Anda di halaman 1dari 9

SUB TEMA EKONOMI

KOMPETISI ESAI NASIONAL


EXPOSE STATISTIC CHALLENGE ON NATIONAL
BEA-RESOURCES (Big Economic Acceleration): KONTRIBUSI BIG DATA
UNTUK BIJAK DALAM EKONOMI, INDONESIA MENOLAK RESESI

Nama Tim

Disusun oleh :
Citra Amelia Putri
Suci Andini

UNIVERSITAS ALMA ATA


YOGYAKARTA
2022
PENDAHULUAN

Resesi ekonomi, suatu polemik nyata yang tengah dihiraukan dunia.


Problematik yang membidik sektor perekonomian negara ini digadang-gadang
bisa melumpuhkan aktivitas negara. Sebagaimana hakikatnya, sektor ekonomi
menjadi poros tatanan negara, di mana sektor ini sangat berhubungan dengan
sektor lainnya. Sektor ekonomi paling diagung-agungkan untuk ditegakkan,
dipertahakankan stabilisasinya, dan diharapkan bisa membawa kesejahteraan
negara tersebut. Ironinya, sektor perekonomian Indonesia tengah berada dalam
fase gonjang-ganjing, di mana fluktuasinya sangat signifikan dalam kurun waktu
empat tahun lamanya.

Permasalahan ini sebenarnya bukan hal yang baru bagi Indonesia. Pada
tahun 1998, Indonesia juga pernah mengalami gejolak ekonomi yang luar biasa
hebatnya yaitu krisis moneter yang merupakan momen paling menyedihkan bagi
napas politik dan ekonomi Indonesia (Muhid, 2021). Pembahasan mengenai
permasalahan ekonomi tidak akan ada habisnya, 23 tahun lamanya Indonesia
bersikeras untuk reformasi sampai akhirnya Indonesia diprediksi akan masuk ke
jurang resesi. Secara sederhana, resesi ekonomi dapat diartikan sebagai suatu
kondisi dimana perekonomian suatu negara sedang memburuk yang terlihat dari
Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pengangguran meningkat, maupun
pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut (OJK,
2022).

Prediksi perekonomian Indonesia ini diperkeruh dengan adanya


tantangan perkembangan teknologi industri yang sering dikenal dengan sebutan
era revolusi industri 4.0. Tantangan paling nyata bagi Indonesia dalam
menghadapi era industri 4.0 ini adalah menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang unggul dan berdaya saing tinggi (Supanji, 2021). Adaptif dan Inovatif adalah
poin utama yang perlu diasah bagi penerus bangsa untuk menghadapi
perkembangan dunia baik dari segi ekonomi maupun dari segi teknologi.
Sumber daya manusia bangsa Indonesia di masa yang akan datang
diharapkan mampu beradaptasi dengan zaman, dimana generasinya diharapkan
bisa melek teknologi dan bijak dalam mengelola ekonomi. Peran big data dalam
situasi ini menjadi kendali bagi sumber daya yang terlibat di dalamnya. Teknologi
semakin maju dan zaman tidak pernah kembali ke fase yang dahulu adalah bukti
nyata bahwasannya generasi muda harus mampu bersahabat dengan teknologi
utamanya big data untuk mengakselerasikan perekonomian negara. Maka dari itu,
“BEA-Resources (Big Economic Acceleration): Kontribusi Big Data untuk
Bijak dalam Ekonomi, Indonesia Menolak Resesi”, menjadi perlu untuk dikaji
lebih dalam.

PEMBAHASAN

Resesi Ekonomi

Warta Indonesia saat ini sedang dipenuhi dengan permasalahan resesi


ekonomi di tahun 2023 mendatang. Waktu begitu cepat memutar polemik yang
ada. Transisi dari pandemi menuju resesi rasanya terlalu sesak untuk dilerai.
Rotasi masalah ekonomi di Indonesia terjadi berulang-ulang, di akhir tahun 2019
pandemi menyelimuti tanah air, di tahun 2020 Indonesia berpotensi masuk ke
jurang resesi setelah adanya kontraksi ekonomi. Fluktuasi isu belum cukup
sampai disana, tahun 2021 Indonesia membawa kabar yang cukup meregangkan
napas yakni bisa terbebas dari pandemi dan menuju pemulihan ekonomi yang
stabil. Tetapi sangat disayangkan, kabar tersebut seperti angin lalu, kuartal II dan
III di tahun 2022 prediksi buruk justru mematahkan semangat Indonesia menuju
pemulihan ekonomi.

Menteri keuangan Sri Mulyani kembali megungkit soal resesi ekonomi


yang diperkirakan akan terjadi pada tahun 2023, kenaikan suku bunga acuan di
bank sentral sejumlah negara membuat bayang-bayang resesi ekonomi dunia
semakin nyata (CNN, 2022). Resesi diawali dari pelemahan ekonomi global yang
memengaruhi perekonomian dalam negeri dari berbagai negara di dunia. Semakin
kuat ketergantungan ekonomi suatu negara pada perekonomian global maka
semakin cepat pula terjadinya resesi di negara tersebut (Miraza, 2019). Resesi
ekonomi diartikan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam
waktu stagnan dan lama, mulai dari berbulan-bulan hingga bertahun-tahun
(CNBC, 2022).

Perubahan demi perubahan yang akan terjadi dalam siklus ekonomi


negara bahkan dunia memerlukan suatu kesiapan pemegang kendalinya, yaitu
masyarakat. Sebagai pemegang kendali dan yang paling merasakan dampak dari
resesi ekonomi, masyarakat sudah selayaknya untuk mempersiapkan diri dalam
menghadapi segala situasi dan kondisi tidak terduga lainnya di tahun depan.
Menurut (Lubis, Adhinegara, Hirawan, Gupta, & Iksan, 2022) sejumlah praktisi
dan ahli ekonomi, termasuk Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva dan
Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengemukakan bahwa sebetulnya
Indonesia realtif aman dari resesi. Ironinya, pernyataan tersebut tidak sepenuhnya
dibenarkan, akrena menurut beberapa pakar sepakat bahwa tidak ada satu pun
negara, termasuk Indonesia yang akan lolos dari perlambatan ekonomi.

Kondisi ini jika tidak segera ditangani dan dihadapi dengan bijak maka
akan memunculkan dampak yang serius, seperti inflasi besar-besaran, kenaikan
pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran, angka pengangguran semakin
tinggi, suku bunga meningkat dan masih banyak lagi (www.theconversation.com).
Maka dari itu perlu adanya kontribusi Sumber Daya Manusia (SDM) yang
mumpuni untuk bisa menjadi pengendali resesi ekonomi dan menjawab tantangan
revolusi industri.

Revolusi Industri 4.0

Perkembangan dunia kini tengah memasuki era revolusi industri yang


merupakan era revolusi keempat. Pada era revolusi industri ini kehidupan manusia
tidak terlepas kaitannya dengan teknologi. Revolusi industri 4.0 secara
fundamental mengakibatkan berubahnya cara manusia dalam berpikir, hidup dan
berhubungan satu dengan yang lain (Prasetyo & Trisyanti, 2018). Perkembangan
industri 4.0 sangat didorong oleh Kementerian Perindustrian. Menteri
Perindustrian Airlangga Hartato mengatakan, agar Indonesia dapat bersaing
dengan negara lain di bidang industri, maka Indonesia juga harus mengikuti tren
(KOMINFO, 2019). Tujuan dari program revolusi industri 4.0 adalah untuk
mendorong ekonomi Indonesia masuk ke dalam 10 besar dunia di tahun 2030
dengan meningkatkan kegiatan ekspor (Qothrunnada, 2022).

Harapan dan tujuan dari adanya revolusi industri 4.0 ini akan berhasil
atau tidak itu kembali lagi bagaimana sumber daya manusia mengelola
perkembangan ini. Hal ini memang terdengar dilematis, di samping harapan dan
cita-cita Indonesia dalam dunia teknologi, justru perekonomian Indonesia
memiliki prediksi yang tidak baik di tahun mendatang. Padahal sektor ekonomi
dan teknologi berjalan beriringan untuk memperbaiki tatanan negara. Maka dari
itu, sikap bijak sumber daya manusia dalam sektor ekonomi perlu diimbangi
dengan keterbukaan wawasan akan teknologi. Sehingga mampu mempercepat
atau mengakselerasi proses pencapaian tujuan Indonesia di tahun yang akan
datang. Salah satu bentuk kemampuan yang perlu diperdalam yaitu big data.

Big Data: BEA-Reources (Big Economic Acceleration)

BEA-Resources (Big Economic Acceleration) merupakan suatu konsep


yang diusulkan oleh penulis mengenai dorongan bagi generasi muda untuk bisa
mengakselerasikan perbaikan ekonomi negara melalui pemberdayaan sumber
daya manusia dengan bekal pengetahuan Big Data untuk bijak dalam ekonomi.
Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan sebelumnya, ketimpangan
antara ekonomi dan teknologi perlu diselesaikan sesegera mungkin. Percepatan
teknologi yang diprediksi akan terus meningkat setiap tahunnya, harus diimbangi
dengan kesehatan ekonomi. Sebagai sumber daya manusia yang konon diharapkan
bangsa sebagai penerus dan pemegang kendali masa depan negara, maka langkah
kecil yang bisa dilakukan generasi penerus bangsa adalah menggunkana big data
dan memahaminya untuk menciptakan suatu keputusan dan inovasi dalam bentuk
apapun demi menunjang perbaikan ekonomi.

Big Economics Acceleration menjadi harapan yang bisa memotivasi


generasi muda, bahwa yang muda yang akan memegang kendali. Akselerasi
ekonomi perlu ditingkatkan sejak dini, sehingga akan menciptakan perilaku
ekonomi yang bijak dalam menghadapi perubahan yang datang. Banyak cara yang
bisa dilakukan oleh generasi muda dalam membantu perekonomian negara, salah
satunya adalah menciptakan inovasi dalam dunia usaha atau bijak dalam
mengambil keputusan ekonomi baik dari aktivitas pembelian, pengeluaran,
maupun pengelolaan pendapatan. Dalam rangka menstrukturkan pola
pengambilan keputusan yang tepat, maka sumber daya manusia memerlukan
peran big data dalam prosesnya.

Big data merupakan kumpulan data yang sangat besar, kompleks, dan
terus bertambah setiap waktu (Wijayanti, 2021). Dilansir dari situs resmi
niagahoster (www.niagahoster.co.id), big data memiliki karakteristik 5V yaitu
Volume, Velocity (kecepatan), Variety (bervariasi), Veracity (akurat), dan Value
(nilai). Secara sederhana, big data merupakan sebuah kumpulan data yang besar
dan diolah dengan kecepatan melalui metode yang bervariasi serta mengutamakan
keakuratan data sehingga mampu memberikan nilai yang penting bagi pengguna
data tersebut. Konsep dari big data adalah mengumpulkan seluruh data,
mengolahnya, lalu memberikan value yang diharapkan. Manfaat dari Big Data
yaitu pengembangan produk, peluang inovasi, rancangan UI/UX, serta resiko
manipulasi data dapat dihindari. Sejatinya, manfaat dari big data jauh lebih luas
dari yang telah disebutkan, dimana manfaat yang didapatkan tergantung pada
konteks yang digunakan oleh manusia itu sendiri.

Sebagaimana yang telah disebutkan salah satu dari banyaknya manfaat


big data yaitu meminimalisir manipulasi data atau mengutamakan keakuratan
data, maka big data ini sangat cocok untuk dikuasai generasi muda dalam proses
pengambilan keputusan bijak ekonomi. Perpaduan antara penguasaan teknologi
dan upaya pemulihan ekonomi diakselerasi oleh big data menjadi sebuah padanan
yang efektif guna mewujudkan perilaku bijak ekonomi dan membantu Indonesia
menolak resesi. Pemberdayaan sumber daya manusia untuk mengakselerasikan
ekonomi yang jauh lebih besar dengan bekal pemahaman big data terangkum
dalam konsep Big Data: BEA-Resources (Big Economics Acceleration).

PENUTUP

Resesi ekonomi, suatu polemik nyata yang tengah dihiraukan dunia.


Problematik yang membidik sektor perekonomian negara ini digadang-gadang
bisa melumpuhkan aktivitas negara. Sebagaimana hakikatnya, sektor ekonomi
menjadi poros tatanan negara, di mana sektor ini sangat berhubungan dengan
sektor lainnya. Sektor ekonomi paling diagung-agungkan untuk ditegakkan,
dipertahakankan stabilisasinya, dan diharapkan bisa membawa kesejahteraan
negara tersebut. Ironinya, sektor perekonomian Indonesia tengah berada dalam
fase gonjang-ganjing, di mana fluktuasinya sangat signifikan dalam kurun waktu
empat tahun lamanya.

Prediksi perekonomian Indonesia ini diperkeruh dengan adanya


tantangan perkembangan teknologi industri yang sering dikenal dengan sebutan
era revolusi industri 4.0. Adaptif dan Inovatif adalah poin utama yang perlu diasah
bagi penerus bangsa untuk menghadapi perkembangan dunia baik dari segi
ekonomi maupun dari segi teknologi. BEA-Resources (Big Economic
Acceleration) merupakan suatu konsep yang diusulkan oleh penulis mengenai
dorongan bagi generasi muda untuk bisa mengakselerasikan perbaikan ekonomi
negara melalui pemberdayaan sumber daya manusia dengan bekal pengetahuan
Big Data untuk bijak dalam ekonomi. Perpaduan antara penguasaan teknologi dan
upaya pemulihan ekonomi diakselerasi oleh big data menjadi sebuah padanan
yang efektif guna mewujudkan perilaku bijak ekonomi dan membantu Indonesia
menolak resesi.
DAFTAR PUSTAKA
CNBC. (2022, Oktober 7). Apa yang Terjadi Saat Dunia Resesi? Ini Gambaran
Lengkapnya. Retrieved November 3, 2022, from cnbcindonesia.com:
www.cnbc.indonesia.com
CNN. (2022, September 26). Dunia Pasti Resesi Tahun Depan, Bagaimana Nasib
Indonesia? Retrieved November 3, 2022, from cnnindonesia.com:
www.cnnindonesia.com
KOMINFO. (2019, Februari 19). Apa itu Industri 4.0 dan Bagaimana Indonesia
Menyongsongnya. Retrieved November 3, 2022, from kominfo.go.id:
www.kominfo.go.id
Lubis, A. M., Adhinegara, B. Y., Hirawan, F. B., Gupta, K., & Iksan, M. (2022,
Oktober 17). Pakar Menjawab: 4 Dampak Resesi Global yang Akan
Dirasakan Masyarakat dan Bagaimana Menghadapinya. Retrieved
November 3, 2022, from theconversation.com: www.theconversation.com
Miraza, B. H. (2019). Seputar Resesi dan Depresi. Jurnal Ekonomi KIAT.
Muhid, H. K. (2021, Mei 12). 23 Tahun Reformasi: 4 Penyebab Utama Krisis
Moneter 1998, Nilai Mata Uang Anjlok. Retrieved November 03, 2022,
from tempo.co: https://bisnis.tempo.co/
OJK. (2022). Resesi Ekonomi? Apa Itu? Retrieved November 3, 2022, from
sikapiuangmu.ojk.go.id: www.sikapiuangmu.ojk.go.id
Prasetyo, B., & Trisyanti, U. (2018). Revolusi Industri 4.0 dan Tantangan
Perubahan Sosial. Prosiding SEMATEKSOS, 22-27.
Qothrunnada, K. (2022, Maret 16). Revolusi Industri 4.0: Pengertian, Sejarah,
dan Contohnya di Indonesia. Retrieved November 3, 2022, from
detikfinance: www.finance.detik.com
Supanji, T. H. (2021, November 7). Tantangan Tenaga Kerja Indonesia di Era
Industri 4.0. Retrieved November 3, 2022, from kemenkopmk.go.id:
www.kemenkopmk.go.id/tantangan-tenaga-kerja-indonesia-di-era-
industri-40
Wijayanti, N. N. (2021). Apa Itu Big Data? Konsep, Karakteristik, dan
Manfaatnya Bagi Bisnis Anda. Retrieved November 3, 2022, from
niagahoster: www.niagahoster.co.id
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai