TAHUN 2021
Disusun Oleh:
TAHUN 2021
Pendahuluan
Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Kiranya seperti itulah kalimat yang
mampu menggambarkan kondisi saat ini. Tidak harus menengok jauh ke belakang,
kenyataannya hari ini lebih mengerikan dari hari kemarin. Dewasa ini, Indonesia
mengalami kemerosotan ekonomi yang lebih mengkhawatirkan dari sekadar krisis.
Indonesia tengah dirundung pandemi yang lebih mematikan dari sekadar wabah.
Pembatasan dilakukan di berbagai aspek kehidupan, menyebabkan kemerosotan
ekonomi yang berdampak pada kualitas hidup, khususnya dalam menunjang pendidikan
bagi anak bangsa. Pendidikan akademis bagi pemuda adalah hal yang utama, tapi perlu
diketahui pendidikan moral adalah bekal untuk kesejahteraan di masa depan.
Merosotnya pendidikan moral di kalangan masyarakat adalah kenyataan ironis yang
cukup terlihat, tapi lagi-lagi dikatakan sebagai kewajaran. Beberapa permasalahan
tersebut adalah bentuk dari ketidakpastian masa depan, yang dulu tidak pernah
diperkirakan akan terjadi.
Kesempatan emas pada masa bonus demografi bisa jadi hilang dan menimbulkan
banyak ancaman serta pemasalahan yang harus dihadapi. Hal itu terjadi jika penerus
bangsanya tidak dibekali pendidikan moral, salah satunya adalah menimbulkan aging
population. Sebuah keadaan dimana penduduk usia lanjut sangat dominan, dan hal ini
menjadi masalah besar saat terjadinya bonus demografi. Maka dari itu, Moral Education
Analysis (MEAn): Bekal Antisipasi Dampak Aging Population Dalam Menghadapi
Bonus Demografi, menjadi hal yang sangat diperlukan dan patut diperhatikan.
Bonus Demografi
Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 sampai
2040 mendatang. Kejadian langka ini harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, baik
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat umum. Dilansir dari situs resmi kominfo,
dikatakan bahwa pemerintah sedang menyiapkan langkah terbaik untuk menghadapi
bonus demografi. Terlebih lagi di tahun 2030 mendatang, ada program pembangunan
berkelanjutan yang sering disebut dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)
Muhadjir Effendy juga mengatakan, bahwa pemerintah saat ini tengah menggodok
berbagai program untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Ancaman yang harus dihadapi, jika Sumber Daya Manusia tidak disiapkan dengan
baik adalah membludaknya angka pengangguran. Seperti yang kita ketahui, jumlah
pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi, terlebih lagi saat pandemi covid-19.
Ledakan pengangguran di Indonesia semakin tak terkendali. Badan Pusat Statistik
(BPS) melayangkan pemberitahuan pada Februari 2021, bahwasasannya jumlah
angkatan kerja pada bulan tersebut sebanyak 139,81 juta orang, memgalami kenaikan
1,59 juta dibanding Agustus 2020. Jumlah pengangguran karena covid-19 sebanyak
1,62 juta orang, tergolong Bukan Angkatan Kerja (BAK) sebesar 0,65 juta orang serta
1,11 juta orang tidak bekerja karena covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa pandemi
covid-19 menjadi faktor penyebab terjadinya ledakan pengangguran. Tentunya hal ini
tidak bisa dibiarkan saja, beberapa startegi harus secepatnya dikerahkan agar
keterpurukan ini tidak berkelanjutan.
Ancaman selanjutnya yang diperkirakan akan terjadi saat bonus demografi yaitu
kualitas dan kualifikasi SDM yang tidak seimbang. Banyaknya usia produktif di masa
mendatang, menyebabkan perusahaan lebih selektif dalam memilih calon pekerjanya.
Standar kualitas karyawan tentunya akan naik ke taraf yang lebih tinggi, dan hal ini
akan sangat berbahaya jika tidak diimbangi dengan pendidikan yang memadai, baik
akademis maupun moral.
Aging Population
Pendidikan moral menjadi sangat penting dan perlu dikuatkan agar pemuda
penerus bangsa bisa menjalankan tanggungjawabnya di era bonus demografi yang
diperkirakan akan terjadi di tahun 2030 hingga 2040. Pendidikan moral menjadi bekal
untuk mengarahkan pemuda dari perbuatan yang menyimpang, apalagi saat ini segala
aktivitas sudah beralih ke sistem digital. Informasi-informasi dan pergaulan bebas di
dunia maya, menyebabkan moralitas pemuda sangat terancam. Keteguhan untuk
bertahan menjadi jati diri yang baik, bisa digoyahkan hanya karena ajaran atau gaya
hidup kurang sehat yang tersebar di dunia maya.
Pendidikan moral bisa dikatakan sebagai akar untuk menopang kualitas peran
pemuda di masa depan. Hal besar yang paling disepelekan dari menurunnya moralitas
seseorang adalah nilai kejujuran. Sebuah nilai yang sudah dimanipulasi sedemikian
rupa, berkedok referensi dan penguatan, terkadang kecurangan masih dikemas rapi
sehingga seakan-akan yang terjadi adalah kejujuran. Sebagaimana yang kita ketahui,
pendidik maupun pelajar yang sudah bertransformasi ke sistem dalam jaringan (daring)
sudah tidak peduli lagi dengan nilai kejujuran. Mereka lebih memedulikan besarnya
nilai, daripada kerasnya proses. Bahkan tak jarang, proses sudah tidak dilirik lagi dan
menyebabkan minimnya tingkat kejujuran pemuda khususnya pelajar. Ketika kejujuran
saja sudah tidak dipedulikan, lalu bagaimana dengan kualitas pemuda? Bagaimana
pemuda bisa memenuhi kualifikasi penyaringan usia produktif di masa bonus
demografi? Jika persaingan sehat sudah tidak diindahkan lagi, jangankan berjaya di
masa bonus demografi, untuk maju selangkah terbebas dari jeratan pandemi saja
rasanya sukar dilakukan.
Menurut Bappenas, pada tahun 2030 jumlah usia produktif bisa mencapai 64%
daru total jumlah penduduk sekitar 297 juta jiwa. Artinya, persaingan di dunia kerja
akan sangat ketat dan tidak bisa disepelekan. Hanya ada dua kemungkinan yang akan
terjadi yaitu bertahan dengan kualitas yang mumpuni atau tertindas era demografi dan
beralih pada aging population.
Maka dari itu Moral Education Analysis (MEAn) sangat dibutuhkan sebagai bekal
menjadi manusia yang berkualitas. Analisis ini perlu dilakukan di dunia pendidikan,
terutama bagi pendidik dan yang dididik. Sebagai tenaga pendidik sudah seyogyanya
memerhatikan kualitas moral siswa agar menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
Analisis perlu dilakukan secara berkala agar kualitas moral dapat terjaga. Tapi, hal itu
tidak semata-mata dibebankan kepada tenaga pendidik saja. Kita sebagai pelajar juga
wajib memperhatikan pendidikan moral dan menerapkannya dalam kehidupan. Kualitas
moral yang baik akan mengindikasikan bahwa kita memiliki kualitas pekerja yang baik
dan siap menghadapi era bonus demografi, memajukan Indonesia dan langkah awal
sebagai bekal antisipasi dampak aging population.
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
Badan Pusat Statistik. 2021. Februari 2021: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
sebesar 6,26 persen. Diakses dari https://www.bps.go.id tanggal 20 Oktober 2021
BIODATA PESERTA
LOMBA ESAI NASIONAL
FESTIFAL HARI LAHIR HIMA PAI
UNIVERSITAS ALMA ATA
Telepon/Hp : 083848028885
Email : citraamel180602@gmail.com
Pekerjaan : Mahasiswa