Anda di halaman 1dari 8

LOMBA ESAI NASIONAL

FESTIVAL HARI LAHIR HIMPUNAN MAHASISWA

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ALMA ATA

TAHUN 2021

MEAn (Moral Education Analysis): Bekal Antisipasi Dampak Aging Population


Dalam Menghadapi Bonus Demografi

Disusun Oleh:

Citra Amelia Putri

UNIVERSITAS ALMA ATA

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

TAHUN 2021
Pendahuluan

Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Kiranya seperti itulah kalimat yang
mampu menggambarkan kondisi saat ini. Tidak harus menengok jauh ke belakang,
kenyataannya hari ini lebih mengerikan dari hari kemarin. Dewasa ini, Indonesia
mengalami kemerosotan ekonomi yang lebih mengkhawatirkan dari sekadar krisis.
Indonesia tengah dirundung pandemi yang lebih mematikan dari sekadar wabah.
Pembatasan dilakukan di berbagai aspek kehidupan, menyebabkan kemerosotan
ekonomi yang berdampak pada kualitas hidup, khususnya dalam menunjang pendidikan
bagi anak bangsa. Pendidikan akademis bagi pemuda adalah hal yang utama, tapi perlu
diketahui pendidikan moral adalah bekal untuk kesejahteraan di masa depan.
Merosotnya pendidikan moral di kalangan masyarakat adalah kenyataan ironis yang
cukup terlihat, tapi lagi-lagi dikatakan sebagai kewajaran. Beberapa permasalahan
tersebut adalah bentuk dari ketidakpastian masa depan, yang dulu tidak pernah
diperkirakan akan terjadi.

Maraknya informasi yang dikemas dalam digitalisasi, membuat cakupannya


sangat menyebar luas dan tidak terkendali. Seperti yang kita ketahui, mayoritas pemuda
Indonesia saat ini cenderung menyerap informasi dari media elektronik. Namun,
kemudahan itu tidak dipergunakan sebagaimana mestinya. Sehingga, sangat berdampak
pada penurunan kualitas pemuda Indonesia, yang mana dampak utamanya adalah
mengesampingkan pendidikan moral di atas pergaulan bebas. Hal inilah yang
seharusnya menjadi perhatian, karena kenyataannya pendidikan moral adalah bekal
yang sangat diperlukan untuk masa depan Indonesia, dalam hal ini menghadapi bonus
demografi.

Bonus demografi adalah suatu kondisi di mana terjadinya sebuah ledakan


penduduk usia produktif yang kemungkinan akan terjadi di Indonesia pada tahun 2020
hingga 2030 (Jimmy Ginting, 2016). Kondisi ini tentunya diharapkan mampu
mendorong Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi. Namun, pastinya untuk
mewujudkan hal itu di masa mendatang, membutuhkan dukungan yang sangat besar
dari masyarakat. Pemuda dalam usia produktif menjadi tokoh utama yang sangat
diharapkan kontribusinya demi Indonesia yang lebih maju. Tapi, apa jadinya jika
pemuda tidak dibekali pendidikan moral.

Kesempatan emas pada masa bonus demografi bisa jadi hilang dan menimbulkan
banyak ancaman serta pemasalahan yang harus dihadapi. Hal itu terjadi jika penerus
bangsanya tidak dibekali pendidikan moral, salah satunya adalah menimbulkan aging
population. Sebuah keadaan dimana penduduk usia lanjut sangat dominan, dan hal ini
menjadi masalah besar saat terjadinya bonus demografi. Maka dari itu, Moral Education
Analysis (MEAn): Bekal Antisipasi Dampak Aging Population Dalam Menghadapi
Bonus Demografi, menjadi hal yang sangat diperlukan dan patut diperhatikan.
Bonus Demografi

Bonus demografi atau demographic dividend, merupakan suatu kondisi dimana


populasi masyarakat akan didominasi oleh usia produktif. Ledakan usia produktif yang
terjadi pada masa bonus demografi, diharapkan mampu meningkatkan kualitas ekonomi
industri di Indonesia. Kehadiran sumber daya manusia yang produktif dengan kisaran
usia 15 hingga 64 tahun, menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan
performa dan kualitas bangsanya. Hal ini sesuai dengan definisi bonus demografi yang
dikemukakan oleh Tifatul Sembiring (Kominfo), bahwasannya demographic dividend
sebagai suatu keadaan yang membawa keuntungan, karena jumlah penduduk didominasi
oleh individu-individu yang masih berada dalam usia produktif.

Indonesia diperkirakan akan mengalami bonus demografi pada tahun 2030 sampai
2040 mendatang. Kejadian langka ini harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, baik
oleh pemerintah maupun oleh masyarakat umum. Dilansir dari situs resmi kominfo,
dikatakan bahwa pemerintah sedang menyiapkan langkah terbaik untuk menghadapi
bonus demografi. Terlebih lagi di tahun 2030 mendatang, ada program pembangunan
berkelanjutan yang sering disebut dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK)
Muhadjir Effendy juga mengatakan, bahwa pemerintah saat ini tengah menggodok
berbagai program untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Melalui kesempatan yang dihadirkan oleh bonus demografi, seharusnya menjadi


kesempatan yang sangat baik bagi Indonesia untuk melakukan percepatan pembangunan
yang lebih baik. Tentunya hal tersebut harus didukung oleh Sumber Daya Manusia
(SDM) yang berkualitas, berdaya saing, dan bisa mengemban amanah untuk bersama-
sama memajukan bangsa. Menurut Muhadjir, pemerintah saat ini berfokus untuk
membangun lapangan pekerjaan agar bonus demografi bisa dimanfaatkan dengan baik.
Peran pemuda juga menempati posisi yang sangat penting, dengan terus mengasah
kemampuan dan keahliannya supaya menjadi generasi yang produktif agar terhindar
dari ancaman bonus demografi.

Ancaman yang harus dihadapi, jika Sumber Daya Manusia tidak disiapkan dengan
baik adalah membludaknya angka pengangguran. Seperti yang kita ketahui, jumlah
pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi, terlebih lagi saat pandemi covid-19.
Ledakan pengangguran di Indonesia semakin tak terkendali. Badan Pusat Statistik
(BPS) melayangkan pemberitahuan pada Februari 2021, bahwasasannya jumlah
angkatan kerja pada bulan tersebut sebanyak 139,81 juta orang, memgalami kenaikan
1,59 juta dibanding Agustus 2020. Jumlah pengangguran karena covid-19 sebanyak
1,62 juta orang, tergolong Bukan Angkatan Kerja (BAK) sebesar 0,65 juta orang serta
1,11 juta orang tidak bekerja karena covid-19. Hal ini menunjukkan bahwa pandemi
covid-19 menjadi faktor penyebab terjadinya ledakan pengangguran. Tentunya hal ini
tidak bisa dibiarkan saja, beberapa startegi harus secepatnya dikerahkan agar
keterpurukan ini tidak berkelanjutan.

Ancaman selanjutnya yang diperkirakan akan terjadi saat bonus demografi yaitu
kualitas dan kualifikasi SDM yang tidak seimbang. Banyaknya usia produktif di masa
mendatang, menyebabkan perusahaan lebih selektif dalam memilih calon pekerjanya.
Standar kualitas karyawan tentunya akan naik ke taraf yang lebih tinggi, dan hal ini
akan sangat berbahaya jika tidak diimbangi dengan pendidikan yang memadai, baik
akademis maupun moral.

Ancaman yang paling dicemaskan berikutnya adalah terjadinya aging population,


sebuah masa di mana mayoritas penduduk berusia lanjut dan tidak produktif. Ancaman
inilah yang paling dicemaskan dan sangat diharapkan tidak akan terjadi di masa bonus
demografi.

Aging Population

Aging population merupakan sebuah masa di mana proporsi penduduk berusia


lanjut di suatu daerah mengalami peningkatan secara progresif. Indonesia akan
mengalami perubahan struktur usia penduduk yang sangat signifikan pada kurun waktu
10, 20 hingga 30 tahun ke depan. Mengutip dari kompas.com, yang melansir dari situs
resmi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bahwa jumlah penduduk lansia di
Indoensia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Diperkirakan pada tahun
2035, jumlahnya bertambah menjadi 48,2 juta jiwa.

Aging population merupakan dampak negatif dari buruknya perencanaan


pemerintah dan kurangnya persiapan Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menghadapi
bonus demografi. Ketika terjadinya ledakan usia produktif di masa tersebut, namun
pengendalian pemerintahan dalam memfasilitasi angkatan kerja tidak terkendali bisa
menyebabkan masalah besar ke depannya. Ditambah lagi kualitas Sumber Daya
Manusia yang masih rendah, sehingga menyebabkannya kurang produktif dan minim
moral. Sebenarnya hal inilah yang menjadi akar dari permasalahan terjadinya aging
population. Bukan hanya pendidikan akademis, tapi pendidikan moral juga sangat
berperan penting dalam mewujudkan sumber daya yang berkualitas.

Antisipasi dampak aging population harus diterapkan sejak dini. Menanamkan


pendidikan moral kepada pelajar harus dikerahkan. Moralitas bisa menjadi kemudi yang
di dalamnya menanamkan kejujuran, sopan santun, tata krama dan juga perilaku baik
untuk menghadapi segala sesuatu di kemudian hari. Pendidikan moral juga dijadikan
sebagai bekal antisipasi terjadinya aging population yang lebih parah saat bonus
demografi.
Moral Education Analysis (MEAn)

Moral Education Analysis atau Analisis Pendidikan Moral merupakan sebuah


alternatif yang diharapkan bisa menjadi bekal untuk mengantisipasi dampak yang lebih
besar dari aging population dalam menghadapi era bonus demografi. MEAn (Moral
Education Analysis) hadir sebagai sebuah teori yang nantinya mampu menjadi perhatian
bagi pemerintah, tenaga pendidik, maupun yang terdidik atau pelajar. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), analisis memiliki makna sebuah penyelidikan terhadap
suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang
sebenarnya (sebab musabab, duduk perkaranya dan sebagainya). Sedangkan moral
memiliki arti (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
sikap, kewajiban dan sebagainya; akhlak; budi pekerti; susila, atau bisa juga diartikan
sebagai kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdisiplin, dan sebagainya. Sehingga bisa disimpulkan bahwa Analisis Pendidikan
Moral adalah sebuah penyelidikan terhadap tingkat pendidikan yang mengajarkan
tentang perbuatan, sikap dan akhlak yang berterima umum.

Pendidikan moral menjadi sangat penting dan perlu dikuatkan agar pemuda
penerus bangsa bisa menjalankan tanggungjawabnya di era bonus demografi yang
diperkirakan akan terjadi di tahun 2030 hingga 2040. Pendidikan moral menjadi bekal
untuk mengarahkan pemuda dari perbuatan yang menyimpang, apalagi saat ini segala
aktivitas sudah beralih ke sistem digital. Informasi-informasi dan pergaulan bebas di
dunia maya, menyebabkan moralitas pemuda sangat terancam. Keteguhan untuk
bertahan menjadi jati diri yang baik, bisa digoyahkan hanya karena ajaran atau gaya
hidup kurang sehat yang tersebar di dunia maya.

Pendidikan moral bisa dikatakan sebagai akar untuk menopang kualitas peran
pemuda di masa depan. Hal besar yang paling disepelekan dari menurunnya moralitas
seseorang adalah nilai kejujuran. Sebuah nilai yang sudah dimanipulasi sedemikian
rupa, berkedok referensi dan penguatan, terkadang kecurangan masih dikemas rapi
sehingga seakan-akan yang terjadi adalah kejujuran. Sebagaimana yang kita ketahui,
pendidik maupun pelajar yang sudah bertransformasi ke sistem dalam jaringan (daring)
sudah tidak peduli lagi dengan nilai kejujuran. Mereka lebih memedulikan besarnya
nilai, daripada kerasnya proses. Bahkan tak jarang, proses sudah tidak dilirik lagi dan
menyebabkan minimnya tingkat kejujuran pemuda khususnya pelajar. Ketika kejujuran
saja sudah tidak dipedulikan, lalu bagaimana dengan kualitas pemuda? Bagaimana
pemuda bisa memenuhi kualifikasi penyaringan usia produktif di masa bonus
demografi? Jika persaingan sehat sudah tidak diindahkan lagi, jangankan berjaya di
masa bonus demografi, untuk maju selangkah terbebas dari jeratan pandemi saja
rasanya sukar dilakukan.
Menurut Bappenas, pada tahun 2030 jumlah usia produktif bisa mencapai 64%
daru total jumlah penduduk sekitar 297 juta jiwa. Artinya, persaingan di dunia kerja
akan sangat ketat dan tidak bisa disepelekan. Hanya ada dua kemungkinan yang akan
terjadi yaitu bertahan dengan kualitas yang mumpuni atau tertindas era demografi dan
beralih pada aging population.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makariem


menyebutkan bahwa pendidikan moral merupakan prioritas pemerintah saat ini.
Dikatakannya bahwa derasnya arus informasi di zaman teknologi saat ini bisa membuat
orang kehilangan arah akibat percaya dengan informasi yang tidak benar atau hoax.
“Hampir semua perusahaan besar di Indonesia, komplain mengenai ketiadaan
profesionalisme pada pemuda kita. Ini banyak sekali yang saya dengar,” (Nadiem
Makariem)

Profesionalisme dalam ulasan yang disebutkan tersebut mengacu pada sikap


meghormati atasan, menghormati waktu, memperbaiki diri, maupun menghormati rekan
kerja. Ulasan yang dipaparkan Menteri Pendidikan dan Kebuyaan tersebut, bisa
disimpulkan bahwa pendidikan moral sangat penting dan menjadi bekal utama untuk
menjadi sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing dalam proses
memperbaiki perekonomian Indonesia.

Maka dari itu Moral Education Analysis (MEAn) sangat dibutuhkan sebagai bekal
menjadi manusia yang berkualitas. Analisis ini perlu dilakukan di dunia pendidikan,
terutama bagi pendidik dan yang dididik. Sebagai tenaga pendidik sudah seyogyanya
memerhatikan kualitas moral siswa agar menjadi pribadi yang lebih berkualitas.
Analisis perlu dilakukan secara berkala agar kualitas moral dapat terjaga. Tapi, hal itu
tidak semata-mata dibebankan kepada tenaga pendidik saja. Kita sebagai pelajar juga
wajib memperhatikan pendidikan moral dan menerapkannya dalam kehidupan. Kualitas
moral yang baik akan mengindikasikan bahwa kita memiliki kualitas pekerja yang baik
dan siap menghadapi era bonus demografi, memajukan Indonesia dan langkah awal
sebagai bekal antisipasi dampak aging population.

Kesimpulan

Moral Education Analysis (MEAn) merupakan sebuah alternatif untuk membantu


menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing dalam
menghadapi masa ledakan usia produktif yang disebut bonus demografi. Persiapan yang
matang perlu dikerahkan agar bisa memanfaatkan peluang yang ada di masa bonus
demografi. Pendidikan moral menjadi bekal utama sebagai arahan bagi pemuda dalam
mewujudkan cita-cita bangsa dan bangkit dari keterpurukan ekonomi. MEAn hadir
sebagai solusi untuk mengantisipasi dampak aging population atau sebuah kondisi di
mana mayoritas penduduk berusia lanjut dan melebihi jumlah penduduk usia produktif.

Saran

Dunia pendidikan harus lebih memperhatikan kualitas moral pelajar. Moral


Education Analysis (MEAn) diharapkan bisa diterapkan dan bersifat berkelanjutan.
Analisis terhadap pendidikan moral disarankan agar bisa mencetak penerus bangsa yang
berkualitas dengan tidak menyepelekan nilai-nilai kebaikan. Menghapus segala
kecurangan yang dianggap sebagai sebuah kewajaran, adalah tujuan utama dari
alternatif Moral Education Analysis (MEAn). Saran tertuju juga kepada pemerintah,
bahwasannya hal yang perlu difasilitasi bukan hanya lapangan pekerjaan, tetapi
pendidikan moral juga perlu didorong dan difasilitasi agar kemajuan ekonomi di masa
mendatang benar-benar menduduki kualitas yang baik.

Daftar Pustaka

Populix. 2019. Bonus Demografi Indonesia: Pengertian, Penyebab dan Dampaknya.


Diakses dari https://www.info.populix.co/post/bonus-demografi-adalah tanggal 20
Oktober 2021

Kominfo. 2020. Komitmen Pemerintah Wujudkan Bonus Demografi yang Berkualitas.


Diakses dari https://www.kominfo.go.ig/content/detail/27423/komitmen-pemerintah-
wujudkan-bonus-demografi-yang-berkualitas/0/berita tanggal 20 Oktober 2021

Badan Pusat Statistik. 2021. Februari 2021: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
sebesar 6,26 persen. Diakses dari https://www.bps.go.id tanggal 20 Oktober 2021

Sulaiman, R,M. 2019. Mendikbud Nadiem Makarim Jelaskan Pentingnya Pendidikan


Karakter Bagi Anak. Diakses dari https://suara.com tanggal 20 Oktober 2021
Lampiran

BIODATA PESERTA
LOMBA ESAI NASIONAL
FESTIFAL HARI LAHIR HIMA PAI
UNIVERSITAS ALMA ATA

Nama Lengkap : Citra Amelia Putri

Tempat, tanggal lahir : Brebes, 18 Juni 2002

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Ds. Sindangjaya, Kersana, Brebes, Jawa Tengah

Telepon/Hp : 083848028885

Email : citraamel180602@gmail.com

Pekerjaan : Mahasiswa

Nama Instansi : Universitas Alma Ata Yogyakarta

Judul Esai : MEAn (Moral Education Analysis): Bekal


Antisipasi Dampak Aging Population Dalam Menghadapi Bonus
Demografi

Anda mungkin juga menyukai