang bisa dinikmati oleh suatu negara sebagai batu loncatan untuk
bonus demografi. dengan adanya kondisi bonus demografi ini, tentu bisa menjadi
penduduk selalu berubah dan tidak tetap, hal ini memungkinkan kondisi bonus
demografi akan berakhir serta butuh waktu lama dan usaha yang sulit dilakukan untuk
suatu negara gagal dalam memanfaatkan bonus demografi ini maka, jelas akan terjadi
sumber daya manusia yang kompeten, tetapi juga harus melakukan pembenahan serta
perbaikan secara menyeluruh. dalam kata lain, untuk meraih manfaat dari bonus
demografi ini diperlukan usaha bersama dari seluruh lapisanmasyarakat dan lembaga
terkait serta pemerintah sebagai penggerak yang ada disuatu negara yang bersangkutan
B. Rumusan Permasalahan
penduduk menurut umur sebagai akibat dari penurunan angka fertilitas dan
peningkatan angka harapan hidup atau penurunan angka kematian serta arus
migrasi. Perubahan tersebut ditandai dengan penurunan jumlah penduduk usia 0-14
tahun, sebagai akibat penurunan fertilitas, dan peningkatan jumlah penduduk lanjut
usia (lansia). Pada waktu yang bersamaan penduduk usia produktif mengalami
ketergantungan sehingga pada titik tertentu mencapai angka terendah Pada saat
angka ketergantungan mencapai titik terendah, maka pada saat tersebut muncul
suatu negara. Bonus demografi perlu didukung oleh beberapa aspek lain untuk
suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang
fenomena ini terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak
penduduk berusia di bawah 15 tahun (anak- anak dan remaja) yang awalnya besar
ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk usia produktif kepada penduduk usia
anakanak (di bawah 15 tahun) dan tua (di atas 64 tahun) menjadi lebih ringan. (Noor,
2012)
III. PEMBAHASAN
suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif (rentang
adalah potensi manfaat ekonomi yang bisa diperoleh karena penduduk didominasi oleh
usia produktif.
boom pada masa setelah perang dunia kedua. Kondisi itu membuat Jepang memiliki
jumlah sumber daya manusia yang signifikan dan pemerintah setempat pun tak menyia-
nyiakan hal tersebut. Mereka segera menggenjot industrialisasi dan mulailah inovasi-
inovasi unggul mencuat ke panggung dunia. Jepang pun lepas landas menjadi jajaran
Terdapat sejumlah syarat agar bonus tidak berubah menjadi bencana demografi,
yaitu penduduk harus berkualitas, tersedia lapangan kerja, tabungan rumah tangga
memadai, dan sejumlah syarat lainnya. Di negara kaya, saat rasio ketergantungan
Adanya bonus demografi yang dialami Jepang pada tahun 1950 menyebabkan
Jepang menjadi negara di kekuatan ekonomi ketiga setelah Amerika Serikat dan Uni
Soviet, meskipun Jepang baru saja mengalami kekalahan pada Perang Dunia II. Begitu
pula dengan Korea Selatan. Pada tahun 1950, Korea Selatan termasuk negara termiskin
di Asia dan sering dilanda perang saudara yang membuat situasi perekonomiannya
semakin terpuruk. Namun, Korea Selatan berhasil bangkit dan sekarang dijuluki
Apa yang membuat Jepang berhasil menjadi negara maju padahal memiliki
latar belakang yang sama dengan Indonesia? Ternyata, Jepang berhasil memanfaatkan
bonus demografi dengan baik. Mereka sadar mereka tidak memiliki sumber daya alam
yang melimpah oleh karena itu mereka fokus terhadap pengembangan sumber daya
manusia yang mereka miliki dengan strategi capital intelectual yang menekankan
pendidikan dan inovasi ke penduduknya. Akibatnya, saat ini Jepang dengan Toyotanya
sekitar 15% sejak tahun 2000 atau kurang dari 1% per tahun, Jepang dianggap sebagai
Negara maju yang paling tidak dinamis dibandingkan dengan negara utama lainnya.
Tetapi dengan memperhatikan struktur demografi Jepang –di mana penduduk usia
kerjanya semakin menyusut hampir 1% per tahun sejak awal abad ini—kinerja
--jauh lebih tinggi dari AS dan Uni Eropa. Walaupun ekonomi AS tumbuh lebih dari
35% sejak tahun 2000, penduduk usia kerjanya juga meningkat signifikan, sehingga
Akan tetapi, hal baik ini tidak bertahan selamanya karena bonus demografi
hanya terjadi sekali dalam beratus-ratus tahun. Misalnya, Jepang setelah mengalami
berusia produktif. Indonesia diprediksi juga akan mengalami hal serupa pada tahun
2035 setelah bonus demografi usai. Oleh karena itu, bonus demografi ini harus
dimanfaatkan secara maksimal karena berdasarkan hipotesis siklus hidup dari ekonom
Franco Modigliani penduduk berusia produktif yang aktif bekerja akan menabung
(saving) sehingga pada saat di usia tua mereka pensiun dan akan menghabiskan
tabungan mereka (dissaving) sehingga pada saat terjadi ageing population tidak akan
Namun, bonus demografi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh
dimiliki ada beberapa hal yang diperlukan: harus terdapat kesempatan pekerjaan yang
memadai untuk tenaga kerja yang banyak (labour demand harus mencukupi labour
supply), jumlah anak sedikit sehingga perempuan dapat diikutsertakan dalam pasar
tenaga kerja, tabungan masyarakat harus diinvestasikan secara produktif, dan yang
terakhir SDM yang berkualitas sehingga dapat bekerja secara produktif di pasar tenaga
A. Kesimpulan
bencana. Hal ini dikarenakan bonus demografi memiliki sisi positif dan negatif. Bonus
kesempatan ini akan membawa beban yang memberatkan negara di masa yang akan
datang.
DAFTAR PUSTAKA
Adioetomo, S.M., Burhan, L., Yunus, N., 2010. 100 Tahun Demografi Indonesia,
Mengubah Nasib Menjadi Harapan, Cetakan kedua, Jakarta, BkkbN dan
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Konadi, Win, and Zainuddin Iba. 2011. Bonus Demografi Modal Membangun
Bangsa yang Sehat dan Bermartabat.Majalah VARIASI. ISSN: 2085 2.
Noor, Munawar. 2012. Kebijakan Pembangunan Kependudukan dan Bonus
Demografi. Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang.
https://www.kompasiana.com/
https://www.wikipedia.com/